Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA

IDENTIFIKASI BAGIAN-BAGIAN SALURAN PENCERNAAN

PADA KELINCI

Nama : Siti Masriah

NIM : 19012024

Dosen Pengampu : Nina imaniar M.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI DAN FARMASI

BOGOR

2021

JURUSAN S1 FARMASI
BABA I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Proses pencernaan makanan sangat penting sebelum makanan diabsorbsi atau diserap
oleh dinding saluran pencernaan. Zat-zat makanan tidak dapat diserap dalam bentuk alami
dan tidak berguna sebagai zat nutrisi sebelum proses pencernaan awal. Zat makanan akan
dipersiapkan untuk diabsorbsi melalui proses-proses tertentu dengan bantuan enzim-enzim
tertentu dalam saluran pencernaan (Blakely, 1991).
Pencernaan adalah rangkaian proses perubahan fisik dan kimia yang dialami bahan
makanan selama berada di dalam alat pencernaan. Saluran pencernaan memberi tubuh
persediaan air, elektrolit dan makanan yang terus-menerus.Hal tersebut dapat dicapai melalui
pergerakan makanan melalui saluran pencernaan, sekresi getah pencernaan, absorbsi hasil
pencernaan, air dan elektrolit, sirkulasi darah melalui organ-organ gastrointestinal untuk
membawa zat-zat yang diabsorbsi dan pengaturan semua fungsi gastrointestinal oleh saraf
dan hormonal (Anonim, 2013).
Semua makhluk hidup memerlukan makanan untuk kelangsungan kehidupannya.
Makanan ini diperlukan untuk memberi energi yang diperlukan memelihara tetap hidup dan
untuk mempertahankan proses-proses tubuh seperti kontraksi otot dan lain-lain. Sebagai
bahan untuk membangun dan mempertahankan sel dan metabolisme, untuk pertumbuhan dan
reproduksi, kebutuhan senyawa spesifik untuk pertahanan diri (Parakassi, 1986).
Hewan seperti, kelinci dan marmut tidak mempunyai struktur lambung seperti pada sapi
untuk fermentasi selulosa. Proses fermentasi atau pembusukan yang dilaksanakan oleh
bakteri terjadi pada sekum yang banyak mengandung bakteri. Proses fermentasi pada sekum
tidak seefektif fermentasi yang terjadi di lambung. Akibatnya kotoran, kelinci dan marmut
lebih kasar karena proses pencernaan selulosa hanya terjadi satu kali, yakni pada sekum.
Sedangkan pada sapi proses pencernaan terjadi dua kali, yakni pada lambung dan sekum
yang kedua-duanya dilakukan oleh bakteri dan protozoa tertentu (Tim Dosen, 2011).
Adapun yang mendasari dilakukannya praktikum ini yaitu untuk mengetahui identifikasi
bagian-bagian saluran pencernaan pada kelinci dan fungsinya sehingga dilakukanlah
praktikum.
B. Tujuan Praktikum
Mengenal bentuk dan mempelajari fungsi masing-masing bagian dari saluran pencernaan

C. Kegunaan
Adapun kegunaan praktikum ini adalah untuk membantu mahasiswa memahami sistem
pencernaan pada kelinci
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Gambaran Umum Kelinci


Kelinci adalah hewan mamalia dari famili Leporidae, yang dapat ditemukan di banyak
bagian bumi. Dulunya, hewan ini adalah hewan liar yang hidup di Afrika hingga ke daratan
Eropa. Pada perkembangannya tahun 1912, kelinci diklasifikasikan dalam ordolagomorpha.
Asal kata kelinci berasal dari bahasa Belanda, yaitu konijntje yang berarti "anak kelinci". Hal
ini telah menunjukkan bahwa masyarakat nusantara mulai mengenali kelinci saat masa
kolonial, padahal di Pulau Sumatera ada satu spesies asli kelinci Sumatera (Nesolagus
netscheri) yang baru ditemukan pada tahun 1972 (Tim Dosen, 2011).
Secara umum, kelinci terbagi menjadi dua jenis yaitu kelinci bebas dan kelinci
peliharaan.Yang termasuk dalam kategori kelinci bebas adalah terwelu (Lepus curpaeums)
dan kelinci liar (Oryctolagus cuniculus). Dilihat dari jenis bulunya, kelinci ini terdiri dari
jenis berbulu pendek dan panjang dengan warna yang agak kekuningan. Ketika musim
dingin, warna kekuningan berubah menjadi kelabu (Tim Dosen, 2011).
Kelinci di Indonesia, khususnya pulau Jawa, banyak diternakkan secara komersial oleh
para peternak kelinci di Lembang, dimana kelinci hias menjadi primadona para peternak.
Sisa kelinci yang tidak termasuk kategori hiasakan mereka jual sebagai kelinci pedaging,
dimana Lembang juga merupakan konsumen daging kelinci yang cukup besar dengan
mengedepankan sate kelinci sebagai komoditas utama. Selain di Lembang, sate kelinci dapat
pula dijumpai di daerah Sumedang (Anonim, 2013).
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Alat dan Bahan (Material)


Hewan percobaan : kelinci, alat-alat diseksi, cairan garam fisiologis dan gelas arloji, dan alat
peraga organ manusia
B. Tata kerja
1. Mempelajari bagian saluran pencernaan manusia melalui alat peraga dan kelinci
2. Bunuhlah kelinci dengan memotong lehernya
- Pada garis median (garis tengah) mulai dari leher sampai cloaca, buatlah sayatan yang
lurus di bagian ventral pada kulit sampai menembus otot-otot yang ada dibawahnya
- Buka leher, rongga dada dan rongga perut
- Keluarkanlah seluruh saluran pencernaan mulai dari mulut sampai ke cloaca. Bilaslah
alat ini dengan cairan garam fisiologis dan taruhlah gelas arloji yang mengandung
larutan garam fisiologis
- Amati dan gambarlah seluruh saluran pencernaan, berikut organ-organnya, yaitu:

Mulut Ileum
Pharynx Cecum
Esophagus Colon
Temblok (crop) Pancreas
Proventriculus (perut kelenjar) Hati
Empedu Limpa
Ventriculus (perut otot) Jantung
Duodenum Kantung
Jejunum
BAB IV

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan
Bagian Sistem Pencernaan Kelinci (tractus digestivus)

1. Saluran pencernaan (system digestorium)


1. Mulut
2. Gigi (incisivi)
3. Kelenjar submandibularis
4. Pankreas (pancreas)
5. Lambung (ventriculus)
a. antrum
b. Fundus
6. Usus 12 jari (duodenum)
7. Jejunum
8. Usus halus (intestinum tennue)
9. Usus besar (intestinum crassum)
10. Caecal appendix
11. Caecum
12. Pylorus
13. Sektum (sectum)
14. kantong empedu (vesica fellea)
2. Sistem kardiovaskular (system cardiovasculare)
1. Jantung (cor)
3. Sistem Pernapasan (system respiration)
1. Faring (pharinx)
2. Kerongkongan (esophagus)
3. Paru-paru kiri (left pulmo)
4. Paru-paru kanan (right pulmo)
4. Sistem ekskresi (system uropoetica)
1. Hati (hepar)
2. Kantung kemih
3. Anus (anal)
4. Ginjal (ren)

B. Pembahasaan
Berdasarkan hasil pengamatan di atas dapat diketahui, bahwa saluran pencernaan pada
kelinci yaitu:
Kelinci termasuk pseudoruminant yaitu herbivora yang tidak dapat mencerna serat kasar
dengan baik. Kelinci memfermentasikan pakan di sekum kurang lebih 50% dari seluruh
kapasitas saluran pencernaannya (Fransod, 1992).
Sistem pencernaan kelinci merupakan sistem pencernaan yang sederhana dengan sekum
dan usus yang besar. Hal ini memungkinkan kelinci dapat memanfaatkan bahan-bahan
hijauan, rumput dan sejenisnya. Bahan-bahan itu dicerna oleh bakteri di saluran pencernaan
bagian bawah. Kelinci juga mempunyai sifat coprophagy sama seperti kambing yaitu
memakan feses yang sudah dikeluarkan. Feses ini berwarna hijau muda dan lembek, hal ini
terjadi karena konstruksi saluran pencernaannnya sehingga memungkinkan kelinci untuk
memanfaatkan secara penuh pencernaan bakteri di saluran bagian bawah atau yaitu
mengkonversi protein asal hijauan menjadi protein bakteri yang berkualitas tinggi,
mensintesis vitamin B dan memecah selulose atau serat menjadi energi yang berguna
(Blakely, 1991).
Urutan sistem pencernaan kelinci dimulai dari mulut, dimana dalam mulut terjadi
pencernaan secara mekanik yaitu dengan jalan mastikasi bertujuan untuk memecah pakan
agar menjadi bagian-bagian yang lebih kecil dan mencampurnya dengan saliva yang
mengandung enzim amilase yang mengubah pati menjadi maltosa agar mudah ditelan
(Kamal, 1982).
Esophagus merupakan lanjutan dari pharinx dan masuk ke dalam cavum abdominale dan
bermuara pada bagian ventriculus. Lambung kelinci disebut juga ventriculus yang terdiri
dari tiga bagian yaitu bagian awal (kardia), bagian tengah (fundus) dan bagian akhir
(pilorus).Ventrikulus berfungsi sebagai tempat penyimpanan pakan dan tempat terjadinya
proses pencernaan dimana dinding lambung mensekresikan getah lambung yang terdiri dari
air, garam anorganik, mucus, HCl, pepsinogen dan faktor intrinsik yang penting untuk
efisiensi absorbsi vitamin B12. Keasaman getah lambung bervariasi sesuai dengan macam
makanannya. Pada umumnya sekitar 0,1N atau pH lebih kurang dari dua (Melly, 2013).
Usus halus terdiri dari duodenum, jejenum dan illeum. Kelenjar branner menghasilkan
getah duodenum dan disekresikan ke dalam duodenum melalui vili-vili dan getah ini bersifat
basa. Getah pankreas yang dihasilkan disekresikan ke dalam duodenum melalui ductus
pancreaticus. Jejenum merupakan kelanjutan dari duodenum dan illeum di sebelah caudal
ventriculus dan berfungsi sebagai tempat absorbsi makanan (Happyfafet, 2013).
Sekum pada kelinci berbentuk seperti kantung berwarna hijau tua keabu-abuan. Dalam
sekum makanan disimpan dalam waktu sementara. Pencernaan selulosa dilakukan oleh
bakteri yang menghasilkan asam asetat, propionat dan butirat. Kolon berjalan ke arah caudal
diagonal menyilang sekum di sini terdapat ascenden dan colon transverasum, colon
descenden dan colon sigmoideum yang belum jelas. Rektum merupakan kelanjutan dari
kolon dan membentuk feces dan rektum berakhir sebagai anus (Frandson, 1992).
BAB IV

KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Pada kelinci memiliki saluran pencernaan antara lain yaitu mulut berfungsi untuk
menggiling makanan serta mencampurnya dengan saliva. Esophagus merupakan alat
pencernaan yang menghubungkan kelambung. Usus halus, terdiri dari duodenum,
jejenum dan ileum yang berfungsi sebagai tempat absorbsi makanan. Usus besar berfungsi
sebagai tempat penyerapan air dan pencernaan lebih lanjut dari bahan pakan oleh
mikroorganisme mencerna beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi.
Kemudian anus yaitu tempat keluarnya feces.
B. Saran
1. Diharapkan kepada praktikan sebelum dilaksanakannya praktikum agar memperhatikan
alat dan bahan yang akan digunakan guna memperlancar kelangsungan praktikum
2. Gunakanlah alat yang bersih dari residu dan alat yang tidak rusak untuk mendapatkan
hasil yang diharapkan
3. Memiliki sumber buku atau penuntun yang dapat menentukan hasil kerja yang sesuai
pada prosedur kerja
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim.Sistem Pencernaan Ruminansia. http://www.Sistem-Pencernaan-Ruminansia.com.
2013. (Diakses 10 Desember 2013).
2. Blakely, James and David H. Bade. Ilmu Peternakan edisi IV. Yogyakarta: Gadjah
Mada      University Press. (1991).
3. Frandson.Anatomi dan Fisiologi Ternak.Yogyakart: Gadjah Mada University Press. (1992).
4. Happy.Dasar Nutrisi Dan Sistem Pencernaan. http://happyfapet. blogspot.
com/2011/12/dasar-nutris-dan-sistem-pencernaan.html.2013.(Diakses pada tanggal
10 Desember 2013).
5. Hatulhasanah, Melly.Perbedaan Hewan Ruminansia dan Non Rumenansia.

http://mellyhatulhasanah.blogspot.com/2011/11/perbedaan-hewan-ruminansia-dan-non.html.
2013.(Diakses pada tanggal 10 Desember 2013).
6. Kamal.Anatomi Hewan. Yogyakarta: Laboratorium Anatomi Hewan Fakultas
Biologi      UGM. (1982).
7. Parakkasi.Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Monogastrik. Jakarta: Universitas   Indonesia
Press. (1986).
8. Sarwono, B. Beternak Kambing Unggul. Yogyakarta:Penebar Swadaya. (1993).
9. Smith, John. B dan Soesanto Mangkoewidjojo.Pemeliharaan, Pembiakan dan Penggunaan
Hewan Percobaan di Daerah Tropis. Jakarta: Universitas Indonesia Press. (1988).
10. Tillman.Ilmu Makanan Ternak Dasar. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. (1991).
11. Tim Dosen. Digestive System Ternak Kelinci. Makassar: Buku Penuntun Ilmu Ternak
Ruminansia dan Non Ruminansia. (2011).

Anda mungkin juga menyukai