Anda di halaman 1dari 16

BUBUR BARIUM

Mata Kuliah : Keperawatan Radiologi

Nama Dosen : R. Nur Abdurahman

Disusun Oleh :

Nama : Adi Triyana

Nim ; 45010619A002

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN CIREBON (STIKes CIREBON)

Jln. Brigjend Dharsono No.12b, Kertawinangun, Kedawung, Cirebon, Jawa Barat 45153
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat tersusun hingga
selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.

Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman. Bahkan kami
berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca peraktekan dalam kehidupan sehari-hari.

Kami yakin masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatsan
pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Kuningan, 31 juli 2020

Adi Triyana
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar belakang
2. Rumusan masalah
3. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

1. Bubur Barium

BAB III PENUTUP

1. Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang

Ilmu pengetahuan di bidang kedokteran semakin berkembang yaitu dengan ditemukannya alat
dan metode yang dapat digunakan untuk menegakkan diagnosa terhadap penderita dilakukan
berbagai cara antara lain: pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan secara
radiologis.

Pemeriksaan secara radiologi mampu memberikan informasi secara radiografi yang optimal baik
keadaan anatomis maupun fisiologis dari suatu organ di dalam tubuh yang tidak dapat di raba
dan di lihat oleh mata secara langsung serta mampu memberikan informasi mengenai kelainan-
kelainan yang mungkin dijumpai pada organ-organ yang akan diperiksa.

Pada saat ini hampir semua organ dan sistem di dalam tubuh kita dapat diperiksa secara
radiologis, bahkan setelah ditemukan kontras media yang berguna memperlihatkan jaringan
organ yang mempunyai nomor atom yang lebih kecil sehingga kelainan pada organ tersebut
dapat didiagnosa. Pemeriksaan radiologi secara garis besar dibagi menjadi dua bagian yaitu
pemeriksaan radiologi tanpa kontras dan pemeriksaan radiologi yang menggunakan bahan
kontras. Dalam penyusunan makalah  ini, penulis menyajikan salah satu pemeriksaan yang
menggunakan bahan kontras yaitu pemeriksaan colon inloop. Pemeriksaan colon inloop adalah
pemeriksaan secara radiologi yang menggunakan bahan kontras positif yaitu Barium Sulfat dan
bahan kontras negatif yaitu udara dengan tujuan untuk mengvisualisasikan keadaan colon atau
usus besar yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui anus.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimanakah pelaksanaan bubur barium

1.3 Tujuan
Untuk mengetahui bagaimana sistem bubur barium

BAB II PEMBAHASAN

1. Bubur Barium

Usus besar atau colon yang kira-kira 1 ½ m panjangnya adalah sambungan dari usus halus dan
mulai dikutub iliokolik atau iliosekal yaitu tempat sisa makanan lewat. Refleka gastrokolik
terjadi ketika makanan masuk ke lambung dan menimbulkan peristaltik di dalam usus besar.
Reflek ini menyebabkan defekasi atau pembuangan air besar. Colon mulai sebagai kantong yang
pekat dan padanya terdapat appendiks vermiformis atau umbai cacing, appendix terdiri dari
empat lapisan dinding yang sama seperti usus lainnya, hanya lapisan submukosa berisi sejumlah
besar jaringan limfe yang dianggap mempunyai fungsi serupa dengan tonsil, sebagian terletak
dibawa caecum dan sebagian dibelakang caecum. Dalam apendektomi, caecum terletak di daerah
iliaca kanan dan menempel pada otot iliopsoas. Dari sisi colon naik melalui daerah sebelah
kanan lumbal dan disebut fleksura hepatica lalu berjalan melalui tepi daerah epigastrik dan
umbilikalis sebagai colon transversum. Dibawah limpa ia membelok sebagai fleksura sisnistra
atau fleksura lienalis dan kemudian berjalan melalui daerah kanan lumbal sebagai colon
desendens. Didaerah kanan iliaca terdapat belokan yang disebut fleksura sigmoid dan dibentuk
colon sigmoid atau colon pelvis kemudian masuk pelvis besar, dimulai dari colon sigmoideus
dan terakhir pada saluran anus yang di jaga oleh internal dan eksternal.

Colon terdiri dari atas empat lapisan dinding yang sama sepetri usus halus. Serabut longitudinal
pada lapisan berotot tersususn dalam tiga jalur yang memberi rupa berkerut-kerut dan berlubang-
lubang. Dinding mukosa lebih halus dari yang ada pada usus halus dan tidak memiliki villi.
Colon tidak ikut serta dalam pencernaan atau absorbsi makanan bila usus halus mencapai
caecum maka semua zat makanan telah diabsorbsi dan isinya cair. Selama perjalanan di dalam
colon isisnya menjadi makin padat karena diabsorbsi dan rectum dicapai maka feses bersifat
lunak. Peristaltik dalam colon sangat lamban, diperlukan waktu kira-kira 20 jam bagi isinya
untuk mencapai flexura sigmoid. Fungsi colon sebagai absorbsi air, garam dan glukosa, sekresi
musin oleh kelenjar dalam lapisan dalam. Penyiapan selulosa yang berupa hidrat karbon.

2. Patologi

1. Tumor

Tumor adalah massa jaringan yang abnormal, tumbuh ganda dan tidak terkoordinasi dan
keberadaannya merupakan beban dan penyakit yang mengkhawatirkan bagi tubuh.

2. Hemoroid interna

Hemoroid interna adalah iritasi atau infeksi jaringan disekitar rectum, yang disebabkan oleh
pembesaran pembuluh darah atau pembengkakkan jaringan.

3. Ileus

Ileus adalah obstruksi usus, dapat terjadi secara mekanis atau fungsional (paralitis) yang
menimbulkan mulas yang hebat dan muntah-muntah tanpa disertai rasa nyeri.

4. Colitis

Colitis adalah suatu penyakit peradangan pada rectum dan colon yang terutama mengenai lapisan
mukosa colon dan menyebar secara kontinyu keseluruh daerah yang terkena.

5. Divertikel

Divertikel adalah kantung-kantung yang menonjol pada dinding colon, terdiri atas lapisan
mukosa dan muskularis mukosa.
1. B. ALAT DAN BAHAN
1. Pesawat sinar –x

–            Merk                              :           Hitachi

–            Mode                             :           P-C-125 A B

–            Buatan                           :           Jepang

–            Kapasitas                       :           50-500 mA

–                 Tegangan Pesawat       :           30-125 kv

1. Tabung sinar-x

–                 Merk                            :           Hitachi

–                 Type                            :           2u-L3 TF

1. Kaset                                     :           24 x 30 cm dan 30 x 40 cm


2. Film                                       :

–                 Jenis                             :           Blue sensitive

–                 Ukuran                                    :           24 x 30 cm dan 30 x 40 cm

1. Intensifiying screen              :           Blue emiting


1. Barium Sulfat (BaSO4)
2. Air
3. Bucky
4. Irrigator  + colon bag
5. Standar infus
1. Spoit 3 ml
2. Jelly
3. Blender
4. Anti peristaltik : Buskopan
1. Klem
2. Marker L dan R
3. Baju ganti pasien
4. Handscun
5. Plester
6. Sendok

1. C. DATA PASIEN

Hari/Tgl               :           Jum’at, 12 September 2008

Nama                   :           Mrs. X

Umur                   :           39 tahun

Klinis                   :           Hemoroid Interna Grade III

Status                   :           Askes/IIA/LT IV

No. Foto              :           3016

1. D. PERSIAPAN PASIEN

Dua hari sebelum dilakukan pemeriksaan colon inloop, pasien diberitahu untuk melakukan
persiapan yang nantinya akan membantu kelancaran pelaksanaan pemeriksaan.

Hari Pertama:

 Pagi     :    Makan bubur kecap + telur rebus 2 biji + minum air banyak.
 Siang   :    Makan bubur kecap + telur rebus 1 biji + minum air banyak.
 Malam :    Makan bubur kecap + telur rebus 1 biji + minum air banyak.

Pukul 24.00 WITA masukkan dulcolax melalui lubang dubur 1 biji.

Hari Kedua:
 Pagi     :    Makan bubur kecap + telur rebus 1 biji + minum air banyak.
o Siang   :    –    Makan bubur kecap + telur rebus 1 biji + minum air banyak.

–       Pukul 20.00 WITA minum 1 botol fleet phosphosoda dibagi dalam 3 dosis. (15 ml fleet
phosphosoda + 1 gelas air 240 ml).

–       3 gelas ini diminum habis dalam waktu 20 menit.

–       Selanjutnya pasien puasa sampai selesai di foto.

–       Pukul 05.00 WITA masukkan dulcolax melalui lubang dubur 1 biji.

–       Pukul 06.00 WITA pasien di klisma tinggi ( untuk pasien di opname).

–       Pukul 07.00 WITA pasien datang ke bagian radiologi untuk di foto ( dalam keadaan puasa).

1. E. TEKNIK PEMBERIAN BAHAN KONTRAS


1. Pasien ditempatkan di atas meja pemeriksaan.
2. Bahan kontras Barium Sulfat (BaSO4) dicampur dengan air di dalam blender kemudian di
aduk.
3. Sebelum bahan kontras dimasukkan terlebih dahulu pasien diinjeksi dengan obat anti
peristaltik yaitu buskopan.
4. Untuk memasukkan bahan kontras pasien diinstruksikan untuk berbaring miring ke kiri.
5. Selang irrigator diklem, kemudian campuran Barium Sulfat dan air dimasukkan ke dalam
irrigator.
6. Ujung kateter diolesi dengan jelly kemudian dimasukkan ke dalam rectum kira-kira 5 cm.
7. Irrigator dipasang pada standar infus dengan ketinggian kira-kira 75 cm dari permukaan
meja pemeriksaan kemudian Barium Sulfat dimasukkan dengan membuka klem.
8. Setelah kontras Barium Sulfat masuk ke dalam colon kemudian pasien dikocok-kocok
perutnya agar kontras merata ke seluruh colon.
9. Pasien di ubah posisinya menjadi terlentang dan kateter dikuatkan letaknya.

10.  Selanjutnya dilakukan pemotretan.

1. F. TEKNIK PEMERIKSAAN COLON INLOOP


Proyeksi-proyeksi yang dipergunakan pada pemeriksaan colon inloop di Rumah Sakit Ibnu Sina
yaitu:

1. Plain Foto

Tujuan:

1. Untuk melihat persiapan pasien.


2. Untuk melihat rongga abdomen secara keseluruhan.
3. Untuk menentukan faktor eksposi selanjutnya.
4. Untuk melihat kontur ginjal ( batas ginjal ).
5. Untuk melihat organ-organ apakah ada pembesaran hepar, ginjal dan lain-lain.
6. Kecurigaan perforasi, obstruksi usus dan klasifikasi patologis.
1.
Proyeksi            :    AP Supine

Posisi pasien    :     Pasien supine di atas meja pemeriksaan,

Posisi objek      :    Pusatkan MSP tubuh di tengah-tengah meja pemeriksaan, kedua bahu
diatur sama tinggi di atas meja pemeriksaan, dan kedua lengan di letakkan di sisi tubuh.
Letakkan kaset dengan memakai bucky. Obyek yang akan di foto berada pada pertengahan meja
pemeriksaan sejajar dengan kaset.

CR  : Vertikal dengan film

CP  : Pada umbilicus

FFD: 90 cm

Factor Eksposi :

KV              : 70
mA               : 200

s                   : 0,25

Film           : 30 x 40 cm

Kaset        : 30 x 40 cm

1. b. Foto II

Tujuan    :    Untuk melihat bagian lateral dari rectum dan colon sigmoid.

Proyeksi           :     Lateral kiri

Posisi pasien     :    Pasien miring di atas meja pemeriksaan,

Posisi objek      : Bahan kontras Barium Sulfat dimasukkan ± 100 cc, kemudian perut pasien
dikocok-kocok agar bahan kontras melumuri dinding colon. Setelah itu, pasien miring dengan
sisi kiri menempel pada meja pemeriksaan. Tangan kiri diletakkan di bawah kepala dan tangan
kanan di atas kepala. Letakkan kaset dengan memakai bucky. Obyek yang akan di foto berada
pada pertengahan meja pemeriksaan sejajar dengan kaset.

CR                        : vertikal dengan film

CP                        : pada pertengahan os sacrum

FFD                    : 90 cm

Faktor Eksposi:

KV                        : 70

mA                        : 200

s                             : 0,25


Film                      : 24 x 30 cm

Kaset                  : 24 x 30 cm

1. c. Foto III

Tujuan : Untuk melihat bahan kontras sudah sampai ke rectum dan sigmoid.

Proyeksi           :     AP Supine

Posisi pasien     :    Pasien supine di atas meja pemeriksaan,

Posisi objek      :   Pusatkan MSP tubuh di tengah-tengah meja pemeriksaan, kedua bahu diatur
sama tinggi di atas meja pemeriksaan, dan kedua lengan di letakkan di sisi tubuh. Letakkan
kaset dengan memakai bucky. Obyek yang akan di foto berada pada pertengahan meja
pemeriksaan sejajar dengan kaset.

CR  : vertical dengan film

CP  : pada pertengahan os sacrum

FFD: 90 cm

Faktor Eksposi:

KV                        : 70

mA                        : 200

s                             : 0,25

Film                      : 24 x 30 cm

Kaset                  : 24 x 30 cm


1. d. Foto IV

Tujuan    : Untuk melihat bahan kontras sudah sampai ke colon desendens→flexura


lienalis→colon transversum→flexura hepatica→colon ascendens→caecum

Proyeksi            :    AP Supine

Posisi pasien    :     Pasien supine di atas meja pemeriksaan,

Posisi objek      : Bahan kontras Barium Sulfat dimasukkan ± 500 cc, kemudian perut pasien
dikocok-kocok agar bahan kontras melumuri dinding colon.Pusatkan MSP tubuh di tengah-
tengah meja pemeriksaan, kedua bahu diatur sama tinggi di atas meja pemeriksaan, dan kedua
lengan di letakkan di sisi tubuh. Letakkan kaset dengan memakai bucky. Obyek yang akan di foto
berada pada pertengahan meja pemeriksaan sejajar dengan kaset.

CR                        : Vertikal dengan film

CP                        : Pada umbilicus

FFD                    : 90 cm

Faktor Eksposi:

KV                        : 70

mA                        : 200

s                             : 0,25

Film                      : 30 x 40 cm
Kaset                  : 30 x 40 cm

Foto V

Tujuan    : Untuk mempertegas kelainan-kelainan yang ada di dalam colon dan mempertegas
organ dengan organ disekitarnya.

Proyeksi           :    AP Supine

Posisi pasien   :    Pasien supine di atas meja pemeriksaan,

Posisi objek      :   Pusatkan MSP tubuh di tengah-tengah meja pemeriksaan, kedua bahu diatur
sama tinggi di atas meja pemeriksaan, dan kedua lengan di letakkan di sisi tubuh. Letakkan
kaset dengan memakai bucky. Obyek yang akan di foto berada pada pertengahan meja
pemeriksaan sejajar dengan kaset. Kemudian dimasukkan bahan kontras negatif ( udara )
melalui dubur. Bahan kontras negatif dimasukkan sampai pasien merasakan ingin kentut.
Setelah itu dilakukan ekspose.

CR                        : vertikal dengan film

CP                        : Pada umbilicus

FFD                    : 90 cm

Faktor Eksposi:

KV                        : 70

mA                        : 200

s                             : 0,25

Film                      : 30 x 40 cm

Kaset                  : 30 x 40 cm


1. G. HASIL PEMERIKSAAN

Adapun hasil baca foto yang dilakukan oleh dokter ahli Radiologi untuk pemeriksaan colon
inloop pada kasus hemroid interna yaitu:

BNO:

 § Distribusi bayangan udara dalam usus sampai ke distal.


 § Tidak tampak bayangan batu radioopak disepanjang lintasan traktus urinarius.
 § Psoas line simestris kiri dan kanan.
 § Tulang-tulang intak.

Colon:

 § Kontras mengisi rectum sigmoid sampai ke caecum, refluks (+).


 § Tampak caliber lumen yang kecil disertai haustra yang menghilang pada kolon descendens.
 § Kaliber, lumen dan haustra colon lainnya dalam batas normal.
 § Bentuk dan ukuran sigmoid normal.

Kesan: colitis colon descendens.

BAB III

PENUTUP

1. A. KESIMPULAN

Dari uraian makalah yang penulis susun, penulis dapat mengambil kesimpulan yaitu:

1. 1. Pada pemeriksaan colon inloop ada berbagai macam proyeksi pemotretan. Proyeksi
pemotretan dipilih selalu mempetimbangkan keadaan umum pasien serta disesuaikan dengan
klinis pasien itu sendiri.
2. 2. Pada dasarnya proyeksi yang digunakan pada pemeriksaan colon inloop sama tujuannya
kecuali dalam hal teknik posisi yang membedakan.
1. B. SARAN
2. 1. Petugas radiologi sebelum melakukan pemeriksaan colon inloop harus melihat klinis pasien
sehingga teknik pemeriksaan colon inloop yang dilakukan sesuai dengan klinis tersebuttanpa
harus mengabaikan posisi rutin dari colon inloop sehingga tujuan untuk menegakkan diagnosa
dapat tercapai.
3. 2. Bagi pasien yang akan dilakukan pemeriksaan colon inloop harus mengikuti persiapan-
persiapan yang yang telah dianjurkan oleh petugas radiologi agar pemeriksaan dapat
dilkaksanakan dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Crowin, Elizabeth. 2001. Buku Saku Patofisiologi. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta.

Dahlan, M. 2001. Kamus Istilah Medis. Arkola: Surabaya.

Rasad, Syahriar. 1990. Radiologi Diagnostik. Balai Penerbit FKUI: Jakarta.

www.anatomi dan fisiologi.com

Anda mungkin juga menyukai