Anda di halaman 1dari 19

SISTEM PENCERNAAN DAN REPRODUKSI UNGGAS

DI SUSUN OLEH

FIKDAR

(621421040)

JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, Saya dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Sistem Pencernaan dan Reproduksi Unggas"
dengan tepat waktu.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata kuliah Anatomi dan Fisiologi Ternak .
Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang "Sistem Pencernaan dan
Reproduksi Unggas" bagi para pembaca dan juga bagi Saya.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ir Syukri I Gubali,MP selaku Dosen Mata


kuliah Anatomi dan Fisiologi Ternak. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua
pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah ini.

Saya menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik
yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Gorontalo, Maret 2022

Penyusun

Fikdar
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................

1.1 Latar Belakang................................................................................................................

1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................................

1.3 Tujuan Penulisan.............................................................................................................

1.4 Manfaat Penulisan...........................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................

2.1 Sistem Pencernaan Unggas..............................................................................................

2.2 Sistem Reproduksi Unggas..............................................................................................

BAB III PENUTUP...............................................................................................................

3.1 Kesimpulan......................................................................................................................

3.2 Saran................................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sistem Pencernaan dan Reproduksi Hewan Unggas merupakan hal yang sangat penting
dalam perkembangan peternakan saat ini, karena peternakan berpengaruh penting dalam
meningkatkan kesejahteraan rakyat bagi para peternak. Pencernaan pakan dimulai dari paruh,
diteruskan di mulut, terdapat kelenjar yang menghasilkan saliva dengan kandungan enzim
amilase dalam konsentrasi rendah, sehingga proses pencernaan karbohidrat secara enzimatik di
mulut sangat terbatas (Svihus, 2014; Yasin, 2010).

Reproduksi pada hewan betina merupakan suatu proses yang kompleks dan dapat terganggu
pada berbagai stadium sebelum dan sesudah permulaan siklus reproduksi. Hewan betina harus
menghasilkan ovum yang hidup dan di ovulasikan pada waktu yang tepat (ovulasi selalu terjadi
pada salah satu periode birahi dan itu sudah teratur kecuali ada gangguan). Hewan betina
memperlihatkan estrus atau keinginan untuk kawin dekat waktu ovulasi sehingga kemungkinan
penyatuan sel kelamin jantan dengan sel telur dan kemungkinan pembuahan lebih tinggi. Hewan
betina menyediakan lingkungan intra – uterin yang sesuai untuk konseptus sejak pembuahan
sampai partus, demikian lingkungan yang baik pula untuk anaknya sejak lahir sampai waktu
disapih. Jadi, reproduksi normal melingkupi penyerentakan dan penyesuaian banyak mekanisme
fisiologik.

1.2 Perumusan Masalah

Dari latar belakang yang sudah dibuat, dapat dirumuskan dengan pertanyaan, sebagai berikut:

1 Bagaimana Sistem Pencernaan Unggas ?


2 Bagaimana Reproduksi Unggas ?
1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui Sistem Pencernaan Unggas

2. Untuk mengetahui Reproduksi Unggas

1.4 Manfaat Penulisan

1. Sebagai sumber dan masukan pembaca untuk menambah wawasan mengenai system
Pencernaan Unggas
2. Sebagai sumber dan masukan pembaca untuk menambah wawasan mengenai
Reproduksi Unggas
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sistem Pencernaan Unggas


A. Fisiologi Sistem Pencernaan Unggas

Sistem pencernaan unggas bekerja dalam menyerap nutrisi dalam pakan sehingga
mampu memenuhi kebutuhan ayam (Jacob dan Pescatore, 2013), terdiri atas saluran cerna
utama, yaitu mulut, oesofagus, ingluvies, proventrikulus, ventrikulus, intestinum tenue
(duodenum, jejunum, illeum), coecum, intestinum crassum, dan cloaca, dilengkapi dengan
kelenjar tambahan, yaitu hati, pankreas dan kantung empedu (Zainuddin et al., 2015).

Adapun Organ-organ internal yang berperan dalam sistem pencernaan unggas secara
lengkap ditampilkan pada Gambar 1

Gambar 1. Organ-organ internal sistem pencernaan unggas


1. Saluran Pencernaan

Pada Saluran pencernaan ayam memiliki panjang berkisar 245-255 cm, tergantung pada
umur dan jenis unggas, terdiri atas tiga macam jenis pencernaan, yaitu (1) pencernaan secara
mekanik/ fisik, merupakan pencernaan yang dilakukan oleh serabut otot, terutama terjadi di
gizzard yang dibantu oleh bebatuan, (2) pencernaan secara kimiawi/enzimatik, yaitu pencernaan
yang dilakukan oleh enzim pencernaan yang dihasilkan kelenjar salaiva di mulut (amylase),
proventiculus dan gizzard (pepsin dan lipase), duodenum (amylase, tripsin, kolagenase, garam
empedu dan lipase), jejunum (maltase, sukrase, lactase, peptidase), yang berfungsi memutuskan
ikatan protein,lemak, dan kerbohidrat, serta (3) pencernaan secara mikrobiologik, yaitu
pencernaan yang terjadi di sekum dan kolon (Porter, 2012).

Sistim pencernaan pada unggas berbeda dengan sistim pencernaan pada ruminansia yang
memiliki gigi untuk mengunyah.  Sistim pencernaan pada unggas dimulai saat makanan masuk
melalui paruh dan berakhir pada kloaka. Prinsifnya pencernaan pada unggas terjadi secara
mekanik dan pencernaan secara kimia/enzimatis. Pencernaan secara mekanik pada unggas yaitu
pencernaan dengan kontraksi otot saluran pencernaan, sedangkan pencernaan secara kimiawi
yaitu pencernaan terjadi dengan adanya bantuan enzim yang dihasilkan dari saluran pencernaan.
(Jamaluddin ZA, S.Pt,2020)

A. Organ-organ Pencernaan Pada Unggas dan Fungsinya

Adapun Organ-organ pencernaan pada ternak unggas terdiri dari paruh, esofagus,
tembolok, proventrikulus, ampela, usus halus, usus buntu(cecum), usus besar dan kloaka. 
Adapun fungsi dari organ-organ pencernaan pada unggas sebagai berikut :

Gambar 2 Organ-organ Pencernaan Pada Unggas


1.  Paruh

Paruh merupakan mulut bagi unggas merupakan rahang bawah dan rahang atas yang menanduk. 
Pada ungags Paruh berfungsi untuk makan dan minum pada unggas, paruh menghasilkan air liur
(saliva). Paruh yang langsung mengambil makanan untuk dicerna lebih lanjut. Setelah makanan
masuk ke dalam paruh kemudian lidah akan mendorong makanan masuk ke esofagus, lidah juga
berperan membantu menelan makanan, kemudian dengan adanya saliva (air liur) mempermudah
makanan masuk ke dalam esophagus. 

2. Esophagus

Esophagus sering juga disebut kerongkongan, kerongkongan merupakan tabung berotot yang
dilalui makanan untuk proses pencernaan berikutnya. Pada Unggas Esophagus membentang
disepanjang leher dan thorax. Pada esophagus terjadi gerakan peristaltik untuk mendorong
makanan masuk ke pencernaan berikutnya. Permukaan yang licin pada esophagus  memudahkan
makanan masuk ke dalam tembolok.

3. Tembolok

Tembolok pada ungags merupakan suatu pelebaran kerongkongan yang terdapat diantara
proventrikulus (lambung kelenjar) dan mulut. Setelah makanan masuk ke dalam tembolok,
makanan akan disimpan sementara, makanan pada tembolok akan dilunakkan oleh getah yang
dihasilkan oleh tembolok dan bakteri yang menghasilkan asam.

4. Proventriculus

Pencernaan ungags yang selanjutnya terjadi di proventriculus atau lambung kelenjar terletak
diantara kerongkongan dengan ampela. disini terjadi pencernaan secara enzimatis yang merubah
makanan sehingga mudah dicerna, pencernaan di proventriculus terjadi dalam jangka waktu yang
singkat.

5.  Ampela (gizzard)

Pada unggas setelah dicerna di proventriculus makanan masuk ke dalam ampela (gizzard) atau


disebut juga perut otot. Ampela berada diantara proventriculus dan bagian atas usus kecil.   
Ampela memiliki otot yang kuat dan permukaan yang tebal, disini terjadi pencernaan secara
mekanik, makanan akan di giling dengan bantuan batu-batu kecil yang sebelumnya dimakan oleh
unggas sehingga makanan berukuran lebih halus lagi.

6.  Usus Kecil

Setelah dicerna di ampela makanan masuk ke dalam usus kecil (duodenum, jejunum dan ileum),
mukosa usus halus berfungsi utuk menggerakkan makanan dan memperluas permukaan untuk
menyerap sari-sari makanan oleh vili-vili pada dinding usus.  Pada usus kecil unggas terjadi
pencernaan secara enzimatis karena usus dihuni oleh beberapa jenis bakteri penghasil enzim. 
Enzim dalam usus kecil akan merubah protein menjadi asam amino, sedangkan lemak dirubah
menjadi asam lemak dan gliserol. keseimbangan jumlah bakteri dalam usus akan berpengaruh
terhadap efisiensi pakan untuk kebutuhan pokok dan produksi.

7.  Usus Buntu (Cecum)

Pada Sistem pencernaan Unggas memiliki dua saluran usus buntu atau yang
disebut cecum, Pencernaan juga terjadi sedikit pada usus buntu (cecum).  Saluran pencernaan ini
(cecum)  terjadi pencernaan karbohidrat, protein dan absorbsi air.

8. Usus Besar

Pada system Pencernaan selanjutnya terjadi pada usus besar, ukuran usus besar memiliki
diameter dua kali usus halus. Usus besar berfungsi merombak sisa-sisa pakan yang tidak tercerna
menjadi feses. Terjadi absorbsi kembali air yang banyak pada usus besar yang berguna untuk
menambah dan mengatur kesimbangan kandungan air pada tubuh unggas. 

9. Kloaka

Pada Proses pencernaan unggas terakhir terjadi pada kloaka, kloaka merupakan tempat
pengeluaran sisa-sisa atau ampas dari pencernaan (feses) dan urin. Setelah makanan selesai
dicerna, sisa sisa makanan (feses) akan dikeluarkan melalui kloaka.  Urin akan dikeluarkan
bersama feces.   

Hewan Ternak nonruminansia(unggas) tergolong pada ternak monogastrik, yaitu ternak


yang memiliki lambung tunggal. Sistem perncernaan ternak ini tidak sempurna dibandingkan
dengan ternak ruminansia.
Mekanisme Pencernaan

Hewan Ternak nonruminansia(unggas) tergolong pada ternak monogastrik, yaitu ternak


yang memiliki lambung tunggal. Sistem perncernaan ternak ini tidak sempurna dibandingkan
dengan ternak ruminansia.
Pada system pencernaan hewan ternak non ruminansia (Unggas) mengambil makanannya
dengan paruh dan kemudian terus ditelan. Makanan tersebut disimpan dalam tembolok untuk
dilunakkan dan dicampur dengan getah pencernaan proventrikulus dan kemudian digiling dalam
empedal. Tidak ada enzim pencernaan yang dikeluarkan oleh empedal unggas. Fungsi utama alat
tersebut adalah untuk memperkecil ukuran partikel-partikel makanan.
Ternak unggas seperti ayam memiliki anatomi sistem pencernaan makanan yang berbeda
dengan ternak ruminansia. Sistem pencernaan terdiri dari saluran pencernaan dan organ asesori.
Saluran pencernaan pada ternak ayam merupakan organ yang menghubungkan antara dunia
dalam tubuh ternak dengan dunia luar, yaitu proses metabolik di dalam tubuh. Adapun anatomi
saluran pencernaan ayam dari bagian depan sampai ke bagian belakang adalah sebagai berikut :
paruh dan lidah (mulut), kerongkongan (esophagus), tembolok (crop), perut kelenjar
(proventrikulus), ampela (ventrikulus), hati (hepar), usus halus (small intestine), usus besar
(large intestine), usus buntu (ceca), dan kloaka. Secara anatomis dan fisiologis, sistem
pencernaan pada bangsa unggas merupakan sistem pencernaan yang sederhana, karena hanya
tersedia tempat yang sempit di dalam usus untuk kehidupan jasad renik untuk membantu
mencerna pakan. Oleh karena itu unggas sangat tergantung dari enzim yang dikeluarkan oleh
organ pencernaannya untuk mencerna pakan agar mudah diserap oleh tubuh.

2.2 Sistem Reproduksi Hewan Unggas Jantan

Sistem Reproduksi Hewan Unggas Jantan Organ reproduksi ayam jantan terdiri dari
sepasang testis (T), epididimis (Ep), duktus deferens (D.d.) dan organ kopulasi pada kloaka
(Cl), secara lengkap ditunjukkan pada gambar 3.
.

Sistem reproduksi unggas jantan terdiri dari dua testis bentuknya elips dan berwarna
terang, dan menghasilkan sperma yang masing-masing mempunyai sebuah saluran sperma yang
bernama vas defferens serta sebuah kloaka yang menjadi muara dari sistem reproduksi tersebut.
Alat reproduksi unggas jantan terdiri atas alat kelamin pokok dan alat kelamin pelengkap. Alat
kelamin pokok adalah organ yang langsung membentuk spermatozoa yaitu testis. Alat kelamin
pelengkap terdiri atas saluran yang menuju kloaka yaitu epididymis, vas defferens, dan papillae.
Testis pada unggas berbentuk bulat seperti kacang, terletak ventral dari lobus anterior ginjal.
Ukuran testis tidak selalu konstan, karena menjadi besar pada saat musim kawin. Bagian kiri
sering lebih besar dari bagian kanan.

1. Testis

Testis ayam jantan terletak di rongga badan dekat tulang belakang, melekat pada bagian dorsal
dari rongga abdomen dan dibatasi oleh ligamentum mesorchium, berdekatan
dengan aorta dan vena cavar, atau di belakang paru-paru bagian depan dari ginjal. Meskipun
dekat dengan rongga udara, temperatur testis selalu 41o – 43o C karena spermatogenesis
(pembentukan sperma) akan terjadi pada temperatur tersebut.

Testis ayam berbentuk biji buah buncis dengan warna putih krem. Testis terbungkus oleh dua
lapisan tipis transparan, lapisan albugin yang lunak. Bagian dalam dari testid terdiri atas tubuli
seminiferi (85% – 95% dari volume testis), yang merupakan tempat terjadinya spermatogenesis,
dan jaringan intertitial yang terdiri atas sel glanduler (sel Leydig) tempat disekresikannya
hormon steroid, androgen, dan testosteron. Besarnya testis tergantung pada umur, strain, musim,
dan pakan.

Gambar 4. Testis pada ayam jantan

Testis Testis berjumlah sepasang terletak pada bagian atas di abdominal kearah punggung pada
bagian anterior akhir dari ginjal dan berwarna kuning terang. Berbeda dengan hewan lainnya,
testis unggas tidak terletak di dalam skrotum (Nesheim et al., 1979). Fungsi testis menghasilkan
hormon kelamin jantan disebut androgen dan sel gamet jantan disebut sperma (Nalbandov,
1990). Berat dari pasangan sekitar 14 gram, dan masing – masing memiliki berat 7 gram. Testis
ayam jantan terletak di rongga badan dekat tulang belakang, melekat pada bagian dorsal dari
rongga abdomen dan dibatasi oleh ligamentum mesorchium, berdekatan denganaorta dan vena
cavar, atau di belakang paru-paru bagian depan dari ginjal. Meskipun dekat dengan rongga
udara, temperatur testis selalu 410 C sampai 43O C karena spermatogenesis (pembentukan
sperma) akan terjadi pada temperatur tersebut

2. Saluran Deferens

Saluran deferens dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian atas yang merupakan muara sperma
dari testis, serta bagian bawah yang merupakan perpanjangan dari saluran epididimis dan
dinamakan saluran deferens.

Saluran deferens ini akhirnya bermuara di kloaka pada daerah proktodeum yang berseberangan
dengan urodium dan koprodeum. Di dalam saluran deferens, sperma mengalami pemasakan dan
penyimpanan sebelum diejakulasikan. Pemasakan dan penyimpanan sperma terjadi pada 65%
bagian distal saluran deferens.

3. Alat Kopulasi

Alat kopulasi pada ayam berupa papila (penis) yang mengalami rudimenter, kecuali pada itik
berbentuk spiral yang panjangnya 12-18 cm. Pada papila ini juga diproduksi cairan transparan
yang bercampur dengan sperma saat terjadinya kopulasi.

2.2 Sistem Reproduksi Hewan Unggas Betina


Sistem Reproduksi Unggas Betina Organ reproduksi pada unggas adalah ovarium
dan oviduct untuk unggas betina dan untuk unggas jantan. Pada unggas betina organ
reproduksi bagian kiri yang berkembang normal dan berfungsi dengan baik, tetapi untuk
bagian kanan mengalami rudimeter. Organ reproduksi ayam betina terdiri dari ovarium
dan oviduct. Pada ovarium terdapat banyak folikel dan ovum. Oviduct terdiri dari
infudibulum, magnum, ithmus, kelenjar kerabang telur dan vagina. Secara lengkap
reproduksi pada unggas betina seperti pada Gambar 5.

Gambar 5. Organ reproduksi ayam betina

1.Ovarium

Ovarium terletak pada daerah kranial ginjal diantara rongga dada dan rongga perut pada
garis punggung sebagai penghasil ovum. Ovarium sangat kaya akan kuning telur atau yang
disebut yolk. Ovarium terdiri atas dua lobus besar yang banyak mengandung folikel-folikel.
Ovarium biasanya terdiri dari 5 sampai 6 ovum yang telah berkembang dan sekitar 3.000 ovum
yang belum masak yang berwarna putih.
Gambar 6 Ovarium dari ayam petelur

Ovarium menghasilkan beberapa hormon pada saat perkembangannya, folikel-folikel


pada ovarium ini berkembang karena adanya FSH (FollicleStimulating Hormone) yang
diproduksi oleh kelenjar pituitari bagian anterior. Anak ayam belum dewasa mempunyai oviduk
yang masih kecil dan belum berkembang sempurna. Perlahan lahan oviduk akan mengalami
perkembangan dan sempurna pada saat ayam mulai bertelur, dengan dihasilkannya FSH tersebut.
Setelah ayam dewasa ovarium juga memproduksi hormon estrogen. Hormon estrogen memacu
pertumbuhan saluran reproduksi dan merangsang terjadinya kenaikkan Ca, protein, lemak dan
substansi lain dalam darah untuk pembentukan telur. Estrogen juga merangsang pertumbuhan
tulang pinggul dan brutu. Progresteron juga dihasilkan oleh ovarium, yang berfungsi sebagai
hormon releasing factor di hipothalamus untuk membebaskan LH dan menjaga saluran telur
berfungsi normal.

2.Oviduk

Oviduk terdapat sepasang dan merupakan saluran penghubung antara ovarium dan uterus.
Pada unggas oviduk hanya satu yang berkembang baik dan satunya mengalami rudimeter.
Bentuknya panjang dan berkelok-kelok yang merupakan bagian dari ductus Muller. Ujungnya
melebar membentuk corong dengan tepi yang berjumbai. Oviduk terdiri dari lima bagian yaitu:
infundibulum atau funnel, magnum, ithmus, uterus atau shell gland dan vagina.
Oviduk mempunyai struktur yang kompleks untuk menghasilkan bahan sekitar 40 g (10 g
padat dan 30 g air) dalam waktu sekitar 26 jam. Secara garis besar terdiri lapisan perotoneal
eksternal (serosa), lapisan otot longitudinal luar dan sirkuler dalam, lapisan jaringan pengikat
pembawa pembuluh darah dan syaraf, serta lapisan mukosa yang melapisi seluruh duktus. Pada
ayam muda mukosa bersifat sederhana tanpa lekukan maupun lipatan. Pada saat mendekati
dewasa kelamin serta mendapat stimulus dari estrogen dan progresteron, maka oviduk menjadi
sangat kompleks dengan terbentuknya ikatan-ikatan primer, sekunder dan tersier. Pada puncak
aktivitas sekresinya, sel-sel menunjukkan bentuk variasinya dari kolumner tinggi sipleks sampai
kolumner transisional yang memiliki silia. Oviduk unggas tidak dapat membedakan antara ovum
dengan bendabenda asing, sehingga akan tetap mensekresikan albumen, kerabang lunak dan
kerabang keras disekitar benda asing tersebut.

a.Infundibulum

Infundibulum adalah bagian teratas dari oviduk dan mempunyai panjang sekitar 9 cm.
Infundibulum berbentuk seperti corong atau fimbria dan menerima telur yang telah diovulasikan.
Pada bagian kalasiferos merupakan tempat terbentuknya kalaza yaitu suatu bangunan yang
tersusun dari dua tali mirip ranting yang bergulung memanjang dari kuning telur sampai ke
kutub-kutub telur. Pada bagian leher infundibulum yang merupakan bagian kalasiferos juga
merupakan tempat penyimpanan sperma, sperma juga tersimpan pada bagian pertemuan antara
uterus dan vagina.

b.Magnum

Magnum merupakan saluran kelanjutan dari oviduk dan merupakan bagian terpanjang
dari oviduk. Batas antara infundibulum dengan magnum tidak dapat terlihat dari luar. Magnum
mempunyai panjang sekitar 33 cm dan tempat disekresikan albumen telur. Proses perkembangan
telur dalam magnum sekitar 3 jam. Albumen padat yang kaya akan mucin disekresikan oleh sel
goblet yang terletak pada permukaan mukosa magnum dan jumlah albumen yang disekresikan
sekitar 40 sampai 50% total albumen telur.

c.Ithmus
Setelah melewati infundibulum telur masuk ke dalam Ithmus. Antara ithmus dan
magnum terdapat garis pemisah yang nampak jelas yang disebut garis penghubung ithmus-
magnum. Panjang ithmus sekitar 10 cm dan merupakan tempat terbentuknya membran sel
(selaput kerabang lunak) yang banyak tersusun dari serabut protein, yang berfungsi melindungi
telur dari masuknya mikroorganisme ke dalam telur. Membran sel yang terbentuk terdiri dari
membran sel dalam dan membran sel luar, di dalam ithmus juga disekresikan air ke dalam
albumen. Calon telur di dalam ithmus selama 1,25 jam. Dua lapisan membran sel telur saling
berhimpit dan ada bagian yang memisah/melebar membentuk bagian yang disebut rongga udara
(air cell), air cell akan berkembang mencapi 1,8 cm. Rongga udara bisa digunakan untuk
mengetahui umur telur dan besar telur.

Uterus

Uterus merupakan bagian oviduk yang melebar dan berdinding kuat. Di dalam uterus
telur mendapatkan kerabang keras yang terbentuk dari garam-garam kalsium. Uterus (shell
gland) mempunyai panjang sekitar 10 sampai 12 cm dan merupakan tempat perkembangan telur
paling lama di dalam oviduk, yaitu sekitar 18 sampai 20 jam.

Selain pembentukan kerabang pada uterus juga terjadi penyempurnaan telur dengan
disekresikannya albumen cair, meneral, vitamin dan air melalui dinding uterus dan secara
osmosis masuk ke dalam membran sel. Pada uterus terjadi penambahan albumen antara 20
sampai 25%. Deposisi kalsium sudah terjadi sebagian kecil di ithmus dan dilanjutkan di uterus.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sistem pencernaan unggas bekerja dalam menyerap nutrisi dalam pakan sehingga mampu
memenuhi kebutuhan ayam (Jacob dan Pescatore, 2013), terdiri atas saluran cerna utama, yaitu
mulut, oesofagus, ingluvies, proventrikulus, ventrikulus, intestinum tenue (duodenum, jejunum,
illeum), coecum, intestinum crassum, dan cloaca, dilengkapi dengan kelenjar tambahan, yaitu
hati, pankreas dan kantung empedu (Zainuddin et al., 2015).

Sistem Reproduksi Hewan Unggas Jantan Organ reproduksi ayam jantan terdiri dari
sepasang testis (T), epididimis (Ep), duktus deferens (D.d.) dan organ kopulasi pada kloaka (Cl),

Sistem reproduksi unggas jantan terdiri dari dua testis bentuknya elips dan berwarna
terang, dan menghasilkan sperma yang masing-masing mempunyai sebuah saluran sperma yang
bernama vas defferens serta sebuah kloaka yang menjadi muara dari sistem reproduksi tersebut.

3.2 Saran

Menurut Saya, Kurangnya Pengetahuan tentang Sistem Pencernaan Hewan Unggas dan
sistem reproduksi unggas sangat berpengaruh terhadap pengembangan ternak unggas di
Indonesia oleh karena itu penanganannya perlu mendapat perhatian serius karena pakan
merupakan salah satu faktor penting dalam usaha ternak.
DAFTAR PUSTAKA

Nalbandov, A. V. (1990) Fisiologi Reproduksi pada Mamalia dan Unggas. UGM


Press.Yokyakarta.
Enminger (1992) Poultry Science. Interstate Publishers. Inc., Illionis

Irnaningtyas, Istiadi Y. (2016). Biologi untuk SMA/MA Kelas XI Kurikulum 2013 yang
Disempurnakan Edisi Revisi. Erlangga: Jakarta.

Partama,ida. (2013). Nutrisi Dan Pakan Ternak Ruminansia. Denpasar : Udayana University
Press
Tim BSE, (2013). Reproduksi Hewan, :Buku Sekolah Elektronik (BSE)

(2015), Ilmu Ternak https://www.ilmuternak.com/2015/05/perbedaan-ternak-ruminansia-dan-


non-ruminansia.html

Anda mungkin juga menyukai