Anda di halaman 1dari 12

SISTEM DAN FUNGSI SISTEM EKSKRESI

Matakuliah Struktur Perkembangan Hewan

Dosen Pengampu: Ibu, Tika Mayang Sari, M.Pd

Disusun oleh:

1. Anita Sayang (2201081003)


2. Aprilia Ayu Maharani (2201080005)

KELAS C
TADRIS BIOLOGI
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO
T.A 2023
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini yang berjudul SISTEM DAN FUNGSI SISTEM EKSKRESI.
Penyusunan makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah struktu
perkembangan hewan yang di ampu oleh Ibu Asih Fitriana Dewi, M.pd.

Kami sebagai penulis tentunya menyadari bahwa terdapat banyak


kesalahan dalam penulisan makalah ini. Dalam penulisan makalah ini tentunya
tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang memberikan doa, kritik dan saran
sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, kami mengharapkan
saran dan kritik serta masukan yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Dan kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Metro, 15 Mei 2023

Penulis
DAFTAR PUSTAKA

JUDUL.................................................................................................

KATA PENGANTAR........................................................................

DAFTAR ISI.......................................................................................

BAB I PENDAHULUAN...................................................................

A. Latar Belakang .........................................................................


B. Rumusa Masalah.......................................................................
C. Tujuan Masalah........................................................................

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................

A. Sistem Ekskresi Pada Hean Invertebrata..................................


B. Sistem Ekskresi Pada Hewan Vertebrata.................................

BAB III PENUTUP.............................................................................

A. Kesimpulan...............................................................................

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Semua hewan pasti mempunyai system ekskresi masing-masing
dan tentunya berbeda-beda pula, yaitu sistem ekskresi invertebrata berbeda
dengan sistem ekskresi pada vertebrata. Invertebrata belum memiliki ginjal
yang berstruktur sempurna seperti pada vertebrata. Pada umumnya,
invertebrata memiliki sistem ekskresi yang sangat sederhana, dan sistem
ini berbeda antara invertebrata satu dengan invertebrata lainnya. alat
pengeluaran pada hewan invertebrata berupa nefridium, sel api, atau buluh
Malphigi. Sedangkan alat ekskresi pada manusia dan vertebrata lainnya
berupa ginjal, paru-paru, kulit, dan hati. Organ nefridium yang disebut
sebagai protonefridium. Protonefridium tersusun dari tabung dengan ujung
membesar mengandung silia. Pembuluh Malpighi, yaitu alat pengeluaran
yang berfungsi seperti ginjal pada vertebrata. Ekskresi berarti pengeluaran
zat buangan atau zat sisa hasil metabolisme yang berlangsung dalam tubuh
organisme. Zat sisa metabolisme dikeluarkan dari tubuh oleh alat ekskresi.
Sistem ekskresi membantu memelihara homeostasis dengan tiga cara,
yaitu
1. melakukan osmoregulasi, mengeluarkan sisa metabolisme, dan
mengatur konsentrasi sebagian besar penyusun cairan tubuh.
2. Tujuan Untuk mengetahui system ekskresi pada hewan dan
manusia.
3. Batasan masalah Makalah ini hanya membahas masalah system
ekskresi saja yang ada pada hewan invertebrate, hewan vertebrata
dan pada manusia.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja sistem ekskresi pada hewan invertebrata?
2. Apa saja sistem ekskresi pada hewan vetebrata?
C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui sistem ekskresi pada hewan invertebrata.
2. Mengetahui Sistem ekskresi Pada hewan vertebrata.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sistem Ekskresi Pada Hewan


1. Sistem Ekskresi pada Hewan Invertebrata
a. Protozoa
Meskipun protozoa tidak mempunyai organ ekskresi
terspesialisasi, zat sisa dikeluarkan melalui membran seluler.
Eliminasi zat sisa melalui membran dilakukan dengan mekanisme
osmosis, difusi, dan yang lainnya. Pada sejumlah spesies, vakuola
kontraktil berperan sebagai organela ekskresi. Fungsi vakuola
kontraktil pada Paramecium telah dipelajari dengan baik. Vakuola
adalah vesikula terhubung dengan membran yang terbentuk
sementara, yang mengumpulkan kelebihan jumlah air dan
pembuangan pada permukaan organisme. Hanya protozoa air tawar
yang memiliki mekanisme vakuola untuk regulasi zat sisa.

Gam.1.1 Protozoa
b. Platyhelminthes
Platyhelminthes memiliki protonefridia sistem sel api yang
berfungsi memfiltrasi cairan ekstraseluler dan mengekskresikan
suatu cairan encer. Sistem ini juga berfungsi dalam osmoregulasi.
Gerakan silia di dalam saluran sel api akan mendorong cairan ke
saluran pengumpul dan akhirnya bermuara pada lubang
pengeluaran.

Gam.1.2 Platyhelminthes
c. Annelida
Cacing tanah mempunyai sistem eksresi berupa nefridium yang
berujung terbuka di masing-masing segmen tubuhnya, kecuali pada
tiga segmen pertama dan segmen terakhir. Setiap nefridium
memiliki corong bersilia yang disebut nefrostom yang terdapat
pada sekat pemisah antar segmen tubuh. Bagian belakang
nefridium memiliki struktur yang melebar dan berakhir dengan
sebuah lubang pengeluaran yang disebut nefridiofor.
Gam.1 3. Annelida
d. Moluska
Pada moluska organ ekskresi adalah ginjal dan kelenjar perikardial.
Ginjal merupakan organ mesodermal yang berkomunikasi
dengan selom, sedangkan lapisan epitel perikardium mengandung
jaringan berglandula yang berfungsi sebagai kelenjar perikardial.
Pada cephalopoda, limbah bernitrogen dikeluarkan dalam bentuk
guanin, sedangkan opisthobranchial dan Bivalviva masing-masing
mengeluarkan asam urat dan urea.

Gam.1. 4. Moluska
e. Krustasea
Sistem ekskresi krustasea adalah kelenjar hijau (kelenjar antena)
yang berpasangan (nefridium), yang terletak di bagian depan
esofagus, yakni kepala bagian ventral. Masing-masing kelenjar
hijau terdir dari kelenjar-kelenjar yang berwarna hijau, kantung
dan saluran yang terbuka ke bagian luar melalui lubang
pembuangan pada bagain dasar segmen antena.
Gam.1.5. Krustasea
f. Insekta
Insekta mempunyai alat ekskresi yang disebut buluh Malpighi yang
terletak dekat usus bagian belakang. Pada serangga, tubula
Malpighi berfungsi dalam osmoregulasi dan pembuangan limbah
nitrogen dari hemolimfa. Buluh Malpighi mengambil zat-zat sisa
pencernaan dalam bentuk cairan dari darah serangga. Zat sisa
berupa nitrogen diubah menjadi asam urat, yang dikeluarkan dari
tubuh dalam bentuk pasta putih.

Gam. 1.6. Insekta


2. Vertebrata
Fungsi awal ginjal vertebrata adalah osmoregulasi. Bentuk dan
fungsi nefron pada berbagai kelas vertebrata terutama berkaitan
dengan kebutuhan untuk osmoregulasi dalam habitat hewan
tersebut. Ekskresi limbah bernitrogen menjadi suatu fungsi kedua
ginjal dalam rangkaian evolusi vertebrata.
a. Mamalia
Mamalia mengekskresikan urin yang paling hiperosmotik, seperti
tikus dan kangguru dan mamalia lain yang beradaptasi hidup di
habitat gurun, memiliki lengkung Henle yang sangat panjang.
Lengkung Henle yang panjang berfungsi mempertahankan gradien
osmotik yang tajam di ginjal, yang mengakibatkan urin menjadi
semakin pekat ketika melewati dari korteks ke medula dalam
duktus pengumpul. Sebaliknya berang-berang yang habitatnya di
air tawar dan jarang mengalami permasalahan dehidrasi,
mempunyai nefron dengan lengkung Henle yang sangat pendek
sehingga menghasilkan urin yang sangat encer. Mamalia laut
memiliki ginjal dengan kemampuan mengonsentrasi yang luar
biasa, dan mengelola masalah garamnya dengan ekskresi ginjal.

Gam. 2.1 Mamalia


b. Aves
Organ ekskresi pada burung berupa ginjal dan paru-paru. Ginjal
mengeluarkan nitrogen dalam bentuk asam urat (urikotelik), yang
berwujud pasta putih. Sedangkan paru-paru mengeluarkan karbon
dioksida. Unggas mempunyai ginjal dengan nefron jukstamedulari
yang dikhususkan untuk penghematan air. Lengkung Henle pada
nefron unggas lebih pendek dibandingkan dengan nefron mamalia.
Sehingga ginjal burung tidak dapat memekatkan urin seperti
osmolaritas yang dicapai oleh ginjal mamalia.

c. Reptil
Alat ekskresi pada reptil berupa ginjal dan paru-paru. Paru-paru
mengeluarkan karbon dioksida. Ginjal mengeluarkan zat-zat sisa
metabolisme dalam urine dan bermuara di kloaka. Ginjal reptilia
hanya mempunyai nefron kortikal, menghasilkan urin yang
isosmotik dengan cairan tubuh. Akan tetapi, epitelium kloaka
membantu menghemat cairan dengan cara menyerap kembali
sebagian air yang ada di air dan feses. Reptilia terrestrial sebagian
besar mengekskresikan limbah bernitrogen sebagai asam urat
(urikotelik), yang membantu menghemat air. Beberapa reptil
terestrial memiliki kelenjar garam di nasal yang mengeluarkan
kelebihan natrium dan kalium. Sedangkan reptil laut mengeluarkan
kelebihan garam melalui kelenjar garam dalam bentuk cairan
natrium klorida yang pekat.
d. Amfibi
Alat ekskresi pada amfibi berupa ginjal dan paru-paru. Ginjal
menghasilkan urine. Urine dikeluarkan melalui kantung kemih
ke kloaka. Paru-paru mengeluarkan sisa pernapasan berupa karbon
dioksida. Ketika katak berada dalam air tawar, kulitnya akan
mengakumulasikan garam-garam tertentu dari air melalui transpor
aktif, dan ginjal mengekskresikan urin encer. Ketika di darat,
dehidrasi adalah permasalahan osmoregulasi yang paling
mendesak, katak menghemat cairan tubuh dengan cara menyerap
kembali air melewati epitelium kandung kemih. Larva katak
mengekskresikan amonia, tetapi katak dewasa mengekskresikan
asam urat.
e. Ikan.
Alat ekskresi pada ikan berupa ginjal dan insang. Ginjal
menghasilkan urine, yang mengandung nitrogen dalam bentuk
ammonia (ammonotelik). Sedangkan insang mengeluarkan karbon
dioksida sisa pernapasan. 
BAB III

KESIMPULAN

Anda mungkin juga menyukai