Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PEDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setiap manusia memerlukan makanan untuk pertumbuhan dan perkembangannya.
Makanan tersebut akan diolah dan diubah menjadi energi melalui proses pencernaan. Proses
pencernaan pada manusia dibedakan menjadi dua, yaitu pencernaan mekanik dan pencernaan
kimiawi. Pencernaan mekanik terjadi di rongga mulut. Pada proses ini memerlukan bantuan
lidah dan gigi. Sedangkan pada pencernaan kimiawi terjadi di rongga mulut, lambung, dan
usu. Proses ini memerlukan bantuan zat kimiawi yang disebut enzim. Semua makhluk hidup
memerlukan makanan untuk mempertahankan hidupnya.
Fungsi utama makanan bagi tubuh adalah untuk pertumbuhan dan menjaga tubuh agar
tetap sehat. Makanan yang masuk ke dalam tubuh kita akan diolah melalui proses
pencernaan. Proses pencernaan adalah proses penghancuran makanan menjadi zat-zat
makanan yang dapat diserap tubuh. Alat yang berfungsi untuk menghancurkan makanan ini
disebut alat pencernaan. Agar makanan yang dicerna dapat diserap oleh tubuh dengan baik,
maka alat pencernaan haruslah dalam keadaan sehat. Melalui alat pencernaan itulah zat-zat
makanan diolah terlebih dahulu, baru kemudian diserap oleh tubuh.
Dan didalam tubuh juga terdapat kelenjar pencernaan, serta dalam proses pencernaan
makanan tidaklah semulus yang kita bayangkan, dalam mencerna makanan saluran
pencernaan makanan bekerja sangat ekstrim dalam mencerna makanan. Dengan hal itu
terkadang pula kita merasakan akibat dari sistem pencernaan makanan yang kurang baik,
yaitu terdapat gangguan pada sistem pencernaan, akibatnya muncullah berbagai macam
penyakit dengan segala penyebab . Untuk itu disini kita akan membahas bagaimana
pemeriksaan diagnostic pada pasien dengan gangguan saluran pencernaan yang digunakan
untuk menegakkan diagnosa penyakit pada pasien yang mengalami gangguan saluran
perncernaan tersebut.
TEKNIK RADIOGRAFI PEMERIKSAAN USUS HALUS
(DENGAN MEDIA KONTRAS BARIUM)
Posted on November 5, 2009 by Ajunk

Oleh : Ajunk Artawijaya

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemeriksaan radiografi seperti sekarang ini cenderung mulai meninggalkan tradisi


pemeriksaan radiologi konvensional, hal ini dapat dilihat dari berbagai diagnosis yang
memerlukan keterampilan khusus di dalam melakukan pemeriksaannya. Seperti pemberian
media kontras dalam keperluan diagnostic imejing seperti CT-Scan, MRI, IVP dan lain
sebagainya.

Maka dari itu seorang radiographer sebagai mitra kerja radiologist harus mampu mengetahui
berbagai aspek di dalam pemeriksaan dengan media kontras, salah satunya yakni
pemeriksaan dengan menggunakan media kontras, dan pemeriksaan radiografi usus halus
merupakan salah satu pemeriksaan yang menggunakan media kontras guna mengevaluasi
anatomi dari usus halus tersebut.

Melihat pentingnya hal tersebut di atas dalam dunia kerja sebagai radiographer, maka dalam
kesempatan kali ini penulis akan menyajikan tulisan menganai teknik radiografi pemeriksaan
usus halus.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian di atas dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana anatomi dari usus halus?


2. Bagaimana teknik radiografi pada pemeriksaan usus halus?

1.3. Tujuan

Dilihat dari latar belakang penulisan makalah ini maka dapat disimpulkan tujuan penulisan
makalah ini menjadi dua yakni tujuan umum dan tujuan khusus.

1.3.1. Tujuan Umum

1. Mengetahui anatomi dari sistem pencernaan khususnya usus halus.


2. Mengetahui cara pemeriksaan radiografi pada usus halus.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Memahami berbagai aspek dalam pemeriksaan radiografi, khususnya usus halus.


1.4. Manfaat Penulisan

Manfaat penulisan ini adalah :

1. Memberikan gambaran mengenai anatomi khusus halus.


2. Memberikan gambaran mengenai cara pemeriksaan radiografi usus halus.

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1. Anatomi Usus Halus

Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak di antara
lambung dan usus besar. Pada usus dua belas jari terdapat dua muara, saluran usus halus
merupakan kelanjutan dari lambung. Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas
jari (duodenum), usus kosong (jejunum), dan usus penyerapan (ileum).Usus halus memiliki
panjang sekitar 6-8 meter. Usus halus terbagi menjadi 3 bagian yaitu duodenum ( 25 cm),
jejunum ( 2,5 m), serta ileum ( 3,6 m). Pada usus halus hanya terjadi pencernaan secara
kimiawi saja, dengan bantuan senyawa kimia yang dihasilkan oleh usus halus serta senyawa
kimia dari kelenjar pankreas yang dilepaskan ke usus halus.

Senyawa yang dihasilkan oleh usus halus adalah :

Disakaridase Menguraikan disakarida menjadi monosakarida


Erepsinogen Erepsin yang belum aktif yang akan diubah menjadi erepsin. Erepsin
mengubah pepton menjadi asam amino.
Hormon Sekretin Merangsang kelenjar pancreas mengeluarkan senyawa kimia yang
dihasilkan ke usus halus
Hormon CCK (Kolesistokinin) Merangsang hati untuk mengeluarkan cairan empedu
ke dalam usus halus.

Selain itu, senyawa kimia yang dihasilkan kelenjar pankreas adalah :

Bikarbonat Menetralkan suasana asam dari makanan yang berasal dari lambung
Enterokinase Mengaktifkan erepsinogen menjadi erepsin serta mengaktifkan
tripsinogen menjadi tripsin. Tripsin mengubah pepton menjadi asam amino.
Amilase Mengubah amilum menjadi disakarida
Lipase Mencerna lemak menjadi asam lemak dan gliserol
Tripsinogen Tripsin yang belum aktif.
Kimotripsin Mengubah peptone menjadi asam amino
Nuklease Menguraikan nukleotida menjadi nukleosida dan gugus pospat
Hormon Insulin Menurunkan kadar gula dalam darah sampai menjadi kadar normal

Hormon Glukagon Menaikkan kadar gula darah sampai menjadi kadar normal yaitu dari
pankreas dan kantung empedu. Adapun fungsi dari usus halus yakni menyerap (absorpsi) dan
mencerna khime sari-sari makanan dari lambung.

2.2. Pemeriksaan Usus Halus dengan Media Kontras

Pemeriksaan usus halus dapat dilaksanakan sebagai lanjutan pemeriksaan lambung atau
dimintakan sendiri.Dalam hal terakhir dapat dilaksanakan dengan memasukkan selang karet
atau plastik sampai lewat pilorus dan baru kemudian dimasukkan suspensi barium sulfat.Pada
umumnya dilakukan dengan kontras tunggal saja,karena membuat pemeriksaan dengan
kontras ganda(DC) sulit bila diinginkan gambaran kontras ganda (DC) untuk kseluruhan
usus halua.Pemeriksaan usus halus dikenal dengan follow through,yaitu sebagai pemeriksaan
yang terus dilanjutkan setelah pemeriksaan lambung.

Banyak berbagai cara untuk mengerjakan pemeriksaan follow through,salah satunya pasien
diminta minum dua gelas penuh kontras barium sulfat(sama dengan yang dipakai untuk
pemeriksaan lambung) sekaligus berturut-turut.Cara lain ialah meminta pasien minum
sebagian dengan interval beberapa saat(menit) sampai akhirnya habis dua gelas itu.Dengan
fluoroskopi sewaktu-wktu kemudian diikuti perjalanan barium sulfat dan dibutlah foto
ikhtisar dari usus yang telah terisi kontras. Pemeriksaan berakhir bila ileum terminal telah
dilewati dan kolon asendens mulai terisi.

BAB III

PEMBAHASAN DAN HASIL

3.1. Teknik Radiografi pada Pemeriksaan Usus Halus (follow through)

Proyeksi AP/PA

Persiapan Alat dan Bahan

Pesawat X-Ray + Fluoroscopy


Baju Pasien
Gonad Shield
Kaset + film ukuran 30 x 40 cm
Grid
X-Ray marker
Tissue / Kertas pembersih
Bahan kontras Barium Sulfat
Air Masak
Sendok / Straw ( pipet )

Persiapan Pasien
1. Mengubah pola makan penderita .Pasien hendaknya makan makanan yang rendah
serat serat dan rendah lemak.
2. Pasien diwajibkan puasa 2 hari sebelum pemeriksaan.
3. Minum sebanyak-banyaknya.
4. Pemberian Pencahar,berikan Pasien garam inggris. Ini bertujuan untuk membersihkan
usus sehingga usus kosong.
5. Beritahu juga pasien untuk tidak merokok dan banyak bicara

Posisi pasien

Supine atau Prone

Posisi Obyek

1. Atur pasien agar MSP berada di pertengahan grid.


2. Tidak ada rotasi pada pelvis.
3. Tangan letakkan di samping tubuh.

Central Point : Lumbal ke-2 untuk pengambilan menit ke 30

Krista Illiaka untuk pengambilan foto terakhir

Central Ray : Vertikal/Tegak lurus terhadap kaset

FFD : 40 inchi/ 100 cm

Kaset : 30 X 40 (Dengan Grid)

Eksposi dilakukan pada saat pasien ekspirasi


Pada saat pengambilan foto dilakukan 3 kali
pengambilan yaitu :

1. Pada menit ke-15 setelah minum Barium


2. Pada menit ke-30 setelah minum Barium
3. Pada menit ke-60 setelah minum Barium

Struktur yang Ditampakkan

Pada proyeksi PA atau PA menunjukkan usus halus makin terisi Barium hingga klep
Illiocecal. Ketika Barium sudah mencapai daerah illiocecal, Fluoroskopi boleh dilakukan dan
dipersingkat untuk mendapatka gambar. Pemeriksaan biasanya selesai ketika Barium tampak
pada daerah cecum, diperkirakan dalam waktu 2 jam untuk pasien dengan kondisi usus
normal

Kriteria Gambar

1. Seluruh Usus halus tampak pada gambar


2. Gambar pertama menampakkan stomach
3. Tampak marker waktu
4. Tulang belakang terlihat pada gambar
5. Tidak ada rotasi pada pasien
6. Teknik eksposi dapat menunjukkan anatomi
7. Pemeriksaan selesai ketika Barium memasuki daerah Caecum

BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat ditarik dari penulisan makalah ini antara lain :

1. Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari (duodenum), usus kosong
(jejunum), dan usus penyerapan (ileum).Usus halus memiliki panjang sekitar 6-8
meter. Usus halus terbagi menjadi 3 bagian yaitu duodenum ( 25 cm), jejunum (
2,5 m), serta ileum ( 3,6 m). Adapun fungsi dari usus halus yakni menyerap
(absorpsi) dan mencerna khime sari-sari makanan dari lambung.
2. Teknik Radiografi pada Pemeriksaan Usus Halus (follow through) adalah Proyeksi
AP/PA dengan menggunakan media kontras Barium Sulfat.

4.2. Saran

Saran yang ingin penulis utarakan menyangkut penyusunan makalah ini adalah agar nantinya
sebagai radiografer mampu mempelajari dan memahami lebih lanjut mengenai teknik
radiografi pemeriksaan usus halus dengan media kontras, selain itu diharapkan radiografer
juga mampu mengetahui segala faktor resiko yang terjadi dalam pemeriksaan radiografi
dengan riwayat pemberian media kontras, misalnya pada pemeriksaan radiografi usus halus.

DAFTAR PUSTAKA

Syaifuddin, Drs. H., B.Ac. 1997. Anatomi Fisiologi untuk Siswa Perawat. EGC : Jakarta

http://www.posradiografer.com, 2007, Persiapan Pemeriksaan dengan Bahan Kontras,

http://www.radiographicceu.com
pemeriksaan radiologi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Radiologi adalah cabang atau spesialisasi kedokteran yang berhubungan dengan studi dan
penerapan berbagai teknologi pencitraan untuk mendiagnosis dan mengobati penyakit. Pencitraan
dapat menggunakan sinar-X, USG, CT scan, tomografi emisi positron (PET) dan MRI.Pencitraan
tersebut menciptakan gambar dari konfigurasi dalam dari sebuah objek padat, seperti bagian tubuh
manusia, dengan menggunakan energi radiasi. Radiologi juga kadang-kadang disebut radioskopi atau
radiologi klinis. Radiologi intervensi adalah prosedur medis dengan bimbingan teknologi pencitraan.
Pencitraan medis biasanya dilakukan oleh ahli radiografi atau penata rontgen. Seorang radiolog
(dokter spesialis radiologi) kemudian membaca atau menginterpretasikan gambar untuk menentukan
cedera, menentukan seberapa serius cedera tersebut atau membantu mendeteksi kelainan seperti
tumor. Itulah sebabnya mengapa pasien seringkali harus menunggu untuk mendapatkan hasil resmi
sinar-X atau gambar lainnya bahkan setelah dokter utamanya telah mengkajinya. Seorang spesialis
radiologi juga harus menginterpretasikan hasil dan berkonsultasi dengan dokter utama untuk
menegakkan diagnosis yang akurat.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi dari radiologi ?
2. Apa saja jenis-jenis dari radiologi
3. Apa saja teknik-teknik dalam radiologi ?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan ini yaitu untuk memperdalam pengetahuan tentang metode morfologi :
teknik radiologi pada sistem respirasi dan untuk melengkapi tugas sistem respirasi.

1.4 Metode Penulisan


Penulisan makalah ini menggunakan metode kepustakaan( referensi ) dan beberapa di ambil
dari artikel-artikel( media internet ) yang berhubungan dengan topik makalah.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Radiologi adalah cabang atau spesialisasi kedokteran yang berhubungan dengan studi dan
penerapan teknologi pencitraan seperti x-ray dan radiasi untuk mendiagnosa dan mengobati penyakit.
Ahli radiologi langsung sebuah array dari teknologi pencitraan (seperti USG, computed
tomography (CT), kedokteran nuklir, tomografi emisi positron (PET) dan pencitraan resonansi
magnetik (MRI)) untuk mendiagnosa atau mengobati penyakit. Radiologi intervensi adalah kinerja
(biasanya minimal invasif) prosedur medis dengan bimbingan teknologi pencitraan. Akuisisi
pencitraan medis biasanya dilakukan oleh ahli radiografi atau teknolog radiologis.

2.2 Jenis-Jenis Radiologi


Pencitraan berikut digunakan dalam bidang radiologi diagnostik:

a. Proyeksi (polos) radiografi


Radiografi (atau Roentgenographs, dinamai penemu sinar-X, Wilhelm Conrad Rntgen) yang
diproduksi oleh transmisi X-Rays melalui pasien ke perangkat menangkap kemudian diubah menjadi
gambar untuk diagnosis. Pencitraan asli dan masih sering memproduksi film diresapi perak. Dalam
Film - Layar radiografi tabung x-ray menghasilkan sinar x-ray yang bertujuan untuk pasien. X-sinar
yang melewati pasien disaring untuk mengurangi tersebar dan kebisingan dan kemudian menyerang
sebuah film yang belum dikembangkan, memegang erat-erat ke layar fosfor memancarkan cahaya
dalam sebuah kaset cahaya-ketat. Film ini kemudian dikembangkan kimia dan gambar muncul di film.
Sekarang menggantikan Film radiografi-Screen Digital Radiografi, DR, di mana x-ray mogok sepiring
sensor yang kemudian mengubah sinyal yang dihasilkan menjadi informasi digital dan sebuah gambar
pada layar komputer.
Radiografi polos adalah modalitas pencitraan hanya tersedia selama 50 tahun pertama
radiologi. Hal ini masih studi pertama memerintahkan dalam evaluasi paru-paru, jantung dan tulang
karena lebar kecepatan, ketersediaan dan biaya relatif rendah.
b. Fluoroskopi
Fluoroskopi dan angiografi adalah aplikasi khusus pencitraan X-ray, di mana layar fluorescent
dan intensifier gambar tabung dihubungkan ke sistem televisi sirkuit tertutup. Hal ini memungkinkan
real-time pencitraan struktur dalam gerakan atau ditambah dengan agen radiocontrast. Agen
radiocontrast yang diberikan, sering ditelan atau disuntikkan ke tubuh pasien, untuk menggambarkan
anatomi dan fungsi pembuluh darah, sistem Genitourinary atau saluran pencernaan. Dua
radiocontrasts saat ini digunakan. Barium (sebagai Baso 4) dapat diberikan secara lisan atau dubur
untuk evaluasi dari saluran GI. Yodium, dalam bentuk kepemilikan beberapa, dapat diberikan melalui
oral, rektal, rute intraarterial atau intravena. Para agen radiocontrast kuat menyerap atau menyebarkan
radiasi sinar-X, dan dalam hubungannya dengan pencitraan real-time memungkinkan demonstrasi
proses dinamis, seperti peristaltik di saluran pencernaan atau aliran darah dalam arteri dan vena.
Yodium kontras mungkin juga terkonsentrasi di daerah abnormal lebih atau kurang dari pada jaringan
normal dan membuat kelainan (tumor, kista, radang) lebih mencolok. Selain itu, dalam keadaan
tertentu udara dapat digunakan sebagai agen kontras untuk sistem pencernaan dan karbon dioksida
dapat digunakan sebagai agen kontras dalam sistem vena, dalam kasus ini, agen kontras melemahkan
radiasi sinar-X kurang dari jaringan sekitarnya .
c. CT scan
Pencitraan CT menggunakan X-ray dalam hubungannya dengan algoritma komputasi untuk
citra tubuh. Dalam CT, sebuah tabung sinar-X menghasilkan berlawanan detektor sinar-X (atau
detektor) dalam alat berbentuk cincin berputar di sekitar pasien menghasilkan sebuah komputer yang
dihasilkan penampang gambar (tomogram). CT diperoleh pada bidang aksial, sedangkan gambar
koronal dan sagital dapat diberikan oleh rekonstruksi komputer. Agen radiocontrast sering digunakan
dengan CT untuk deliniasi ditingkatkan anatomi. Meskipun radiografi memberikan resolusi spasial
lebih tinggi, CT dapat mendeteksi variasi lebih halus dalam redaman sinar-X. CT menghadapkan
pasien untuk radiasi pengion lebih dari sebuah radiograf. Spiral Multi-detektor CT
menggunakan detektor 8,16 atau 64 selama terus bergerak pasien melalui berkas radiasi untuk
mendapatkan gambar yang lebih halus banyak detail dalam waktu yang lebih pendek ujian. Dengan
administrasi yang cepat kontras IV selama CT scan gambar-gambar detail halus dapat direkonstruksi
menjadi gambar 3D arteri karotis, otak dan koroner, CTA, CT angiografi. CT scan telah menjadi uji
pilihan dalam mendiagnosis beberapa kondisi mendesak dan muncul seperti pendarahan otak, emboli
paru (penyumbatan dalam arteri paru-paru), diseksi aorta (robeknya dinding aorta), radang usus buntu,
divertikulitis, dan batu ginjal menghalangi . Melanjutkan perbaikan dalam teknologi CT termasuk kali
pemindaian lebih cepat dan resolusi ditingkatkan telah secara dramatis meningkatkan keakuratan dan
kegunaan CT scan dan akibatnya meningkatkan pemanfaatan dalam diagnosis medis.
Yang komersial pertama CT scanner ditemukan oleh Sir Godfrey Hounsfield di EMI Pusat
Penelitian Labs, Inggris pada tahun 1972. EMI memiliki hak distribusi ke The Beatles musik dan itu
keuntungan mereka yang mendanai penelitian. Sir Hounsfield dan Alan McLeod McCormick berbagi
Penghargaan Nobel untuk Kedokteran pada tahun 1979 untuk penemuan CT scan. CT scanner yang
pertama di Amerika Utara dipasang di Klinik Mayo di Rochester, MN pada tahun 1972.
d. USG
Medis ultrasonografi menggunakan USG (frekuensi tinggi gelombang suara) untuk
memvisualisasikan struktur jaringan lunak dalam tubuh secara real time. Tidak ada radiasi pengion
yang terlibat, tetapi kualitas gambar yang diperoleh dengan menggunakan USG sangat tergantung
pada keterampilan orang (ultrasonographer) melakukan ujian. USG juga dibatasi oleh
ketidakmampuan untuk foto melalui udara (paru-paru, usus loop) atau tulang. Penggunaan USG
dalam pencitraan medis telah mengembangkan sebagian besar dalam 30 tahun terakhir. Gambar USG
pertama statis dan dua dimensi (2D), tapi dengan zaman modern rekonstruksi 3D ultrasonografi dapat
diamati secara real-time; efektif menjadi 4D.
Karena USG tidak menggunakan radiasi pengion, tidak seperti radiografi, CT scan, dan teknik
kedokteran nuklir imaging, umumnya dianggap lebih aman. Untuk alasan ini, modalitas ini
memainkan peran penting dalam pencitraan kandungan. Anatomi perkembangan janin dapat
dievaluasi secara menyeluruh memungkinkan diagnosis dini banyak anomali janin. Pertumbuhan
dapat dinilai dari waktu ke waktu, penting pada pasien dengan penyakit kronis atau kehamilan akibat
penyakit, dan pada kehamilan multipel (kembar, kembar tiga dll). Warna-Flow Doppler USG
mengukur keparahan penyakit pembuluh darah perifer dan digunakan oleh Kardiologi untuk evaluasi
dinamis jantung, katup jantung dan pembuluh besar. Stenosis dari arteri karotid bisa pertanda infark
otak (stroke). DVT pada kaki dapat ditemukan melalui USG sebelum terhalau dan perjalanan ke paru-
paru (emboli paru), yang bisa berakibat fatal jika tidak diobati. USG berguna untuk gambar-dipandu
intervensi seperti biopsi dan drainase seperti Thoracentesis). Kecil perangkat ultrasound portabel
sekarang ganti peritoneal lavage di triage korban trauma dengan langsung menilai keberadaan
perdarahan di peritoneum dan integritas jeroan utama termasuk limpa, hati dan ginjal.
Hemoperitoneum ekstensif (perdarahan di dalam rongga tubuh) atau cedera pada organ utama
mungkin memerlukan eksplorasi bedah muncul dan perbaikan.
e. MRI (Magnetic Resonance Imaging)
MRI menggunakan medan magnet yang kuat untuk menyelaraskan inti atom (biasanya proton
hidrogen) di dalam jaringan tubuh, kemudian menggunakan sinyal radio untuk mengganggu sumbu
rotasi inti ini dan mengamati sinyal frekuensi radio yang dihasilkan sebagai inti kembali ke negara
awal mereka ditambah semua sekitarnya daerah. Sinyal radio yang dikumpulkan oleh antena kecil,
yang disebut gulungan, ditempatkan di dekat daerah tertentu. Keuntungan dari MRI adalah
kemampuannya untuk menghasilkan gambar di aksial, koronal, sagital pesawat miring dan beberapa
dengan mudah sama. MRI scan memberikan kontras jaringan lunak terbaik dari semua modalitas
pencitraan. Dengan kemajuan dalam pemindaian kecepatan dan resolusi spasial, dan perbaikan dalam
algoritma 3D komputer dan perangkat keras, MRI telah menjadi alat dalam radiologi muskuloskeletal
dan neuroradiology.
Salah satu kelemahan adalah bahwa pasien harus terus diam selama jangka waktu yang lama
dalam ruang, bising sempit sedangkan imaging dilakukan. Claustrophobia cukup parah untuk
mengakhiri ujian MRI dilaporkan dalam sampai 5% pasien. Perbaikan terbaru dalam desain magnet,
termasuk bidang magnet yang lebih kuat (3 teslas), ujian kali memperpendek, lebih luas,
membosankan magnet lebih pendek dan desain magnet lebih terbuka, telah membawa beberapa
bantuan untuk pasien sesak napas. Namun, dalam kekuatan medan magnet yang sama sering ada
trade-off antara kualitas gambar dan desain terbuka. MRI memiliki manfaat besar dalam pencitraan
otak, tulang belakang, dan sistem muskuloskeletal. Modalitas saat ini kontraindikasi untuk pasien
dengan alat pacu jantung, implan koklea, beberapa pompa obat berdiamnya, jenis tertentu dari klip
aneurisma serebral, fragmen logam di mata dan beberapa perangkat keras metalik karena medan
magnet kuat dan kuat sinyal radio berfluktuasi tubuh terkena . Wilayah kemajuan potensial termasuk
pencitraan fungsional, MRI jantung, serta MR terapi gambar dipandu.
f. Kedokteran Nuklir
Pencitraan kedokteran nuklir melibatkan administrasi ke pasien radiofarmasi terdiri dari zat
dengan afinitas untuk jaringan tubuh tertentu diberi label dengan perunut radioaktif. Para pelacak
yang paling umum digunakan adalah Technetium-99m, Yodium-123, Iodine-131, Gallium-67 dan
Thallium-201. Jantung, paru-paru, tiroid, hati, kandung empedu, dan tulang umumnya dievaluasi
untuk kondisi tertentu menggunakan teknik ini. Sementara detail anatomi terbatas dalam studi ini,
kedokteran nuklir ini berguna dalam menampilkan fungsi fisiologis. Fungsi ekskretoris pada ginjal,
kemampuan berkonsentrasi yodium dari aliran, tiroid darah ke otot jantung, dll dapat diukur.
Perangkat pencitraan utama adalah kamera gamma yang mendeteksi radiasi yang dipancarkan oleh
pelacak dalam tubuh dan menampilkannya sebagai gambar. Dengan pemrosesan komputer, informasi
yang dapat ditampilkan sebagai aksial, gambar koronal dan sagital (SPECT gambar, tunggal emisi
photon computed tomography). Dalam perangkat yang paling modern Kedokteran Nuklir gambar
dapat menyatu dengan CT scan diambil kuasi-secara bersamaan sehingga informasi fisiologis dapat
dilakukan overlay atau co-terdaftar dengan struktur anatomis untuk meningkatkan akurasi diagnostik.
PET, (positron emission tomography), pemindaian juga berada di bawah "kedokteran nuklir."
Dalam PET scan, zat biologis aktif radioaktif, paling sering Fluorin-18 fluorodeoxyglucose,
disuntikkan ke pasien dan radiasi yang dipancarkan oleh pasien terdeteksi untuk menghasilkan multi-
planar gambar tubuh. Jaringan lebih aktif metabolisme, seperti kanker, zat aktif berkonsentrasi lebih
dari jaringan normal. PET gambar dapat dikombinasikan dengan gambar CT untuk meningkatkan
akurasi diagnostik.
Aplikasi kedokteran nuklir dapat mencakup pemindaian tulang yang secara tradisional
memiliki peran yang kuat dalam work-up/staging kanker. Pencitraan perfusi miokard adalah ujian
penyaringan sensitif dan spesifik untuk iskemia miokard reversibel. Molekuler Imaging adalah
perbatasan yang baru dan menarik dalam bidang ini.

2.3 Teknik-Teknik Dalam Radiologi


Teknik radiografi dasar atau biasa di singkat tekrad adalah ilmu yang mempelajari tata cara
pemotretan dengan menggunakan sinar - x ( sinar Roentgen ) untuk membuat gambar Radiografi (
gambar Roentgen ) yang baik, yang dapat di pakai untuk menegakkan Diagnosa.

Istilah memotret kecuali di kenal dalam Fotografi, juga dikenal dalam Radiografi. Tetapi
untuk membedakan dua hal tersebut maka perlu dilihat dari tiga hal sebagai berikut :

a. Dalam penggunaan sinarnya, Fotografi menggunakan cahaya biasa sedang dalam Radiografi yang di
gunakan adalah sinar - x ( sinar Roentgen ).

b. Dalam prinsip pemotretannya, Fotografi menggunakan lensa untuk menangkap cahaya yang di
pantulkan oleh obyek, untuk kemudian diteruskan ke film. Sedangkan dalam Radiografi, sinar - x
menembus obyek dan ditangkap oleh film.

c. Dalam peralatannya, radiografi membutuhkan jenis peralatan yamg lebih besar dan lebih rumit lagi.

1. Pengaturan Pasien :
Dalam melakukan pemotretan, maka pasien perlu diatur sedemikian rupa baik secara keseluruhan
maupun bagian demi bagian, sehingga memudahkan pelaksanaan pemotretan pada bagian yang di
perlukan. Untuk itu pengaturan pasien digolongkan dalam dua hal, yaitu :

a. Posisi pasien

Yang dimaksud dengan posisi pasien adalah letak pasien secara keseluruhan dalam suatu
pemotretan. Posisi pasien yang ada adalah antara lain :
Supine = Tidur terlentang

Prone = Tidur telungkup


Lateral = miring menyamping ke kiri / kanan ( membentuk sudut 90 derajat )

Oblique = Miring ( membentuk sudut lebih kecil dari 90o )

Istilah oblique pada umumnya merupakan letak atau kedudukan pasien terhadap film dalam
suatu pemotretan. Ada 4 macam kedudukan oblique,yaitu :
- Right Anterior Oblique ( RAO ). Artinya letak pasien miring dengan tepi kanan depan dekat
terhadap film.
- Right Posterior Obique ( RPO ). Artinya letak pasien miring dengan tepi kanan belakang
dekat dengan film
- Left Anterior Oblique ( LAO ). Artinya letak pasien miring dengan tepi kiri depan dekat
terhadap film.
- Left Posterior Oblique ( LPO ). Artinya pasien miringdengan tepi kiri belakang dekat
terhadap film.

b. Posisi obyek
Yang dimaksud dengan posisi obyek adalah letak atau kedudukan dari sebagian dari tubuh
pasien yang perlu diatur dalam suatu pemotretan. Misalnya seorang pasien akan di foto
tangannya, maka yang disebut obyek adalah posisi dari tangan pasien yang akan di foto. Pada
umumnya untuk mengatur posisi obyek perlu dilakukan suatu pergerakan agar obyek tersebut
berada pada posisi yang dikehendaki. Beberapa istilah pergerakan yang penting antara lain

Addukasi = gerakan merapat ke tubuh.


- Fleksio = gerakan melipat sendi.
- Ekstensio = gerakan membuka sendi.
- Eversion = gerakan membuka sendi kaki
- Inversion = gerakan menutup sendi kaki
- Endorotasi = gerakan memutar ke dalam.
- Inspirasi = gerakan menarik napas.
- Ekspirasi = gerakan mengeluarkan nafas.

2. Pengaturan Sinar
Sinar - x yang akan digunakan dalam pemotretan perlu di arahkan secara tepat pada obyek
yang akan di foto. Disamping itu kekuatan sinar serta jumlah sinar perlu diatur agar sesuai
dengan besarnya obyek yang akan di foto. Oleh karena itu maka pengaturan sinar dapat
digolongkan menjadi tiga bagian, yaitu :
Focus Film distance ( FFD )
Jarak antara sumber sinar ( Focus ) ke Film, perlu diatur pada setiap melaksanakan
pemotreta oleh karena hal tersebut akan berpengaruh terhadap kualitas gambar, factor eksposi
dan lain sebagainya. Pada umumnya FFD untuk pemotretan Radiografi berkisar antara (40
180) cm, tergantung dengan jenis pemeriksaan yang dilakukan. Focus film distance di bagi
menjadi dua bagian yaitu :
1. Fokus Object Distance ( FOD ) adalah jarak fokus ke objek
2. Object Film Distance ( OFD ) adalah jarak antara objek ke film.

a. Pengaturan Central Ray ( CR )


Yang dimaksud dengan Central Ray adalah pusat dari berkas sinar yang digunakan
dalam pemotretan. Central ray merupakan garis lurus tengah-tengah berkas sinar yang
menunjukan arah/ jalannya sinar tersebut. Selanjutnya istilah-istilah arah sinar selalu disebut
sesuai dengan arah datangnya dan perginya sinar. Contohnya sebagai berikut :

Antero-Posterior : sinar dari depan ke belakang


Postero-Anterior : sinar dari belakang ke depan

Trans Lateral : sinar dari tepi yang satu ke tepi yang lain

- Dorso-Ventral = sinar dari punggung ke perut


- Ventro-Dorsal = sinar dari perut ke punggung
- Dorso-Plantar = sinar dari punggung ke telapak ( tangan/kaki )
- Planto-Dorsal = sinar dari telapak ke punggung ( tangan/kaki )
- Supero-Inferior = sinar dari atas ke bawah
- Infero-Superior = sinar dari bawah ke atas
- Latero-Medial = sinar dari tepi ke tengah
- Medio-Lateral = sinar dari tengah ke tepi
- Caudo-Cranial = sinar dari kaki ke kepala
- Cranio-Caudial = sinar dari kepala ke kaki
- Axial = sinar menuju ke poros sendi
- Tangensial = sinar membentuk garis singgung terhadap obyek.
Selanjutnya didalam pemotretan maka Central Ray akan diarahkan ke suatu titik pada obyek.
Titik tersebut dinamakan Central Point (CP).

3. Pengaturan Faktor Eksposi :


Faktor eksposi ( factor penyinaran ) terdiri dari kV ( kilo volt ), mA ( mili Amper ) dan s (
second ). kV adalah satuan beda potensial yang diberikan antara katoda dan anoda didalam
tabung Roentgen. KV akan menentukan Kualitas sinar - x yang akan dihasilkan. mA adalah
suatu arus tabung, dan s adalah satuan waktu penyinaran. mAs akan menentukan kuantitas
sinar - x yang dihasilkan.
Besarnya factor eksposi berbeda-beda untuk tiap jenis pemotretan, oleh karena adanya
beberapa factor yang mempengaruhi, antara lain yaitu :
1. Ketebalan obyek
Semakin tebal obyek yang di foto, semakin tinggi factor eksposi yang di
butuhkan dalam pemotretan tersebut.
2. Focus Film Distance
Pada penggunaan FFD yang lebih besar, membutuhkan factor eksposi yang
lebih tinggi.

3. Tehnik pemotretan yang dilakukan


Misalnya soft tissue technique,high KV technique, membutuhkan factor
eksposi yang berbeda dengan tehnik biasa meskipun pada obyek yang sama.
4. Penggunaan peralatan tertentu
Penggunaan screen film, non screen film, grid, dan lain-lain, masing-masing
akan membutuhkan factor eksposi yang berbeda satu sama lain.
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Radiologi adalah cabang atau spesialisasi kedokteran yang berhubungan dengan studi
dan penerapan teknologi pencitraan seperti x-ray dan radiasi untuk mendiagnosa dan
mengobati penyakit.
Ahli radiologi langsung sebuah array dari teknologi pencitraan (seperti USG,
computed tomography (CT), kedokteran nuklir, tomografi emisi positron (PET) dan
pencitraan resonansi magnetik (MRI)) untuk mendiagnosa atau mengobati penyakit.
Radiologi intervensi adalah kinerja (biasanya minimal invasif) prosedur medis dengan
bimbingan teknologi pencitraan. Akuisisi pencitraan medis biasanya dilakukan oleh ahli
radiografi atau teknolog radiologis.
Teknik radiografi dasar atau biasa di singkat tekrad adalah ilmu yang mempelajari tata
cara pemotretan dengan menggunakan sinar - x ( sinar Roentgen ) untuk membuat gambar
Radiografi ( gambar Roentgen ) yang baik, yang dapat di pakai untuk menegakkan Diagnosa.

DAFTAR PUSTAKA

Sulistijaningsih, Noer. 1992. Atlas Teknik Radiologi. Jakarta: EGC

Umami, Vidhia. 2006. Radiologi. ed 2. Bandung : Penerbit Erlangga

http://id.m.wikipedia.org/wiki/radiologi. ( pukul 10.00 WIB. Kamis,11 Juni 2015)


a.Pemeriksaan Radiografi
Untuk pemeriksaan "adiografi 3istem Pemeriksaan lambung meliputi :
1. Rontgen, foto rotgen bisa digunakan untuk :
Foto Polos perut
Foto polos perut merupakan foto rontgen standar untuk perut, yang tidak memerlukan
persiapan khusus dari penderita. Sinar X biasanya digunakan untuk menunjukkan:
* suatu penyumbatan
* kelumpuhan saluran pencernaan
* pola udara abnormal di dalam rongga perut
* pembesaran organ (misalnya hati, ginjal, limpa).
Pemeriksaan barium.
Setelah penderita menelan barium, maka barium akan tampak putih pada foto
rontgen dan membatasi saluran pencernaan, menunjukkan kontur dan lapisan dari
kerongkongan, lambung dan usus halus.
Barium yang terkumpul di daerah abnormal menunjukkan adanya
ulkus, erosi, tumor dan varises kerongkongan.
Foto rontgen bisa dilakukan pada wak tu-waktu tertentu
u n t u k menunjukkan keberadaan barium. Atau digunakan sebuah
fluoroskop untuk mengamati pergerakan barium di dalam saluran pencernaan.
Proses ini juga bisa direkam.
Dengan mengamati perjalanan barium di sepanjang saluran pencernaan, dokter
dapat menilai:
* fungsi kerongkongan dan lambung
* kontraksi kerongkongan dan lambung
* penyumbatan dalam saluran pencernaan.
Barium juga dapat diberikan dalam bentuk enema untuk melapisi u s u s
b e s a r b a g i a n b a w a h . K e m u d i a n d i l a k u k a n f o t o r o n t g e n u n t u k menunjukkan
adanya polip, tumor atau kelainan struktur lainnya. Prosedur ini bisa menyebabkan nyeri
kram serta menimbulkan rasa tidak nyaman. Barium yang diminum atau diberikan sebagai
enema padaakhirnya akan dibuang ke dalam tinja, sehingga tinja tampak putih sepertikapur.
Setelah pemeriksaan, barium harus segera dibuang
k a r e n a b i s a menyebabkan sembelit yang berarti. 0bat pencahar bisa diberikan
untuk mempercepat pembuangan barium.

4. TEKNIK PEMERIKSAAN USUS HALUS


Pengertian Pemeriksaan Radiologi Konvensional dengan Kontras pada
Saluran Cerna adalah pemeriksaan traktus digestivus dengan
pemberian kontras intralumen untuk mengetahui keadaan
anatomi radiologi organ tersebut, yang meliputi esofagus,
lambung, duodenum, usus halus dan kolon.
Tujuan 1. Agar dapat digunakan sebagai pedoman dokter spesialis
Radiologi, Radiografer dan perawat di Radiologi dalam
menjalankan tugasnya.
2. Agar pemeriksaan Radiologi dapat dilaksanakan dengan
benar, teliti dan aman.
3. Menghindari atau memperkecil kesalahan
dalam pemeriksaan Radiologi.
Indikasi 1. Anemia yang tidak diketahui sebabnya.
2. Sakit perut yang tidak diketahui sebabnya.
3. Tanda-tanda malabsorbsi.
4. Berat badan menurun dan adanya keluhan pada saluran
cerna.
Kontraindikasi Obstruksi usus halus.
Prosedur Persiapan Barium Follow Through.
- Sama dengan lambung duodenum (puasa minimal 8 jam).
- Jangan makan lemak.
Prosedur Tindakan Teknik
1. "Follow-through" (diminum)
Dapat dikerjakan bersama pemeriksaan lambung-duodenum.
Foto-foto posisi terlentang dan lateral. Bila perlu berdiri atau
kompresi. Dibuat dengan spot foto / "Bucky table".
Foto : l/2 jam - 1 jam - 2 jam - 4 jam.
Prinsip : Kontras masuk sekum.
Waktu dapat diperpanjang atau diperpendek sesuai keadaan.
2. Dengan kateter ke duodenum (enteroclysis).
Memasukkan kateter sampai duodenum.
Dimasukkan kontras dan udara.
Foto diambil dengan fluoroskopi atau seperti 5.1.
Penilaian
Lama Tindakan 1 jam sampai 4 jam (tergantung keadaan usus halus).
Komplikasi 1. Perforasi usus halus.
2. "Vagal reflex" karena distensi yang berlebihan atau terlalu
cepat.
3. Meteorismus.
Wewenang Pemeriksaan dilakukan oleh Radiografer.
Penilaian/Pembacaan dilakukan oleh ahli Radiologi.
Unit Yang Mengerjakan Pokja Gastro.
Dokumen Terkait Surat pengantar dari dokter / klinisi
Surat persetujuan tindakan
Referensi 1. Davis, M., Houston, J.D. : Fundamentals of Gastrointestinal
Radiology. W.B. Saunders Company. 2002.
2. Sutton, D. : Textbook of Radiology and Imaging, 5th Edition.
Chuchill Livingstone, 1993
Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Gambaran Radiografi
1. Pengaruh Milliampere (mA)
Peningkatan mA akan menambah intensitas sinar-x, dan penurunan mA akan mengurangi
intensitas. Sehingga semua intensitas sinar-x atau derajat terang/brightness akan bertambah
sesuai dengan peningkatan intensitas radiasi sinar-x di titik fokus. Oleh sebab itu, derajat
terang dapat diatur dengan mengubah mA. Perlu juga dipahami bahwa intensitas sinar-x yang
bervariasi akan terus membawa hubungan yang sama antara satu dengan yang lainnya.
2. Pengaruh Jarak
Dalam proses pemotretan sinar x, terdapat pengaturan jarak pemotretan yang meliputi :
jarak antara fokus-film (Focus Film Distance disingkat FFD), disebut juga SID (Source to
Image Reseptor Distance).
jarak antara film-objek (Film Object Distance disingkat FOD)
Jarak antara obyek-fokus (Object Focus Distance), disebut juga SSD (Source to Skin
Distance)
Intensitas sinar-x dari suatu pola bisa diatur menjadi sama dengan cara merubah semua hal,
bukan dalam hal-hal yang menyangkut kelistrikan, tapi dengan menggerakkan tabung
mendekati atau menjauhi objek. Dengan kata lain, jarak tabung ke objek mempengaruhi
intensitas gambaran.Hal ini dapat dibuktikan dengan demontrasi yang sederhana. Tanpa
penerangan lain dalam ruangan, pindahkan lampu yang menyala mendekati kertas bercetak.
Anda akan melihat bahwa semakin dekat cahaya ke buku, makin terang halaman itu terkena
cahaya. Hal yang sama juga berlaku pada sinar-x, pada saat jarak objek ke sumber radiasi
dikurangi, intensitas sinar-x pada objek meningkat; pada saat jaraknya ditambah intensitas
radiasi pada objek berkurang. Semua ini merupakan kesimpulan dari faktor bahwa sinar-x
dan cahaya merambat dalam pancaran garis lurus yang melebar.
Perubahan jarak hampir sama dengan perubahan mA dalam hal efeknya terhadap semua
intensitas gambaran. Terhadap banyaknya perubahan intensitas gambaran keseluruhan bila
mA atau jarak diubah adalah merupakan suatu kaidah hitungan aritmetika sederhana.
3. Pengaruh Kilovolt (kV)
Perubahan kV menyebabkan beberapa pengaruh. Pertama, perubahan kV menghasilkan
perubahan pada daya tembus sinar-x dan juga total intensitas berkas sinar-x akan berubah.
Hal ini terjadi dengan tanpa perubahan pada arus tabung. Variasi kv pada teknik
permeriksaan adalah salah satu yang biasa digunakan untuk proyeksi tertentu tergantung pada
ukuran ketebalan badan.Sistem teknik yang menggunakan variasi kV memiliki keuntungan
yang menjanjikan dalam variasi ekspose pada ketebalan badan yang berbeda-beda. Kenaikan
kilovoltage yang terus meningkat dapat mengurangi kontras pada radiografi.
4. Kontras
Perbedaan gambaran antara derajat kehitaman dan putih akibat adanya perbedaan daya
absorbsi objek terhadap sinar-x.Kontras radiografi dibagi menjadi 2:
1. Kontras subjektif : perbedaan persepsi/penilaian mata , masing-masing orang dalam
membedakan kontras radiografi.
2. Kontras objektif : perbedaan gambaran hitam dan putih yang diukur dengan alat
densitometer.

Faktor yang mempengaruhi kontras radiografi:


1. Tegangan tabung
2. Perbedaan koefisien atenuasi linear gambar, dipengaruhi oleh kerapatan jenis dan nomor
atom objek.
3. Radiasi hambur akan menurunkan nilai kontras
4. Penggunaan grid akan meningkatkan kontras radiografi dengan menyerap radiasi
hambur.
5. Processing film : agitasi yang terlalu lama menyebabkan gambaran hitam meningkat
(kontras menurun), cairan processing yang lemah menyebabkan kontras menurun.
5. Ketajaman gambar
Ketajaman gambar dipengaruhi oleh:
1. Faktor geometrik
Faktor yang berhubungan dengan pembentukan bayangan.
Dipengaruhi oleh:
a. Ukuran fokus
Setiap pesawat rontgen memiliki perbedaan ukuran fokus. Semakin kecil fokus, semakin
tajam hasil gambaran
b. Jarak
semakin jauh FFD atau semakin dekat OFD maka semakin tajam gambaran
2. Faktor pergerakan
Faktor yang berhubungan dengan objek dan pergerakannya.
2 macam pergerakan:
1. Pergerakan subjektif, yaitu pergerakan yang disebabkan oleh organ-organ yang bergerak
secara sadar, contoh: denyut jantung, paru-paru, dll yang menyebabkan kekaburan gambaran.
2. Pergerakan objektif, yaitu pergerakan dari objek yang dapat dikendalikan secara sadar,
contoh : pada tulang
3. Faktor Fotografi

Faktor yang berhubungan dengan pencatatan bayangan

Faktor Citra Radiografi, meliputi :


- Ketajaman dan kontras obyektif
- Tingakat eksposi
Bila citra radiografi berbatas/berbentuk jelas, benda densitas masih dapat diamati, walau
tingkat densitasnya sedikit (ketajaman baik walau dengan kontras yang sangat rendah). Jika
citra radiografi dengan perbedaan densitas tinggi, struktur masih dapat terlihat jelas walau
dengan batas yang tidak begitu tegas (ketajaman masih dapat dilihat, walaupun detail struktur
tidak optimal).
Pada praktek radiografi, hal itu dapat kita temukan pada x-foto abdomen untuk melihat
struktur dari janin, terlihat adanya perbedaan densitas yang kecil, namun bentuk janin terlihat
jelas. Juga pada x-foto abdomen anak kecil tertelan uang logam terlihat adanya perbedaan
densitas yang tinggi, ketajaman uang logam masih terlihat walau bentuknya tidak tegas (uang
logam bergerak). Dengan demikian, batas yang tegas dari citra radiografi tidak hanya
tergantung oleh ketajaman/kontras tetapi dari keduanya. Tingkat eksposi signifikan merubah
kontras yang terlihat pada citra radiografi. Bila terjadi overexposure maka densitas pada
seluruh bidang film juga meningkat, tetapi kontras obyektif (overexposure tidak
berlebihan) tidak berubah, karena perbedaan melewatkan cahaya dari seluruh bidang x-foto
tetap ada dan dapat diukur. Karena densitas yang demikian besar, mata sudah tidak dapat lagi
melihat, karena tidak ada lagi cahaya dari viewer yang dapat melaluinya. Oleh karena itu
pemirsa mengatakan bahwa kontras visual berkurang karena overexposure, jadi kontras
visual ini bersifat subyektif tidak dapat diukur. Pada underex posure dimana densitasnya
sangat minim menyebabkan kontras obyektif dan subyektif menjadi kurang.

Anda mungkin juga menyukai