PEDAHULUAN
BAB I
PENDAHULUAN
Maka dari itu seorang radiographer sebagai mitra kerja radiologist harus mampu mengetahui
berbagai aspek di dalam pemeriksaan dengan media kontras, salah satunya yakni
pemeriksaan dengan menggunakan media kontras, dan pemeriksaan radiografi usus halus
merupakan salah satu pemeriksaan yang menggunakan media kontras guna mengevaluasi
anatomi dari usus halus tersebut.
Melihat pentingnya hal tersebut di atas dalam dunia kerja sebagai radiographer, maka dalam
kesempatan kali ini penulis akan menyajikan tulisan menganai teknik radiografi pemeriksaan
usus halus.
1.3. Tujuan
Dilihat dari latar belakang penulisan makalah ini maka dapat disimpulkan tujuan penulisan
makalah ini menjadi dua yakni tujuan umum dan tujuan khusus.
BAB II
TINJAUAN TEORI
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak di antara
lambung dan usus besar. Pada usus dua belas jari terdapat dua muara, saluran usus halus
merupakan kelanjutan dari lambung. Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas
jari (duodenum), usus kosong (jejunum), dan usus penyerapan (ileum).Usus halus memiliki
panjang sekitar 6-8 meter. Usus halus terbagi menjadi 3 bagian yaitu duodenum ( 25 cm),
jejunum ( 2,5 m), serta ileum ( 3,6 m). Pada usus halus hanya terjadi pencernaan secara
kimiawi saja, dengan bantuan senyawa kimia yang dihasilkan oleh usus halus serta senyawa
kimia dari kelenjar pankreas yang dilepaskan ke usus halus.
Bikarbonat Menetralkan suasana asam dari makanan yang berasal dari lambung
Enterokinase Mengaktifkan erepsinogen menjadi erepsin serta mengaktifkan
tripsinogen menjadi tripsin. Tripsin mengubah pepton menjadi asam amino.
Amilase Mengubah amilum menjadi disakarida
Lipase Mencerna lemak menjadi asam lemak dan gliserol
Tripsinogen Tripsin yang belum aktif.
Kimotripsin Mengubah peptone menjadi asam amino
Nuklease Menguraikan nukleotida menjadi nukleosida dan gugus pospat
Hormon Insulin Menurunkan kadar gula dalam darah sampai menjadi kadar normal
Hormon Glukagon Menaikkan kadar gula darah sampai menjadi kadar normal yaitu dari
pankreas dan kantung empedu. Adapun fungsi dari usus halus yakni menyerap (absorpsi) dan
mencerna khime sari-sari makanan dari lambung.
Pemeriksaan usus halus dapat dilaksanakan sebagai lanjutan pemeriksaan lambung atau
dimintakan sendiri.Dalam hal terakhir dapat dilaksanakan dengan memasukkan selang karet
atau plastik sampai lewat pilorus dan baru kemudian dimasukkan suspensi barium sulfat.Pada
umumnya dilakukan dengan kontras tunggal saja,karena membuat pemeriksaan dengan
kontras ganda(DC) sulit bila diinginkan gambaran kontras ganda (DC) untuk kseluruhan
usus halua.Pemeriksaan usus halus dikenal dengan follow through,yaitu sebagai pemeriksaan
yang terus dilanjutkan setelah pemeriksaan lambung.
Banyak berbagai cara untuk mengerjakan pemeriksaan follow through,salah satunya pasien
diminta minum dua gelas penuh kontras barium sulfat(sama dengan yang dipakai untuk
pemeriksaan lambung) sekaligus berturut-turut.Cara lain ialah meminta pasien minum
sebagian dengan interval beberapa saat(menit) sampai akhirnya habis dua gelas itu.Dengan
fluoroskopi sewaktu-wktu kemudian diikuti perjalanan barium sulfat dan dibutlah foto
ikhtisar dari usus yang telah terisi kontras. Pemeriksaan berakhir bila ileum terminal telah
dilewati dan kolon asendens mulai terisi.
BAB III
Proyeksi AP/PA
Persiapan Pasien
1. Mengubah pola makan penderita .Pasien hendaknya makan makanan yang rendah
serat serat dan rendah lemak.
2. Pasien diwajibkan puasa 2 hari sebelum pemeriksaan.
3. Minum sebanyak-banyaknya.
4. Pemberian Pencahar,berikan Pasien garam inggris. Ini bertujuan untuk membersihkan
usus sehingga usus kosong.
5. Beritahu juga pasien untuk tidak merokok dan banyak bicara
Posisi pasien
Posisi Obyek
Pada proyeksi PA atau PA menunjukkan usus halus makin terisi Barium hingga klep
Illiocecal. Ketika Barium sudah mencapai daerah illiocecal, Fluoroskopi boleh dilakukan dan
dipersingkat untuk mendapatka gambar. Pemeriksaan biasanya selesai ketika Barium tampak
pada daerah cecum, diperkirakan dalam waktu 2 jam untuk pasien dengan kondisi usus
normal
Kriteria Gambar
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik dari penulisan makalah ini antara lain :
1. Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari (duodenum), usus kosong
(jejunum), dan usus penyerapan (ileum).Usus halus memiliki panjang sekitar 6-8
meter. Usus halus terbagi menjadi 3 bagian yaitu duodenum ( 25 cm), jejunum (
2,5 m), serta ileum ( 3,6 m). Adapun fungsi dari usus halus yakni menyerap
(absorpsi) dan mencerna khime sari-sari makanan dari lambung.
2. Teknik Radiografi pada Pemeriksaan Usus Halus (follow through) adalah Proyeksi
AP/PA dengan menggunakan media kontras Barium Sulfat.
4.2. Saran
Saran yang ingin penulis utarakan menyangkut penyusunan makalah ini adalah agar nantinya
sebagai radiografer mampu mempelajari dan memahami lebih lanjut mengenai teknik
radiografi pemeriksaan usus halus dengan media kontras, selain itu diharapkan radiografer
juga mampu mengetahui segala faktor resiko yang terjadi dalam pemeriksaan radiografi
dengan riwayat pemberian media kontras, misalnya pada pemeriksaan radiografi usus halus.
DAFTAR PUSTAKA
Syaifuddin, Drs. H., B.Ac. 1997. Anatomi Fisiologi untuk Siswa Perawat. EGC : Jakarta
http://www.radiographicceu.com
pemeriksaan radiologi
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Radiologi adalah cabang atau spesialisasi kedokteran yang berhubungan dengan studi dan
penerapan teknologi pencitraan seperti x-ray dan radiasi untuk mendiagnosa dan mengobati penyakit.
Ahli radiologi langsung sebuah array dari teknologi pencitraan (seperti USG, computed
tomography (CT), kedokteran nuklir, tomografi emisi positron (PET) dan pencitraan resonansi
magnetik (MRI)) untuk mendiagnosa atau mengobati penyakit. Radiologi intervensi adalah kinerja
(biasanya minimal invasif) prosedur medis dengan bimbingan teknologi pencitraan. Akuisisi
pencitraan medis biasanya dilakukan oleh ahli radiografi atau teknolog radiologis.
Istilah memotret kecuali di kenal dalam Fotografi, juga dikenal dalam Radiografi. Tetapi
untuk membedakan dua hal tersebut maka perlu dilihat dari tiga hal sebagai berikut :
a. Dalam penggunaan sinarnya, Fotografi menggunakan cahaya biasa sedang dalam Radiografi yang di
gunakan adalah sinar - x ( sinar Roentgen ).
b. Dalam prinsip pemotretannya, Fotografi menggunakan lensa untuk menangkap cahaya yang di
pantulkan oleh obyek, untuk kemudian diteruskan ke film. Sedangkan dalam Radiografi, sinar - x
menembus obyek dan ditangkap oleh film.
c. Dalam peralatannya, radiografi membutuhkan jenis peralatan yamg lebih besar dan lebih rumit lagi.
1. Pengaturan Pasien :
Dalam melakukan pemotretan, maka pasien perlu diatur sedemikian rupa baik secara keseluruhan
maupun bagian demi bagian, sehingga memudahkan pelaksanaan pemotretan pada bagian yang di
perlukan. Untuk itu pengaturan pasien digolongkan dalam dua hal, yaitu :
a. Posisi pasien
Yang dimaksud dengan posisi pasien adalah letak pasien secara keseluruhan dalam suatu
pemotretan. Posisi pasien yang ada adalah antara lain :
Supine = Tidur terlentang
Istilah oblique pada umumnya merupakan letak atau kedudukan pasien terhadap film dalam
suatu pemotretan. Ada 4 macam kedudukan oblique,yaitu :
- Right Anterior Oblique ( RAO ). Artinya letak pasien miring dengan tepi kanan depan dekat
terhadap film.
- Right Posterior Obique ( RPO ). Artinya letak pasien miring dengan tepi kanan belakang
dekat dengan film
- Left Anterior Oblique ( LAO ). Artinya letak pasien miring dengan tepi kiri depan dekat
terhadap film.
- Left Posterior Oblique ( LPO ). Artinya pasien miringdengan tepi kiri belakang dekat
terhadap film.
b. Posisi obyek
Yang dimaksud dengan posisi obyek adalah letak atau kedudukan dari sebagian dari tubuh
pasien yang perlu diatur dalam suatu pemotretan. Misalnya seorang pasien akan di foto
tangannya, maka yang disebut obyek adalah posisi dari tangan pasien yang akan di foto. Pada
umumnya untuk mengatur posisi obyek perlu dilakukan suatu pergerakan agar obyek tersebut
berada pada posisi yang dikehendaki. Beberapa istilah pergerakan yang penting antara lain
2. Pengaturan Sinar
Sinar - x yang akan digunakan dalam pemotretan perlu di arahkan secara tepat pada obyek
yang akan di foto. Disamping itu kekuatan sinar serta jumlah sinar perlu diatur agar sesuai
dengan besarnya obyek yang akan di foto. Oleh karena itu maka pengaturan sinar dapat
digolongkan menjadi tiga bagian, yaitu :
Focus Film distance ( FFD )
Jarak antara sumber sinar ( Focus ) ke Film, perlu diatur pada setiap melaksanakan
pemotreta oleh karena hal tersebut akan berpengaruh terhadap kualitas gambar, factor eksposi
dan lain sebagainya. Pada umumnya FFD untuk pemotretan Radiografi berkisar antara (40
180) cm, tergantung dengan jenis pemeriksaan yang dilakukan. Focus film distance di bagi
menjadi dua bagian yaitu :
1. Fokus Object Distance ( FOD ) adalah jarak fokus ke objek
2. Object Film Distance ( OFD ) adalah jarak antara objek ke film.
Trans Lateral : sinar dari tepi yang satu ke tepi yang lain
3.1 Simpulan
Radiologi adalah cabang atau spesialisasi kedokteran yang berhubungan dengan studi
dan penerapan teknologi pencitraan seperti x-ray dan radiasi untuk mendiagnosa dan
mengobati penyakit.
Ahli radiologi langsung sebuah array dari teknologi pencitraan (seperti USG,
computed tomography (CT), kedokteran nuklir, tomografi emisi positron (PET) dan
pencitraan resonansi magnetik (MRI)) untuk mendiagnosa atau mengobati penyakit.
Radiologi intervensi adalah kinerja (biasanya minimal invasif) prosedur medis dengan
bimbingan teknologi pencitraan. Akuisisi pencitraan medis biasanya dilakukan oleh ahli
radiografi atau teknolog radiologis.
Teknik radiografi dasar atau biasa di singkat tekrad adalah ilmu yang mempelajari tata
cara pemotretan dengan menggunakan sinar - x ( sinar Roentgen ) untuk membuat gambar
Radiografi ( gambar Roentgen ) yang baik, yang dapat di pakai untuk menegakkan Diagnosa.
DAFTAR PUSTAKA