ANTEBRACHI
Disusun Oleh :
LINDAN ZULFAN
4501.06.19A.019
PROGRAM STUDI
DIII TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN CIREBON
2020/2021
HALAMAN PENGESAHAN
Telah diperiksa dan disahkan untuk memenuhi tugas Praktek Laboratorium I Jurusan
Diploma III Radiodiagnostik dan Radioterapi STIKes Cirebon.
NIM : 4501.06.19.A019
Cirebon, 23 Desember
2020
Pembimbing
I. Pendahuluan
A. Latar Belakang
Kemajuan ilmu pengetahuan serta teknologi yang begitu pesat memicu terjadinya
perubahan dalam berbagai sistem kesehatan. Radiologi merupakan bidang yang sangat
erat kaitannya dengan perkembangan teknologi, yang dapat memberikan pengaruh
terhadap pelayanan kesehatan. Bagian radiologi merupakan salah satu unsur penting
penunjang pelayanan kesehatan yang bertujuan memberikan pelayanan diagnostik
sebaik-baiknya kepada masyarakat, untuk itu pelayanan radiologi perlu menjaga
pelayanan dengan standar mutu yang baik (Kartosuwiryo, 2012)
Ada 2 jenis pemeriksaan yang dilakukan di Instalasi Radiologi seperti pemeriksaan
kontras dan non kontras. Pemeriksaan kontras seperti tractus urinarius (BNO-IVP,
urethrography, cystography, urethrocystography, antegrade pyelography, retrograde
pyelography), tractus digestivus (oesofagografi, OMD, follow through, colon in loop),
HSG (hysterosalpingography), lopography, appendicography, angiography, dan
venography, sedangkan pemeriksaan non kontras seperti skull, vertebrae, thorax, BNO
atau abdomen, pelvis, extremitas upper (manus, wrist joint, antebrachi, elbow joint,
humerus, shoulder joint, clavicula, scapula) dan extremitas lower (ossa pedis, ankle
joint, cruris, knee joint, femur, hip joint) (Clark, 2011)
Pemeriksaan antebrachi merupakan suatu pencitraan yang memperlihatkan daerah
lengan bawah/antebrachia menggunakan sinar-x yang dipancarkan oleh pesawat sinar-x
konvensional.
Untuk proyeksi pemeriksaan Antebrachii yang biasa dilakukan di rumah sakit
yaitu posisi AP dan Lateral.
Dengan alasan diatas maka penulis tertarik mengkaji lebih lanjut mengenai teknik
pemeriksaan radiografi antebrachi dan membahasnya dalam laporan Praktek
Laboratorium ”Teknik Pemeriksaan Radiografi Antebrachi”.
B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah teknik pemeriksaan radiografi Antebrachi dengan proyeksi AP dan
Lateral?
C. Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui teknik pemeriksaan radiografi Antebrachi dengan proyeksi AP
dan Lateral.
D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Teori
2. Manfaat Institusi
a) Sebagai bahan referensi dan pustaka di kampus STIKes Cirebon terutama pada
program studi D3 Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi.
BAB II
I. Anatomi Antebrachi
Antebrachi terdiri dari dua tulang panjang yaitu radius dan ulna, namun kita harus
memperhatikan syarat pada setiap pemerksaan tulang panjang, selain objek inti yang
kita foto, kedua persendian tulang harus tampak. Jadi pada pemeriksaan antebrachii
kita juga perlu mengetahui tulang carpal yaitu sendi bawah pada pergelangan tangan
dan juga sendi siku yaitu 1/3 distal humerus.
b. Ulna atau tulang hasta adalah sebuah tulang pipa yang mempunyai sebuah
batang dan dua ujung. Tulang itu adalah tulang sebelah medial dan lengan
bawah dan lebih panjang dari radius atau tulang pengumpil. Kepala ulna ada di
sebelah ujung bawah.
• Ujung atas ulna Kuat dan tebal, dan masuk dalam formasi sendi siku.
Prosesus olekranon menonjol ke atas di sebelah belakang dan tepat masuk di
dalam fossa olekranon dari humerus. Prosesus koronoideus dari ulna menonjol
di depannya, lebih kecil dari pada prosesus olekranon dan tepat masuk di
dalam fossa koronoid dari humerus bila siku dibengkokan.
• Batang ulna Makin mendekati ujung bawah makin mengecil. Memberi
kaitan kepada otot yang mengendalikan gerakan dari pergelangan tangan dan
jar. Otot-otot flexor dating dari permukaan anterior dan otot-otot extensor dari
permukaan posterior. Otot yang mengadakan pronasi atau perputaran ke depan,
dan otot yang mengadan supinasi atau putaran ke belakang dari lengan bawah
juga dikaitkan kepada batang ulna.
• Ujung bawah ulna Dua eminensi atau peninggian timbul di atasnya.
Sebuah eminensi kecil bundar, kepala ulna, mengadakan sendi dengan sisi
medial dari ujung bawah radius dalam formasi persendian radio-ulnaris
inferior. Sebuah prosesus runcing, prosesus stiloideus menonjol ke bawah dari
belakang ujung bawah.
II. Patofisiologis
a. Fraktur
Patah atau retak tulang akibat kekerasan atau kecelakaan.
b. Fissure
KRITERIA EVALUASI
Berikut ini Kriteria radiograf yanf harus nampak pada proyeksi Ap antebrachi :
Pergelangan tangan dan distal humerus nampak.
Sedikit superimposisi caput, colum, tuberosity radial, pada daerah proksimal
ulna.
Tidak ada perpanjangan atau foreshortening dari epicondyles humeri.
Memungkinkan elbow joint terbuka jika shoulder ditempatkan pada bidang yang
sama dengan antebrachi.
Densitan yang sama antara daerah distal dan proksimal antebrachi.
b. Lateral Antebrachi
Kaset :
Pada projeksi lateral antebrachi digunakan 18 x 43 cm tunggal; 35×43 cm dibagi
dua memanjang. Tapi di indonesia digunakan kaset 24 x 30 cm dibagi dua untuk
da proyeksi.
Posisi Pasien :
Dudukan pasien di samping meja pemeriksaan dan rendahkan humerus, shoulder
joint, dan elbow joint sejajar pada bidang yang sama.
Posisi Objek :
Fleksikan elbow 90 derajat, dan pusatkan antebrachi di atas setengah permukaan
kaset yang membuka dan sejajar dengan long axis antebrachi.
Pastikan bahwa kesua sendi masuk pada gambaran radiograf.
Atur lengan pada posisi true lateral position. Sisi ibu jari dari tangan harus berada
di atas.
Pakaikan apron pada pasien untuk mengurangi dosis radiasi.
Arah Sinar :
Tegak lurus kaset pada mid point antebrachi.
Tampilan Struktur :
Proyeksi lateral menunjukkan tulang dari antebrachi, elbow joint, dan baris
proksimal tulang carpal.
KRITERIA EVALUASI
Berikut ini gambaran radiograf yang nampak pada proyeksi lateral antebrachi :
Pergelangan tangan dan distal humerus nampak.
Superimposisi dari radius dan ulna pada ujung distal.
Superimposisi oleh caput radial di atas prosesus koronoideus.
Radial tuberositas menghadap depan.
Epicondilus humerus superposisi.
Elbow fleksi 90 derajat.
Tampak soft tissue dan trabecula tulang di sepanjang poros radial dan ulnaris.
a. Pembangkit (developer)
Pembangkitan merupakan tahap pertama dalam pengolahan film. Pada tahap ini
perubahan terjadi sebagai hasil dari penyinaran. Dan yang disebut pembangkitan
adalah perubahan butir-butir perak halida di dalam emulsi yang telah mendapat
penyinaran menjadi perak metalik atau perubahan dari bayangan laten menjadi
bayangan tampak. Lamanya film dalam cairan pembangkitan tergantung dari kualitas
cairan developer, bila cairan dalam keadaan baik (baru) waktu yang dibutuhkan
relative singkat sesuai penglihatan radiographer, sebaliknya bila cairan developer
dalam keadaan kurang baik (sering digunakan) waktu yang dibutuhkan akan lebih
lama disbanding cairan baru. Pada umumnya teori tentang waktu pemrosesan pada
developer adalah 4 menit.
b. Pembilasan Pertama (rinsing)
Merupakan tahap selanjutnya setelah pembangkitan. Pada waktu film dipindahkan
dari tangki cairan pembangkit, cairan pembilas akan membersihkan film dari larutan
pembangkit agar tidak terbawa ke dalam proses selanjutnya. Cairan pembangkit yang
tersisa masih memungkinkan berlanjutnya proses pembangkitan walaupun film telah
dikeluarkan dari larutan pembangkit. Apabila pembangkitan masih terjadi pada
proses penetapan maka akan membentuk kabut dikroik (dichroic fog) sehingga foto
hasil tidak memuaskan. Proses yang terjadi pada cairan pembilas yaitu
memperlambat aksi pembangkitan dengan membuang cairan pembangkit dari
permukaan film dengan cara merendamnya ke dalam air.
c. Penetapan (fixing)
Diperlukan untuk menetapkan dan membuat gambaran menjadi permanen dengan
menghilangkan perak halida yang tidak terkena sinar-X. Tanpa mengubah gambaran
perak metalik. Tujuan dari tahap penetapan ini adalah untuk menghentikan aksi
lanjutan yang dilakukan oleh cairan pembangkit yang terserap oleh emulsi film
sehingga tidak ada perubahan pada bayangan foto,. Pada proses ini juga diperlukan
adanya pengerasan untuk memberikan perlindungan terhadap kerusakan dan untuk
mengendalikan akibat penyerapan uap air.
d. Pembilasan Akhir (washing)
Setelah film menjalani proses penetapan maka akan terbentuk perak komplek dan
garam. Pencucian bertujuan untuk menghilangkan bahan-bahan tersebut dalam air.
Tahap ini sebaiknya dilakukan dengan air mengalir agar dan air yang digunakan
selalu dalam keadaan bersih.
e. Pengeringan (drying)
Merupakan tahap akhir dari siklus pengolahan film. Tujuan pengeringan adalah
untuk menghilangkan air yang ada pada emulsi. Hasil akhir dari proses pengolahan
film adalah emulsi yang tidak rusak, bebas dari partikel debu, endapan kristal, noda,
dan artefak. Cara yang paling umum digunakan untuk melakukan pengeringan adalah
dengan udara. Ada tiga faktor penting yang mempengaruhinya, yaitu suhu udara,
kelembaban udara, dan aliran udara yang melewati emulsi.
b. Gonad shield
Gonad shield merupakan suatu alat pelindung untuk melindung daerah gonad
(testis dan ovarium)
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Paparan Kasus
1. Identitas Pasien
Pada hari Rabu, 23 Desember 2020 pasien bernama TN. Faiz Subhi
berumur 22 tahun mendaftarkan ke Instalasi Radiologi STIKes Cirebon untuk
pemeriksaan radiografi Antebrachi. Pasien datang dengan membawa surat
permintaan pemeriksaan dari dokter yang memeriksa. Pasien dengan data sebagai
berikut :
Nama : TN. Faiz Subhi
Umur : 22 Tahun
Jenis Kelamin : Laki - laki
Alamat : Indramayu
Permintaan foto : Antebrachi
Dokter Pengirim : dr. Nanda Pratama, S.Tr.Kes (Rad)
Dokter Spesialis Radiologi : dr. Lindan Zulfan
No Radiologi : 22.926
No RM : 856522
Tanggal : 23 Desember 2020
Diagnosa : Susp. Fraktur
Ruang : Laboratorium Radiologi STIKes Cirebon
Kesan : Fraktur 1/3 Distal Os Radius Sinistra
1. Persiapan pasien
Pada pemeriksaan radiografi antebrachii harus di jauhkan dari benda logam.
2. Alat dan bahan
a. Pesawat Sinar X
o Model : Allengers
o No Seri : 3234
o Merk : Allengers
o Kapasitas Eksposi : kV = 100, mA = 100
Gambar 3.1.3.1 Pesawat Radiologi Allengers
d. Manual Processing
e. View Box
Gambar 3.1.3.6 View Box
a. Proyeksi Anteroposterior
Posisi pasien : Pasien diatur duduk di samping meja radiografi dan
cukup rendah untuk menempatkan seluruh lengan
pada bidang yang sama.
Posisi Objek : Atur antebrachi pada posisi supinase, ekstensikan siku,
dan pusatkan pertengahan kaset pada pertengahan
antebrachi. Pastikan kedua persendian masuk pada
kaset.
Central Point : Pada pertengahan mid (Medial) Ossa Antebrachii
Central Ray : Vertikal tegak lurus film
Focus Film Distance : 90-100 cm
b. Proyeksi Lateral
Posisi Pasien : Pasien duduk menyamping meja pemeriksaan.
Posisi Objek : Elbow joint difleksikan membentuk sudut 90 derajat
pada meja pemeriksaan lengan bawah diletakkan posisi lateral
di atas kaset dengan tepi ulnaris menempel pada kaset
Central Point : Pada mid (medial) pertengahan ossa Antebrachii
Central Ray : Vertikal tegak lurus film
Focus Film Distance : 90-100 cm
Evaluasi Kriteria : Superposisinya tulang radius dan ulna bagian distal
Superposisinya caput radial di atas processus
koronoideus
Epicondilus Humerus superposisi
C. Pembahasan
Pasien TN. Faiz Subhi , pada tanggal 23 Desember 2020 datang ke Instalasi
Radiologi STIKes Cirebon dengan membawa surat permintaan pemeriksaan radiologi
Antebrachii.
Setelah melakukan pendaftaran, pasien memasuki ruangan pemeriksaan.
Berdasarkan pengamatan yang telah diperoleh mengenai pemeriksaan Antebrachi
sinistra di Instalasi Radiologi Stikes Cirebon adalah pemerikaan Antebrachii
menggunakan proyeksi Antero Posterior (AP) untuk proyeksi yang pertama dan
proyeksi Lateral untuk proyeksi yang kedua.
Untuk pemeriksaan pertama dengan menggunakan proyeksi AP prosedurnya
memanggil pasien dan mencocokkan identitasnya, menjelaskan kepada pasien
pelaksanaan pemeriksaan, Pasien duduk di samping meja radiografi dan cukup rendah
untuk menempatkan seluruh lengan pada bidang yang sama.. Mempersiapkan kaset
ukuran 24 x 30 cm. Atur antebrachi pada posisi supinase, ekstensikan siku, dan
pusatkan pertengahan kaset pada pertengahan antebrachi. Pastikan kedua persendian
masuk pada kaset. Mengatur central point pada mid Ossa Antebrachii, Dengan
menggunakan focus film distance 90 cm dan factor eksposi kV 50, mAs 8. Kemudian
setelah pengaturan posisi selesai, melakukan eksposi.
Untuk pemeriksaan yang kedua dalam proyeksi lateral, pasien duduk menyamping dari
meja pemeriksaan. Elbow joint difleksikan membentuk sudut 90 derajat pada meja
pemeriksaan lengan bawah diletakkan posisi lateral di atas kaset dengan tepi ulnaris
menempel pada kaset mempersiapkan kaset ukuran 24 x 30 cm, menggunakan sisi kaset
yang belum terekspose dan mengatur kolimasi agar sisi yang sudah terekspose tidak
menerima dua kali ekspose. Mengatur central point pada mid Ossa Antebrachi dengan
menggunakan focus film distance 90 cm dan factor eksposi kV 50, mAs 8. Diberi
marker L pada posisi lateral, setelah pengaturan posisi selesai, melakukan eksposi.
I. Kesimpulan
Berdasarkan paparan kasus antebrachi di atas dengan indikasi fraktur, dapat di
simpulkan bahwa :
4.1.1 Teknik pemeriksaan ossa antebrachii adalah pemeriksaan secara radiologi
dengan menggunakan sinar-X untuk mendiagnosa adanya kelainan ossa antebrachii.
4.1.2 Proyeksi yang digunakan di Instalasi Radiologi STIKes Cirebon sudah
sesuai dengan teori yaitu menggunakan proyeksi AP dan Lateral yang sangat
membantu seorang dokter radiolog dalam mendiagnosa suatu penyakit.
4.1.3 Pengolahan film menggunakan menggunakan processing manual.
II. Saran
4.2.1 Perlunya penjelasan tentang persiapan pemeriksaan pada pasien agar
penderita paham maksud dan tujuan dari pemeriksaan yang akan dilakukan.
4.2.2 Sebaiknya lebih memperhatikan proteksi radiasi agar mengurangi radiasi
yang diterima pasien, petugas dan masyarakat umum.