Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH TEKNIK RADIOGRAFI ANAK (PEDIATRICS) DI RSUD DR

SOEDONO MADIUN

DOSEN PENGAMPU TEKNIK RADIOGRAFI 3

Bapak Agung Nugroho Setiawan, S.ST.

Disusun Oleh :

ARIF WICAKSONO SUPRAYOGI


NIM : P1337430216024

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN TEKNIK RADIOLOGI


JURUSAN TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI SEMARANG
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SEMARANG
2017

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya
penulis dapat menyelesaikan makalah tentang Teknik Radiografi Anak di RSUD Dr Soedono
Madiun ini dengan baik, meskipun pada kenyataannya makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Dan penulis juga berterimakasih kepada Bapak Agung selaku dosen pengampu mata
kuliah teknik radiografi 3 yang telah memberikan tugas ini kepada penulis, sehingga penulis
berkesempatan mempelajari Teknik Radiografi Anak di RSUD Dr Soedono Madiun.
Penulis sangat berharap makalah ini dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan
bagi pembaca mengenai teknik radiografi anak. Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
dalam perbaikan makalah yang dibuat oleh penulis ini, mengingat tidak ada sesuatu yang dapat
berubah menjadi lebih baik lagi tanpa adanya kritik dan saran.
Semoga makalah yang sederhana ini dapat dipahami oleh siapapun yang membaca dan
dapat bermanfaat bagi kami dan bagi para pembacanya. Sebelumnya penulis mohon maaf
apabila ada kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan penulis memohon kritis dan saran
yang membangun dari pembaca demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.

Madiun, 25 November 2017

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Sampul ........................................................................................................ i


Kata Pengantar ........................................................................................................... ii
Daftar Isi .................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 4


1.1. Latar Belakang Masalah ............................................................................. 4
1.2. Rumusan Masalah ....................................................................................... 4
1.3. Tujuan ......................................................................................................... 4
1.4. Manfaat....................................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 5
2.1.Pengertian Teknik Pemeriksaan Radiografi Anak......................................... 5
2.2.Perbedaan Anatomi Anak-Anak dan Dewasa............................................... 5
2.2.1.Gambaran Umum Anatomi Anak ........................................................... 6
2.3.Alat Imobilisasi pada Pediatrik..................................................................... 9
2.4.Indikasi Pemeriksaan yang Sering Dilakukan Pada Anak-Anak.................. 10
BAB III PEMBAHASAN........................................................................................ 13
3.1. Cara penanganan pasien anak-anak di RSUD Dr Soedono Madiun................ 13
3.2. Prosedur pemeriksaan radiografi anak di RSUD Dr Soedono Madiun
(THORAX) dengan posisi supine...................................................................... 14
BAB IV PENUTUP................................................................................................... 16
4.1. Kesimpulan........................................................................................................ 16
4.2. Saran.................................................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Radiologi adalah cabang atau spesialisasi kedokteran yang berhubungan
dengan studi dan penerapan berbagai teknologi pencitraan untuk mendiagnosis dan
mengobati penyakit. Pencitraan dapat menggunakan sinar-X, USG, CT scan,
tomografi emisi positron (PET) dan MRI.Pencitraan tersebut menciptakan gambar
dari konfigurasi dalam dari sebuah objek padat, seperti bagian tubuh manusia,
dengan menggunakan energi radiasi. Radiologi juga kadang-kadang disebut
radioskopi atau radiologi klinis. Radiologi intervensi adalah prosedur medis dengan
bimbingan teknologi pencitraan. Pencitraan medis biasanya dilakukan oleh ahli
radiografi atau penata rontgen. Seorang radiolog (dokter spesialis radiologi)
kemudian membaca atau menginterpretasikan gambar untuk menentukan cedera,
menentukan seberapa serius cedera tersebut atau membantu mendeteksi kelainan
seperti tumor. Itulah sebabnya mengapa pasien seringkali harus menunggu untuk
mendapatkan hasil resmi sinar-X atau gambar lainnya bahkan setelah dokter
utamanya telah mengkajinya. Seorang spesialis radiologi juga harus
menginterpretasikan hasil dan berkonsultasi dengan dokter utama untuk
menegakkan diagnosis yang akurat.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan teknik radiografi anak?
2. Bagaimana perbedaan anatomi pada anak-anak dan orang dewasa?
3. Bagaimana alat imobilisasi yang digunakan pada pasien anak-anak?
1.3. Tujuan
1. Mengetahui definisi teknik pemeriksaan radiografi anak.
2. Mengetahui perbedaan anatomi tubuh anak-anak dengan orang dewasa.
3. Mengetahui alat imobilisasi yang digunakan pada pasien anak-anak.
1.4. Manfaat
1. Menambah pengetahuan tentang teknik pemeriksaan radiografi anak.
2. Dapat mengetahui dan melakukan teknik pemeriksaan radiografi pada anak
dengan baik dan benar.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Teknik Pemeriksaan Radiografi Anak


Teknik radiografi anak adalah teknik pemeriksaan yang dilakukan pada anak-
anak pada rentang usia 0-12 tahun. Teknik pemeriksaan ini sebenarnya tidak
berbeda jauh dengan teknik pemeriksaan orang dewasa. Namun yang menjadikan
teknik pemeriksaan ini sedikit berbeda adalah cara petugas dalam menghadapi
pasien anak-anak yang tidak jarang, bila akan diperiksa anak-anak akan merasa
ketakutan. Anak-anak akan merasa ketakutan dapat disebabkan oleh beberapa
faktor :
1. Takut akan peralatan yang digunakan untuk pengambilan gambar radiografi
terlihat asing baginya.
2. Takut bertemu terhadap orang asing yang baru pertama kali ia jumpai.
3. Takut bila tindakan tersebut ternyata menyakitinya.
Tentu tidak semua anak merasa ketakutan ketika akan dilakukan pemeriksaan
radiologi. Anak-anak yang sering ketakutan ketika hendak diperiksa berada pada
rentang umur 6 bulan – 4 tahun. Kebanyakan anak-anak pada rentang umur tersebut
akan menangis ketika hendak diperiksa sehingga perlu perlakuan khusus supaya
anak-anak tersebut mau untuk diajak bekerja sama selama pemeriksaan.

2.2. Perbedaan Anatomi Anak-Anak dan Dewasa


Anak-anak bukanlah orang dewasa dengan tubuh kecil. Mereka memiliki
kasus penyakit pada tubuh, dan struktur karakteristik tubuh yang berbeda dengan
orang dewasa. Bukan hanya lebih kecil, tetapi struktur anatomi pada anak-anak juga
berbeda. Perbedaannya yaitu :
1) Bayi yang baru lahir memiliki lengkung tengkorak yang tipis dan tanda
vaskular tidak ada sebelum usia satu tahun.
2) Tulang hidung tidak mengeras sebelum usia tiga tahun.
3) Sinus paranasal biasanya tidak terisi udara sampai usia enam tahun.
4) Tulang skafoid tidak mengeras sebelum usia enam tahun.

5
5) Kedalaman yang lebih kecil dari toraks (diameter antero-posterior). Hasilnya
sedikit pembesaran jantung, akibat pembesaran, pada proyeksi antero-
posterior dada dibandingkan dengan orang dewasa.
6) Timus berkontribusi pada bayangan kardio-mediastinum di anak kecil dan
perwujudan variable bisa meniru patologi.
7) Beberapa pusat pengerasan di berbagai lokasi dapat menyebabkan
kebingungan, dalam kombinasi dengan kualitas citra yang tinggi, akan
membantu interpretasi.
8) Anak-anak memiliki denyut jantung dan pernafasan lebih cepat daripada
orang dewasa.
9) Sumsum tulang merah radiosensitif lebih luas pada anak-anak dan ada di
hampir semua tulang neonatus.
Perbedaan anatomis ini harus diperhitungkan saat mengoptimalkan teknik
dalam radiografi anak, misal ini jelas bahwa pandangan skafoid yang spesifik tidak
perlu dilakukan pada anak-anak di bawah usia enam tahun.

2.2.1. GAMBARAN UMUM ANATOMI ANAK


a. Tengkorak
Tulang tengkorak terdiri dari 2 os parietal, 1 os oksipital, dan 2 os frontal,
tulang-tulang ini berhubungan satu dengan lainnya melalui membran yang disebut
sutura, dan diantara sudut - sudut tulang terdapat ruang yang tertutup membran yang
disebut fontanel. Titik tertinggi tulang tengkorak disebut verteks, yang menandakan
perluasan ke arah posterior dermatom N.V1 pada kulit kepala.
Sutura pada tengkorak dibagi menjadi :
1. Sutura sagitalis superior, menghubungkan kedua os parietal kiri dan kanan.
2. Sutura koronal, menghubungkan os parietal dengan os frontal.
3. Sutura lamboidea, menghubungkan os parietal dengan os oksipital.
4. Sutura metopika / frontal, menghubungkan kedua os frontal.
Fontanel ( ubun-ubun ) dibagi menjadi :

6
1. Fontanel mayor/anterior ( ubun-ubun besar/bregma ), berbentuk segi
empat, merupakan pertemuan sutura sagitalis superior, sutura frontal, dan
sutura koronal. Fontanel anterior akan tertutup sampai usia 18 bulan.
2. Fontanel minor/posterior ( ubun-ubun kecil ), berbentuk segi tiga,
merupakan pertemuan sutura sagitalis superior dan sutura lamboidea.
Sekitar usia 2 tahun kedua os frontal akan bersatu, namun pada beberapa
individu akan menetap pada usia remaja. Sutura sagitalis superior akan
menetap dan membentuk suatu sinostosis.
Os parietal mungkin memperlihatkan lubang-lubang untuk vena emiseria
parietal, tepat disebelah anterior terhadap sutura lamboidea. Vena emiseria ini
menembus os parietal dan berhubungan dengan sinus venosus di dalam dura
kranialis. Vena emiseria mengalirkan darah kulit kepala memasuki sinus-sinus
venosus selaput otak.

b. Wajah
Arkus zygomatikus terletak pada bagian terlebar wajah, merupakan
penonjolan kranium. Di bawah arkus ini terdapat penonjolan os temporal yang
disebut prosesus mastoideus. Pada saat kelahiran garis sutura ditengah membagi
dua sutura secara vertikal, memisahkan os parietal, frontal, nasal, maksila, dan
mandibula dari sisi lawannya. Setelah usia 2 tahun kedua sisi mandibula bersatu
pada simfisis menti.
Rongga orbita adalah ruangan berbentuk limas yang tersusun dari os frontal,
maksila, zygomatikus, sfenoid, etmoidalis dan lakrimalis. Batas-batas adalah
rongga orbita adalah:
1. Atap : os frontal.
2. Dasar : prosesus orbitalis maksila.
3. Lateral : os zygomatikus dan os frontal.
4. Medial : os etmoidalis, os lakrimalis.
Maksila membentuk dasar rongga orbita dan gusi. Sinus maksilaris
merupakan perluasan ke di dinding medial os maksila. Dengan terjadinya erupsi
gigi susu maka ruangan sinus ini akan bertambah besar, tetapi pertumbuhan maksila

7
sangat lambat karena pertumbuhan gigi permanen baru terjadi pada usia 6 tahun.
Pertambahan ukuran sinus dan tulang alveolar terjadi secara simultan bersama
tulang mandibula.
Mandibula terdiri dari dua bagian pada waktu lahir, dipisahkan oleh jaringan fibrosa
( sutura inter mandibularis ) yang akan mengalami osifikasi pada tahun pertama
menjadi simfisis menti. Os mandibula mempunyai prosesus alveolaris yang
mengelilingi akar gigi bawah. Pemanjangan mandibula terjadi bersamaan dengan
pertumbuhan gigi. Pemanjangan ramus mandibula dibutuhkasn untuk menampung
gigi yang sedang mengalami erupsi dan mempertahankannya dalam posisi oklusi
sesuai dengan bertambahnya jumlah gigi pada maksila sehingga ruang untuk erupsi
gigi cukup besar. Pertumbuhan panjang mandibula ini terjadi pada epifisis leher
mandibula ( yang terbentuk dari kartilago sekuler ). Pada saat lahir mandibula
berbentuk tumpul. Prosessus koronoideus terletak lebih tinggi dari pada kondilus.
Posisi normal mandibula baru tercapai pada usia 2 tahun, dan setelah erupsi gigi
permanen posisi kondilus lebih tinggi dari pada prosesus koronoideus.

c. Thoraks
Dinding toraks tersusun dari sternum, klavikula, iga, dan vertebra torakal.
Pada bayi, bentuk dada hampir bulat. Pada usia di bawah 2 tahun, lingkar dada lebih
kecil daripada lingkar kepala. Dada membesar dalam diameter transversal. Pada
bayi prematur, iga-iga masih tipis dan sela iga akan tertarik ke dalam pada saat
inspirasi. Dalam keadaan normal, dapat teraba celah Harrison yang merupakan
tempat perlekatan diafragma pada iga. Tulang iga terletak lebih horisontal, sehingga
batas rongga dada lebih tinggi daripada orang dewasa. Dengan lebih tingginya batas
atas rongga dada, maka posisi diafargma juga akan menjadi lebih tinggi, dan hal ini
akan mengakibatkan pertambahan volume abdomen. Seiring dengan pertambahan
usia, akan terjadi perubahan posisi iga menjadi lebih miring, sehingga batas atas
rongga dada akan turun. Rongga dada berisi struktur-struktur penting, yaitu timus,
paru-paru, jantung, dan pembuluh darah besar.

8
d. Abdomen
Dinding perut membentuk rongga perut yang melindungi isi rongga perut.
Integritas lapisan muskulo-aponeurosis dinding perut sangat penting untuk
mencegah terjadinya hernia. Fungsi otot dinding perut adalah untuk pernafasan,
proses berkemih, dan defekasi dengan meninggikan tekanan intra abdomen.
Dinding perut terdiri dari berbagai lapisan, yaitu kutis, subkutis, lemak subkutan,
fasia superfisialis (fasia skarpa). Kemudian otot dinding perut, yaitu m.oblikus
abdominis eksternus, m.oblikus abdominis internus, dan m.transversus abdominis,
dan akhirnya lapisan preperitoneum dan peritoneum, yaitu fasia transversalis,
lemak preperitoneal, dan peritoneum.
Otot perut anak biasanya lebih tipis dan lebih lemah daripada orang dewasa.
Jika anak berbaring, perut kelihatan datar, dan bila berdiri akan terjadi lordosis
sehingga perut kelihatan membuncit. Keadaan ini dianggap normal sampai
pubertas. Anak dibawah usia 6 tahun, gerakan abdomen akan lebih dominan
daripada gerakan toraks, sehingga bila di atas usia 6 tahun masih tampak gerakan
abdomen yang dominan perlu dicurigai adanya kelainan paru.
Organ-organ perut relatif besar, tepi hati yang lunak dapat teraba di bawah arkus
kosta kanan. Limpa biasanya tidak teraba.

2.3. Alat Imobilisasi pada Pediatrik


Pediatric pasien biasanya merupakan bayi dan anak-anak di umur 12-14
tahun. Untuk anak-anak di atas 12-14 tahun, tidak diperlukan alat khusus
imobilisasi, hanya cukup menggunakan gonadal shield dan mengurangi faktor
eksposi. pada bayi dan balita, alat imobilisasi khusus digunakan untuk mencegah
pergerakan selama eksposure berlansung.
Pediatric radiografi biasanya menggunakan waktu eksposi yang singkat dan
mA yang tinggi untuk meminimalkan kekaburan pada radiograf yang mungkin
terjadi karena pergerakan pasien. Namun terkadang, pergerakan tidak dapat dicegah
oleh radiografer, maka dari itu radiografer memerlukan alat imobilisasi saat
pemeriksaan.

9
Sebelum menggunakan alat imobilisasi, perlu dilakukan komunikasi dengan
orangtua atau wali pasien. Sebelum alat imobilisasi digunakan, orangtua atau wali
harus memberikan persetujuannya. Jika orangtua pasien sudah dapat kooperatif,
maka kesempatan berhasilnya pemeriksaan dapat terjadi.
Beberapa alat imobilisasi yang dapat digunakan adalah Tam-em board, Pigg-O-
Stat, Posi-Tot, dan Papoose Board. Radiografer perlu memahami bagaimana cara
penggunaan alat-alat imobilisasi tersebut untuk memastikan keamanan dan
keefektifan pasien.
Alat imobilisasi lain yang biasa digunakan dan lebih sederhana adalah pita
pengikat, handuk, sandbags, sponge, compression bands, stockingnettes, dan ace
bandages, jika digunakan dengan benar alat itu sudah cukup untuk mencegah
pergerakan pasien.

2.4. Indikasi Pemeriksaan yang Sering Dilakukan Pada Anak-Anak


a) Classic Metaphyseal Lesion (CML)
Fraktur yang secara spesifik mengindikasikan adanya kekerasan terhadap
anak-anak dan biasanya terjadi pada tulang panjang. Frakture ini terjadi sepanjang
daerah metafisis yang mengakibatkan sobekan atau avulsion dari metafisis. CML
juga termasuk corner fracture dan bucket-handle fracture berdasarkan kemunculan

10
dan tempat terjadinya. CML dapat disebabkan karena kekuatan berlebih pada
metafisis, seperti menarik ekstremitas atau menahan anak disekitar thoraks.

(http://www.ghrnet.org/index.php/IJR/article/viewFile/1487/1919/10571 .
Diunduh pada 25/11/2017 22:21 WIB)
b) Rib Fractures
Fraktur tulang rusuk biasanya terjadi dibagian posterior, merupakan indikasi
kekerasan yang paling tinggi. Terjadinya fraktur ini karena guncangan yang keras
pada anak-anak, dengan guncangan keras yang diberikan dari arah depan ke
belakang dapat membuat tulang rusuk patah. Guncangan ini dapat menyebabkan
fraktur pada costovertebral joint dan costotransverse. Selain itu juga dapat
menyebabkan patah pada scapula bagian posterior dan sternum bagian anterior.

Gambar 2.4. b Contoh Gambar Rib


Fracture pada anak-anak

(http://3.bp.blogspot.com/_fBQVVpFhTQ
s/TQMXR2dq_cI/AAAAAAAABLo/Th5
7E_zoyAw/s1600/non_accidental_injury.jpg
Diunduh pada 25/11/2017 22:25 WIB)

11
c) Osteogenesis imperfecta
Osteogenesis imperfecta kelainan pembentukan jaringan ikat yang umumnya
ditandai dengan tulang mudah patah, kelainan pada ligamen, kulit, sklera, gigi,
ataupun tuli. Fraktur dan deformitas tulang dapat terjadi walau dengan trauma
ringan.

12
BAB III
PEMBAHASAN

3.1. Cara penanganan pasien anak-anak di RSUD Dr Soedono Madiun


Di RSUD Dr Soedono Madiun sebenarnya tidak ada yang spesial dalam
penanganan pasien anak-anak. Prosedur yang digunakan untuk pasien anak-anak
sama dengan pasien dewasa. Pertama pasien dipanggil untuk masuk ke ruang
pemeriksaan, kemudian grafer mencocokkan identitas pasien dengan prosedur wali
anak tersebut yang menyebutkan nama dan umur. Selanjutnya grafer melakukan
anamnase dan menyiapkan peralatan yang hendak digunakan dalam pemeriksaan.
Untuk menghindari anak tersebut menangis saat diperiksa, orang-orang yang tidak
berkepentingan dipersilahkan untuk menunggu diluar. Namun, apabila anak
tersebut sudah terlanjur menangis dan meronta, grafer meminta agar wali pasien
yang ada untuk bisa masuk ke dalam ruang pemeriksaan dan diminta untuk
memagang erat tangan dan kaki pasien agar tidak banyak bergerak sehingga
gambaran radiografi yang dihasilkan baik dan jelas. Pada kasus pemeriksaan thorax
pediatrik, ekspose dilakukan pada saat anak tersebut menangis dan menarik nafas.
Faktor eksposi yang digunakan yaitu dengan menggunakan teknik kV tinggi dan
mAs rendah, agar waktu eksposi yang dilakukan singkat. Untuk beberapa kasus
seperti pemeriksaan manus, RSUD Dr Soedono Madiun tidak memiliki alat
imobilisasi khusus sehingga menggunakan penggaris sebagai alat imobilisasi.
Penggunaan alat-alat yang tidak sesuai dengan standar operasional memang
membuat anak kesakitan dan semakin menangis. Namun hal ini terbukti efektif
sebagai salah satu cara menangani pasien anak-anak dengan peralatan imobilisasi
yang minim di RSUD Dr Soedono Madiun.
Bila orang tua pasien dengan terpaksa harus memegangi, orang tua pasien
diberikan apron agar terhindar dari radiasi. Dengan ditemani orang tua, biasanya
anak-anak cenderung tenang dan tidak ketakutan. Setelah pemeriksaan selesai
dilakukan radiografer biasa menghibur anak tersebut sejenak sambil menunggu
hasil. Bila hasil sudah baik, pasien dipersilahkan untuk pulang.

13
3.2. Prosedur pemeriksaan radiografi anak di RSUD Dr Soedono Madiun
(THORAX) dengan posisi supine

1) Teknik Pemeriksaan
a. Persiapan pasien
Persiapan yang dilakukan pasien sebelum pemeriksaan adalah melepas
semua logam yang berada disekitar objek yang diperiksa dan mengganti
pakaiannya dengan baju pasien yang telah disediakan di ruang ganti.
b. Persiapan Alat dan Bahan Alat
Bahan yang digunakan dalam pemeriksaan antara lain :
1) Pesawat Rontgen Konvensional dan meja pemeriksaan
2) Kaset dan film dengan ukuran sesuai ukuran tubuh anak / pasien.
3) Marker R atau L
4) Dan Assesoris lainnya

c. Teknik Pengambilan Gambar

Ada beberapa posisi pada pengambilan gambar Thorax bayi dan anak-anak
diantaranya:

·Anteroposterior (AP)

· Posteroanterior (PA)

· Lateral Anteriorposterior

(AP) dan Lateral merupakan posisi pemeriksaan Thorax yang paling sering
digunakan pada bayi dan anak-anak. Sedangkan pada dewasa menggunakan posisi
Posteroanterior (PA).

Teknik pemeriksaan yang lain dilakukan dengan klinis tertentu.

1) Anteroposterior Supine – Neonatal Unit


• Bayi di posisikan supine diatas kaset dengan selembar kain diantara
kaset dan bayi.
• Letakan marker R atau L di atas kaset
• Mid sagittal plane sejajar dengan pertengahan kaset
• Pastikan dada dan kepala tegak lurus, pinggul dan bahu sejajar
• Kepala di ganjal sandbag agar tidak berotasi
• Letakkan bantalan busa dibawah bahu untuk menghindasi proyeksi
lordotik dan untuk mengangkat bahu dan mencegah superposisi dengan
apex paru

14
• Tangan berada di samping tubuh
• Tangan juga dapat di immobalisasi dengan Velcro band dan/ atau
sandbag
• Jika pasien harus dipegang, posisikan tangan pasien di samping kepala
dengan memfleksikan tangan
• Kaki lurus dengan diganjal di bagian lutut
• Eksposi pada saat pasien inspirasi penuh, jika pesien menangis
perhatikan pernapasannya.
• Pada inspirasi penuh tampak iga ke 8-9
• Paru-paru tidak berotasi
• Tampak gambaran trachea dan vertebrae sampai CV Thoracal 12/ CV
Lumbal 1
• Tampak rongga diafragma
• Tampak gambaran jantung
• Tampak sinus costophrenicus dan sinus cardiophrenicus
• Tampak clavicula dan scapula.

15
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
a. Teknik radiografi anak adalah teknik pemeriksaan yang dilakukan pada anak-
anak pada rentang usia 0-12 tahun.
b. Tubuh pada anak-anak lebih tipis dan kecil dibandingkan dengan orang
dewasa karena belum terbentuk dengan sempurna.
c. Alat imobilisasi pada anak-anak meliputi :
- Tam-em board, Pigg-O-Stat, Posi-Tot, dan Papoose Board
d. Indikasi yang sering terjadi pada kasus pediatrik :
- Classic Metaphyseal Lesion (CML)
- Rib Fractures
- Osteogenesis imperfecta
e. Cara Penanganan pasien anak-anak di RSD Gunung Jati Cirebon yaitu dengan
komunikasi terhadap orang tua agar turut membantu selama proses
pemeriksaan berlangsung.

4.2. Saran
a. Sebaiknya radiografer mempelajari sifat dan psikologis anak, supaya pasien
anak-anak tidak merasa ketakutan saat dilakukan pemeriksaan radiologi.
b. radiografer harus lebih bisa melakukan pendekatan dengan anak agar lebih
mempermudah melakukan pemeriksaan terhadap anak.

16
DAFTAR PUSTAKA

Bontrager, Keneth L. 2005. Textbook of Radiographic Positionning and Related


Anatomy. Sixth Edition. Missouri: Elsevier Mosby.
Bontrager, Keneth L. 2010. Textbook of Radiographic Positionning and Related
Anatomy. Seventh Edition. Missouri: Elsevier Mosby.
MERRILL'S ATLAS OF RADIOORAPHIC POSIT IONS AND RADIOLOOIC
PROCEDURES. 12th Edition. Copyright 2014, Mosby, Inc. All rights reserved

17

Anda mungkin juga menyukai