Anda di halaman 1dari 17

FISIOLOGI HEWAN

SISTEM EKSKRESI

Disusun Oleh: Kelompok 6

1. Henni Meilany (342009231)


2. Nadia Aprida (342009223)
3. Maya Sari (342009294)
4. Indah Dwi Puspita (342009287)
5. Dina Riskiati (342009201)
6. Astri Pratiwi (342009209.P)

Dosen Pengasuh : Drs. Saleh Rusbandi M.Si


Matakuliah : Fisiologi Hewan

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2011
ANALISIS KRITIS

SISTEM EKSKRESI

1. Bibliografi
 Pearce, Evelyn C. 2006. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: PT
Gramedia.
 Isnaeni, Wiwi. 2006. Fisiologi Hewan. Yogyakarta: Kanisius.
 Suripto. 2006. Fisiologi Hewan. Bandung: ITB.
 Wiyana. 2011. Metabolisme, Absorbsi dan Ekskresi. (Online).
(http://wiyana-ian.blogspot.com/2011/04/metabolisme-absorpsi-dan-
ekskresi-zink.html. diakses 20 Mei 2011)
 Wikipedia. 2011. Sistem Eksresi. (Online)
(http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_ekskresi. diakses 20 Mei 2011)
 Norahman, fetrian. 2010. (Online).
(http://www.itsfetriyannorrahman.co.cc/2010/01/sistem-ekskresi-pada-
hewan.html. diakses 20 Mei 2011)

2. Tujuan Penulis
Menyampaikan Informasi:
a. Ekskresi berarti pengeluaran zat buangan atau zat sisa hasil metabolisme yang
berlangsung dalam tubuh organism.
b. Zat sisa metabolisme dikeluarkan dari tubuh oleh alat ekskresi. Alat ekskresi
pada manusia dan vertebrata lainnya berupa ginjal, paru-paru, kulit, dan hati,
sedangkan alat pengeluaran pada hewan invertebrata berupa nefridium, sel api,
atau buluh Malphigi.
c. Sistem ekskresi membantu memelihara homeostasis dengan tiga cara, yaitu
melakukan osmoregulasi, mengeluarkan sisa metabolisme, dan mengatur
konsentrasi sebagian besar penyusun cairan tubuh.
d. Hewan mempunyai berbagai macam organ pengeluaran yang dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu Organ eksresi umum dan Organ eksresi
khusus.

3. Fakta Unik dan Menarik


a. Sistem ekskresi membantu memelihara homeostasis dengan cara osmoregulasi,
mengeluarkan sisa metabolisme, dan mengatur konsentrasi sebagian besar
penyusun cairan tubuh.
b. Dalam menunjang sistem pengeluaran makhluk hidup harus memiliki alat atau
organ pengeluaran yang berfungsi untuk membuang berbagai zat sisa
metabolisme.
c. Sisa metabolisme antara lain, CO2, H2O NHS, zat warna empedu, dan asam urat,
metabolisme protein, sisa obat, sisa hormon dan berbagai zat toksik atau racun.
d. Melalui pengeluaran unsur nitrogen dalam bentuk baik amoniak, urea maupun
asam urat sehingga tidak menjadi zat toksik bagi tubuh kita.

4. Pertanyaan
1. Apa yang dimaksud dengan Sistem ekskresi?
2. Perbedaan antara organ ekskresi umum dan ekskresi khusus?
3. Sebutkan Organ-organ penunjang dalam sistem pengeluaran?
4. Jelaskan mekanisme Sistem Ekskresi?

5. Konsep
a. Homeostatis
b. Toksin
c. Urobilinogen
d. Flame cell
e. Osmoregulasi
f. Nefridiofora
g. Amonoteli
h. Ureoteli
i. Urikotelik
6. Refleksi Diri
Setelah membaca dan membuat Analisis kritis, kelompok kami dapat
menyimpulkan bahwa sistem Ekskresi berarti pengeluaran zat buangan atau zat sisa
hasil metabolisme yang berlangsung dalam tubuh organisme. Zat sisa metabolisme
dikeluarkan dari tubuh oleh alat ekskresi. Alat ekskresi pada manusia dan vertebrata
lainnya berupa ginjal, paru-paru, kulit, dan hati, sedangkan alat pengeluaran pada hewan
invertebrata berupa nefridium, sel api, atau buluh Malphigi. Dalam rangka memenuhi
kebutuhan akan energi (ATP), semua hewan menyelenggarakan berbagai reaksi
metabolism. Akan tetapi reaksi metabolism tersebut tidak hanya menghasilkan ATP dan
zat bermanfaat lainnya, tetapi juga menghasilkan zat sisa.
Semua zat sisa tersebut harus dikeluarkan dari dalam tubuh untuk
mempertahankan kondisi homeostatis. Pengeluaran berbagai zat sisa metabolisme serta
sisa obat, hormon, dan berbagai zat toksik atau zat beracun diselenggarakan oleh sistem
pengeluaran.Organ pengeluaran pada hewan sangatlah bervariasi. zat sisa bernitrogen
dikeluarkan dalam bentuk amoniak, urea, dan asam urat. Hewan yang mewnghasilkan
zat sisa dalam bentuk amoniak, urea, dan asam urat berturut-turut disebut amonoteli,
ureoteli, dan urikotelik.
SISTEM PENGELUARAN

Ekskresi berarti pengeluaran zat buangan atau zat sisa hasil metabolisme yang
berlangsung dalam tubuh organisme. Zat sisa metabolisme dikeluarkan dari tubuh oleh
alat ekskresi. Alat ekskresi pada manusia dan vertebrata lainnya berupa ginjal, paru-
paru, kulit, dan hati, sedangkan alat pengeluaran pada hewan invertebrata berupa
nefridium, sel api, atau buluh Malphigi.
Sistem ekskresi membantu memelihara homeostasis dengan tiga cara, yaitu
melakukan osmoregulasi, mengeluarkan sisa metabolisme, dan mengatur konsentrasi
sebagian besar penyusun cairan tubuh. Zat sisa metabolisme adalah hasil pembongkaran
zat makanan yang bermolekul kompleks. Zat sisa ini sudah tidak berguna lagi bagi
tubuh. Sisa metabolisme antara lain, CO2, H2O NHS, zat warna empedu, dan asam urat,
metabolisme protein, sisa obat, sisa hormon dan berbagai zat toksik atau racun.
Karbon dioksida dan air merupakan sisa oksidasi atau sisa pembakaran zat
makanan yang berasal dari karbohidrat, lemak dan protein. Kedua senyawa tersebut
tidak berbahaya bila kadarnya tidak berlebihan. Walaupun CO2 berupa zat sisa namun
sebagian masih dapat dipakai sebagai dapar (penjaga kestabilan PH) dalam darah.
Demikian juga H2O dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan, misalnya sebagai
pelarut. Amonia (NH3), hasil pembongkaran/ pemecahan protein, merupakan zat yang
beracun bagi sel. Oleh karena itu, zat ini harus dikeluarkan dari tubuh. Namun
demikian, jika untuk sementara disimpan dalam tubuh zat tersebut akan dirombak
menjadi zat yang kurang beracun, yaitu dalam bentuk urea. Zat warna empedu adalah
sisa hasil perombakan sel darah merah yang dilaksanakan oleh hati dan disimpan pada
kantong empedu. Zat inilah yang akan dioksidasi jadi urobilinogen yang berguna
memberi warna pada tinja dan urin. Asam urat merupakan sisa metabolisme yang
mengandung nitrogen (sama dengan amonia) dan mempunyai daya racun lebih rendah
dibandingkan amonia, karena daya larutnya di dalam air rendah.
Kebutuhan akan energi (ATP) hewan menyelenggarakan berbagai reaksi
metabolisme. Dalam mengahasilkan ATP dan berbagai zat bermanfaat lainnya, serta
mengahasilkan zat sisa yang harus dikeluarkan dari tubuh. Dalam menunjang sistem
pengeluaran makhluk hidup harus memiliki alat atau organ pengeluaran yang berfungsi
untuk membuang berbagai zat sisa metabolisme.
A. Berbagai Organ Pengeluaran dan Cara Kerjanya
Hewan mempunyai berbagai macam organ pengeluaran yang dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu Organ eksresi umum dan Organ eksresi khusus.
Organ pengeluaran umum antara lain berupa Vakuola kontraktil dan sejumlah saluran
tubuler (berbentuk pipa), antara lain Organ nefridia, Tubulus malphigi, Flame cell dan
Nefron. Organ pengeluaran khusus tersusun atas berbagai struktur seperti kelenjar
garam (kelenjar insang dan kelenjar rektal), insang dan hati vertebrata.

SISTEM EKSKRESI PADA INVERTEBRATA


Sistem ekskresi invertebrata berbeda dengan sistem ekskresi pada vertebrata.
Invertebrata belum memiliki ginjal yang berstruktur sempurna seperti pada vertebrata.
Pada umumnya, invertebrata memiliki sistem ekskresi yang sangat sederhana, dan
sistem ini berbeda antara invertebrata satu dengan invertebrata lainnya.
Alat ekskresinya ada yang berupa saluran Malphigi, nefridium, dan sel api.
Nefridium adalah tipe yang umum dari struktur ekskresi khusus pada invertebrata.
Berikut ini akan dibahas sistem ekskresi pada cacing pipih (Planaria), cacing gilig
(Annellida), dan belalang.

a. Organ Eksresi Umum


Organ eksresi umum merupakan sistem eksresi yang dimiliki oleh golongan
hewan invertebrate dalam mensekresikan zat sisa metabolisme maupun sisa berbagai zat
toksik untuk dikeluarkan dari dalam tubuh, yaitu dianatranta terdiri dari Vakuola
kontraktil dan sejumlah saluran tubuler (berbentuk pipa), antara lain Organ nefridia,
Tubulus malphigi, Flame cell.

1. Vakuola Kontraktil (Amoeba Proteus)


Vakuola kontraktil memiliki struktur organel berbentuk bulat yang berisi cairan
dan dibatasi oleh membran, organ pengeluaran ini terdapat pada invertebrata yaitu
golongan Protozoa dan Coelentrata yang bekerja dengan cara mengatur tekanan osmotik
dalam tubuhnya. Pada ciliata air tawar memiliki cairan tubuh yang hiperosmotik,
sehingga tubuhnya cendrung kemasukan air dalam jumlah besar. Kelebihan air yang
masuk ke dalam tubuhnya harus seloalu dibuang. Kecepatan pengeluaran air ke
lingkungannya berkorelasi dengan konsentrasi osmotik lingkungan sekitarnya menurun
(menjadi lebih encer), laju pemasukkan air ke dalam tubuh hewan akan meningkat
sehingga dia bekerja lebih keras untuk mengeluarkan sejumlah besar air. Untuk
melakukan hal tersebut, membran vakuola berfusi dengan membran sel lalu air di
dalamnya dikeluarkan ke lingkungannya.

2. Organ Nefridia (Annelida)

Gambar Sistem ekskresi pada anelida

Merupakan organ yang berfungsi dalam sistem eksresi (pengeluaran) pada


vermes. Metanefridia (nefridia) merupakan organ pengeluaran pada cacing Annelida.
Dengan struktur organ pengeluaran yang mempunyai lubang bersilia dan saluran dengan
ujung berpori (berlubang) yang terbuka kea arah rongga tubuh. Saluran ini berhubungan
dengan lingkungan luar tubuh melalui ultrafiltrasi, reabsorbsi, dan sekresi pada
metanefridia akan menghasilkan urin yang encer yang bersipat hipoosmotik terhadap
cairan tubuhnya.
Anelida dan molluska mempunyai organ nefridium yang disebut metanefridium.
Pada cacing tanah yang merupakan anggota anelida, setiap segmen dalam tubuhnya
mengandung sepasang metanefridium, kecuali pada tiga segmen pertama dan terakhir.
Metanefridium memiliki dua lubang. Lubang yang pertama berupa corong, disebut
nefrostom (di bagian anterior) dan terletak pada segmen yang lain. Nefrostom bersilia
dan bermuara di rongga tubuh (pseudoselom). Rongga tubuh ini berfungsi sebagai
sistem pencernaan. Corong (nefrostom) akan berlanjut pada saluran yang berliku-liku
pada segmen berikutnya.
Bagian akhir dari saluran yang berliku-liku ini akan membesar seperti
gelembung. Kemudian gelembung ini akan bermuara ke bagian luar tubuh melalui pori
yang merupakan lubang (corong) yang kedua, disebut nefridiofor. Cairan tubuh ditarik
ke corong nefrostom masuk ke nefridium oleh gerakan silia dan otot. Saat cairan tubuh
mengalir lewat celah panjang nefridium, bahan-bahan yang berguna seperti air, molekul
makanan, dan ion akan diambil oleh sel-sel tertentu dari tabung. Bahan-bahan ini lalu
menembus sekitar kapiler dan disirkulasikan lagi. Sampah nitrogen dan sedikit air
tersisa di nefridium dan kadang diekskresikan keluar. Metanefridium berlaku seperti
penyaring yang menggerakkan sampah dan mengembalikan substansi yang berguna ke
sistem sirkulasi. Cairan dalam rongga tubuh cacing tanah mengandung substansi dan zat
sisa. Zat sisa ada dua bentuk, yaitu amonia dan zat lain yang kurang toksik, yaitu ureum.
Oleh karena cacing tanah hidup di dalam tanah dalam lingkungan yang lembab, anelida
mendifusikan sisa amonianya di dalam tanah tetapi ureum diekskresikan lewat sistem
ekskresi.

3. Organ Protonefridia (Cacing Pipih)

Gambar Struktur alat ekskresi pada casing pipih

Cacing pipih mempunyai organ nefridium yang disebut sebagai protonefridium.


Protonefridium tersusun dari tabung dengan ujung membesar mengandung silia.
Di dalam protonefridium terdapat sel api yang dilengkapi dengan silia. Tiap sel api
mempunyai beberapa flagela yang gerakannya seperti gerakan api lilin. Air dan
beberapa zat sisa ditarik ke dalam sel api. Gerakan flagela juga berfungsi mengatur arus
dan menggerakan air ke sel api pada sepanjang saluran ekskresi. Pada tempat tertentu,
saluran bercabang menjadi pembuluh ekskresi yang terbuka sebagai lubang di
permukaan tubuh (nefridiofora). Air dikeluarkan lewat lubang nefridiofora ini Sebagian
besar sisa nitrogen tidak masuk dalam saluran ekskresi. Sisa nitrogen lewat dari sel ke
sistem pencernaan dan diekskresikan lewat mulut. Beberapa zat sisa berdifusi secara
langsung dari sel ke air.
Sebagai organ pengeluaran yang berbentuk tubulus/ pipa tertutup, tidak
berhubungan dengan rongga tubuh hewan yang dilengkapi dengan silia. Silia tunggal
(solenosit), sedangkan silia majemuk dinamakan sel api (flame cell). Mekanisme kerja
protonefridia bekerja menggunakan prinsip tekanan negatif (ultrafiltrasi). Pada saat silia
yang terdapat dalam tubulus tertutup bergetar, pada bagian tersebut akan timbul tekanan
negatif. Hal ini menyebabkan cairan tersedot ke dalam ujung tubulus yang buntu,
dengan melintasi membran pada ujung tubulus. Dalam proses tersebut hanya molekul
kecil saja yang tersaring, sedangkan molekul besar tetap dipertahankan di dalam cairan
tubuh.

4. Tubulus Malpigi

Gambar.Sistem Ekskresi pada belalang

Alat ekskresi pada belalang adalah pembuluh Malpighi, yaitu alat pengeluaran yang
berfungsi seperti ginjal pada vertebrata. Pembuluh Malphigi berupa kumpulan benang
halus yang berwarna putih kekuningan dan pangkalnya melekat pada pangkal dinding
usus. Di samping pembuluh Malphigi, serangga juga memiliki sistem trakea untuk
mengeluarkan zat sisa hasil oksidasi yang berupa CO2. Sistem trakea ini berfungsi
seperti paru-paru pada vertebrata.
Belalang tidak dapat mengekskresikan amonia dan harus memelihara
konsentrasi air di dalam tubuhnya. Amonia yang diproduksinya diubah menjadi bahan
yang kurang toksik yang disebut asam urat. Asam urat berbentuk kristal yang tidak
larut. Pembuluh Malpighi terletak di antara usus tengah dan usus belakang. Darah
mengalir lewat pembuluh Malpighi. Saat cairan bergerak lewat bagian proksimal
pembuluh Malpighi, bahan yang mengandung nitrogen diendapkan sebagai asam urat,
sedangkan air dan berbagai garam diserap kembali biasanya secara osmosis dan
transpor aktif. Asam urat dan sisa air masuk ke usus halus, dan sisa air akan diserap
lagi.
Kristal asam urat dapat diekskresikan lewat anus bersama dengan feses. Organ
pengeluaran pada serangga, yang berupa saluran pipa yang salah satu ujungnya buntu,
sedangkan ujung lainnya membuka ke arah usus, terletak di antara usus tengah dan
rektum. Tubulus malpigi tersebar di rongga tubuh yang penuh cairan, jumlahnya sangat
bervariasi dari beberapa hingga ratusan.

SISTEM EKSKRESI PADA HEWAN VERTEBRATA

Gambar Alat-alat ekskresi pada manusia yang berupa


ginjal, kulit, paruparu, dan kelenjar keringat
Sistem ekskresi pada manusia dan vertebrata lainnya melibatkan organ paru-
paru, kulit, ginjal, dan hati. Namun yang terpenting dari keempat organ tersebut adalah
ginjal.

a. Organ Eksresi Khusus


 Ginjal
Fungsi utama ginjal adalah mengekskresikan zat-zat sisa metabolisme yang
mengandung nitrogen misalnya amonia. Amonia adalah hasil pemecahan protein dan
bermacam-macam garam, melalui proses deaminasi atau proses pembusukan mikroba
dalam usus. Selain itu ginjal juga berfungsi mengeksresikan zat yang jumlahnya
berlebihan, misalnya vitamin yang larut dalam air; mempertahankan cairan ekstraselular
dengan jalan mengeluarkan air bila berlebihan; serta mempertahankan keseimbangan
asam dan basa. Sekresi dari ginjal berupa urin. Bentuk ginjal seperti kacang merah,
jumlahnya sepasang dan terletak di dorsal kiri dan kanan tulang belakang di daerah
pinggang. Berat ginjal diperkirakan 0,5% dari berat badan, dan panjangnya ± 10 cm.
Setiap menit 20-25% darah dipompa oleh jantung yang mengalir menuju ginjal.

Ginjal terdiri dari tiga bagian utama yaitu:


Korteks (bagian luar)
Medulla (sumsum ginjal)
Pelvis renalis (rongga ginjal).

Bagian korteks ginjal mengandung banyak sekali nefron ± 100 juta sehingga
permukaan kapiler ginjal menjadi luas, akibatnya perembesan zat buangan menjadi
banyak. Setiap nefron terdiri atas badan Malphigi dan tubulus (saluran) yang panjang.
Pada badan Malphigi terdapat kapsul Bowman yang bentuknya seperti mangkuk atau
piala yang berupa selaput sel pipih. Kapsul Bowman membungkus glomerulus.
Glomerulus berbentuk jalinan kapiler arterial. Tubulus pada badan Malphigi adalah
tubulus proksimal yang bergulung dekat kapsul bowman yang pada dinding sel terdapat
banyak sekali mitokondria. Tubulus yang kedua adalah tubulus distal.
Pada rongga ginjal bermuara pembuluh pengumpul. Rongga ginjal dihubungkan
oleh ureter (berupa saluran) ke kandung kencing (vesika urinaria) yang berfungsi
sebagai tempat penampungan sementara urin sebelum keluar tubuh. Dari kandung
kencing menuju luar tubuh urin melewati saluran yang disebut uretra.

Mekanisme Kerja Ginjal


1. Penyaringan (filtrasi)
Filtrasi terjadi pada kapiler glomerulus pada kapsul Bowman. Pada glomerulus
terdapat sel-sel endotelium kapiler yang berpori (podosit) sehingga mempermudah
proses penyaringan. Beberapa faktor yang mempermudah proses penyaringan adalah
tekanan hidrolik dan permeabilitias yang tinggi pada glomerulus. Selain penyaringan, di
glomelurus terjadi pula pengikatan kembali sel-sel darah, keping darah, dan sebagian
besar protein plasma. Bahan-bahan kecil terlarut dalam plasma, seperti glukosa, asam
amino, natrium, kalium, klorida, bikarbonat, garam lain, dan urea melewati saringan,
menjadi bagian dari endapan.
Hasil penyaringan di glomerulus berupa filtrat glomerulus (urin primer) yang
komposisinya serupa dengan darah tetapi tidak mengandung protein. Pada filtrat
glomerulus masih dapat ditemukan asam amino, glukosa, natrium, kalium, dan garam-
garam lainnya.

2. Penyerapan Kembali (Reabsorbsi)


Volume urin manusia hanya 1% dari filtrat glomerulus. Oleh karena itu, 99%
filtrat glomerulus akan direabsorbsi secara aktif pada tubulus kontortus proksimal dan
terjadi penambahan zat-zat sisa serta urea pada tubulus kontortus distal.
Substansi yang masih berguna seperti glukosa dan asam amino dikembalikan ke darah.
Sisa sampah kelebihan garam, dan bahan lain pada filtrat dikeluarkan dalam urin. Tiap
hari tabung ginjal mereabsorbsi lebih dari 178 liter air, 1200 g garam, dan 150 g
glukosa.
Sebagian besar dari zat-zat ini direabsorbsi beberapa kali.
Setelah terjadi reabsorbsi maka tubulus akan menghasilkan urin sekunder yang
komposisinya sangat berbeda dengan urin primer. Pada urin sekunder, zat-zat yang
masih diperlukan tidak akan ditemukan lagi. Sebaliknya, konsentrasi zat-zat sisa
metabolisme yang bersifat racun bertambah, misalnya ureum dari 0,03 dalam urin
primer dapat mencapai 2% dalam urin sekunder.
Meresapnya zat pada tubulus ini melalui dua cara. Gula dan asam mino meresap
melalui peristiwa difusi, sedangkan air melalui peristiwa osmosis. Reabsorbsi air terjadi
pada tubulus proksimal dan tubulus distal.

3. Augmentasi
Augmentasi adalah proses penambahan zat sisa dan urea yang mulai terjadi di
tubulus kontortus distal. Komposisi urin yang dikeluarkan lewat ureter adalah 96% air,
1,5% garam, 2,5% urea, dan sisa substansi lain, misalnya pigmen empedu yang
berfungsi memberi warna dan bau pada urin.

Hal-hal yang Mempengaruhi Produksi Urin:


1. Hormon anti diuretik (ADH) yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisis posterior akan
mempengaruhi penyerapan air pada bagian tubulus distal karma meningkatkan
permeabilitias sel terhadap air. Jika hormon ADH rendah maka penyerapan air
berkurang sehingga urin menjadi banyak dan encer. Sebaliknya, jika hormon ADH
banyak, penyerapan air banyak sehingga urin sedikit dan pekat. Kehilangan kemampuan
mensekresi ADH menyebabkan penyakti diabetes insipidus. Penderitanya akan
menghasilkan urin yang sangat encer.

2. Jumlah air yang diminum


Akibat banyaknya air yang diminum, akan menurunkan konsentrasi protein yang
dapat menyebabkan tekanan koloid protein menurun sehingga tekanan filtrasi kurang
efektif. Hasilnya, urin yang diproduksi banyak.

3. Jumlah Garam yang Masuk

4. Saraf
Rangsangan pada saraf ginjal akan menyebabkan penyempitan duktus aferen
sehingga aliran darah ke glomerulus berkurang. Akibatnya, filtrasi kurang efektif karena
tekanan darah menurun.
5. Banyak sedikitnya hormon insulin
Apabila hormon insulin kurang (penderita diabetes melitus), kadar gula dalam
darah akan dikeluarkan lewat tubulus distal. Kelebihan kadar gula dalam tubulus distal
mengganggu proses penyerapan air, sehingga orang akan sering mengeluarkan urin.

 Paru-paru (Pulmo)
Fungsi utama paru-paru adalah sebagai alat pernapasan. Akan tetapi,
mengekskresikan zat sisa metabolisme maka dibahas pula dalam sistem ekskresi.
Carbon dioksida dan air hash metabolisme di jaringan diangkut oleh darah lewat vena
untuk dibawa ke jantung dan dari jantung akan dipompakan ke paru-paru untuk
berdifusi di alveolus.
Selanjutnya, H2O dan CO2 dapat berdifusi atau dapat dieksresikan di alveolus
paru-paru karena pada alveolus bermuara banyak kapiler yang mempunyai selaput tipis.
Carbon dioksida dari jaringan sebagian besar (75%) diangkut oleh plasma darah dalam
bentuk senyawa HC03, sedangkan sekitar 25% lagi diikat oleh Hb yang membentuk
karboksi hemoglobin (HbC02).

 Hati (Hepar)
Hati disebut juga sebagai alat ekskresi di samping berfungsi sebagai kelenjar
dalam sistem pencernaan. Hati menjadi bagian dari sistem ekskresi karna menghasilkan
empedu. Hati juga berfungsi merombak hemoglobin menjadi bilirubin, setelah
mengalami oksidasi akan berubah jadi urobilin yang memberi warna pada feses menjadi
kekuningan.
Demikian juga kreatinin hash pemecahan protein, pembuangannya diatur oleh
hati kemudian diangkut oleh darah ke ginjal. Jika saluran empedu tersumbat karena
adanya endapan kolesterol maka cairan empedu akan masuk dalam sistem peredaran
darah sehingga cairan darah menjadi lebih kuning. Penderitanya disebut mengalami
sakit kuning.

 Kulit (Cutis)
Kulit berfungsi sebagai organ ekskresi karna mengandung kelenjar keringat
(glandula sudorifera) yang mengeluarkan 5% sampai 10% dari seluruh sisa
metabolisme. Pusat pengatur suhu pada susunan saraf pusat akan mengatur aktifitas
kelenjar keringat dalam mengeluarkan keringat. Keringat mengandung air, larutan
garam, dan urea. Pengeluaran keringat yang berlebihan bagi pekerja berat menimbulkan
hilang melanositnya garam-garam mineral sehingga dapat menyebabkan kejang otot dan
pingsan. Selain berfungsi mengekskresikan keringat, kulit juga berfungsi sebagai
pelindung terhadap kerusakan fisik, penyinaran, serangan kuman, penguapan, sebagai
organ penerima rangsang (reseptor), serta pengatur suhu tubuh. Dalam kondisi normal,
keringat yang keluar sekitar 50 cc per jam.
Jumlah ini akan berkurang atau bertambah jika ada faktor-faktor berikut suhu
lingkungan yang tinggi, gangguan dalam penyerapan air pada ginjal (gagal ginjal),
kelembapan udara, aktivitas tubuh yang meningkat sehingga proses metabolisme
berlangsung lebih cepat untuk menghasilkan energi, gangguan emosional, dan
menyempitnya pembuluh darah akibat rangsangan pada saraf simpatik.

Sistem Eksresi pada Vertebrata yaitu;

1. Sistem Ekskresi pada Mamalia


Sistem Ekskresi pada mamalia hampir sama dengan manusia tetapi sedikit
berbeda karena mamalia dipengaruhi/ disebabkan oleh lingkungan tempat tinggalnya.
Paru-paru mamalia mempunyai permukaan berspon (spongy texture). Paru-paru terletak
di dalam rongga dada (thoracic cavity), dilindungi oleh struktur bertulang tulang
selangka dan diselaputi karung dwi dinding dikenali sebagai pleura. Lapisan karung
dalam melekat pada permukaan luar paru-paru dan lapisan karung luar melekat pada
dinding rongga dada. Kedua lapisan ini dipisahkan oleh lapisan udara yang dikenali
sebagai rongga pleural yang berisi cairan pleural.
Bernafas kebanyakannya dilakukan oleh diafragma di bawah, otot yang
mengucup menyebabkan rongga di mana paru-paru berada mengembang. Sangkar
selangka juga boleh mengembang dan mengucup sedikit. Ini menyebabkan udara tetarik
ke dalam dan keluar dari paru-paru melalui trakea dan salur bronkus (bronkhial tubes)
yang bercabang dan mempunyai alveolus di ujung yaitu karung kecil dikelilingi oleh
kapilari yang dipenuhi darah. Di sini oksigen meresap masuk ke dalam darah, di mana
oksigen akan d angkut melalui hemoglobin. Darah tanpa oksigen dari jantung memasuki
paru-paru melalui pembuluh pulmonari dan lepas dioksigenkan, kembali ke jantung
melalui salur pulmonari.

2. Sistem Ekskresi pada Pisces


Ikan mempunyai sistem ekskresi berupa ginjal dan suatu lubang pengeluaran
yang disebut urogenital. Lubang urogenital ialah lubang tempat bermuaranya saluran
ginjal dan saluran kelamin yang berada tepat dibelakang anus. Ginjal pada ikan yang
hidup di air tawar dilengkapi sejumlah glomelurus yang jumlahnya lebih banyak.
Sedangkan ikan yang hidup di air laut memiliki sedikit glomelurus sehingga
penyaringan sisa hasil metabolisme berjalan lambat.

3. Sistem Ekskresi pada Amfibi


Saluran ekskresi pada katak yaitu ginjal, paru-paru, dan kulit. Saluran ekskresi
pada katak jantan dan betina memiliki perbedaan. Pada katak jantan saluran kelamin
dan saluran urin bersatu dengan ginjal, sedangkan pada katak betina kedua saluran itu
terpisah. Walaupun begitu alat lainnya bermuara pada satu saluran dan lubang
pengeluaran yang disebut kloaka.

4. Sistem Ekskresi pada Reptil


Sistem ekskresi pada reptil berupa ginjal, paru-paru, kulit dan kloaka. Kloaka
merupakan satu-satunya lubang untuk mengeluarkan zat-zat hasil metabolisme. Reptil
yang hidup di darat sisa hasil metabolismenya berupa asam urat yang dikeluarkan dalam
bentuk bahan setengah padat berwarna putih.

B. Pengeluaran Senyawa Bernitrogen


Makanan yang dimakan hewan pada umumnya mengandung karbohidrat, lemak
dan protein serta sejumlah kecil asam nukleat. Metabolisme karbohidrat dan lemak akan
menghasilkan zat sisa berupa karbondioksida dan air. Kedua zat sisa tersebut dapat
dikeluarkan dengan mudah melalui organ pernafasan dan organ pengeluaran sehingga
tidak menimbulkan masalah bagi tubuh. Melalui pengeluaran unsur nitrogen dalam
bentuk baik amoniak, urea maupun asam urat sehingga tidak menjadi zat toksik bagi
tubuh kita.
1. Pengeluaran Nitrogen dalam bentuk Amoniak
Pengeluaran nitrogen dalam bentuk amoniak hanya dilakukan oleh hewan
akuatik. Pembentukan amoniak di dalam tubuh tidak menimbulkan masalah karena sifat
amoniak sangat mudah larut dalam air dan mudah menembus membran sel. Sehingga
akan keluar dari tubuh, air diluar tubuh akan segera melarutkan dan menetralkan sifat
toksik amoniak. Pada invertebrata aquatik sebagian besar amoniak dalam tubuh
dikeluarkan melalui insang dan ginjal. Pengeluaran amoniak melalui insang mencapai
6-10 kali lebih besar dari pada pengeluaran melalui ginjal.

2. Pengeluaran Nitrogen dalam bentuk Urea


Urea merupakan senyawa yang mudah larut dalam air, memiliki toksisitas lebih
rendah dari pada amoniak. Merupakan sisa bernitrogen yang utama pada hewan
teresterial, urea memiliki toksisitas dan tingkat kelarutan dalam air yang lebih kecil.

3. Pengeluaran Nitrogen dalam bentuk Asam Urat


Untuk mengeluarkan zat sisa bertnitrogen dalam tubuh dengan cara
mengeluarkannya dalam bentuk asam urat. Pengeluaran nitrogen dalam bentuk asam
urat dilakukan oleh hewan golongan vertebrata seperti insecta, burung, reptil, dan siput
darat. Pembentukkan asam urat dianggap sebagai kunci keberhasilan adaptasi untuk
hidup di darat. Dikarenakan asam urat sangat sulit dalam air, kelarutan asam urat hanya
6 mg/ liter air. Apabila air direabsorbsi dari cairan yang mengandung asam urat,
misalnya cairan dalam saluran pengeluaran atau tubulus ginjal, sejumlah garam dan
asam urat akan tersisa sebagai endapan.

Anda mungkin juga menyukai