Anda di halaman 1dari 38

PENEGAKAN DIAGNOSTIK YANG OPTIMAL PADA KLINIS EFUSI

PLEURA DENGAN PEMERIKSAAN PA DI INSTALASI RADIOLOGI


RUMAH SAKIT BHAYANGKARA INDRAMAYU TK.III

LAPORAN KASUS

Diajukan untuk memenuhi persyaratan Praktek Kerja Lapangan II

Disusun Oleh :
II IRAWAN
NIM : 4501.0619.A.041

PROGRAM STUDI
DIPLOMA III TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN
RADIOTERAPI
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN CIREBON
2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat
dan hidayah–Nya berupa ilmu, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
kasus yang berjudul : “Penegakan Diagnostik Yang Optimal Pada Klinis
EFUSI PLEURA Dengan Pemeriksaan PA Di Instalasi Radiologi Rumah
Sakit BHAYANGKARA INDRAMAYU TK.III ” ini tepat pada waktunya.
Penyusunan laporan kasus ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu
penugasan dalam Praktek Kerja Lapangan II Jurusan Diploma III Teknik
Radiodiagnostik dan Radioterapi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Cirebon di
Instalasi Radiologi Rumah Sakit BHAYANGKARA INDRAMAYU TK.IIIU.
Dalam penyusunan laporan kasus ini penulis telah banyak mendapat
bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak, untuk itu penulis tidak
lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Moh. Firman Ismana, MM selaku Ketua STIKes Cirebon.
2. H. Abdul Gamal Sukaryono, SKM, MKKK selaku Ketua Program Studi D-
III Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi STIKes Cirebon.
3. EKO DWI PRIYATNO AMD.RAD selaku Kepala Ruangan Radiologi
Rs.Bhayangkara Indramayu.
4. Seluruh radiografer dan Staf Instalasi Radiologi Rs.Bhayangkara
Indramayu.
5. Nanda Pratama, S.Tr.Kes (Rad) selaku dosen pembimbing penulisan
laporan kasus ini sehingga dapat terselesaikan dengan baik.
6. Kedua Orang Tua yang telah memberikan doa dan dukungan kepada
penulis.
7. Teman-teman mahasiswa STIKes Cirebon yang sama-sama melaksanakan
Praktek Kerja Lapangan II dengan penulis di Instalasi Radiologi
Rs.Bhayangkara Indramayu..
8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu dalam pembuatan Laporan Kasus ini.

Penulis menyadari dalam pembuatan laporan kasus ini masih banyak

iv
kekurangan, untuk itu penulis mohon saran dan masukan dari semua pihak,
penulis berharap laporan kasus ini dapat bermanfaat untuk mahasiswa dan
dijadikan studi bersama.

Penulis

iv
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan ini telah diperiksa oleh Clinical Instructur (CI) instalasi radiologi

Rs.Bhayangkara Indramayu dan telah disetujui untuk memenuhi tugas mata kuliah

Praktek Kerja Lapangan III Jurusan Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Cirebon.

Nama : ii irawan

NIM : 4501.0619.A.041

Judul : “Teknik Pemeriksaan Radiografi thorax Pada Kasus efusi

pleura di Instalasi Radiologi Rs.Bhayangkara Indramayu”

Indramayu, Juli 2021

Menyetujui :

Kepala Ruangan

Eko Dwipriyatno Amd,Rad

NIP : 091519860307

iv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................i

HALAMAN PENGESAHAN...........................................................................ii

DAFTAR ISI......................................................................................................iii

DAFTAR GAMBAR.........................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang........................................................................................1
2. Rumusan Masalah...................................................................................2
3. Tujuan.....................................................................................................3
4. Manfaat...................................................................................................4

BAB II DASAR TEORI

1. Anatomi...................................................................................................5
2. Patofisiologi............................................................................................6
3. Teknik pemeriksaan................................................................................7
4. Processing film........................................................................................8
5. Proteksi radiasi........................................................................................9

BAB III PEMBAHASAN

1. Hasil pengamatan....................................................................................10
2. Persiapan dan pelaksanaan......................................................................11
3. Pembahasan.............................................................................................12

BAB IV Penutup

1. Kesimpulan.............................................................................................14

iv
2. Saran........................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….

LAMPIRAN…………………………………………………………………….

DAFTAR GAMBAR
Gambar Bab 2 Dasar Teori

Gambar 2.1 Rangka dada. (Evelyn C. Pearce 2010).................................................4

Gambar 2.2 Proses terjadinya sinar-x (Asih puji Utami 2014)...........................14

Gambar 2.3 Posisi pasien (Clark’s 2005)............................................................17

Gambar 2.4 Hasil gambaran (Clarks 2005).........................................................18

Gambar 2.5 Posisi pasien (bontanger’s 2017).....................................................19

Gambar 2.6 Hasil gambaran (Clarks 2005).........................................................20

Gambar Bab 3 Pembahasan

Gambar 3.1 Meja control (Lab. STIKes Cirebon)..............................................30

Gambar 3.2 Meja pemeriksaan (Lab. STIKes Cirebon).....................................30

Gambar 3.3 Kaset (Lab. STIKes Cirebon)..........................................................31

Gambar 3.4 Film (Lab. STIKes Cirebon)...........................................................31

Gambar 3.5 Kamar gelap (Lab. STIKes Cirebon)..............................................31

Gambar 3.6 View box (Lab. STIKes Cirebon)...................................................32

Gambar 3.7 handstand (Lab. STIKes Cirebon)...................................................32

iv
Gambar 3.8 Posisi pasien (Lab. STIKes Cirebon)..............................................34

Gambar 3.9 Thorax (Lab. STIKes Cirebon).......................................................35

Gambar 3.10 Thorax (Lab. STIKes Cirebon).....................................................35

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan sinar x dari massa ke massa sangatlah pesat sejak

ditemukannya oleh seorang fisikiawan asal jerman bernama Wilhelm

Conrad Rontgen pada tahun 1895, sinar x memegang peran yang sangat

penting dalam dunia medis, yaitu digunakan untuk melihat bagian dalam

tubuh manusia berupa tulang, persendian antar tulang, organ-organ dalam,

saluran-saluran dalam tubuh maupun pembuluh darah, oleh karena itu,

sinar x digunakan sebagai penegak diagnosa suatu penyakit atau kelainan.

(Asih puji utami 2014)

Sinar-X atau sinar Roentgen adalah salah satu alat medis yang sangat

menunjang di dunia Kedokteran. Sinar-X memiliki beberapa manfaat yang

dapat menguntungkan di dunia kedokteran salah satunya adalah untuk

mendiagnosis suatu penyakit yang diderita oleh pasien. Sinar-X dapat

digunakan untuk pemeriksaan seperti foto thorax, abdomen, cruris dan

organ tubuh lainnya. Dalam pemanfaatannya, pemakaian sinar-X bukan

hanya digunakan untuk pemeriksaan pasien dewasa akan tetapi juga dapat

dimanfaatkan untuk pemeriksaan organ tubuh pada anak-anak, Namun

dibalik adanya manfaat dari penggunaan sinar-X ternyata adapula kerugian

yang ditimbulkan oleh penggunaan sinar-X apabila melewati ambang batas

tertentu untuk penggunaan sinar-X (Hernawati, 2012).

iv
Thorax merupakan daerah bagian tubuh yang berada diantara leher

dan abdomen. Rongga thorax terdapat organ yang sangat penting yaitu

paru-paru, jantung, dan pembuluh darah yang merupakan organ lunak serta

tempat melekatnya otot-otot thorax, ekstremitas atas, abdomen, dan

punggung (Pearce, 2010).

Proyeksi yang digunakan dalam permeriksaan thorax adalah

proyeksi PA penulis ingin mengetahui manfaat pemeriksaan thorax dengan

proyeksi PA di mendukung diagnose dalam beberapa buku dan literatur.

Dengan alasan diatas maka penulis tertarik mengkaji lebih lanjut

mengenai teknik pemeriksaan radiografi thorax dan membahasnya dalam

laporan praktek laboratorium”Teknik Pemeriksaan Radiografi Thorax”.

1.2 Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang masalah di atas, maka penulis dapat

merumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah teknik pemeriksaan radiografi Thorax dengan berbagai

proyeksi dalam beberapa literature buku dan jurnal?

2. Bagaimana hasil pemeriksaan radiografi Thorax di unit Instalasi

Radiologi Rs.Bhayangkara Indramayu?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui bagaimana hasil gambaran radiografi pada

teknik pemeriksaan radiografi Thorax dengan klinis Efusi Pleura di

instalasi radiologi Rs.Bhayangkara Indramayu.

iv
1.3.2 Tujuan Penulis

Tujuan dari penulisaan laporan kasus ini adalah :

1. Untuk mengetahui teknik pemeriksaan radiografi Thorax dengan

beberapa proyeksi dalam beberapa literature buku dan jurnal.

2. Untuk mengetahui hasil pemeriksaan Thorax di instalasi

radiologi Rs.Bhayangkara Indramayu.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat untuk penulis

Menambah pengetahuan dan pengalaman mengenai

pemeriksaan Thorax dengan klinis efusi pleura

1.4.2 Manfaat bagi pembaca

Dapat menjadi literatur dan kajian pustaka tambahan di

program studi D-III Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi, serta di

harapkan menjadi acuan untuk mahasiswa-mahasiswa program study

D-III Radiogiagnosti dan Radioterapi STIKes Cirebon dalam

mengembangkan karya tulis ilmiah ini lebih luas lagi.

1.4.3 Manfaat untuk Rumah Sakit

Sebagai bahan masukan bagi pelayanan kesehatan khususnya instalasi

radiologi Rs.Bhayangkara Indramayu, sebagai masukan dalam upaya

peningkatan mutu pelayanan radiolog

iv
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Anatomi

a. Anatomi Rangka Dada (Thorax) (Evelyn C. Pearce 2010)

Rangka dada atau thorax tersusun atas tulang dan tulang rawan.

Thorax berupa sebuah rongga berbentuk kerucut, di bawah lebih lebar

daripada di atas dan di belakang lebih panjang daripada di depan.

Sebelah belakang thorax dibentuk oleh kedua belas vertebra

thoraxalis, di depan oleh sternum dan di samping oleh kedua belas

pasang iga, yang melingkari badan mulai belakang tulang belakang

sampai ke sternum di depan.

iv
Gambar 2.1 Rangka dada. (Evelyn C. Pearce 2010)
1) Sternum

Sternum atau tulang dada adalah sebuah tulang pipih yang

terbagi atas tiga bagian:

a) Manubrium sterni yaitu bagian tulang dada sebelah atas

yang membentuk persendian dengan tulang klavikula dan

tulang iga.

b) Korpus Sterni yaitu bagian yang terbesar dari tulang dada

dan membentuk persendian dengan tulang iga.

c) Procesus Xypoideus yaitu bagian ujung dari tulang dada

dan pada masih bayi berbentuk tulang rawan.

2) Tulang iga (costae)

Tulang iga banyaknya 12 pasang (24 buah), kiri dan kanan,

bagian depan berhubungan dengan tulang dada dengan perantara

tulang rawan. Bagian belakang berhubungan dengan columna

vertebrae thorakalis. Perhubungan ini memungkinkan costae

bergerak kembang kempis sesuai dengan irama pernafasan.

Tulang–tulang iga dapat dibedakan menjadi tiga bagian:

a) Tulang iga sejati (Os. Costavera). Jumlahnya 7 pasang,

berhubungan dengan tulang dada melalui persendian.

b) Tulang iga tak sejati (Os. Costaspuria). Jumlahnya 3

pasang, berhubungan dengan tulang dada dengan

perantara tulang rawan dari tulang iga sejati ke 7.

iv
c) Tulang iga melayang (Os. Costae fluitantes). Jumlahnya 2

pasang, tidak mempunyai hubungan dengan tulang dada.

3) Columna vertebrae thorakalis

Dinding posterior rongga thorax terbentuk dari columna

vertebrae thorakalis dengan bagian posterior costae. Columna

vertebrae thorakalis membentuk dinding posterior thorax melalui

persendian dengan bagian posterior costae. Masing–masing

costae membentuk persendian dengan collumna vertebrae

thorakalis dari 1 sampai 12.

4) Os. Clavicula

Clavicula adalah tulang yang melengkung yang membentuk

bagian anterior dari shoulder joint. Untuk keperluan pemeriksaan

os clavicula dibagi menjadi dua ujung: ujung medial disebut

sternoklavikular joint membentuk persendian dengan sternum dan

ujung lateral disebut acromioclavikular joint yang membentuk

persendian dengan acromion dari scapula.

5) Diafragma

Diafragma adalah struktur muskulo-tendineus berbentuk

kubah yang memisahkan rongga thorax dengan abdomen, serta

membentuk lantai dasar dari rongga thorax dan atap dari rongga

abdomen. Pada saat inspirasi otot diafragma berkontraksi

sehingga menyebabkan kubah diafragma turun sehingga ukuran

thorax menjadi lebih besar. Turunnya diafragma menyebabkan

iv
udara ditarik masuk oleh paru – paru dan meluas untuk mengisi

rongga thorax yang membesar. Pada saat ekspirasi otot diafragma

mengendor, diafragma naik sehingga ukuran thorax menjadi kecil

dan udara didorong keluar. Tinggi diafragma berubah sesuai

dengan sikap seperti bila duduk tegak atau berdiri. Pada

diafragma terdapat tiga hiatus yaitu: hiatus aorta, hiatus

esophageal, dan hiatus kava.

b. Anatomi Saluran Pernafasan

Sistem pernapasan termasuk hidung, rongga hidung dan sinus,

faring, laring (kotak suara), trakea (tenggorokan), dan saluran-saluran

yang lebih kecil yang mengarah ke pertukaran gas di permukaan paru-

paru. Saluran pernapasan terdiri dari saluran udara yang membawa

udara dari dan ke permukaan tersebut. Saluran pernapasan dapat

dibagi menjadi bagian konduksi dan bagian pernapasan. Bagian

konduksi terdapat dari jalan masuk udara dihidung ke rongga hidung

ke bronkiolus terkecil dari paru-paru. Bagian pernapasan termasuk

saluran bronkiolus pernapasan dan kantung udara halus, atau alveoli

(al - VE), di mana terjadi pertukaran gas. Sistem pernapasan termasuk

saluran pernapasan dan jaringan terkait, organ, dan struktur

pendukung. Saluran-saluran kecil ini menyesuaikan kondisi udara

dengan menyaring, pemanasan, dan melembabkan itu, sehingga

melindungi bagian konduksi yang peka dan melindungi pertukaran

sistem pernapasan bawah dari partikel-partikel, patogen, dan

lingkungan ekstrem. (Martini dkk, 2012)

iv
1.2 Patofisiologi

a. Fisiologi Pernafasan

Respirasi adalah suatu peristiwa ketika tubuh kekurangan

oksigen (o2) dan o2 yang berada di luar tubuh dihirup (inspirasi)

melalui organ pernapasan. Pada keadaan tertentu tubuh kelebihan

karbondiksida (CO2), maka tubuh berusaha untuk mengeluarkan

kelebihan tersebut dengan menghembuskan napas (ekspirasi) sehingga

terjadi suatu keseimbangan antara O2 dan CO2 di dalam tubuh.

Sistem respirasi berperan untuk menukar udara ke permukaan dalam

paru. Udara masuk dan menetap dalam sistem pernapasan dan masuk

dalam pernapasan otot. Trakea dapat melakukan penyaringan,

penghangatan, dan melembapakan udara yang masuk, melindungi

permukaan organ yang lembut. Hantaran tekanan menghasilkan udara

ke paru melalui saluran pernapasan atas. Tekanan ini berguna untuk

menyaring, mengatur udara, dan mengubah permukaan saluran napas

bawah. (Syaifuddin 2012).

Proses pernapasan berlangsung melalui beberapa tahapan, yaitu:

1) Ventilasi paru, yang berarti pertukaran udara antara atmosfer

dan alveolus paru paru.

2) Difusi oksigen dan karbondioksida antara alveoli dan darah.

iv
3) Pengangkutan oksigen dan karbondioksida dalam darah dan

cairan tubuh ke dan dari sel jaringan tubuh.

Udara bergerak masuk dan keluar paru karena adanya selisih

tekanan yang terdapat antara atmosfer dan alveolus akibat kerja

mekanik otot-otot. Diantaranya itu perubahan tekanan intrapulmonar,

tekanan intrapleural, dan perubahan volume paru keluar masuknya

udara pernapasan terjadi melalui 2 proses mekanik, yaitu:

1) Inspirasi: proses aktif dengan kontraksi otot-otot inspirasi

untuk menaikkan volume intratoraks, paru-paru ditarik

dengan posisi yang lebih mengembang, tekanan dalam

saluran pernapasan menjadi negatif dan udara mengalir ke

dalam paru-paru.

2) Ekspirasi: proses pasif dimana elastisitas paru (elastic

recoil) menarik dada kembali ke posisi ekspirasi, tekanan

recoil paru-paru dan dinding dada seimbang, tekanan dalam

saluran pernapasan menjadi sedikit positif sehingga udara

mengalir keluar dari paru-paru, dalam hal ini otot-otot

pernapasan berperan. (Sherwood 2012)

Fungsi dari sistem pernapasan adalah:

1. Menyediakan area yang memadai untuk pertukaran gas

antara udara dan sirkulasi darah.

2. Transport udara dari dan ke pertukaran permukaan di paru-

paru.

iv
3. Melindungi permukaan pernafasan dari dehidrasi,

perubahan suhu, dan variasi lingkungan lainnya

4. Mempertahankan sistem pernapasan, dan jaringan lain dari

invasi oleh pathogen mikroorganisme.

5. Memproduksi suara yang terlibat dalam berbicara,

bernyanyi, atau komunikasi nonverbal

6. Membantu dalam regulasi volume darah, tekanan darah, dan

control pH cairan tubuh (Martini dkk, 2012).

b. Patologi Efusi Pleura (Siti Aisah Nasution 2019)

Paru dibungkus oleh suatu selaput yang disebut pleura dan di

antara selaput dan paru terdapat rongga pleura yang dalam keadaan

normal berisi sekitar 10 – 20 ml cairan yang berfungsi sebagai pelicin

agar paru dapat bergerak dengan leluasa saat bernapas. Cairan tersebut

dinamakan cairan pleura. (Taeyun, 2014) Efusi pleura merupakan

akumulasi cairan pleura yang abnormal yang disebabkan oleh karena

pembentukan cairan pleura lebih cepat dari proses absorpsinya.

Sebagian besar efusi pleura terjadi karena adanya peningkatan

pembentukan cairan pleura dan penurunan kecepatan absorpsi cairan

pleura tersebut. Pada pasien dengan daya absorpsi normal,

pembentukan cairan pleura harus meningkat 30 kali lipat secara terus

menerus agar dapat menimbulkan suatu efusi pleura. Di sisi lain,

penurunan daya absorpsi cairan pleura saja tidak akan menghasilkan

penumpukan cairan yang signifikan dalam rongga pleura mengingat

tingkat normal pembentukan cairan pleura sangat lambat. (Lee, 2013)

iv
Efusi pleura bisa disebabkan oleh penyakit yang berasal dari paru,

pleura ataupun penyakit di luar paru. (Light, 2011) Menurut Rubbins

tahun 2013 efusi pleura merupakan manifestasi dari banyak penyakit,

mulai dari penyakit paru sampai inflamasi sistemik atau malignansi.

Oleh karena efusi pleura merupakan manifestasi dari penyakit lain

yang mendasari, maka angka insidennya sulit untuk untuk ditentukan.

Masih sedikit penelitian dan survey yang telah dilakukan. Namun,

beberapa studi menuliskan bahwa estimasi prevalensi efusi pleura

adalah 320 dari 100.000 kasus di negara industri di mana persebaran

etiologi tergantung dari prevalensi penyakit yang mendasarinya.

Frekuensi penyebab efusi pleura juga beragam di bagian tertentu di

dunia. Di negara-negara yang sedang berkembang, efusi pleura akibat

tuberculosis dan parapneumonic sering ditemukan.(Desalew

dkk,2012) Sedangkan, di negara-negara maju efusi pleura banyak

diakibatkan oleh gagal jantung, malignansi, dan pneumonia.(Khan

dkk, 2011) Di Amerika Serikat sendiri, insiden efusi pleura diestimasi

mencapai 1,5 juta pertahun. (Rubbins, 2013)

2.3 Teknik Pemeriksaan Thorax

1. CLARK `S

a. Proyeksi Postero Anterior (PA)

Posisi Pasien : erect

iv
Posisi Objek : tegak, menghadap kaset dan dengan dagu

terangkat dan bertumpu di atas kaset

Central Point : Vertebra cervical IV

Central Ray : Vertebra thorakal VI


FFD : 120 cm

Gambar 2.4 hasil radiograf (Clarks 2005) Gambar 2.3 Posisi pasien (Clarks

2005)

2. BONTRAGER`S

1) Indikasi Klinis

a) Patologi tulang rusuk termasuk fraktur atau proses

neoplastik. Cedera pada tulang rusuk di bawah diafragma ini

umumnya ke tulang rusuk posterior tidak ada bijih, proyeksi

AP ditampilkan. Faktor Teknis

iv
b) Minimum SID 40 inci (102 cm). Saat melakukan a

pemeriksaan tulang rusuk bilateral sebanyak 72 inci SID

(183-cm) dapat digunakan untuk lokasi zoom deskripsi.

2) Kaset

a) Ukuran IR - 35 × 43 cm (14 × 17 inci), atau 35 × 35 cm (14

× 14 inci),

b) Analog - Rentang 70 hingga 80 kV

c) Sistem digital - kisaran 85 ± 5 kV Jaringan sensitif radio

Shielding Shield di luar area yang diminati.

3) Posisi pasien

a) Posisi Pasien Tegak sebelum atau tengkurap sangat perlu,

dengan lengan turun ke samping.

b) Sejajarkan bidang midsagital ke CR dan ke garis tengah grid

atau tabel / tegak tegak.

c) Putar bahu ke anterior untuk melepaskan scapula dari paru.

d) Jangan biarkan dada atau panggul berputar.

4) CR

a) CR tegak lurus terhadap IR, berpusat pada T7 (7 hingga 8

inci [18 hingga 20 cm] di bawah vertebra yang menonjol

sebagai atau dada PA) Kolimasi yang direkomendasikan

sesuai dengan wilayah atau minat anda. Respirasi tunda

pernapasan saat inspirasi. Ereksi PA dan rangkaian studi

dada lateral sering terjadi termasuk teguran PA dan proyeksi

dada lateral dengan eksposur paru teknik untuk membangun

iv
trauma pernapasan atau diseksi seperti pneumotoraks (panah

putih) atau hemotoraks (panah hitam), yang mungkin

menyertai cedera tulang rusuk.

Gambar 3.4 Posisi pasien (bontanger’s 2017)

Gambar 3.5 hasil radiografi (bontanger’s 2017)

iv
2.4 Processing Film
Definisi Digital / Radiografi (DR) adalah suatu bentuk pencitraan
sinar-x, di mana detektor panel datar digunakan sebagai pengganti film.
Dengan sistem DR gambar dapat dilihat di monitor segera setelah akuisisi,
yang memakan waktu beberapa detik dan dapat disimpan / diteruskan
dimanapun mereka dibutuhkan. Seperti gambar-gambar digital, beberapa
salinan data gambar selalu identik. Digital Radiography adalah sebuah
bentuk pencitraan sinar-X dimana sensor- sensor digital sinar-X digunakan
menggantikan film fotografi konvensional. Dan processing kimiawi
digantikan dengansistem komputer yang terhubung dengan monitor atau
laser printer. Komponen Digital Radiography Sebuah sistem digital
radiografi terdiri dari 4 komponen utama, yaitu X-ray source, detector
Analog- Digital Converter, Computer, dan Output Device. Beberapa
keuntungan DR yang signifikan terhadap CR dan film scren imaging
adalah :
 DR menghilangkan penggunaan kaset, yang menjadikan
penghematan waktu yang signifikan
 Sistem DR meningkatkan efisiensi karena waktu pemrosesan
lebih singkat, umumnya detik
 Faktor paparan untuk DR dapat dikurangi bila dibandingkan
dengan faktor paparan untuk CR dan film screen.
Dalam Prinsip Kerja DR, terdapat 2 tipe penangkapan pada
detektor, yaitu :
a) Penangkapan tidak langsung DR (Indirect)
 Mesin menyerap sinar-x dan mengubahnya menjadi
cahaya.
 CCD atau thin-film transistor (TFT) mengubah cahaya
menjadi sinyal listrik.
 Komputer memproses sinyal listrik.
 Gambar dilihat di monitor computer
b) Langsung menangkap DR (Direct)

iv
 Fotokonduktor menyerap sinar-x.
 TFT mengumpulkan sinyal
 Sinyal listrik dikirim ke komputer untuk diproses.
 Gambar dilihat di layar komputer

iv
Proteksi Radiasi
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomer 33
tahun 2007 tentang keselamatan radiasi pengion dan keamanan
sumber radioaktifpasal 1, proteksi radiasi adalah tindakan yang
dilakukan untuk mengurangi pengaruh radiasi yang merusak akibat
paparan radiasi.
a. Pasal 21
1) Justifikasi Pemanfaatan Tenaga Nuklir;
2) Limitasi dosis; dan
3) Optimisasi Proteksi dan Keselamatan Radiasi.
b. Pasal 22
1) Ayat (1) Setiap orang atau badan yang melaksanakan
pemanfaatan tenaga nuklir wajib memenuhi prinsip justifikasi
pemanfaatan tenaga nuklir.
2) Ayat (2) Justifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus didasarkan pada manfaat yang diperoleh lebih besar
daripada risiko yang ditimbulkan.
3) Ayat (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai
justifikasi diatur dengan Peraturan Kepala BAPETEN.
c. PP Republik Indonesia nomer 33 tahun 2007 pasal 23
1) Ayat (1) Limitasi dosis sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 21 huruf b wajib diberlakukan untuk paparan kerja dan
paparan masyarakat melalui penerapan nilai batas dosis.

2) Ayat (2) Limitasi Dosis sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) tidak berlaku untuk : a. Paparan Medik; dan b. paparan
yang berasal dari alam.
3) Ayat (3) Nilai Batas Dosis sebagaimana dimaksud pada
ayat (1)ditetapkan oleh BAPETEN dan tidak boleh
dilampaui,kecuali dalam kondisi khusus.
d. PP Republik Indonesia nomer 33 tahun 2007 pasal 34.
1) Ayat (1) Optimisasi Proteksi dan Keselamatan Radiasi
sebagaimana dimaksud dalam pasal 21 huruf c harus diupayakan

iv
agar besarnya dosis yang diterima serendah mungkin yang dapat
dicapai dengan mempertimbangkan faktor sosial dan ekonomi.
2) Ayat (2) Besarnya dosis sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) harus di bawah nilai batas dosis.
Menurut perka bapeten Nomor 8 Tahun 2011 Pasal 35 ayat (3
perlengkapan proteksi radiasi meliputi :
a. Peralatan pemantau dosis perorangan; dan
b. Peralatan proteksi radiasi
Peralatam pemantau dosis perorangan sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) huruf a meliputi film badge, dan/atau dosimeter
perorangan pembacaan langsung. Peralatan protektif radiasi
meliputi :
1. Apron;
2. Tabir yang dilapisi Pb dan dilengkapii kaca Pb;

3. Kacamata Pb;
4. Sarung tangan Pb;
5. Pelindung tiroid Pb;
6. Pelindung ovarium; dan/atau
7. Pelindung gonad P

iv
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Pengamatan

a. Identitas Pasien

Pada hari Minggu, 18 Juli 2021 pasien bernama NY, Putri


Nabila berumur 20 tahun mendaftarkan ke Instalasi Radiologi untuk
pemeriksaan radiografi Thorax. Pasien datang dengan membawa surat
permintaan pemeriksaan dari dokter yang memeriksa. Pasien dengan
data sebagai berikut :
Nama : NY,
Umur : 20 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : kendayakan indramayu
Permintaan foto : thorax pa
Dokter Pengirim : dr.syiful
Dokter Spesialis Radiologi : dr. Bonny Haryanto, Sp. Rad
No Radiologi : xxxx
No RM  : xxxx
Tanggal : 18 Juli 2021
Diagnosa : efusi pleura
Ruang : radiologi I
Kesan : -Tidak tampak kardiomegali
-Efusi pleura kanan
Pada kasus ini, prosedur pemeriksaan diagnostik yang dilakukan
di Instalasi Radiologi menggunakan Proyeksi PA dan untuk
pemeriksaan Thorax pada kasus ini. Pemeriksaan radiografi Thorax
dilakukan untuk menegakkan diagnosa dokter dan mengetahui
perkembangan penyembuhan yang terjadi pada pasien setelah
dilakukan operasi serta membahas kesesuaian pemeriksaan di
lapangan dengan teori yang ada.

iv
3.1 Penatalaksanaan Pemeriksaan Thorax
Sebelum melakukan pemeriksaan Thorax, dilakukan terlebih dahulu
persiapan alat dan bahan :
a. Pesawat x-ray
Data-data mengenai pesawat radiografi yang digunakan adalah
sebagai berikut :
 Merek pesawat : Simen
 Tipe Model :
 No seri :
 Kv Maksimum:
 Ma Maksimum:
Berikut gambaran alat untuk memeriksa Thorax :

Gambar 3.1 Pesawat Sinar X Rumah Sakit Bhayangkara Indramayu

iv
Gambar 3.2 Pesawat Sinar X Rumah Sakit Bhayangkara Indramayu

b. Prosesing DR
System direct radiography (DR) adalah system baru pada
pesawat konvensional digital yang berkembang saat ini dimana
image atau gambar hasil exposure dari objek radiografi diubah
kedalam format digital secara real team dengan menggunakan sensor
berupa flat panel atau chard coupled devices (CCD), dan tidak perlu
menggunakan kaset reader untuk mendapatkan gambaran secara
digital.

iv
Gambar 3.3 Pesawat Sinar X Rumah Sakit Bhayangkara Indramayu

c. Persiapan Pasien
Persiapan pasien sebelum dilakukan pemeriksaan Thorax di
Instalasi Radiologi Rs.Bhayangkara indramayu, sebagai berikut:
a. Bagi pasien perempuan ditanya apakah pasien dalam keadaan
hamil atau tidak.
b. Apakah pasien menggunakan benda-benda logam yang
mengganggu hasil radiograf.
c. Kemudian di tanya mengenai keluhan pasien apa sebelumnya sudah
dilakukan pemeriksaan di Rumah Sakit tersebut. Pelaksanaan
pemeriksaan

d.Proyeksi Postero Anterior (PA)


Posisi Pasien : Erect membelakangi arah sinar
Posisi Objek : Berdiri dengan bagian depan dada

menempel kaset, tangan tolak pinggang, bahu didorong ke anterior

iv
agar os. Scapula diluar lapangan paru.

Central Point : setinggi Thoracal VII (pada angulus

inferior scapula).

Central Ray : tegak lurus kaset secara horisontal


FFD : 180cm
Kv : 60
mAs :
Marker :R

Gambar 3.4 Posisi pasien (Rs.Bhayangkara Indramayu)

1. Syarat gambaran thorax normal

1) CTR <50%

2) Aorta tidak melebar, tidak klasifikasi dan tidak elongasio

iv
3) Mediastinum superior tak melebar

4) Trachea ditengah

5) Hilus tak menebal, tak suram dan tak melebar

6) Corakan bronchovaskular < 2/3 paru, tak tampak infiltrat/lesi

7) Diafragma licin

8) Sinus kostofrenikus lancip

9) Tulang intak

10) Jaringan lunak ekstrapolumonum baik

Gambar 3.5 Thorax (Rs.Bhayangkara Indramayu)

A. Kriteria Hasil Citra X-Ray

Hasil bacaan:

iv
Gambar 4.1 Thorax (Rs.Bhayangkara Indramayu)

 Efusi pleura
 Terdapat penumpukan cairan pada jaringan yang melapisi diantara
paru-paru dan dada.

B. Pembahasaan

Pasien TN.N , Pada tanggal 18 Juli 2021 datang ke Instalasi Radiologi

Rs.Bhayangkara Indramayu dengan membawa surat permintaan

pemeriksaan radiologi thorax PA.

Setelah melakukan pendaftaran, pasien memasuki ruangan

pemeriksaan. Berdasarkan pengamatan yang telah diperoleh mengenai

pemeriksaan thorax di Instalasi Radiologi Rs.Bhayangkara Indramayu

adalah pemerikaan thorax menggunakan proyeksi Posterior Anterior

(PA) .

iv
Untuk pemeriksaan dengan menggunakan proyeksi PA prosedurnya

memanggil pasien dan mencocokkan identitasnya, menjelaskan kepada

pasien pelaksanaan pemeriksaan, pasien di posisikan berdiri

membelakangi arah sinar dengan kaset diletakkan handstand. Dengan dada

bagian depan menempel pada kaset, kedua tangan tolak pinggang, bahu

didorong ke anterior agar os scapula diluar paru. Dengan FFD 180 cm.

Kemudian setelah pengaturan posisi selesai, melakukan eksposi dilakukan

dengan inspirasi maksimal.

Kemudian memproses film dikomputer diprint dengan automatic

film.Hasil radiograf dibaca oleh dokter untuk didiagnosa. Hasil dari

pemeriksaan ini diberikan kembali kepada pasien untuk pengobatan lebih

lanjut. Dari pemeriksaan tersebut dengan klinis efusi pleura atau terdapat

penumpukan cairan diantara jaringan yang melapisi paru-paru dan dada.

Cairan tersebut dapat menumpuk disekitar paru-paru karena karena

pemompaan jantung yang kurang baik atau terjadinya peradangan. Dari

pemeriksaan diatas dengan klinis efusi pleura dapat dihasilkan gambaran

gambaran radiograf yang baik. Hal ini ditandai dengan pengambilan gambar

tanpa pengulangan foto. Berikut adalah persamaan dan perbedaan antara

buku dan praktek.

1. Hasil Expertise
 Hili normal
 Corakan bronkovaskuler normal
 Tampak perselubungan opak homogen di hemitorax kanan
2. Kesan:

iv
 Efusi pleura kanan
 Tidak tanpak kardiomegali

Perbandingan antara buku 1 dan buku 2

Dalam BAB II terdapat 2 literatur persamaan yaitu literature “Clark’s

Positioning Bontrager’s Textbook Of Radiographic Positioning and Related

Anatomy, Ninth Edition.In Radiography 12th Edition.” Dan “Bontrager’s

Textbook Of Radiographic Positioning and Related Anatomy, Ninth Edition.”

:persamaan pada buku dan praktek adalah: menggunakan kaset 35 x 35 , posisi

paasien dan objek, dan menggunakan marker.

Sedangkan perbedaan pada BAB II antara literature “Clark’s Positioning

Bontrager’s Textbook Of Radiographic Positioning and Related Anatomy, Ninth

Edition.In Radiography 12th Edition.” Dan “Bontrager’s Textbook Of

Radiographic Positioning and Related Anatomy, Ninth Edition..” Dan buku

adalah pada buku “Clark’s Positioning In Radiography 12th Edition” Tidak

menggunakan grid, sedangkan pada buku “Bontrager’s Textbook Of

Radiographic Positioning and Related Anatomy, Ninth Edition.” Menggunakan

grid. Selain itu, pada buku, central pointnya pada pada T7 sedangkan pada

praktek central pointnya pada antara T4 dan T5.

iv
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dari uraian studi kasus yang berjudul Tatalaksana pemeriksaan

Thorax dengan Kasus Thorax di Instalasi Radiologi Rs.Bhayangkara

Indramayu dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Pemeriksaan Thorax dengan kasus Efusi pleura di

Rs.Bhayangkara Indramayu menggunakan:

2. Proyeksi PA (Posterior Anterior)

3. Tidak terdapat perbedaan antara teori dengan

penatalaksanaan pemeriksaan Thorax dengan kasus Efusi

pleura di Rumah Sakit Bhayangkara Indramayu.

4.2 Kesan

b. Pengaturan kolimasi hanya untuk objek yang diperiksa dengan

maksud untuk proteksi radiasi

c. Posisikan pasien senyaman mungkin agar pemeriksaan

berjalan lancar tanpa kesakitan

iv
DAFTAR PUSTAKA

Bontrager Kennet. 2018.“BONTRAGER’S TEXTBOOK OF RADIOGRAPHIC

POSITIONING AND RELATED ANATOMY,NINTH EDITION”.Missouri:

Elsevier .

MERRILL’S ATLAS OF RADIOGRAPIC POSITIONS AMP RADIOLOGI

PROCEDURES VOLUME ONE.

Akhadi Mukhlis. 2014. “Analisis Unsur Kelumit Melalui Pancaran Sinar –X

Karakteristik” Buletin Alara Vol 8: 4-5.

Akhadi Mukhlis. 2020. “Sinar-X Menjawab Masalah Kesehatan”. Yogyakarta:

CV. Budi utama.

Siti Aisyah Nasution “Jurnal AnLabMed Analis Laboratorium Medis 1” (1), 23-

32, Medan 2019.

Asih Puji Utami, dkk 2014. “Radiologi Dasar 1”. Magelang Jawa Tengah: Inti

Medika Pustaka 2014.

BAPETEN, 2011. “ Uji kesesuaian Pesawat Sinar-X Radiologi diagnostik ”

Tersedia :

https://jdih.bapeten.go.id/id/dokumen/peraturan/peraturan-

kepala-badan-pengawas-tenaga-nuklir-nomor-9-tahun-2011-

tentang-uji-kesesuaian-pesawat-sinar-x-radiologi-diagnostik

NGAFIFUDDIN MUCHAMAD, 2016. “Rancang Bangun Ph Meter Dengan

Sensor E-201c Berbasis Mikrokontroler Arduino Uno Untuk Diterapkan Pada

Mesin Pencuci Film Radiografi Sinar-X ”

Tersedia : https://lib.unnes.ac.id/26733/1/4211412034.pdf

iv
LAMPIRAN GAMBAR

A. Surat Permintaan Pemeriksaan

B. Surat Hasil Expertise Dokter

iv
iv

Anda mungkin juga menyukai