SOEDONO MADIUN
Disusun Oleh :
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya
penulis dapat menyelesaikan makalah tentang Teknik Radiografi Anak di RSUD Dr Soedono
Madiun ini dengan baik, meskipun pada kenyataannya makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Dan penulis juga berterimakasih kepada Bapak Agung selaku dosen pengampu mata
kuliah teknik radiografi 3 yang telah memberikan tugas ini kepada penulis, sehingga penulis
berkesempatan mempelajari Teknik Radiografi Anak di RSUD Dr Soedono Madiun.
Penulis sangat berharap makalah ini dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan
bagi pembaca mengenai teknik radiografi anak. Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
dalam perbaikan makalah yang dibuat oleh penulis ini, mengingat tidak ada sesuatu yang dapat
berubah menjadi lebih baik lagi tanpa adanya kritik dan saran.
Semoga makalah yang sederhana ini dapat dipahami oleh siapapun yang membaca dan
dapat bermanfaat bagi kami dan bagi para pembacanya. Sebelumnya penulis mohon maaf
apabila ada kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan penulis memohon kritis dan saran
yang membangun dari pembaca demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
5) Kedalaman yang lebih kecil dari toraks (diameter antero-posterior). Hasilnya
sedikit pembesaran jantung, akibat pembesaran, pada proyeksi antero-
posterior dada dibandingkan dengan orang dewasa.
6) Timus berkontribusi pada bayangan kardio-mediastinum di anak kecil dan
perwujudan variable bisa meniru patologi.
7) Beberapa pusat pengerasan di berbagai lokasi dapat menyebabkan
kebingungan, dalam kombinasi dengan kualitas citra yang tinggi, akan
membantu interpretasi.
8) Anak-anak memiliki denyut jantung dan pernafasan lebih cepat daripada
orang dewasa.
9) Sumsum tulang merah radiosensitif lebih luas pada anak-anak dan ada di
hampir semua tulang neonatus.
Perbedaan anatomis ini harus diperhitungkan saat mengoptimalkan teknik
dalam radiografi anak, misal ini jelas bahwa pandangan skafoid yang spesifik tidak
perlu dilakukan pada anak-anak di bawah usia enam tahun.
6
1. Fontanel mayor/anterior ( ubun-ubun besar/bregma ), berbentuk segi
empat, merupakan pertemuan sutura sagitalis superior, sutura frontal, dan
sutura koronal. Fontanel anterior akan tertutup sampai usia 18 bulan.
2. Fontanel minor/posterior ( ubun-ubun kecil ), berbentuk segi tiga,
merupakan pertemuan sutura sagitalis superior dan sutura lamboidea.
Sekitar usia 2 tahun kedua os frontal akan bersatu, namun pada beberapa
individu akan menetap pada usia remaja. Sutura sagitalis superior akan
menetap dan membentuk suatu sinostosis.
Os parietal mungkin memperlihatkan lubang-lubang untuk vena emiseria
parietal, tepat disebelah anterior terhadap sutura lamboidea. Vena emiseria ini
menembus os parietal dan berhubungan dengan sinus venosus di dalam dura
kranialis. Vena emiseria mengalirkan darah kulit kepala memasuki sinus-sinus
venosus selaput otak.
b. Wajah
Arkus zygomatikus terletak pada bagian terlebar wajah, merupakan
penonjolan kranium. Di bawah arkus ini terdapat penonjolan os temporal yang
disebut prosesus mastoideus. Pada saat kelahiran garis sutura ditengah membagi
dua sutura secara vertikal, memisahkan os parietal, frontal, nasal, maksila, dan
mandibula dari sisi lawannya. Setelah usia 2 tahun kedua sisi mandibula bersatu
pada simfisis menti.
Rongga orbita adalah ruangan berbentuk limas yang tersusun dari os frontal,
maksila, zygomatikus, sfenoid, etmoidalis dan lakrimalis. Batas-batas adalah
rongga orbita adalah:
1. Atap : os frontal.
2. Dasar : prosesus orbitalis maksila.
3. Lateral : os zygomatikus dan os frontal.
4. Medial : os etmoidalis, os lakrimalis.
Maksila membentuk dasar rongga orbita dan gusi. Sinus maksilaris
merupakan perluasan ke di dinding medial os maksila. Dengan terjadinya erupsi
gigi susu maka ruangan sinus ini akan bertambah besar, tetapi pertumbuhan maksila
7
sangat lambat karena pertumbuhan gigi permanen baru terjadi pada usia 6 tahun.
Pertambahan ukuran sinus dan tulang alveolar terjadi secara simultan bersama
tulang mandibula.
Mandibula terdiri dari dua bagian pada waktu lahir, dipisahkan oleh jaringan fibrosa
( sutura inter mandibularis ) yang akan mengalami osifikasi pada tahun pertama
menjadi simfisis menti. Os mandibula mempunyai prosesus alveolaris yang
mengelilingi akar gigi bawah. Pemanjangan mandibula terjadi bersamaan dengan
pertumbuhan gigi. Pemanjangan ramus mandibula dibutuhkasn untuk menampung
gigi yang sedang mengalami erupsi dan mempertahankannya dalam posisi oklusi
sesuai dengan bertambahnya jumlah gigi pada maksila sehingga ruang untuk erupsi
gigi cukup besar. Pertumbuhan panjang mandibula ini terjadi pada epifisis leher
mandibula ( yang terbentuk dari kartilago sekuler ). Pada saat lahir mandibula
berbentuk tumpul. Prosessus koronoideus terletak lebih tinggi dari pada kondilus.
Posisi normal mandibula baru tercapai pada usia 2 tahun, dan setelah erupsi gigi
permanen posisi kondilus lebih tinggi dari pada prosesus koronoideus.
c. Thoraks
Dinding toraks tersusun dari sternum, klavikula, iga, dan vertebra torakal.
Pada bayi, bentuk dada hampir bulat. Pada usia di bawah 2 tahun, lingkar dada lebih
kecil daripada lingkar kepala. Dada membesar dalam diameter transversal. Pada
bayi prematur, iga-iga masih tipis dan sela iga akan tertarik ke dalam pada saat
inspirasi. Dalam keadaan normal, dapat teraba celah Harrison yang merupakan
tempat perlekatan diafragma pada iga. Tulang iga terletak lebih horisontal, sehingga
batas rongga dada lebih tinggi daripada orang dewasa. Dengan lebih tingginya batas
atas rongga dada, maka posisi diafargma juga akan menjadi lebih tinggi, dan hal ini
akan mengakibatkan pertambahan volume abdomen. Seiring dengan pertambahan
usia, akan terjadi perubahan posisi iga menjadi lebih miring, sehingga batas atas
rongga dada akan turun. Rongga dada berisi struktur-struktur penting, yaitu timus,
paru-paru, jantung, dan pembuluh darah besar.
8
d. Abdomen
Dinding perut membentuk rongga perut yang melindungi isi rongga perut.
Integritas lapisan muskulo-aponeurosis dinding perut sangat penting untuk
mencegah terjadinya hernia. Fungsi otot dinding perut adalah untuk pernafasan,
proses berkemih, dan defekasi dengan meninggikan tekanan intra abdomen.
Dinding perut terdiri dari berbagai lapisan, yaitu kutis, subkutis, lemak subkutan,
fasia superfisialis (fasia skarpa). Kemudian otot dinding perut, yaitu m.oblikus
abdominis eksternus, m.oblikus abdominis internus, dan m.transversus abdominis,
dan akhirnya lapisan preperitoneum dan peritoneum, yaitu fasia transversalis,
lemak preperitoneal, dan peritoneum.
Otot perut anak biasanya lebih tipis dan lebih lemah daripada orang dewasa.
Jika anak berbaring, perut kelihatan datar, dan bila berdiri akan terjadi lordosis
sehingga perut kelihatan membuncit. Keadaan ini dianggap normal sampai
pubertas. Anak dibawah usia 6 tahun, gerakan abdomen akan lebih dominan
daripada gerakan toraks, sehingga bila di atas usia 6 tahun masih tampak gerakan
abdomen yang dominan perlu dicurigai adanya kelainan paru.
Organ-organ perut relatif besar, tepi hati yang lunak dapat teraba di bawah arkus
kosta kanan. Limpa biasanya tidak teraba.
9
Sebelum menggunakan alat imobilisasi, perlu dilakukan komunikasi dengan
orangtua atau wali pasien. Sebelum alat imobilisasi digunakan, orangtua atau wali
harus memberikan persetujuannya. Jika orangtua pasien sudah dapat kooperatif,
maka kesempatan berhasilnya pemeriksaan dapat terjadi.
Beberapa alat imobilisasi yang dapat digunakan adalah Tam-em board, Pigg-O-
Stat, Posi-Tot, dan Papoose Board. Radiografer perlu memahami bagaimana cara
penggunaan alat-alat imobilisasi tersebut untuk memastikan keamanan dan
keefektifan pasien.
Alat imobilisasi lain yang biasa digunakan dan lebih sederhana adalah pita
pengikat, handuk, sandbags, sponge, compression bands, stockingnettes, dan ace
bandages, jika digunakan dengan benar alat itu sudah cukup untuk mencegah
pergerakan pasien.
10
dan tempat terjadinya. CML dapat disebabkan karena kekuatan berlebih pada
metafisis, seperti menarik ekstremitas atau menahan anak disekitar thoraks.
(http://www.ghrnet.org/index.php/IJR/article/viewFile/1487/1919/10571 .
Diunduh pada 25/11/2017 22:21 WIB)
b) Rib Fractures
Fraktur tulang rusuk biasanya terjadi dibagian posterior, merupakan indikasi
kekerasan yang paling tinggi. Terjadinya fraktur ini karena guncangan yang keras
pada anak-anak, dengan guncangan keras yang diberikan dari arah depan ke
belakang dapat membuat tulang rusuk patah. Guncangan ini dapat menyebabkan
fraktur pada costovertebral joint dan costotransverse. Selain itu juga dapat
menyebabkan patah pada scapula bagian posterior dan sternum bagian anterior.
(http://3.bp.blogspot.com/_fBQVVpFhTQ
s/TQMXR2dq_cI/AAAAAAAABLo/Th5
7E_zoyAw/s1600/non_accidental_injury.jpg
Diunduh pada 25/11/2017 22:25 WIB)
11
c) Osteogenesis imperfecta
Osteogenesis imperfecta kelainan pembentukan jaringan ikat yang umumnya
ditandai dengan tulang mudah patah, kelainan pada ligamen, kulit, sklera, gigi,
ataupun tuli. Fraktur dan deformitas tulang dapat terjadi walau dengan trauma
ringan.
12
BAB III
PEMBAHASAN
13
3.2. Prosedur pemeriksaan radiografi anak di RSUD Dr Soedono Madiun
(THORAX) dengan posisi supine
1) Teknik Pemeriksaan
a. Persiapan pasien
Persiapan yang dilakukan pasien sebelum pemeriksaan adalah melepas
semua logam yang berada disekitar objek yang diperiksa dan mengganti
pakaiannya dengan baju pasien yang telah disediakan di ruang ganti.
b. Persiapan Alat dan Bahan Alat
Bahan yang digunakan dalam pemeriksaan antara lain :
1) Pesawat Rontgen Konvensional dan meja pemeriksaan
2) Kaset dan film dengan ukuran sesuai ukuran tubuh anak / pasien.
3) Marker R atau L
4) Dan Assesoris lainnya
Ada beberapa posisi pada pengambilan gambar Thorax bayi dan anak-anak
diantaranya:
·Anteroposterior (AP)
· Posteroanterior (PA)
· Lateral Anteriorposterior
(AP) dan Lateral merupakan posisi pemeriksaan Thorax yang paling sering
digunakan pada bayi dan anak-anak. Sedangkan pada dewasa menggunakan posisi
Posteroanterior (PA).
14
• Tangan berada di samping tubuh
• Tangan juga dapat di immobalisasi dengan Velcro band dan/ atau
sandbag
• Jika pasien harus dipegang, posisikan tangan pasien di samping kepala
dengan memfleksikan tangan
• Kaki lurus dengan diganjal di bagian lutut
• Eksposi pada saat pasien inspirasi penuh, jika pesien menangis
perhatikan pernapasannya.
• Pada inspirasi penuh tampak iga ke 8-9
• Paru-paru tidak berotasi
• Tampak gambaran trachea dan vertebrae sampai CV Thoracal 12/ CV
Lumbal 1
• Tampak rongga diafragma
• Tampak gambaran jantung
• Tampak sinus costophrenicus dan sinus cardiophrenicus
• Tampak clavicula dan scapula.
15
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
a. Teknik radiografi anak adalah teknik pemeriksaan yang dilakukan pada anak-
anak pada rentang usia 0-12 tahun.
b. Tubuh pada anak-anak lebih tipis dan kecil dibandingkan dengan orang
dewasa karena belum terbentuk dengan sempurna.
c. Alat imobilisasi pada anak-anak meliputi :
- Tam-em board, Pigg-O-Stat, Posi-Tot, dan Papoose Board
d. Indikasi yang sering terjadi pada kasus pediatrik :
- Classic Metaphyseal Lesion (CML)
- Rib Fractures
- Osteogenesis imperfecta
e. Cara Penanganan pasien anak-anak di RSD Gunung Jati Cirebon yaitu dengan
komunikasi terhadap orang tua agar turut membantu selama proses
pemeriksaan berlangsung.
4.2. Saran
a. Sebaiknya radiografer mempelajari sifat dan psikologis anak, supaya pasien
anak-anak tidak merasa ketakutan saat dilakukan pemeriksaan radiologi.
b. radiografer harus lebih bisa melakukan pendekatan dengan anak agar lebih
mempermudah melakukan pemeriksaan terhadap anak.
16
DAFTAR PUSTAKA
17