Anda di halaman 1dari 24

TEKNIK PEMERIKSAAN RADIOGRAFI

ANTEBRACHI

Laporan Praktek Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktek Laboratorium I

Disusun Oleh :

LINDAN ZULFAN
4501.06.19A.019

PROGRAM STUDI
DIII TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN CIREBON
2020/2021
HALAMAN PENGESAHAN

Telah diperiksa dan disahkan untuk memenuhi tugas Praktek Laboratorium I Jurusan
Diploma III Radiodiagnostik dan Radioterapi STIKes Cirebon.

Nama : Lindan Zulfan

NIM : 4501.06.19.A019

Judul laporan : Teknik Pemeriksaan Radiografi Antebrachi

Tempat : Laboratorium Radiologi

Cirebon, 23 Desember
2020
Pembimbing

Nanda Pratama, S.Tr.Kes


(Rad)
BAB I

I. Pendahuluan
A. Latar Belakang
Kemajuan ilmu pengetahuan serta teknologi yang begitu pesat memicu terjadinya
perubahan dalam berbagai sistem kesehatan. Radiologi merupakan bidang yang sangat
erat kaitannya dengan perkembangan teknologi, yang dapat memberikan pengaruh
terhadap pelayanan kesehatan. Bagian radiologi merupakan salah satu unsur penting
penunjang pelayanan kesehatan yang bertujuan memberikan pelayanan diagnostik
sebaik-baiknya kepada masyarakat, untuk itu pelayanan radiologi perlu menjaga
pelayanan dengan standar mutu yang baik (Kartosuwiryo, 2012)
Ada 2 jenis pemeriksaan yang dilakukan di Instalasi Radiologi seperti pemeriksaan
kontras dan non kontras. Pemeriksaan kontras seperti tractus urinarius (BNO-IVP,
urethrography, cystography, urethrocystography, antegrade pyelography, retrograde
pyelography), tractus digestivus (oesofagografi, OMD, follow through, colon in loop),
HSG (hysterosalpingography), lopography, appendicography, angiography, dan
venography, sedangkan pemeriksaan non kontras seperti skull, vertebrae, thorax, BNO
atau abdomen, pelvis, extremitas upper (manus, wrist joint, antebrachi, elbow joint,
humerus, shoulder joint, clavicula, scapula) dan extremitas lower (ossa pedis, ankle
joint, cruris, knee joint, femur, hip joint) (Clark, 2011)
Pemeriksaan antebrachi merupakan suatu pencitraan yang memperlihatkan daerah
lengan bawah/antebrachia menggunakan sinar-x yang dipancarkan oleh pesawat sinar-x
konvensional.
Untuk proyeksi pemeriksaan Antebrachii yang biasa dilakukan di rumah sakit
yaitu posisi AP dan Lateral.
Dengan alasan diatas maka penulis tertarik mengkaji lebih lanjut mengenai teknik
pemeriksaan radiografi antebrachi dan membahasnya dalam laporan Praktek
Laboratorium ”Teknik Pemeriksaan Radiografi Antebrachi”.

B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah teknik pemeriksaan radiografi Antebrachi dengan proyeksi AP dan

Lateral?

C. Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui teknik pemeriksaan radiografi Antebrachi dengan proyeksi AP
dan Lateral.

D. Manfaat Penulisan

1. Manfaat Teori

Dapat menambah wawasan dan pengetahuan penulis serta memberikan


informasi kepada pembaca mengenai pemeriksaan Antebrachi dengan Proyeksi
Antero Posterior (AP) dan Lateral.

2. Manfaat Institusi

a) Sebagai bahan referensi dan pustaka di kampus STIKes Cirebon terutama pada
program studi D3 Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi.
BAB II

I. Anatomi Antebrachi
Antebrachi terdiri dari dua tulang panjang yaitu radius dan ulna, namun kita harus
memperhatikan syarat pada setiap pemerksaan tulang panjang, selain objek inti yang
kita foto, kedua persendian tulang harus tampak. Jadi pada pemeriksaan antebrachii
kita juga perlu mengetahui tulang carpal yaitu sendi bawah pada pergelangan tangan
dan juga sendi siku yaitu 1/3 distal humerus.

Gambar 2.1 Anatomi Antebrachi


a. Radius adalah tulang di sisi lateral lengan bawah. Merupakan tulang pipa
dengan sebuah batang dan dua ujung dan lebih pendek dari pada ulna.
• Ujung atas radius Radius kecil dan memperlihatkan kepala berbentuk
kancing dengan permukaan dangkal yang bersendi dengan kapitulum dari
humerus. Sisi-sisi kepala radius bersendi dengan takik radial dari ulna. Di
bawah kepala terletak leher, dan di bawah serta di sebelah medial dari leher
ada tuberositas radii, yang dikaitkan pada tendondari insersi otot bisep.
• Batang radius Di sebelah atas batangnya lebih sempit dan lebih bundar
daripada di bawah dan melebar makin mendekati ujung bawah. Batangnya
melengkung ke sebelah luar dan terbagi dalam beberapa permukaan, yang
seperti pada ulna memberi kaitan kepada flexor pronator yang letaknya dalam
di sebelah posterior memberi kaitan pada extensor dan supinator di sebelah
dalam lengan bawah dan tangan ligamentum interosa berjalan dari radus ke
ulna dan memisahkan otot belakang dari yang depan lengan bawah.
• Ujung bawah radius Agak berbentuk segiempat dan masuk dalam formasi
dua buah sendi. Persendian inferior dari ujung bawah radius bersendi dengan
skafoid (os navikular radii ) dan tulang semilunar ( linatum ) dalam formasi
persendian pergelangan tangan. Permukaan di sebelah medial dari ujung
bawah bersendi dengan kepala dari ulna dalam formasi persendian radio-ulnar
inferor. Sebelah lateral dari ujung bawah diperpanjang ke bawah menjadi
prosesus stiloid radius.

b. Ulna atau tulang hasta adalah sebuah tulang pipa yang mempunyai sebuah
batang dan dua ujung. Tulang itu adalah tulang sebelah medial dan lengan
bawah dan lebih panjang dari radius atau tulang pengumpil. Kepala ulna ada di
sebelah ujung bawah.
• Ujung atas ulna Kuat dan tebal, dan masuk dalam formasi sendi siku.
Prosesus olekranon menonjol ke atas di sebelah belakang dan tepat masuk di
dalam fossa olekranon dari humerus. Prosesus koronoideus dari ulna menonjol
di depannya, lebih kecil dari pada prosesus olekranon dan tepat masuk di
dalam fossa koronoid dari humerus bila siku dibengkokan.
• Batang ulna Makin mendekati ujung bawah makin mengecil. Memberi
kaitan kepada otot yang mengendalikan gerakan dari pergelangan tangan dan
jar. Otot-otot flexor dating dari permukaan anterior dan otot-otot extensor dari
permukaan posterior. Otot yang mengadakan pronasi atau perputaran ke depan,
dan otot yang mengadan supinasi atau putaran ke belakang dari lengan bawah
juga dikaitkan kepada batang ulna.
• Ujung bawah ulna Dua eminensi atau peninggian timbul di atasnya.
Sebuah eminensi kecil bundar, kepala ulna, mengadakan sendi dengan sisi
medial dari ujung bawah radius dalam formasi persendian radio-ulnaris
inferior. Sebuah prosesus runcing, prosesus stiloideus menonjol ke bawah dari
belakang ujung bawah.

II. Patofisiologis
a. Fraktur
Patah atau retak tulang akibat kekerasan atau kecelakaan.

b. Fissure

Fissure adalah retak tulang.


c. Corpus Allienum
Adanya benda asing di dalam tubuh yang mana benda asing tersebut
mengganggu fungsi fisiologis dalam tubuh.

III. Sejarah Sinar-X dan Teori Proses Terjadinya Sinar – X


a. Sejarah Sinar-X
Pada musim gugur tahun 1895, dr. Wilhelm Conrad Roentgen tertarik
mengerjakan eksperimen tabung katoda. Ia terkejut mendapati fluoresensi dari
lempeng berlapis barium platinosianida yang tergeletak pada bangku yang
berjarak sekian dari tabung katoda Hittorf berenergi, yang tidak tembus cahaya.
Pengulangan eksperimen memperoleh hasil yang sama, meskipun lempeng
barium platinosianida semakin dijauhkan, sampai sekitar 2 meter dari tabung.
Mengingat tabung itu terisolasi dari cahaya tampak, dan bahwa sinar katoda
hanya mampu menembus beberapa sentimeter udara, maka diyakini terdapat
suatu jenis sinar yang baru yang berasal dari tabung tersebut.
Roentgen pun mencurahkan waktu, tenaga dan pikirannya meneliti hal tersebut
dengan intensif, yang berujung pada terbitnya tulisan beliau yang berjudul “On a
new kind of ray” pada tanggal 28 Desember 1895.
Istrinya, Bertha, sangat terganggu dengan aktivitas dan obsesi suaminya itu.
Tidur di laboratorium, terlambat makan, dan seringkali lalai serta kurang
perhatian terhadap urusan keluarga. Suatu malam Bertha sangat marah ketika
suaminya tidak berkomentar sedikitpun mengenai makan malam lezat yang
disiapkannya.
Roentgen pun membujuk Bertha, dan membawanya ke laboratorium untuk
memperlihatkan sebab-musabab kealpaannya. Tangan Bertha diletakkan di atas
kaset yang berisi pelat fotografik, lalu diarahkannya tabung tersebut selama 15
menit. Hasilnya terlihat berupa gambar tulang-tulang tangannya dengan dua
cincin pada jarinya. Saat diperlihatkan, Bertha nyaris tidak percaya bahkan
sampai gemetar, karena dapat melihat tulang tangannya sendiri.

b. Teori Proses Terjadinya Sinar-X


Sinar X terbentuk saat elektron bebas melepaskan sebagian energinya saat
berinteraksi dengan elektron lain yang mengorbit. Proses terjadinya sinar x
adalah sebagai berikut:

- Filamen (katoda) dipanaskan dengan cara mengalirkan listrik dari


transformator sampai bersuhu 20.000 C.
- Saat filamen dihubungkan dengan transformator bertegangan tinggi,
pergerakan elektron semakin cepat menuju anoda.
- Awan elektron mendadak berhenti pada target sasaran sehingga terbentuk
panas dan sinar X.
- Pelindung timah akan mencegah keluarnya sinar X dimana sinar x hanya
dapat keluar melalui jendela.
- Panas yang tinggi mengakibatkan benturan electron dihilangkan dengan
radiator pendingin.

IV. Teknik Pemeriksaan


a. Anteroposterior Antebrachi
Pada proyeksi AP antebrachi ini kaset yang digunakan harus cukup untuk
mencakup seluruh lengan dari prosesus olecranon dari ulna sampai prosesus
styloid dari radius. Kedua gambar antebrachi dapat diambil pada satu kaset
dengan membagi kaset menjadi dua bagian menggunakan lead mask. Harus
memperhatikan penempatan identifikasi pasien sehingga tidak ada bagian dari
gambar radiografi yang terpotong.
Kaset :
Kaset yang digunakan pada proyeksi AP adalah 18 x 43 cm tunggal; 35 x 43 cm
dibagi memanjang. Karena di Indonesia jarang penggunaan kaset ukuran tersebut
maka digunakan kaset ukuran 24 x 30 cm untuk dua proyeksi.
Posisi Pasien :
Pasien diatur duduk di samping meja radiografi dan cukup rendah untuk
menempatkan seluruh lengan pada bidang yang sama.
Posisi Objek :
Atur antebrachi pada posisi supinase, ekstensikan siku, dan pusatkan pertengahan
kaset pada pertengahan antebrachi. Pastikan kedua persendian masuk pada kaset.
Sesuaikan kaset sehingga sumbu panjang sejajar dengan antebrachi.
Pada pasien yang lateral sampai anebrachi berada dalam posisi true supinated.
Karena proksimal antebrachi umumnya dalam posisi ini memutar, raba dan
sesuaikan epicondylus humeri sampai berjarak sama dari kaset.
Pastikan bahwa tangan dalam posisi supinated. Pronasi tangan akan
mengakibatkan persilangan radius di atas ulna pada proksimal ketiga dan
humerus berputar dibagian tengah, mengakibatkan proyeksi oblique dari
antebrachi.
Pakaikan pasien apron untuk poteksi radiasi.
Arah Sinar :
Tegak lurus kaset pada mid antebrachi.
Tampilan Struktur :
Sebuah proyeksi AP antebrachi menunjukkan elbow joint, radius dan ulna, dan
baris tulang karpal proksimal sedikit mengalami pemendekan.

KRITERIA EVALUASI
Berikut ini Kriteria radiograf yanf harus nampak pada proyeksi Ap antebrachi :
Pergelangan tangan dan distal humerus nampak.
Sedikit superimposisi caput, colum, tuberosity radial, pada daerah proksimal
ulna.
Tidak ada perpanjangan atau foreshortening dari epicondyles humeri.
Memungkinkan elbow joint terbuka jika shoulder ditempatkan pada bidang yang
sama dengan antebrachi.
Densitan yang sama antara daerah distal dan proksimal antebrachi.

b. Lateral Antebrachi
Kaset :
Pada projeksi lateral antebrachi digunakan 18 x 43 cm tunggal; 35×43 cm dibagi
dua memanjang. Tapi di indonesia digunakan kaset 24 x 30 cm dibagi dua untuk
da proyeksi.
Posisi Pasien :
Dudukan pasien di samping meja pemeriksaan dan rendahkan humerus, shoulder
joint, dan elbow joint sejajar pada bidang yang sama.
Posisi Objek :
Fleksikan elbow 90 derajat, dan pusatkan antebrachi di atas setengah permukaan
kaset yang membuka dan sejajar dengan long axis antebrachi.
Pastikan bahwa kesua sendi masuk pada gambaran radiograf.
Atur lengan pada posisi true lateral position. Sisi ibu jari dari tangan harus berada
di atas.
Pakaikan apron pada pasien untuk mengurangi dosis radiasi.
Arah Sinar :
Tegak lurus kaset pada mid point antebrachi.
Tampilan Struktur :
Proyeksi lateral menunjukkan tulang dari antebrachi, elbow joint, dan baris
proksimal tulang carpal.

KRITERIA EVALUASI
Berikut ini gambaran radiograf yang nampak pada proyeksi lateral antebrachi :
Pergelangan tangan dan distal humerus nampak.
Superimposisi dari radius dan ulna pada ujung distal.
Superimposisi oleh caput radial di atas prosesus koronoideus.
Radial tuberositas menghadap depan.
Epicondilus humerus superposisi.
Elbow fleksi 90 derajat.
Tampak soft tissue dan trabecula tulang di sepanjang poros radial dan ulnaris.

V. Processing Film (Manual Processing)

a. Pembangkit (developer)

Pembangkitan merupakan tahap pertama dalam pengolahan film. Pada tahap ini
perubahan terjadi sebagai hasil dari penyinaran. Dan yang disebut pembangkitan
adalah perubahan butir-butir perak halida di dalam emulsi yang telah mendapat
penyinaran menjadi perak metalik atau perubahan dari bayangan laten menjadi
bayangan tampak. Lamanya film dalam cairan pembangkitan tergantung dari kualitas
cairan developer, bila cairan dalam keadaan baik (baru) waktu yang dibutuhkan
relative singkat sesuai penglihatan radiographer, sebaliknya bila cairan developer
dalam keadaan kurang baik (sering digunakan) waktu yang dibutuhkan akan lebih
lama disbanding cairan baru. Pada umumnya teori tentang waktu pemrosesan pada
developer adalah 4 menit.
b. Pembilasan Pertama (rinsing)
Merupakan tahap selanjutnya setelah pembangkitan. Pada waktu film dipindahkan
dari tangki cairan pembangkit, cairan pembilas akan membersihkan film dari larutan
pembangkit agar tidak terbawa ke dalam proses selanjutnya. Cairan pembangkit yang
tersisa masih memungkinkan berlanjutnya proses pembangkitan walaupun film telah
dikeluarkan dari larutan pembangkit. Apabila pembangkitan masih terjadi pada
proses penetapan maka akan membentuk kabut dikroik (dichroic fog) sehingga foto
hasil tidak memuaskan. Proses yang terjadi pada cairan pembilas yaitu
memperlambat aksi pembangkitan dengan membuang cairan pembangkit dari
permukaan film dengan cara merendamnya ke dalam air.
c. Penetapan (fixing)
Diperlukan untuk menetapkan dan membuat gambaran menjadi permanen dengan
menghilangkan perak halida yang tidak terkena sinar-X. Tanpa mengubah gambaran
perak metalik. Tujuan dari tahap penetapan ini adalah untuk menghentikan aksi
lanjutan yang dilakukan oleh cairan pembangkit yang terserap oleh emulsi film
sehingga tidak ada perubahan pada bayangan foto,. Pada proses ini juga diperlukan
adanya pengerasan untuk memberikan perlindungan terhadap kerusakan dan untuk
mengendalikan akibat penyerapan uap air.
d. Pembilasan Akhir (washing)
Setelah film menjalani proses penetapan maka akan terbentuk perak komplek dan
garam. Pencucian bertujuan untuk menghilangkan bahan-bahan tersebut dalam air.
Tahap ini sebaiknya dilakukan dengan air mengalir agar dan air yang digunakan
selalu dalam keadaan bersih.
e. Pengeringan (drying)
Merupakan tahap akhir dari siklus pengolahan film. Tujuan pengeringan adalah
untuk menghilangkan air yang ada pada emulsi. Hasil akhir dari proses pengolahan
film adalah emulsi yang tidak rusak, bebas dari partikel debu, endapan kristal, noda,
dan artefak. Cara yang paling umum digunakan untuk melakukan pengeringan adalah
dengan udara. Ada tiga faktor penting yang mempengaruhinya, yaitu suhu udara,
kelembaban udara, dan aliran udara yang melewati emulsi.

VI. Proteksi Radiasi


a. Apron
Apron adalah peralatan yang digunakan sebagai bahan pelindung terhadap
radiasi sinar-X. Fungsinya sebagai pelindung terhadap radiasi sinar-X
ditunjukkan dengan daya serapnya terhadap radiasi sinar-X.

b. Gonad shield
Gonad shield merupakan suatu alat pelindung untuk melindung daerah gonad
(testis dan ovarium)
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Paparan Kasus
1. Identitas Pasien
Pada hari Rabu, 23 Desember 2020 pasien bernama TN. Faiz Subhi
berumur 22 tahun mendaftarkan ke Instalasi Radiologi STIKes Cirebon untuk
pemeriksaan radiografi Antebrachi. Pasien datang dengan membawa surat
permintaan pemeriksaan dari dokter yang memeriksa. Pasien dengan data sebagai
berikut :
Nama : TN. Faiz Subhi
Umur : 22 Tahun
Jenis Kelamin : Laki - laki
Alamat : Indramayu
Permintaan foto : Antebrachi
Dokter Pengirim : dr. Nanda Pratama, S.Tr.Kes (Rad)
Dokter Spesialis Radiologi : dr. Lindan Zulfan
No Radiologi : 22.926
No RM  : 856522
Tanggal : 23 Desember 2020
Diagnosa : Susp. Fraktur
Ruang : Laboratorium Radiologi STIKes Cirebon
Kesan : Fraktur 1/3 Distal Os Radius Sinistra

Pada kasus ini, prosedur pemeriksaan diagnostik yang dilakukan di Instalasi


Radiologi STIKes Cirebon menggu nakan Proyeksi AP dan Proyeksi Lateral untuk
pemeriksaan antebrachi pada kasus ini. Pemeriksaan radiografi antebrachi dilakukan
untuk menegakkan diagnosa dokter dan mengetahui perkembangan penyembuhan
yang terjadi pada pasien setelah di lakukan operasi serta membahas kesesuaian
pemeriksaan di lapangan dengan teori yang ada.

3.A.2 Alur Pemeriksaan

Di Instalasi Radiologi STIKes Cirebon setiap pelayanan radiologi ,mengikuti


alur pemeriksaan sebagai berikut:

1. Pasien datang ke bagian administrasi instalasi radiologi dengan


membawa surat pengantar dari dokter pengirim.
2. Petugas administrasi mengidentifikasi identitas pasien melalui
billingan computer, pembayaran untuk segera bisa di bayarkan ke kasir pusat
untuk pasien rawat jalan ataupun pasien yang menggunakan pembayaran
mengunakan umum.
3. Untuk pasien dari BPJS bisa langsung di kerjakan karena telah
memenuhi persyaratan prosedur foto rontgen di Instalasi Radiologi STIKes
Cirebon.
4. Pasien menunggu di depan kamar pemeriksaan dan dipanggil
sesuai nomor urut.
5. Pasien dipanggil masuk kedalam ruang pemeriksaan didampingi
seorang saudara pasien atau perawat bila diperlukan.
6. Identitas pasien di konfirmasi kembali agar tidak terjadi
kesalahan informasi identitas pasien.
7. Pasien diberi penjelasan tentang prosedur pemeriksaan yang
akan dilakukan.
8. Petugas menyiapkan kaset serta memposisikan pesawat x-ray
yang di gunakan serta mempersiapkan peralatan yang mendukung pemeriksaan.
9. Setelah itu pasien diposisikan di meja pemeriksaan sesuai
prosedur dan selanjutnya di foto dan diatur faktor eksposi
10. Setelah itu dilakukan proses pencucian film menggunakan
manual processing.
11. Setelah hasil radiograf tersebut terlihat dan tidak tampak artefak
ataupun tidak terjadi reject, hasil tersebut dapat langsung di baca oleh dokter
radiolog.

B. Persiapan dan Pelaksanaan Pemeriksaan :

1. Persiapan pasien
Pada pemeriksaan radiografi antebrachii harus di jauhkan dari benda logam.
2. Alat dan bahan
a. Pesawat Sinar X
o Model : Allengers
o No Seri : 3234
o Merk : Allengers
o Kapasitas Eksposi : kV = 100, mA = 100
Gambar 3.1.3.1 Pesawat Radiologi Allengers

Gambar 3.1.3.2 Meja Kontrol Pesawat Rontgen

b. Marker R/L untuk identitas.

Gambar 3.1.3.3 Gambar Marker L/R


c. Kaset dan ukuran film
o Merk Kaset : JPI CASSETTE
o Ukuran Kaset : 24 X 30 cm
o Merk Film : FUJIFILM
o Ukuran Film : 24 x 30 cm
Gambar 3.1.3.4 Kaset dan Film

d. Manual Processing

Gambar 3.1.3.5 Manual Processing

e. View Box
Gambar 3.1.3.6 View Box

3.B.1 Teknik Pemeriksaan


Teknik pemeriksaan radiografi antebrachi di instalasi radiologi STIKes
Cirebon adalah dengan menggunakan proyeksi Anteroposterior dan Lateral.

a. Proyeksi Anteroposterior
Posisi pasien : Pasien diatur duduk di samping meja radiografi dan
cukup rendah untuk menempatkan seluruh lengan
pada bidang yang sama.
Posisi Objek : Atur antebrachi pada posisi supinase, ekstensikan siku,
dan pusatkan pertengahan kaset pada pertengahan
antebrachi. Pastikan kedua persendian masuk pada
kaset.
Central Point : Pada pertengahan mid (Medial) Ossa Antebrachii
Central Ray : Vertikal tegak lurus film
Focus Film Distance : 90-100 cm

Evaluasi kriteri : Tulang Radius dan Ulna tidak superposisi.

Ukuran Kaset : Ukuran kaset yang digunakan adalah 24 x 30 cm


Faktor eksposi : Kv : 50
mAs : 8
Marker :L

b. Proyeksi Lateral
Posisi Pasien : Pasien duduk menyamping meja pemeriksaan.
Posisi Objek : Elbow joint difleksikan membentuk sudut 90 derajat
pada meja pemeriksaan lengan bawah diletakkan posisi lateral
di atas kaset dengan tepi ulnaris menempel pada kaset
Central Point : Pada mid (medial) pertengahan ossa Antebrachii
Central Ray : Vertikal tegak lurus film
Focus Film Distance : 90-100 cm
Evaluasi Kriteria : Superposisinya tulang radius dan ulna bagian distal
Superposisinya caput radial di atas processus
koronoideus
Epicondilus Humerus superposisi

Ukuran Kaset : Ukuran kaset yang digunakan adalah 24 x 30 cm


Faktor eksposi : Kv : 50
mAs : 8
Marker :L
Gambar 3.1.4.1 Radiografi Pemeriksaan Antebrachii AP dan Lateral

3.B.2 Pengolahan Film


Pengolahan film yang dilakukan di Instalasi Radiologi Stikes Cirebon
dengan manual processing.

3.B.3 Hasil Bacaan


 Tampak garis fraktur pada 1/3 distal Oa Radius Sinistra
 Tidak tampak lesi titik dan sklerotik

C. Pembahasan
Pasien TN. Faiz Subhi , pada tanggal 23 Desember 2020 datang ke Instalasi
Radiologi STIKes Cirebon dengan membawa surat permintaan pemeriksaan radiologi
Antebrachii.
Setelah melakukan pendaftaran, pasien memasuki ruangan pemeriksaan.
Berdasarkan pengamatan yang telah diperoleh mengenai pemeriksaan Antebrachi
sinistra di Instalasi Radiologi Stikes Cirebon adalah pemerikaan Antebrachii
menggunakan proyeksi Antero Posterior (AP) untuk proyeksi yang pertama dan
proyeksi Lateral untuk proyeksi yang kedua.
Untuk pemeriksaan pertama dengan menggunakan proyeksi AP prosedurnya
memanggil pasien dan mencocokkan identitasnya, menjelaskan kepada pasien
pelaksanaan pemeriksaan, Pasien duduk di samping meja radiografi dan cukup rendah
untuk menempatkan seluruh lengan pada bidang yang sama.. Mempersiapkan kaset
ukuran 24 x 30 cm. Atur antebrachi pada posisi supinase, ekstensikan siku, dan
pusatkan pertengahan kaset pada pertengahan antebrachi. Pastikan kedua persendian
masuk pada kaset. Mengatur central point pada mid Ossa Antebrachii, Dengan
menggunakan focus film distance 90 cm dan factor eksposi kV 50, mAs 8. Kemudian
setelah pengaturan posisi selesai, melakukan eksposi.
Untuk pemeriksaan yang kedua dalam proyeksi lateral, pasien duduk menyamping dari
meja pemeriksaan. Elbow joint difleksikan membentuk sudut 90 derajat pada meja
pemeriksaan lengan bawah diletakkan posisi lateral di atas kaset dengan tepi ulnaris
menempel pada kaset mempersiapkan kaset ukuran 24 x 30 cm, menggunakan sisi kaset
yang belum terekspose dan mengatur kolimasi agar sisi yang sudah terekspose tidak
menerima dua kali ekspose. Mengatur central point pada mid Ossa Antebrachi dengan
menggunakan focus film distance 90 cm dan factor eksposi kV 50, mAs 8. Diberi
marker L pada posisi lateral, setelah pengaturan posisi selesai, melakukan eksposi.

Kemudian memproses film dikamar gelap menggunakan manual processing.


Hasil radiograf dibaca oleh dokter untuk didiagnosa. Hasil dari pemeriksaan ini
diberikan kembali kepada pasien untuk pengobatan lebih lanjut. Dari pemeriksaan
tersebut dengan klinis fraktur ini dapat dilihat struktur anatomi dengan jelas, terihat
pula hasil patologi penyakit dapat di diagnosa yaitu tampak fraktur pada 1/3 distal Os
Radius sinistra. Dari pemeriksaan di atas dengan fraktur dapat dihasilkan gambaran
radiograf yang baik. Hal ini ditandai dengan pengambilan gambar tanpa pengulangan
foto.
BAB IV

I. Kesimpulan
Berdasarkan paparan kasus antebrachi di atas dengan indikasi fraktur, dapat di
simpulkan bahwa :
4.1.1 Teknik pemeriksaan ossa antebrachii adalah pemeriksaan secara radiologi
dengan menggunakan sinar-X untuk mendiagnosa adanya kelainan ossa antebrachii.
4.1.2 Proyeksi yang digunakan di Instalasi Radiologi STIKes Cirebon sudah
sesuai dengan teori yaitu menggunakan proyeksi AP dan Lateral yang sangat
membantu seorang dokter radiolog dalam mendiagnosa suatu penyakit.
4.1.3 Pengolahan film menggunakan menggunakan processing manual.

II. Saran
4.2.1 Perlunya penjelasan tentang persiapan pemeriksaan pada pasien agar
penderita paham maksud dan tujuan dari pemeriksaan yang akan dilakukan.
4.2.2 Sebaiknya lebih memperhatikan proteksi radiasi agar mengurangi radiasi
yang diterima pasien, petugas dan masyarakat umum.

Anda mungkin juga menyukai