Anda di halaman 1dari 15

Laporan Praktikum : Saluran Pencernaan Kambing

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hewan ruminansia termasuk dalam sub ordo ruminansia dan ordonya
adalah artiodaktil atau berkuku belah. Hewan ruminansia memiliki empat lambung,
yaitu: rumen, retikulum, omasum dan abomasum. Selain itu hewan ruminansia juga
memakan makanan yang telah dicerna atau biasa disebut memamah biak (Sarwodo,
1993).
Rumen atau perut besar merupakan bagian terbesar dari susunan lambung
ruminansia. Namun rumen tidak dapat dipisahkan dari ketiga bagian lainnya, oleh karena
itu akan dibahas juga mengenai retikulum, omasum dan abomasum. Di samping
metabolisme dalam tubuh, pada ruminansia terjadi proses metabolisme dalam rumen
oleh mikroorganisme melalui proses fermentasi pakan. Fermentasi sendiri berasal dari
bahasa Latin fermentatio = dekomposisi enzimatik. Pelaku utama pada proses fermentasi
dalam rumen ialah mikroorganisme. Produk akhir dari fermentasi adalah asam lemak
terbang antara lain asam asetat, asam propionat, asam butirat, asam formiat, asam
valerat, asam suksinat, asam laktat, ammonia, karbondioksida dan air, yang bagi
mikroorganismenya itu sendiri merupakan limbah, namun bagi induk semang merupakan
sumber energi (Anonim, 2013).
Dengan kondisi lambungnya tersebut ruminansia mempunyai kapasitas daya
tampung sebesar 150-200 liter (pada sapi) dan volume lambung ini sudah meliputi 70%
dari total volume seluruh sluran pencernaan, sedangkan jika dibandingkan dengan hewan
berlambung tunggal (monogastrik) lambungnya hanya meliputi 20% dari total saluran
pencernaan.
Pada ternak ruminansia, makanan yang masuk kemulut akan secepatnya didorong
kedalam lambung untuk selama 30-70 menit kemudian akan didorong kembali ke mulut
untuk dikunyah dan ditelan kembali (ruminasi). Dengan ukuran yang bervariasi sesuai
dengan umur dan makanan alamiahnya. Kapasitas rumen 80%, retikulum 5%, omasum
7-8%, dan abomasum 7-8%. Pembagian ini terlihat dari bentuk gentingan pada saat otot
spingter berkontraksi. Abomasum merupakan lambung yang sesungguhnya pada hewan
ruminansi.
1.2 Tujuan Praktikum

30
Tujuan dari pelaksanaan praktikum ini adalah sebagai berikut :

Mengidentifikasi dan mengamati sistem pencernaan ternak ruminansia (kambing)


secara langsung serta menjelaskan fungsi masing-masing bagian.

1.3 Manfaat Praktikum


Adapun manfaat yang diperoleh dari pelaksanaan praktikum ini adalah sebagai berikut :

Dapat mengetahui dan memperoleh informasi tentang bentuk dari organ pencernaan
ternak ruminansia (kambing) yang telah dan diamati juga mengetahui fungsi masing-
masing organ pencernaan ruminansia.

31
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Saluran Pencernaan Ruminansia

Pencernaan merupakan rangkaian proses perubahan fisik dan kimia yang dialami
bahan makanan didalam alat pencernaan. Proses pencernaan pada ternak ruminansia
relatif lebih kompleks dibandingkan dengan proses pencernaan pada ternak lainnya.
Menurut sutardi (2005) proses pencernaan ternak ruminansia terjadi secara mekanis
didalam mulut, secara fermentatif (oleh enzim-enzim yang berasal dari mikroba rumen)
dan secara hidrolisis (oleh enzim-enzim induk semang).

Proses pencernaan pada kambing dimulai dari mulut. Didalam ruang mulut ransum
yang berbentuk kasar dipecah menjadi partikel-partikel kecil dengan cara pengunyahan
dan pengeluaran saliva. Sebelum ditelan masuk kedalam retikulorumen cairan ini
mengandung 85% air dan terdapat dalam dua bagian, yaitu bagian bawah dan bagian
atas. Bagian bawah cair dan mengandung makanan halus dalam suspensi, sedangkan
bagian atas lebih kering yang terdiri atas makanan kasar dan padat seperti hijauan.

Ternak ruminansia mempunyai kemampuan mengembalikan makanan dari


retikulorumen ke mulut (regurgitasi) untuk dikunyah kembali. Tillman et al (2006)
menyatakan bahwa para ahli telah menemukan bolus-bolus dikunyah ulang 40-50 kali
sebelum ditelan kembali.

Pada studi fisiologo pencernaan ternak ruminansia, rumen dan retikulum sering
dipandang sebagai organ tunggal dengan sebutan retikulorumen. Omasum disebut
sebagai perut buku karena dipenuhi lembaran jaringan (tissue leaves), yaitu sekitar 100
lembar. Fungsi omasum belum terungkap jelas, tetapi pada organ tersebut ada
penyerapan air, amonia, asam lemak terbang dan elektrolit, serta ada produksi amonia
dan mungkin asam lemak terbang (Forbes & Frances, 2007).

Proses pencernaan fermentatif didalam retikulorumen terjadi sangat intensif dan


dalam kapasitas yang sangat besar. Proses pencernaan tersebut terletak sebelum usus
halus (organ penyerapan utama). Keuntungan produk fermentasi adalah mudah diserap
usus, dapat mencerna selulosa, dapat menggunakan non-protein nitrogen seperti urea,
dan dapat memperbaiki kualitas protein pakan yang nilai hayatinya rendah. Kerugiannya

32
adalah banyak energi yang terbuang sebagai methan dan panas, protein hayati yang
bernilai tinggi mengalami degradasi menjadi amonia (NH 3) sehingga menurunkan nilai
protein, dan peka terhadap ketosis atau keracunan asam yang paling sering terjadi pada
domba (siregar, 2007).

Kambing merupakan ternak ruminansia kecil yang memeliki organ pencernaan yang
terdiri atas empat bagian penting yaitu mulut, perut usus halus dan organpencernaan
bagian belakang. Kambing memiliki abomasum (perut sejati) dan lambung muka yang
terdiri atas tiga bagian yaitu rumen (perut beludru), retikulum (peru jala), dan omasum
(perut buku). Pada tiga bagian utama tersebut tidak terdapat mucus dan enzim
pencernaan atau asam, akan tetapi pencernaan bisa terjadi karena adanya aktivitas
mikroorganisme didalam rumen dan retikulum (annison,2001). Pada ternak ruminansia
muda, rumen dan retikulum masih kecil dan belum berkembang. Bila ternak muda
tersebut mulai mengkonsumsi makanan padat terutama hijauan, bagian retikulorumen
mulai membesar sehingga sehingga berukuran daya tampung isi makanan yang mencapai
60-65% dari seluruh dsaluran pencernaan (Tillman et al., 2004).
Ternak kambing berbeda dengan ternak mamalia lainnya karena mempunyai
lambung sejati yaitu abomasum dan lambung depan yang membesar yang mempunyai
tiga ruangan yaitu rumen, retikulum, omasum ( Blakely, 1991). Rumen dan retikulum
sering dipandang sebagai organ tunggal disebut sebagai retikulorumen yang merupakan
tempat terjadinya pencernaan fermentative. Retikulum ini mendorong pakan padat dan
ingesta ke dalam rumen dan mengalirkan ingesta kedalam omasum. Retikulum
membantu ruminasi dimana bolus diregurgitasikan ke dalam mulut. Ingesta yang telah
halus didorong ke dalam rumen untuk dicerna lebih lanjut oleh mikroba.
Mikroorganisme yang terdapat dalam rumen adalah bakteri, protozoa dan fungi
(Biologigonz, 2010).
Omasum merupakan bagian ketiga lambung ternak kambing yang menghubungkan
retikulorumen dan abomasum. Abomasum merupakan bagian keempat yang disebut juga
perut sejati. Dengan demikian ternak ruminansia dapat memanfaatkan pakan berserat
kasar tinggi serta mampu mengolahnya menjadi produk dengan nilai biologis tinggi
(Blakely, 1991).
Sebagian besar bahan pakan mengandung campuran nutrient yang terdiri atas
protein, lemak, karbohidrat, mineral, vitamin dan air. Zatzat gizi organik ini terdapat
dalam bentuk yang tidak larut sehingga harus dipecah menjadi senyawasenyawa kecil

33
sebelum mereka dapat masuk melalui dinding saluran pencernaan untuk kemudian
diedarkan kedalam darah atau saluran limfe. Berdasarkan perubahan yang terjadi pada
bahan pakan di dalam alat pencernaan, proses pencernaan ternak ruminansia dapat dibagi
menjadi tiga, yaitu pencernaan mekanik, hidrolik dan fermentative. Proses pencernaan
fermentative inilah yang merupakan proses khas yang terjadi dalam saluran pencernaan
ruminansia yang membedakannya dengan proses pencernaan pada non ruminansia
(Sarwono, 1993).

Organ saluran pencernaan kambing


a. Mulut
Pencernaan di mulut pertama kali dilakukan oleh gigi molar dilanjutkan oleh
mastikasi dan di teruskan ke pencernaan mekanis. Di dalam mulut terdapat saliva.
Saliva sendiri merupakan cairan kompleks yang diproduksi oleh kelenjar khusus dan
disebarkan ke dalam cavitas oral.
Komposisi dari saliva meliputi komponen organik dan anorganik. Namun
demikian, kadar tersebut masih terhitung rendah dibandingkan dengan serum karena
pada saliva penyusun utamanya adalah air. Komponen anorganik terbanyak adalah
sodium, potassium (sebagai kation), khlorida, dan bikarbonat (sebagai anion-nya).
Sedangkan komponen organik pada saliva meliputi protein yang berupa enzim
amilase, maltase, serum albumin, asam urat, kretinin, mucin, vitamin C, beberapa
asam amino, lisosim, laktat, dan beberapa hormon seperti testosteron dan kortisol.
Selain itu, saliva juga mengandung gas CO2, O2, dan N2. Saliva juga
mengandung immunoglobin, seperti IgA dan IgG dengan konsentrasi rata-rata 9,4
dan 0,32 mg%

b. Esofagus

Esofagus merupakan saluran yang menghubungkan kavum oris dengan


ventrikulus. Hasil mastikasi berupa bolus-bolus pakan akan melalui esofagus menuju
ventrikulus. Gerak bolus dalam esofagus disebabkan kontraksi stratum sirkulare,
stratum longitudinale, dan stratum oblique yang tersusun spiralis. Kontraksi muskuli
tersebut menghasilkan gerak peristaltik (Praseno, 2003). Esofagus terdiri dari otot,
sub mukosa, dan mukosa. PH normal pada esofagus ternak ruminansia adalah 7 yang
berarti di dalam esofagus bernuansa netral (Frandson, 1992).

34
c. Lambung

Sistem pencernaan pada sapi atau ruminansia lainnya termasuk kambing, agak
lebih rumit daripada hewan mamalia lain. Lambung ruminansia merupakan lambung
yang komplek yang terdiri dari 4 bagian, yaitu paling depan disebut rumen,
kemudian retikulum, omasum, dan abomasum yang berhubungan dengan usus
(Darmono, 2005). Ventrikulus (lambung) merupakan organ yang pada dasarnya
merupakan tempat proses digesti pakan. Ventrikulus pada ruminansia adalah
ventrikulus kompleks. Ruminansia merupakan hewan yang memiliki ventrikulus
kompleks. Ventrikulus ruminansia terdiri empat kompartemen, yaitu rumen,
retikulum, omasum, dan abomasum (Praseno, 2003).

d. Rumen

Rumen merupakan bagian saluran pencernaan vital pada ternak ruminansia.


Pada rumen terjadi pencernaan secara fermentatif dan pencernaan secara hidrolitik.
Pencernaan fermentatif membutuhkan bantuan mikroba dalam mencerna pakan
terutama pakan dengan kandungan selulase dan hemiselulase yang tinggi.
Sedangkan pencernaan hidrokitik membutuhkan bantuan enzim dalam mencerna
pakan. Rumen terletak di rongga abdominal bagian kiri. Rumen sering disebut juga
dengan perut beludru. Hal tersebut dikarenakan pada permukaan rumen terdapat
papilla dan papillae. Sedangkan substrat pakan yang dimakan akan mengendap
dibagian ventral. Pada retikulum dan rumen terjadi pencernaan secara fermentatif,
karena pada bagian tersebut terdapat bermilyaran mikroba.

e. Retikulum

Retikulum adalah bagian perut (kompartemen) yang paling kranial seperti yang
tercermin dari namanya. Kompartemen ini bagian dalamnya diseliputi oleh membran
mukosa yang mengandung intersekting ridge yang membagi permukaan itu menjadi
permukaan yang menyerupai permukaan sarang lebah (Frandson, 1992). Retikulum,
dimana prokariota dan protista simbiotik (khususnya siliata) bekerja pada bahan
makanan yang kaya selulosa itu. Sebagai hasil sampingan metabolismenya,

35
mikroorganisme itu mensekresikan asam lemak. Sapi itu secara periodik mengunyah
kembali (memamah biak) yang selanjutnya akan dipecah lebih lanjut menjadi serat,
sehingga lebih dapat diakses oleh kerja mikroba (Campbell, 2003).

f. Omasum

Omasum merupakan suatu organ yang berisi lamina muskuler yang turun dari
alam dorsum atau bagian atap. Omasum terletak di sebelah kanan rumen dan
retikulum persis pada kaudal hati. Omasum sering juga disebut dengan perut buku,
karena permukaannya berbuku-buku. pH omasum berkisar antara 5,2 sampai 6,5.
Antara omasum dan abomasum terdapat lubang yang disebut omaso abomasal
orifice. Pertautan antara omasum dan banomasum terdapat suatu susunan lipatan
membran mukosa vela terminalia yang barangkali berperan sebagai katup untuk
mencegah kembalinya bahan-bahan dari abomasum menuju omasum (Frandson,
1992). Omasum, di mana air dikeluarkan. Mamahan itu, yang mengandung banyak
sekali mikroorganisme, akhirnya akan lewat melalui omasum (Campbell, 2003).

g. Abomasum

Abomasum sering juga disebut dengan perut sejati. Fungsi omaso abomasal
orificeadalah untuk mencegah digesta yang ada di abomasum kembali ke omasum.
pH pada abomasum adalah asam yaitu berkisar antara 2 sampai 4,1. Abomasum
terletak dibagian kanan bawah dan jika kondisi tiba-tiba menjadi sangat asam, maka
abomasum dapat berpindah kesebelah kiri. Permukaan abomasum dilapisi oleh
mukosa dan mukosa ini berfungsi untuk melindungi dinding sel tercerna oleh enzim
yang dihasilkan oleh abomasum. Sel-sel mukosa menghasilkan pepsinogen dan sel
parietal menghasilkan HCl. Pepsinogen bereaksi dengan HCl membentuk pepsin.
Pada saat terbentuk pepsin reaksi terus berjalan secara otokatalitik.

h. Usus Halus

Usus halus terbagi atas tiga bagian yaitu duodenum, jejenum, dan ileum.
Berdasarkan pada perbedaan-perbedaan struktural histologis atau mikroskop.
Duodenum merupakan bagian yang pertama kali dari usus. Jejenum dengan jelas

36
dapat dipisahkan dengan duedenum, yaitu terdapat seperti bintil putih sebagai
pembatas. Bagian terakhir dari usus halus adalah ileum. Bagian terminal dari ileum
tersambung dengan usus besar atau sekum dan kolon pada ruminansia dari babi,
pada bagian kanan dari rongga abdomal. PH normal yang terdapat pada usus halus
adalah 7 (Frandson, 1992). Usus halus (intestinum tenue) merupakan saluran ini
terbagi menjadi tiga bagian, yaitu duodenum, jejenum, dan ileum. Proses digesti dan
absorpsi hasil digesti terjadi pada intestinum tenue (Praseno, 2003).

i. Sekum

Didalam sekum terdapat bakteri-bakteri pembusuk, antara lain proteolitik.


Proteolitik ini berfungsi menyerang protein yang belum dicerna menjadi asam-asam
amino. PH normal pada sekum adalah 8 yang berarti didalam sekum suasananya
basa (Frandson, 1992). Sekum merupakan organ ini terdapat pada perbatasan usus
halus (intestinum tenue) dan usus besar (intestinum krassum). Unsur pakan yang
tidak dapat dicerna dalam perangkat digesti lainnya, biasanya akan mengalami
fermentasi dalam sekum, sehingga dapat dimanfaatkan oleh hewan tersebut
(Praseno, 2003). Sekum pada pemakan tumbuh-tumbuhan lebih besar dibandingkan
dengan sekum karnivora. Hal itu disebabkan karena makanan herbivora bervolume
besar dan proses pencernaannya berat, sedangkan pada karnivora volume makanan
kecil dan pencernaan berlangsung dengan cepat.

j. Usus Besar

Usus Besar terdiri dari sekum, kolon, dan rektum. Usus besar tidak
menghasilkan enzim karena kelenjar-kelenjar yang ada adalah mukosa, karenanya
tiap pencernaan yang terjadi di dalamnya adalah sisa-sisa kegiatan oleh enzim-enzim
dari usus halus dan enzim yang dihasilkan oleh jasad-jasad renik yanng banyak
terdapat pada usus besar. Didalam sekum akan terjadi pencernaan fermentatif
(Frandson, 1992). Usus besar atau intestinum krassum merupakan terdiri dari kolon,
rektum, dan kloaka. Dinding saluran ini banyak mengandung nodus limfatikus.
Fungsi saluran adalah sebagai tempat proses pembusukkan sisa digesti

37
(pembentukkan feses) dan proses reabsorpsi air dan partikel terlarut di dalamnya
(Praseno, 2003).

38
BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan


Alat alat
- Gunting
- Beaker glass
- Pipet tetes
- Gelas plastik
- Meja
- Alat pH meter
- Sendok
Bahan Percobaan
- Organ pencernaan kambing

3.2 Cara Kerja

- Siapakan alat dan bahan yang dibutuhkan untuk praktikum pengamatan organ
pencernaan kambing.

- Hamparkan lembaran plastik sebagai alas di atas meja praktik, kemudian letakan
organ pencernaan ternak kambing di atas plastik tersebut. Amati bentuk luarnya.
- Buka bagian lambung organ pencernaan kambing tersebut dengan menggunakan
gunting.
- Ambil isi rumen, retikulum, abomasum untuk mengukur pH dari masing-masing isi
organ tersebut.

- Kemudian ukur pH isi organ pencernaan tersebut dengan menggunakan pH meter.

- Selanjutnya ukur panjang setiap bagian organ pencernaan.

- Kemudian gambar keseluruhan organ pencernaan mulai dari oesophagus sampai anus
serta beri nama setiap organ dan tunjukan dengan jelas batas-batas antar organ
tersebut.

39
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Pengamatan Eksterior

No Bagian lambung Ciri-ciri


- Ukuran relatif paling besar diantara yang lain
1. Rumen
- Pada bagian ventral terdapat banyak lekukan-lekukan
- Pada bagian dorsal lekukan tidak terlalu banyak

- Ukuran relatif lebih besar dibanding omasum, namun lebih


2. Retikulum
kecil dibanding rumen
- Bertautan dengan rumen
- Ukuran lebih kecil dibanding retikulum dan abomasum
3. Omasum
- Saling bertautan dengan retikulum dan omasum
- Bentuk eksteriornya terlihat seperti buku

- Ukuran lambung memanjang dibanding lambung yang lain


4. Abomasum
- Berbentuk panjang dan memiliki tekstur yang halus

Pengamatan isi lambung

No Lambung Warna Tekstur Kandungan pH


1. Rumen Hijau Masih sedikit kasar dan Kandungan air 6,553
kekuningan terdapat tulang daun cukup banyak
yang belum tercerna
secara sempurna
2. Retikulum Hijau Lebih halus dibanding Memiliki 6,768
kekuningan rumen dan pakan belum banyak
tercerna secara sempurna kandungan air

3. Omasum Hijau pekat Halus, Pakan hampir Memiliki 6,875


tercerna sempurna sedikit
kandungan air
(terjadi absorbs
air)

40
4. Abomasum Kuning Sangat halus Memiliki 6,689
kecoklatan kandungan air
yang banyak

Pengamatan interior

No Lambung Ciri-ciri
- Warna kuning
1. Rumen
- Sebaran ukuran papillae merata
- Warna putih cream
2. Retikulum
- Disebut perut jala karena bagian dalamnya diselaputi
membran mulkosa yang mengandung intersecting ridge yang
membagi permukaan dalam tersebut menjadi permukaan
yang menyerupai jala atau seperti rumah lebah

- Warna putih cream


3. Omasum
- Variasi ukuran dan permukaan laminae beragam
- Warna putih cream
4. Abomasum
- Permukaan membran mukosanya halus, licin dan berfungsi
melindungi dinding sel tercerna oleh enzim yang dihasilkan
oleh abomasum

4.2 Pembahasan
Dari hasil praktikum mengenai pengamatan saluran pencernaan kambing dari
pengamatan eksterior rumen memiliki ukuran relatif paling besar dibandingkan bagian-
bagian lambung lainnya yaitu retikulum, omasum, dan abomasum. Retikulum memiliki
tampilan eksterior seperti rumah lebah sehingga sering disebut perut jala, sedangkan
pada omasum memiliki tampilan eksterior seperti buku sehingga sering disebut perut
buku. Pada pengamatan interior, rumen memiliki ciri-ciri berwarna kuning dan sebaran
ukuran papillae merata, retikulum memiliki ciri-ciri berwarna putih cream demikian
juga dengan omasum dan abomasum. Dari pengamatan praktikum bagian dalam rumen
mendapatkan pH pada rumen 6,553, retikulum 6,768, omasum 6,875, dan abomasum.
Dari hasil pH yang telah diperoleh dapat dinyatakan bahwa bagian- bagian lambung
tersebut memiliki pH yang normal karena mendekati netral.

41
BAB V

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dari pengamatan praktikum, pada bagian dalam lambung ternak yang diamati
didapat pH pada rumen sebesar 6,553, retikulum sebesar 6,768, omasum sebesar 6,875,
dan abomasum 6,689. Dari hasil pH yang telah diperoleh dapat dinyatakan bahwa
bagian- bagian lambung tersebut memiliki pH yang normal karena mendekati netral.

42
Daftar Pustaka

Frandson, R.D. 1992 . Anatomi dan Fisiologi Ternak Edisi IV. Gadjah Mada University,
Yogyakarta.
Soetanto. 1994 .peran Mikroba pada Ruminansia. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Tillman, A.D., H. Hartadi, S. Reksohadiprojo, S. Prawirokusumo, S.
Lebdosoekojo.1984. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.

43
LAPORAN SEMENTARA

44

Anda mungkin juga menyukai