PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
C. Tujuan
Tujuan penulisan laporan praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui hubungan antara organ-organ ekskresi dengan kandungan air pada veses
secara rata-rata
2. Mengetahui hubungan antara organ-organ ekskresi dengan konsumsi air secara rata-
rata
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
Eksresi adalah proses pengeluaran zat sisa metabolisme baik berupa zat cair dan
zat gas. Zat-zat sisa zat sisa itu berupa urine (ginjal), keringat (kulit), empedu (hati), dan
CO2 (paru-paru). Ginjal adalah sepasang organ saluran kemih yang terletak dirongga
retroperitoneal bagian atas. Bentuknya menyerupai kacang dengan sisi cekungnya
menghadap ke medial (Setiadi, 2007). Unggas dikenal sebagai hewan homeotermis, yang
temperatur tubuhnya selalu dijaga relatif tetap walaupun terjadi fluktuasi temperatur di
lingkungan hidupnya (Sulistyoningsih, 2003: 67). Hal ini sejalan dengan Tamzil (2014: 57)
yang menyatakan bahwa unggas tergolong hewan homeothermic (berdarah panas) dengan
ciri spesifik tidak memilikikelenjar keringat serta hampir semua bagian tubuhnyatertutup
bulu dan dipengaruhi oleh suhu.
Keadaan suhu yang relatif tinggi pada suatu lingkungan pemeliharaan
menyebabkan terjadinya cekaman panas pada ayam. Selama ayam mengalami cekaman
terjadi perubahan-perubahan fisiologis dan metabolisme tubuh dalam upaya
mempertahankan diri dengan pengembangan sistem homeostasis yang ada,Upaya-upaya
tersebut berupa percepatanpengeluaran panas dengan perubahan tingkahlaku dan perubahan
metabolisme tubuh (Sugito, 2009: 10). Salah satu upaya ayam dalam mempertahankan
sistem metabolisme dalam tubuhnya yaitu melalui ekskresi.
Ekskresi merupakan proses pengeluaran zat sisa metabolisme tubuh, seperti CO2,
H2O, NH3, zat warna empedu dan asam urat. Sistem ekskresi adalah suatu sistem yang
menyelenggarakan proses pengeluaran zat-zat sisa. Zat-zat sisa ini merupakan hasil proses
metabolisme dalam tubuh yang sudah tidak berguna lagi. Alat ekskresi yang dimiliki oleh
mahluk hidup berbeda-beda. Semakin tinggi tingkatan mahluk hidup, semakin kompleks
alat ekskresinya. Alat ekskresi pada ayam terdiri dari ginjal (metanefros), paru-paru, dan
kulit. Menurut Aprilianti (2016: 71) organ ekskresi seperti hati, paru-paru, kulit dan ginjal.
Ginjal merupakan salah satu organ detoksifikasi yang berfung siuntuk
mengeluarkan zat sisa-sisa hasil metabolisme dalam bentuk urin dan senyawa toksik. Ginjal
sebagai organ ekskresi yang mengontrol volume cairan tubuh dan konsentrasi elektrolit,
ekskresi sisa-sisa produk metabolisme, mengatur aktivitas metabolisme seperti transpor
aktif (elektrolit, protein dan asam amino, asam organik), control keseimbangan asam basa
dan metabolisme xenobiotik(Alipin, 2016: 98). Ginjal adalah organ yang bertanggung
jawab untuk ekskresi berbagai sisa metabolisme tubuh dan membantu mengatur
hemeostatis (Muliani, 2010: 9). Adapun pengaturan homeostatis ini meliputi pengaturan
keseimbangan air, pengaturan pH, pengaturan tekanan osmose, pengaturan elektrolit dan
konsentrasi berbagai substansi di dalamplasma. Ren mengatur susunan kimia lingkungan
interna dengan proses filtrasi,absorbsi aktif, absorbsi pasif, dan sekresi (Muliani, 2006: 3).
Selain itu, ginjal juga berfungsi mengeksresikan urin dan mengatur konsentrasi hydrogen,
sodium, potassium, fosfatdan ion-ion lain yang terdapat didalam cairan eksrasel
(Rhamdany,2014:87).
Selain ginjal, hati juga merupakan organ ekskresi pada ayam. Menurut Cahyono
(2012: 72) fungsi hati sebagai tempat pembentukan dan ekskresiempedu, tempat
menyimpan zat karbon yang berupa glikogen, mengatur danmempertahankan kadar
glikogen darah, mengatur daya pembekuan darah, dansekresi protein dan lemak juga
tempat metabolisme paling komplek di dalam tubuh. Tubuh hewan memiliki kulit terdiri
atas 2 lapisan utama yaitu epidermis dan dermis. Epidermis merupakan jaringan epitel yang
berasal dari ektoderm sedangkan dermis berupa jaringan ikat agak padat yang berasal dari
mesoderm. Di bawah dermis terdapat jaringan ikat longgar yaitu hypodermis yang pada
beberapa tempat terdiri dari jaringan lemak (Kalangi, 2013: 12).
B. Kajian Empirik
Sahara (2012 : 34) menyatakan bahwa laju pertumbuhan pada ayam sangat
ditunjang oleh kecukupan nutrisi yang dikonsumsi oleh ayam. Kecukupan nutrisi ini erat
hubunganya dengan kandungan gizi pakan serta kemampuan usus dalam menyerap nutrisi
yang dikandung pakan tersebut.