Disusun Oleh :
Nim ; 45010619A002
Jln. Brigjend Dharsono No.12b, Kertawinangun, Kedawung, Cirebon, Jawa Barat 45153
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat tersusun hingga
selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman. Bahkan kami
berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca peraktekan dalam kehidupan sehari-hari.
Kami yakin masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatsan
pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Adi Triyana
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar belakang
2. Rumusan masalah
3. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
1. Bubur Barium
1. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Ilmu pengetahuan di bidang kedokteran semakin berkembang yaitu dengan ditemukannya alat
dan metode yang dapat digunakan untuk menegakkan diagnosa terhadap penderita dilakukan
berbagai cara antara lain: pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan secara
radiologis.
Pemeriksaan secara radiologi mampu memberikan informasi secara radiografi yang optimal baik
keadaan anatomis maupun fisiologis dari suatu organ di dalam tubuh yang tidak dapat di raba
dan di lihat oleh mata secara langsung serta mampu memberikan informasi mengenai kelainan-
kelainan yang mungkin dijumpai pada organ-organ yang akan diperiksa.
Pada saat ini hampir semua organ dan sistem di dalam tubuh kita dapat diperiksa secara
radiologis, bahkan setelah ditemukan kontras media yang berguna memperlihatkan jaringan
organ yang mempunyai nomor atom yang lebih kecil sehingga kelainan pada organ tersebut
dapat didiagnosa. Pemeriksaan radiologi secara garis besar dibagi menjadi dua bagian yaitu
pemeriksaan radiologi tanpa kontras dan pemeriksaan radiologi yang menggunakan bahan
kontras. Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyajikan salah satu pemeriksaan yang
menggunakan bahan kontras yaitu pemeriksaan colon inloop. Pemeriksaan colon inloop adalah
pemeriksaan secara radiologi yang menggunakan bahan kontras positif yaitu Barium Sulfat dan
bahan kontras negatif yaitu udara dengan tujuan untuk mengvisualisasikan keadaan colon atau
usus besar yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui anus.
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui bagaimana sistem bubur barium
BAB II PEMBAHASAN
1. Bubur Barium
Usus besar atau colon yang kira-kira 1 ½ m panjangnya adalah sambungan dari usus halus dan
mulai dikutub iliokolik atau iliosekal yaitu tempat sisa makanan lewat. Refleka gastrokolik
terjadi ketika makanan masuk ke lambung dan menimbulkan peristaltik di dalam usus besar.
Reflek ini menyebabkan defekasi atau pembuangan air besar. Colon mulai sebagai kantong yang
pekat dan padanya terdapat appendiks vermiformis atau umbai cacing, appendix terdiri dari
empat lapisan dinding yang sama seperti usus lainnya, hanya lapisan submukosa berisi sejumlah
besar jaringan limfe yang dianggap mempunyai fungsi serupa dengan tonsil, sebagian terletak
dibawa caecum dan sebagian dibelakang caecum. Dalam apendektomi, caecum terletak di daerah
iliaca kanan dan menempel pada otot iliopsoas. Dari sisi colon naik melalui daerah sebelah
kanan lumbal dan disebut fleksura hepatica lalu berjalan melalui tepi daerah epigastrik dan
umbilikalis sebagai colon transversum. Dibawah limpa ia membelok sebagai fleksura sisnistra
atau fleksura lienalis dan kemudian berjalan melalui daerah kanan lumbal sebagai colon
desendens. Didaerah kanan iliaca terdapat belokan yang disebut fleksura sigmoid dan dibentuk
colon sigmoid atau colon pelvis kemudian masuk pelvis besar, dimulai dari colon sigmoideus
dan terakhir pada saluran anus yang di jaga oleh internal dan eksternal.
Colon terdiri dari atas empat lapisan dinding yang sama sepetri usus halus. Serabut longitudinal
pada lapisan berotot tersususn dalam tiga jalur yang memberi rupa berkerut-kerut dan berlubang-
lubang. Dinding mukosa lebih halus dari yang ada pada usus halus dan tidak memiliki villi.
Colon tidak ikut serta dalam pencernaan atau absorbsi makanan bila usus halus mencapai
caecum maka semua zat makanan telah diabsorbsi dan isinya cair. Selama perjalanan di dalam
colon isisnya menjadi makin padat karena diabsorbsi dan rectum dicapai maka feses bersifat
lunak. Peristaltik dalam colon sangat lamban, diperlukan waktu kira-kira 20 jam bagi isinya
untuk mencapai flexura sigmoid. Fungsi colon sebagai absorbsi air, garam dan glukosa, sekresi
musin oleh kelenjar dalam lapisan dalam. Penyiapan selulosa yang berupa hidrat karbon.
2. Patologi
1. Tumor
Tumor adalah massa jaringan yang abnormal, tumbuh ganda dan tidak terkoordinasi dan
keberadaannya merupakan beban dan penyakit yang mengkhawatirkan bagi tubuh.
2. Hemoroid interna
Hemoroid interna adalah iritasi atau infeksi jaringan disekitar rectum, yang disebabkan oleh
pembesaran pembuluh darah atau pembengkakkan jaringan.
3. Ileus
Ileus adalah obstruksi usus, dapat terjadi secara mekanis atau fungsional (paralitis) yang
menimbulkan mulas yang hebat dan muntah-muntah tanpa disertai rasa nyeri.
4. Colitis
Colitis adalah suatu penyakit peradangan pada rectum dan colon yang terutama mengenai lapisan
mukosa colon dan menyebar secara kontinyu keseluruh daerah yang terkena.
5. Divertikel
Divertikel adalah kantung-kantung yang menonjol pada dinding colon, terdiri atas lapisan
mukosa dan muskularis mukosa.
1. B. ALAT DAN BAHAN
1. Pesawat sinar –x
1. Tabung sinar-x
1. C. DATA PASIEN
1. D. PERSIAPAN PASIEN
Dua hari sebelum dilakukan pemeriksaan colon inloop, pasien diberitahu untuk melakukan
persiapan yang nantinya akan membantu kelancaran pelaksanaan pemeriksaan.
Hari Pertama:
Pagi : Makan bubur kecap + telur rebus 2 biji + minum air banyak.
Siang : Makan bubur kecap + telur rebus 1 biji + minum air banyak.
Malam : Makan bubur kecap + telur rebus 1 biji + minum air banyak.
Hari Kedua:
Pagi : Makan bubur kecap + telur rebus 1 biji + minum air banyak.
o Siang : – Makan bubur kecap + telur rebus 1 biji + minum air banyak.
– Pukul 20.00 WITA minum 1 botol fleet phosphosoda dibagi dalam 3 dosis. (15 ml fleet
phosphosoda + 1 gelas air 240 ml).
– Pukul 05.00 WITA masukkan dulcolax melalui lubang dubur 1 biji.
– Pukul 06.00 WITA pasien di klisma tinggi ( untuk pasien di opname).
– Pukul 07.00 WITA pasien datang ke bagian radiologi untuk di foto ( dalam keadaan puasa).
1. Plain Foto
Tujuan:
Posisi objek : Pusatkan MSP tubuh di tengah-tengah meja pemeriksaan, kedua bahu
diatur sama tinggi di atas meja pemeriksaan, dan kedua lengan di letakkan di sisi tubuh.
Letakkan kaset dengan memakai bucky. Obyek yang akan di foto berada pada pertengahan meja
pemeriksaan sejajar dengan kaset.
FFD: 90 cm
Factor Eksposi :
KV : 70
mA : 200
Film : 30 x 40 cm
Kaset : 30 x 40 cm
1. b. Foto II
Tujuan : Untuk melihat bagian lateral dari rectum dan colon sigmoid.
Posisi objek : Bahan kontras Barium Sulfat dimasukkan ± 100 cc, kemudian perut pasien
dikocok-kocok agar bahan kontras melumuri dinding colon. Setelah itu, pasien miring dengan
sisi kiri menempel pada meja pemeriksaan. Tangan kiri diletakkan di bawah kepala dan tangan
kanan di atas kepala. Letakkan kaset dengan memakai bucky. Obyek yang akan di foto berada
pada pertengahan meja pemeriksaan sejajar dengan kaset.
Faktor Eksposi:
1. c. Foto III
Tujuan : Untuk melihat bahan kontras sudah sampai ke rectum dan sigmoid.
Posisi objek : Pusatkan MSP tubuh di tengah-tengah meja pemeriksaan, kedua bahu diatur
sama tinggi di atas meja pemeriksaan, dan kedua lengan di letakkan di sisi tubuh. Letakkan
kaset dengan memakai bucky. Obyek yang akan di foto berada pada pertengahan meja
pemeriksaan sejajar dengan kaset.
FFD: 90 cm
Faktor Eksposi:
Film : 24 x 30 cm
Posisi objek : Bahan kontras Barium Sulfat dimasukkan ± 500 cc, kemudian perut pasien
dikocok-kocok agar bahan kontras melumuri dinding colon.Pusatkan MSP tubuh di tengah-
tengah meja pemeriksaan, kedua bahu diatur sama tinggi di atas meja pemeriksaan, dan kedua
lengan di letakkan di sisi tubuh. Letakkan kaset dengan memakai bucky. Obyek yang akan di foto
berada pada pertengahan meja pemeriksaan sejajar dengan kaset.
Faktor Eksposi:
Film : 30 x 40 cm
Kaset : 30 x 40 cm
Foto V
Tujuan : Untuk mempertegas kelainan-kelainan yang ada di dalam colon dan mempertegas
organ dengan organ disekitarnya.
Posisi objek : Pusatkan MSP tubuh di tengah-tengah meja pemeriksaan, kedua bahu diatur
sama tinggi di atas meja pemeriksaan, dan kedua lengan di letakkan di sisi tubuh. Letakkan
kaset dengan memakai bucky. Obyek yang akan di foto berada pada pertengahan meja
pemeriksaan sejajar dengan kaset. Kemudian dimasukkan bahan kontras negatif ( udara )
melalui dubur. Bahan kontras negatif dimasukkan sampai pasien merasakan ingin kentut.
Setelah itu dilakukan ekspose.
Faktor Eksposi:
Film : 30 x 40 cm
Adapun hasil baca foto yang dilakukan oleh dokter ahli Radiologi untuk pemeriksaan colon
inloop pada kasus hemroid interna yaitu:
BNO:
Colon:
BAB III
PENUTUP
1. A. KESIMPULAN
Dari uraian makalah yang penulis susun, penulis dapat mengambil kesimpulan yaitu:
1. 1. Pada pemeriksaan colon inloop ada berbagai macam proyeksi pemotretan. Proyeksi
pemotretan dipilih selalu mempetimbangkan keadaan umum pasien serta disesuaikan dengan
klinis pasien itu sendiri.
2. 2. Pada dasarnya proyeksi yang digunakan pada pemeriksaan colon inloop sama tujuannya
kecuali dalam hal teknik posisi yang membedakan.
1. B. SARAN
2. 1. Petugas radiologi sebelum melakukan pemeriksaan colon inloop harus melihat klinis pasien
sehingga teknik pemeriksaan colon inloop yang dilakukan sesuai dengan klinis tersebuttanpa
harus mengabaikan posisi rutin dari colon inloop sehingga tujuan untuk menegakkan diagnosa
dapat tercapai.
3. 2. Bagi pasien yang akan dilakukan pemeriksaan colon inloop harus mengikuti persiapan-
persiapan yang yang telah dianjurkan oleh petugas radiologi agar pemeriksaan dapat
dilkaksanakan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Crowin, Elizabeth. 2001. Buku Saku Patofisiologi. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta.