Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Makhluk hidup membutuhkan suatu sistem yang mampu mengangkut


dan mengantar berbagai zat yang ada di dalam tubuh mereka. Keberadaan
sistem ini sangat penting agar sel pada tubuh hewan mendapatkan suplai
nutrisi yang mencukupi. Pada hewan, terdapat suatu bagian dari jaringan ikat
yang sifatnya koloid yang disebut darah, berfungsi menjaga keseimbangan
termoregulasi dan mengangkut zat.
Sistem peredaran darah adalah suatu system organ yang berfungsi
memindahkan zat dari sel. Komponen-komponen sel darah terbagi atas tiga
elemen selular khusus yaitu, eritrosit (sel darah merah), leukosit (sel darah
putih), dan trombosit (keping darah). Eritrosit mengandung hemoglobin yang
berfungsi mengedarkan oksigen. Sedangkan leukosit (sel darah putih) adalah
sel pertahanan tubuh yang terdiri dari lima jenis leukosit yaitu, neutrofil,
eosinofil, basofil, monosit, dan limfosit yang masing-masing memiliki
struktur dan fungsi tersendiri. Komponen-komponen darah ini juga terdapat
pada sistem peredaran darah aves.
Aves merupakan golongan hewan yang termasuk kelompok
vertebrata. Aves bersifat homoiotermik, sama dengan mamalia sehingga
struktur darah dan peredaran darahnya memiliki kemiripan yang dekat.
Peredaran darah pada ayam (Gallus domesticus) terdiri dari empat ruang
jantung yaitu atrium kanan, ventrikel kanan, atrium kiri, dan ventrikel kiri.
Darah pada ayam terbagi atas dua bagian besar, yaitu plasma darah dan sel
darah. Plasma darah adalah cairan darah, terdiri dengan komposisi 90% air
dan 10%-nya terdiri dari nutrisi dan hormon. Sel darah juga terbagi atas tiga,
yaitu sel darah merah, sel darah putih dan keping darah dengan komposisi
yang berbeda. Ketiga jenis sel darah ini memiliki peranan masing-masing
bagi ayam.
Berdasarkan latar belakang di atas maka dilakukan praktikum yang
berjudul “sistem kardiovaskuler pada aves”
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalampenulisan laporan ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana fisiologi kardiovaskuler pada ayam ?
2. Bagaimana komponen-komponen darah pada ayam ?

C. Tujuan
Tujuan dilaksanakanya praktikum ini adalah untuk :
1. Mengetahui fisiologi kardiovaskuler pada ayam.
2. Mengetahui komponen-komponen darah pada ayam.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

Darah adalah komponen esensial mahluk hidup yang berfungsi sebagai


pembawa oksigen dari paru-paru kejaringan dan karbon dioksida dari jaringan ke
paru-paru untuk dikeluarkan, membawa zat nutrien dari saluran cerna ke jaringan
kemudian menghantarkan sisa metabolisme melalui organ sekresi seperti ginjal,
menghantarkan hormon dan materi-materi pembekuan darah. Komponen darah
terbagi atas tiga elemen selular khusus yaitu, eritrosit (sel darah merah), leukosit
(sel darah putih), dan trombosit (keping darah). Eritrosit mengandung hemoglobin
yang berfungsi mengedarkan oksigen. Sedangkan leukosit (sel darah putih) adalah
sel pertahanan tubuh yang terdiri dari lima jenis leukosit yaitu, neutrofil, eosinofil,
basofil, monosit, dan limfosit yang masing-masing memiliki struktur dan fungsi
tersendiri (Wahyuni, 2016 : 359).
Proses pembentukan darah memerlukan zat seperti besi, mangan, kobalt,
vitamin, asam amino dan hormon sehingga mempengaruhi nilai status darah. Hal
yang mempengaruhi kondisi fisiologis antara lain pakan, pakan digunakan tubuh
unggas untuk menjaga keberlangsungan proses fisiologis yang secara umum
berupa kebutuhan hidup pokok, pertumbuhan, produksi telur dan deposit lemak.
Penggunaan probiotik dalam ransum dapat meningkatkan daya cerna sehingga
zat-zat pakan lebih banyak diserap oleh tubuh untuk pertumbuhan maupun
produksi dan menunjang proses-proses fisiologis dalam tubuh (Ali, 2013: 1002-
1003).
Komposisi darah dibagi menjadi dua bagian besar yaitu korpuskula dan
plasma darah. Plasma darah adalah larutan air yang mengandung albumin, bahan
pembeku darah, hormon, berbagai jenis protein dan berbagai jenis garam.
Menurut Walker et al (1990) dalam Widhyari (2011: 180), albumin memiliki
kemampuan untuk mengikat berbagai ligand dan bertanggung jawab pada 80%
tekanan osmotik dalam darah. Komposisi korpuskula pada darah yaitu 45% dan
plasma darah yaitu 55%. Apsari (2010: 115), mengatakan bahwa darah pada
hewan dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti umur, jenis kelamin, bangsa,
penyakit, temperature lingkungan, keadaan geografis, kebuntingan, dan kegiatan
fisik.
Praktikum ini mengamati mengenai apus darah. Apus darah merupakan
salah satu teknik pemeriksaan sel-sel darah menggunakan mikroskop. Diantarnya
dalah leukosit. Jenis lekosit yang dihitung adalah jenis-jenis lekosit normal
sekaligus memperhatikan kemungkinan adanya sel lekosit abnormal dalam darah
tepi atau perifer. Sel lekosit normal merupakan sel lekosit yang sudah matur atau
dewasa yang beredar pada darah perifer dan terdiri dari basofil, eosinofil, netrofil
batang, netrofil segmen, limposit dan monosit. Sel lekosit abnormal merupakan
sel lekosit yang masih muda secara normal ada dalam sumsum tulang dan dalam
beberapa kasus dijumpai pada darah perifer. Untuk dapat melakukan hitung jenis
lekosit diperlukan preparat apus darah tepi yang baik. Kriteria preparat darah apus
yang baik adalah lebar dan panjangnya tidak memenuhi seluruh kaca benda,
secara gradual penebalannya berangsur-angsur menipis dari kepala ke ekor, tidak
berlubang, tidak terputus-putus, tidak terlalu tebal dan mempunyai pengecatan
yang baik (Santosa, 2010 : 55)
Darah pada hewan dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti umur,
jenis kelamin, bangsa, penyakit, temperature lingkungan, keadaan geografis,
kebuntingan, dan kegiatan fisik. Untuk mengetahui adanya penyimpangan
terhadap gambaran darah maka perlu diketahui gambaran darah normal dari
hewan tersebut Gambaran normal darah ayam adalah sebagai berikut : jumlah sel
darah merah 2,5–3,5 juta/mm3 darah; kadar Hb 7,0–13 g/dl, dan nilai PCV
berkisar 22–35% (Schalms et al., 1986). Apabila dijumpai penyimpangan dari
patokan yang telah ditetapkan, hal tersebut dapat digunakan sebagai petunjuk
adanya gangguan fisiologi atau gejala dini dari suatu penyakit. Penelitian pada
burung Great Tits ditemukan perubahan gambaran darah pada burung yang
terinfeksi L. dubreulli (1 Leukositozoon per 357 eritrosit) yaitu terjadi
leukositosis, limfositosis, heterofilia, dan basofilia (Apsari, 2010 : 115).
Jumlah eritrosit ayam broiler dipengaruhi oleh vaksinasi AI sementara
pemberian VCO tidak menunjukkan pengaruh nyata terhadap jumlah eritrosit,
seperti nampak padajumlah hemoglobin. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
eritrosit ayam yang mempunyai nukleus mengandung organela dalam
sitoplasmanya, juga hemoglobin yang berperan penting dalam pertukaran gas dan
distribusi oksigen kedalam sel. Eritrosit juga berperan dalam sistem kekebalan
tubuh secara menyeluruh. Jumlah eritrosit merupakan indikator produksi dan
kualitas sel eritrosit, sehingga jumlah sel eritrosit digunakan untuk diagnosis,
pengobatan dan prognosis. Secara klinis, penurunan jumlah eritrosit akan
berakibat pada penurunan hemoglobin dan menyebabkan terjadinya anemia
(Yusuf, 2015 : 39).
Tekanan darah merupakan faktor yang amat penting pada sistem
sirkulasi. Peningkatan atau penurunan tekanan darah akan mempengaruhi
homeostatsis di dalam tubuh. Jika sirkulasi darah menjadi tidak memadai lagi,
maka terjadilah gangguan pada sistem transportasi oksigen, karbondioksida, dan
hasil-hasil metabolisme lainnya. Di lain pihak fungsi organ-organ tubuh akan
mengalami gangguan seperti gangguan pada proses pembentukan air seni di
dalam ginjal ataupun pembentukan cairan cerebrospinalis dan lainnya. Terdapat
dua macam kelainan tekanan darah, antara lain yang dikenal sebagai hipertensi
atau tekanan darah tinggi dan hipotensi atau tekanan darah rendah (Anggara, 2012
: 20). Kondisi fisiologis ternak salah satunya proses pembentukan darah
(hemopoeisis) memerlukan zat seperti besi, mangan, kobalt, vitamin, asam amino
dan hormon sehingga mempengaruhi nilaistatus darah. Hal yang mempengaruhi
kondisi fisiologis antara lain pakan. (North, 1990).
Pakan digunakan tubuh unggas untuk menjaga keberlangsungan proses
fisiologis yang secara umum berupa kebutuhan hidup pokok, pertumbuhan,
produksi telur dan deposit lemak. Penggunaan probiotik dalam ransum dapat
meningkatkan daya cerna sehingga zat-zat pakan lebih banyak diserap oleh tubuh
untuk pertumbuhan maupun produksi dan menunjang proses-proses fisiologis
dalam tubuh Pemeriksaan profil darah sangat penting dilakukan, karena profil
darah yang merupakan gambaran kondisi fisiologis tubuh yang berkaitan dengan
kesehatan. Profil darah yang baik akan dapat menunjang proses fisiologis yang
menjadi lebih baik (Shawaludin, 2013 : 1013).
Leukositozoonosis merupakan penyakit protozoa yang menyerang darah
ternak unggas, yang disebabkan oleh parasit Leucocytozoon sp. Spesies
Leucocytozoon yang menyerang ayam di Indonesia teridentifikasi Leucocytozoon
caulleryi dan L.sabrazesi L. caulleryi disebarkan oleh vektor Culicoides arakawae
Penyakit ini menimbulkan kerugian yang sangat tinggi, pada unggas muda
menyebabkan kematian yang tiba-tiba. Unggas dewasa juga bisa terinfeksi dengan
menimbulkan gejala diare, lemah, penurunan produksi, penurunan daya tetas telur,
bahkan bisa menimbulkan kematian. Di samping unggas domestik (ayam, itik)
unggas liar juga bisa terinfeksi oleh Leucocytozoon, yaitu burung Great Tits oleh
L.dubreuili (burung pipit oleh L. fringillinarum Little Owls terinfeksi oleh L.
ziemanni burung liar lain oleh L.marchouxi dan L.ziemanni (Ozmen, 2005).

B. Kajian Empirik
1. Afriansyah (2016), mengatakan bahwa pengamatan morfologi sel darah
merah (eritrosit) terhadap Sembilan sampel yang dibuat sediaan apus
kemudian dikeringkan pada suhu 25oC ditemukan delapan sampel (88,9%)
dengan morfologi baik dan satu sampel (11,1%) dengan morfologi buruk.
Pada suhu 30oC ditemukan dua preparat (22,2%) dengan morfologi buruk
dan tujuh preparat (77,8%) dengan morfologi baik. Pada suhu kamar 40 oC
ditemukan delapan preparat (88,9%) dengan morfologi buruk dan satu
preparat (11,1%) dengan mofologi baik.
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat

Praktikum ini telah dilaksanakan pada hari selasa, 12 November 2017,


pukul 15.30-18.00 WITA, yang bertempat di Laboratorium Pengembangan
Jurusan Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Halu Oleo, Kendari.

B. Alat dan Bahan

1. Alat
Alat – alat yang digunakan dalam praktikum ini dapat dilihat pada
tabel 1 berikut
Tabel 1. Alat dan kegunaan
No Nama Alat Kegunaan
1 Meteran roll Tempat dioleskannya darah pada
2 Jarum suntik Mengambil darah ayam
3 Mikroskop Mengamati sel darah ayam
4 Mengambil larutan gimsa
Pipet tetes
5 Tabung gimsa Wadah penampung alkohol dan
tempat meletakkan kaca objek

2. Bahan

Bahan bahan yang digunakan dalam praktikum ini dapat dilihat


pada tabel 2 berikut
Tabel 2. Bahan dan kegunaan
No Nama Bahan Kegunaan
1 Ayam Objek pengamatan
2 Alkohol 70 % Mensterilkan kaca objekyang sudah
diolesi darah ayam
3 Aquades Membilas kaca objek
4 Memberi warna pada darah
Larutan Gimsa
C. Prosedur Kerja

Prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum ini adalah sebagai


berikut:
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Memegang ayam jantan dan betina yang akan diambil darahnya dan
membuka kepak sayapnya agar terlihat pembuluh vena cava-nya.
3. Membersihkan area ketiak ayam yang akan diambil darahnya
menggunakan kapas yang diberi alkohol.
4. Mengambil darah ayam jantan dan betina secukupnya menggunakan spoit
pada bagian vena cava.
5. Meneteskan darah pada salah satu bagian ujung kaca objek.
6. Meratakan (mengapus) tetesan darah tersebut pada seluruh permukaan
kaca objek hingga ke ujung yang lain dengan satu kali gerakan hingga
merata.
7. Merendam objek tersebut di dalam kotak perendaman menggunakan
alkohol selama 5 menit.
8. Mengering-anginkan objek pengamatan.
9. Setelah kering, objek kemudian direndam di dalam larutan giemsa selama
30 menit dan setelah itu dikering-anginkan kembali.
10. Objek pengamatan yang telah kering kemudian diamati menggunakan
mikroskop dengan perbesaran yang disesuaikan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan
1. Data Pengamatan pada Apus Darah

2. Pengamatan pada Komponen-Komponen Darah

3. Pengamatan pada Sistem Peredaran Darah Ayam


B. Pembahasan

Praktikum ini merupakan praktikum pembuatan apus darah dan


pengamatan sel darah ayam. Menurut Rachmawati (2015 : 12) sediaan apus
darah ini tidak hanya digunakan untuk mempelajari sel darah tapi juga
digunakan untuk menghitung perbandingan jumlah masing-masing sel darah.
Pembuatan preparat apus darah ini menggunakan suatu metode yang disebut
metode oles (metode smear) yang merupakan suatu sediaan dengan jalan
mengoles atau membuat selapu dan substansi yang berupa cairan atau bukan
cairan di atas gelas benda yang bersih dan bebas lemak untuk kemudian
difiksasi, diwarnai dan ditutup dengan gelas penutup.
Ayam dipilih menjadi objek pengamatan karena komposisi darahnya
lengkap. Jenis ayam yang digunakan adalah ayam kampung (Gallus
domestica). Jenis ayam ini dipilih karena memiliki karakteristik fisiknya kuat
dan relatif terbebas dari zat-zat kimia yang dapat memengaruhi komposisi
darah.
Tahapan pertama yaitu tahap pengambilan darah. Darah ayam
kampung (Gallus domestica) diambil pada pembuluh vena cava yang terletak
di bagian ketiak ayam. Menurut Shawaludin (2013) pembuluh vena dipilih
sebagai tempat pengambilan darah karena aliran darah pada pembuluh vena
tidak terlalu deras sehingga darah lebih mudah diambil dan darah yang keluar
dari tubuh ayam tidak banyak terbuang sia-sia. Pembuluh vena yang dipilih
berada di bawah ketiak karena pada bagian tersebut pembuluh vena cava
dapat terlihat lebih jelas dan ukurannya lebih besar. Sebelum diambil
darahnya, area sekitaran titik pengambilan darah dibersihkan menggunakan
kapas yang telah ditetesi alkohol. Hal ini dilakukan untuk membunuh
mikroba-mikroba patogen yang mungkin saja berada di area tersebut, yang
jika tidak dibersihkan dapat menginfeksi luka bekas pengambilan sampel
darah ayam kampung (Gallus domestica). Setelah itu, barulah darah diambil
menggunakan spuit dengan volume darah yang diambil sebanyak 0,1 mL.
Tahap kedua yaitu pembuatan apus darah. Darah yang telah diambil
diteteskan pada kaca objek dan kemudian disebar secara merata melalui
teknik pengapusan. Pengapusan ini dilakukan agar darah tersebut dapat
tersebar merata dan tipis sehingga pada saat pengamatan keseluruhan
komponen darah diharapkan dapat terlihat. Apus darah ayam kampung
(Gallus domestica) tersebut kemudian direndam di dalam alkohol. Alkohol
akan memfiksasi sel-sel darah sehingga sel-sel darah tersebut tidak tersebar
yang nantinya dapat menyulitkan pengamatan. Fiksasi didalam baak tabung
dengan menggunakan alkohol 70% selama 30 menit dan kemudian kaca
objek dibersihkan dengan tisu dan darah yang ada dispoit dikeluarkan kekaca
objek kemudian darah di oles sampai rata dengan menggunaka kaca objek
dengan sudut 30o derajat sampai rata. Kenapa sampai rata hal ini agar sel
darah yang akan diamati dimikroskop dapat dilihat dengan jelas dan tidak
bertumpuk.
Tahap selanjutnya melakukan pewarnaan dengan menggunakan
larutan giamsa selama 30 menit . Larutan yang digunakan dalam pewarnaan
sediaan apus darah bukan hanya larutan giamsa melainkan ada juga yang
dinamakan larutan sederhana seperti pewarnaan acid fast, pewarnaan garam,
pewarnaan wright, dan lain-lain.namun pada praktikum imi pewarnaan
giemsa yang digunakan karna lebih mudah. Metode pewarnaan ini banyak
digunakan untuk mempelajari morfologi sel-sel darah, sel-sel lien, sel-sel
sumsum dan juga untuk mengidentifikasi parasit-parasit darah misal
Tripanosoma, Plasmodia danlain-lain dari golongan protozoa. Faktor yang
menyebabkan gagalnya pengamatan pada sedian apus darah yaitu pada salah
dalam melakukan teknik mengoles dikaca objek. Tahap terakhir yaitu proses
pengeringan dan kemudian langsung di amati dibawah mikroskop dengan
perbesaran 400 x terlihat dibawah mikroskop sel darah pada perparet perifer
yaitu sel darah merah dan sel darah merah berbentuk bikonkaf dengan warna
agak keungu-uangan yang seharusnya warna merah hal ini karna pengaruh
dari pemberian pewarnaan giemsa.
Butiran sel darah yang terdapat pada preparet perifer yaitu sel darah
merah yang berbentuk bikonkaf yang dilihat dengan menggunakan mikroskop
dengan perbesaran 400 X. Menurut Ismail (2014) eritrosit merupakan diskus
bikonkaf, bentuknya bulat dengan lekukan pada sentralnya dan berdiameter
7,65 µm. Eritrosit terbungkus dalam membran sel dengan permeabilitas
tinggi. Membran ini elastis dan fleksibel, sehingga memungkinkan eritrosit
menembus kapiler (pembuluh darah terkecil). Setiap eritrosit mengandung
sekitar 300 juta molekul hemoglobin, sejenis pigmen pernapasan yang
mengikat oksigen.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan tujuan dan hasil pengamatan maka dapat disimpulkan


bahwa :
1. Fisiologi kardiovaskuler pada ayam yaitu butiran sel darah merah yang
berbentuk bikonkaf. Eritrosit merupakan diskus bikonkaf, bentuknya bulat
dengan lekukan pada sentralnya dan berdiameter 7,65 µm. Eritrosit
terbungkus dalam membran sel dengan permeabilitas tinggi. Membran ini
elastis dan fleksibel, sehingga memungkinkan eritrosit menembus kapiler
(pembuluh darah terkecil).
2. Komponen darah terdiri dari 3 macam yakni sel darah merah, sel darah
putih, keping darah dan plasma darah berupa air, hormon, nutrisi dan
sebagainya.

B. Saran

Saran yang dapat saya sampaikan pada praktikum ini yakni sebaiknya
pada praktikum selanjutnya digunakan jenis ayam lain yang lebih besar agar
lebih mudah ketika pengambilan sampel darah.
DAFTAR PUSTAKA

Afriyansyah, A. M. 2016. Pengaruh Variasi Suhu Pengeringan Preparat Apusan


Darah Tepi Terhadap Hasil Makroskopis Dan Morfologi Sel Darah Merah
(Erythrocyte). Skripsi. Universitas Muhammadiyah Semarang.

Ali, S. A., Ismoyowati., Diana, I. 2013. Jumlah Eritrosit, Kadar Hemoglobin Dan
Hematokrit Pada Berbagai Jenis Itik Lokal Terhadap Penambahan Probiotik
Dalam Ransum. Jurnal Ilmiah Peternakan. Vol. 1(3): 1001-1013.

Ayu, P.A.I., Made, S.M. 2010. Gambaran Darah Merah Ayam Buras
yang Terinfeksi Leucocytozoon. Jurnal veteriner. Vol11 (2) : 114.

Haendra, F. D. A., Prayitno, N. 2012. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan


Tekanan Darah Di Puskesmas Telaga Murni, Cikarang Barat Tahun 2012.
Jurnal Ilmiah Kesehatan. Vol 5 ( 1). 26

North, M.O and Bell, D. D.1990. Commercial chicken Production Manual. 4th
Ed. An Avi Book Published by Van Nostrand Reinhold. New York.

Ozmen, O and Haligor, M. 2005. A Study on Presence of Leucocytozoonosis in


Wild Bird of Burdur District. Turk J Vet Anim Sci. Vol 29 (25): 1273-1278.

Rachmawati M.P.A., Mushawwir, dan Latipudin, D. 2015. Profil Glukosa Dan


Kreatinin Darah Ayam Petelur Fase Layer Pada Temperature Humidity
Index Yang Berbeda. Jurnal Biologi. Vol 12 ( 2 ): 94.

Santoso, B. 2010. Diferential Counting Berdasarkan Zona Baca Atas dan Bawah
pada Preparat Darah Apus. Proseding Seminar Nasional Unimus.

Shawaludin, A.C. et all. 2013. Jumlah Eritrosit, Kadar Hemoglobin Dan


Hematokrit Pada Berbagai Jenis Itik Loka Terhadap Penambahan Probiotik
Dalam Ransum. Jurnal Ilmiah Peternakan. Vol 1 (3) : 11.

Wahyuni, A.R., Aryadi, A., Firdaus, H. 2016. Pengaruh Latihan Fisik Aerobik
Dan Anaerobik Terhadap Komponen Darah Perifer Pada Mencit Jantan.
JST Kesehatan. Vol. 6 (3) : 388-392.
Widhyari, W. S., Anita, E., Herlina. 2011. Profil Protein Total, Albumin Dan
Globulin Pada Ayam Broiler Yang Diberi Kunyit, Bawang Putih Dan
Zinc(Zn). Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia. Vol. 16 (3): 179-184.

Yusuf, E. W. Y. 2015. Profil Darah Ayam Broiler Setelah Vaksinasi Ai Dan


Pemberian Berbagai Kadar Vco. Jurusan Biologi. Vol 11 (1): 26-27.

Anda mungkin juga menyukai