Anda di halaman 1dari 42

STUDI KELAYAKAN BISNIS

“ PETERNAKAN RAS AYAM


MERAH PETELUR “

Disusun Oleh:

I Ketut Merta Yudana 1507105016


I Made Purnama Adhi 1507105024
Abdi Johan Marwansyah 1507105042
Komang Bayu Budiyatmika 1507105046

PROGRAM STUDI ILMU PETERNAKAN


FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga
paper Studi Kelayakan Bisnis dan Evaluasi Proyek ini dapat tersusun hingga
selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari
pihak Dosen penggajar mata kuliah Studi Kelayakan Bisnis dan Evaluasi Usaha
yang telah membantu dengan memberikan sumbangan baik materi maupun
pikirannya.

Dan harapan kami semoga paper ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi dari paper ini agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin


masih banyak kekurangan dalam paper ini, Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan paper ini.

Denpasar, 26 November 2017

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................................... 1
1.2 Tujuan................................................................................................... 2
1.3 Manfaat................................................................................................. 2
BAB II ASPEK PASAR DAN PEMASARAN
2.1. Peluang Pasar........................................................................................ 3
2.2. Perkembangan Pasar............................................................................. 6
2.3.Target Konsumen................................................................................... 6
2.4. Wilayah Pemasaran................................................................................ 6
2.5. Situasi Persaingan................................................................................ . 7
2.6. Jenis, Jumlah dan, Harga Produk.......................................................... 7
2.7.Keunggulan............................................................................................ 7
2.8. Jumlah Penjualan.................................................................................. 8
2.9. Perindustraian Produk, Promosi dan, Pembayaran............................... 8
BAB III ASPEK TEKNIS DAN TEKNOLOGIS
3.1. Deskripsi Usaha................................................................................... 9
3.2. Rencana Produksi................................................................................ 12
BAB IV ASPEK ORGANISASI DAN MANAJEMEN
3.1. Bentuk Usaha....................................................................................... 16
3.2. Struktur Organisasi.............................................................................. 16
3.3. Jumlah Tenaga Kerja............................................................................ 16
BAB V RENCANA KEUANGAN
5.1. Perkiraan Investasi............................................................................... 17
5.2. Biaya Oprasional................................................................................. 18
5.3. Sunber Pembiayaan............................................................................. 19
5.4. Perkiraan Benefit.................................................................................. 19
5.5. Proyeksi Laba, Rugi dan Arus Kas...................................................... 20
5.6. Analisis Kriteria Investasi.................................................................... 29
5.7. Pay Back Period dan Break Event Point.............................................. 34
BAB VI PENUTUP
6.1. Kesimpulan.......................................................................................... 37
6.2. Saran.................................................................................................... 37
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ayam petelur merupakan ayam yang dipelihara khusus untuk diambil


telurnya. Ayam asli Indonesia secara umum berasal dari ayam hutan dan itik liar,
yang ditangkap dan dipelihara untuk diambil telurnya. Ayam ras merupakan hasil
rekayasa genetik (persilangan/hasil pemuliaan) yang telah didomestikasikan
sebagai ayam petelur maupun ayam pedaging. Kondisi ini dilakukan berdasarkan
karakter-karakter (sifat-sifat dominan) dari ayam-ayam yang sudah ada di dunia
termasuk Indonesia. Perbaikan-perbaikan genetik terus diupayakan agar mencapai
performance yang optimal, sehingga dapat memproduksi telur dalam jumlah yang
banyak.
Di Indonesia produksi telur terus mengalami peningkatan dan pada tahun
2015 produksi telur domestik mencapai 1,82 juta ton meningkat 3,6 persen dari
tahun sebelumnya yaitu 1,75 ton. Akan tetapi hal tersebut masih belum bisa
memasok kebutuhan telur di Indonesia yang setiap tahun mengalami peningkatan
dan karena itu peluang peternakan telur ayam lokal masih sangat dibutuhksn
sekali untuk dapat menekan impor telur diluar negeri, Oleh karena itu hal ini
mendorong segenap golongan baik dari pemerintah, akademisi ataupun
masyarakat untuk dapat mengelolah dan mengembangkan peternakan telur di
Indonesia. Dan oleh sebab itu perlu dilakukannya Evaluasi Kelayakan Proyek
suatu usaha untuk dapat mengetahui seberapa jauh perkembangan suatu usaha dan
menilai usaha tersebut layak atau tidak untuk dijalankan.
Untuk memenuhi suatu tugas matakuliah Studi Kelayakan Bisnis dan
Evaluasi Proyek, maka kami disini melakukan evaluasi kelayakan usaha milik
bapak Ratna yang terletak di Desa. Babahan kawan, Kec. Penebel, Kab. Tabanan.
Peternakan milik bapak Ratna ini berdiri pada tahun 1998 dan usaha peternakan
milik bapak Ratna adalah usaha perseorangan yaitu dengan cara mengeluarkan
dana modal dari uang sendiri/pribadi yang dimana resiko dan tanggung jawab
akan ditanggung langsung oleh pemilik Usaha peternakan tersebut masih
menggunakan sistem tradisional dan hanya mempunyai 1 kandang di lahan seluas
4 are dan dengan jumlah 2.200 ekor/kandang.
Sistem pemasaran usaha ternak petelur tersebut masih menggunakan sistem
yang sederhana yaitu dengan cara mengirim produk ke tempat-tempat distribusi
yang berlangganan. Oleh karena itu , dibalik sistem sederhana atau tradisional
yang dilakukan oleh bapak Ratna untuk mengelolah usahanya perlu dilakukan
suatu evaluasi proyek untuk dapat mengetahui usaha tersebut layak diteruskan
atau tidak.

1.2. Tujuan

Tujuan dari penulisan ini adalah menganalisa usaha ternak petelur dengan
meneliti dalam sudut pandang pemasaran dan mengetahui penilaian metode Gross
B/C, Net B/C, BEP, PBP, NPV, IRR, PI.

1.3. Manfaat
Mengetahui analisa usaha ternak petelur dari dalam sudut pandang pemasaran
serta mengetahui penilaian metode Gross B/C, Net B/C, BEP, PBP, NPV, IRR, PI.
BAB II
ASPEK PASAR DAN PEMASARAN

2.1. Peluang Pasar (Permintaan Dan Penawaran)


a) Permintaan
 Permintaan Atas persentase penjualan

Pemasaran telur ayam merah di bali sangat menjanjikan, dikarenakan


permintaan yang sangat banyak sebagai konsumsi dan juga sebagai bahan upakara
yang stiap upacara keagamaan umat Hindu di Bali pasti menggunakan telur ayam
merah. Sehingga permintaan akan telur ayam merah akan meningkat terus selama
hari raya.

untuk persentase penjualan kapita di Indonesia dapat dilihat dari table berikut ini :

Tabel 1. Persentase penjualan telur pada beberapa lembaga pemasaran dari peternak
ayam ras petelur di Indonesia (Jawa Barat, Bali dan Sulawesi Selatan)

Lembaga Jawa Barat Bali Sulawesi Selatan Rata-


pemasaran rata
Pedagang 67,36 82,73 73,39 74,49
pengumpul
Pasar tradisional 7,02 7,75 10,00 8,26
Poultry shop - 0,45 5,83 2,09
Konsumen 4,23 3,38 10,78 6,13
Lainnya 21,39 5,15 - 8,85
Total 100,00 100,00 100,00

Tabel. 1 menunjukkan persentase penjualan tertinggi dari peternak ke


pedagang pengumpul dijumpai pada peternak di Bali yaitu 82,73%. Hal ini
menunjukkan bahwa pedagang pengumpul mempunyai peranan yang sangat
penting dalam proses penjualan telur dari peternak sebelum sampai ke tangan
konsumen. Biasanya para pedagang pengumpul mendatangi para peternak untuk
membeli telur ayam ras dalam jumlah besar, setelah itu mereka akan menyalurkan
ke beberapa pedagang perantara lainnya sebelum sampai ke konsumen. Fungsi
yang dilakukan oleh pedagang pengumpul dalam hal ini adalah fungsi pembelian,
fungsi penjualan, fungsi penyimpanan dan fungsi pengangkutan. Hal ini sesuai
pendapat Kamaludin (2008), yang mengatakan bahwa pedagang pengumpul
adalah lembaga pemasaran yang menjual komoditi yang dibeli dari peternak.

 Permintaan Atas Dasar Jumlah Konsumsi Nyata


Tabel. 2 Produksi Telur Ayam Ras Petelur Menurut Provinsi 2013-2017

Pada tabel. 2 di atas merupakan produksi telur dari tahun 2013-2017 seluruh
Provinsi di Indonesia. Produksi telur dari tahun 2013-2017 di Bali meningkat 0,89
% tiap tahunnya. Jumlah produksi telur terbanyak di provinsi Bali jatuh di tahun
2017 dengan hasil produksi 49.440 butir, dengan hasil produksi yang meningkat
dirasa cukup untuk memenuhi permintan konsumen di provinsi Bali.

Tabel 3 Produksi Telur Unggas ayam ras di daerah provinsi Bali

Produksi Telur Unggas (Ton)


Kabupaten/Kota Telur Ayam Ras
2011 2012 2013 2014 2015
Kab. Jembrana 138.60 138.60 147 151.20 302.40
Kab. Tabanan 18 958.38 18 945.36 15 963.82 14 887.53 15 770.93
Kab. Badung 1 049.16 583.80 634.20 793.80 819
Kab. Gianyar 235.41 233.02 233.02 233.02 490.06
Kab. Klungkung 0 0 0 41.16 42
Kab. Bangli 7 322.78 7 399.01 11 033.40 11 916.24 14 534.52
Kab. Karangasem 8 647.80 8 537.52 8 419 8 419 8 838.41
Kab. Buleleng 241.11 127.04 159.57 159.70 189.45
Kota Denpasar 12.60 12.60 0 0 0
Provinsi Bali 36 605.84 35 976.95 36 590.01 36 601.65 40 986.77

Pada tabel 3 menunjukan tingkat produksi telur ayam ras di daerah Bali
pada tahun 2011-2015. Pada tabel tersebut menunjukan daerah Kab. Tabanan dari
tahun 2011-2015 sangat tinggi ketimbang dari Kabupaten yang lain di provinsi
Bali. Produksi telur di Bali paling tinggi yaitu pada tahun 2015, dengan besar
produksi 40.986.77.

b) Penawaran

Penawaran di dapat dari semakin banyaknya permintaan dari konsumsi telur


semakin banyak pula produksi yang dihasilkan oleh peternak. Perkiraan
permintaan dapat dilakukan dengan melakukan korelasi antara konsumsi suatu
barang dengan penggunaan barang lain, seperti konsumsi telur ras dengan jumlah
permintaan penduduk pada konsumsi telur. Berdasarkan pada hubungan korelasi
dan koefisien determinasi antara variable tersebut, kita dapat memperkirakan
jumlah konsumsi nyata dari produksi yang akan direncanakan dan berdasarkan
pada hasil perkiraan ini akan dapat ditentukannya ada atau tidak peluang usaha
yang dapat dimanfaatkan.
2.2. Perkembangan Pasar (Trend Perkembangan Permintaan dan
Penawaran)

Permintaan menurun jika situasi harga pasar eceran ternyata lebih rendah
daripada harga per unit produksi terjadi secara berkepanjangan, dan pada
gilirannya terdapat adanya kecenderungan bahwa situasi yang berlarut-larut
tersebut dapat merupakan salah satu faktor penyebab yang mengarah kepada
kegagalan proyek, maka menjadi kewajiban pengusaha yang besar untuk
kemudian mengambil alih seluruh proyek yang gagal tersebut (buy-back system).
Dengan operasi pasar dan posisi sebagai pembeli tunggal dan adanya tanggung
jawab usaha besar untuk menangani proyek sampai dengan kondisi yang paling
berat sekalipun, merupakan jaminan kesinambungan pasar ayam petelur yang
dihasilkan peternak kecil, maupun kesinambungan pengamanan proyeknya.

2.3. Target Konsumen

Hasil produksi berupa telur di jual kepada tengkulak dan akan di pasarkan ke
pasar tradisional ada di daerah Tabanan. Selain itu konsumen dapat membeli
langsung ke lokasi peternakan ayam merah petelur.

2.4. Wilayah Pemasaran

Pemasaran yang lancar juga mempengaruhi kelayakan dalam usaha. Tanpa


adanya jalur pemasaran yang jelas maka proses penjualan menjadi terhambat dan
dapat mengancam pengusaha kecil maupun pengusaha besar. Jalur pemasaran
yang ada di peternakan ayam merah petelur ini yaitu :. Pada jalur pemasaran
melalui pengepul dahulu, pengecer baru konsumen. Pak Ratna tidak pernah
mengirim langsung hasil produksinya ke pasar ataupun ke pelanggan. Hanya
tengkulak yang datang langsung ke peternakannya.

2.5. Situasi Persaingan

Pak Ratna mendirikan usaha peternakan terletak di daerah dataran tinggi yang
dimana merupakan suhu dingin yang cocok untuk pemeliharaan ayam petelur. Jadi
sangat banyak persaingan yang dikarenakan lingkungan sangat mendukung,
pemeliharaannya yang terbilang cukup mudah serta hasil dari penjualan yang
menjanjikan. Namun sekarang persaingannya sudah agak surut dikarenakan
banyak peternak yang menutup usahanya karena harga telur anjlok dan pindah
usaha lain.

2.6. Jenis, Jumlah, dan Harga Produk

1. Jenis Ternak
Jenis yang dipelihara adalah Ayam merah Ras, Tipe Petelur
2. Jumlah
Jumlah keseluruhan ternak yang dipelihara sebanyak 2.200 ekor (tanpa
adanya mortalitas)
3. Harga
Produk yang dihasilkan berupa telur ayam merah dijual per butirnya
seharga Rp. 1.100/butir. Lalu produk sampingan yang berupa ayam afkir
dijual dengan harga Rp. 36.000/ekor dan pupuk yang dijual seharga Rp.
200.000/ truk.

2.7. Keunggulan/Keunikan Produk

Keunggulan usaha peternakan ayam merah petelur milik bapak Ratna ini
adalah masa produksi telur yang cukup lama sekitar 19 bulan lamanya, sehingga
hasil produksi yang didapat maksimal. Selain hasil produksi telur, usaha
peternakan ayam merah petelur bapak Ratna juga menghasilkan produksi
sampingan yaitu kotoran yang dijual untuk pupuk serta hasil ayam yang dijual
pada masa afkir produksi telur. Dikarenakan pemeliharaan ayam petelur merah
cukup lama sehingga membuat tubuh/karkas ayam merah lebih besar dari ayam
broiler, dan hal ini membuat banyak pemilik warung olahan menggunakan ayam
merah petelur untuk bahan olahan mereka.

2.8 Jumlah Penjualan

Jumlah penjualan telur tiap hari 1650 butir, Pak Ratna menjualnya kepada
tengkulak yang datang untuk membeli hasil produksi telur ayam merahnya. Untuk
penjualan ayam merah dilakukan pada masa afkhir pemeliharaan dengan jumlah
2.156 bila terjadi mortalitas dan bila tidak ada angka mortalitas pak Ratna dapat
menjual 2.200 ayam merahnya. Penjualan pupuk pak Ratna tidak menjualnya per
karung namun dengan 1 truk.

2.9. Pendistribusian Produk, Promosi, Sistem Pembayaran


Untuk penjualan produk milik pak Ratna melakukanya melalui via pesan
singkat dan telephone, karena usaha ternak ayam petelur ini sudah berdiri sejak
lama, maka pak Ratna tidak pernah untuk melakukan promosi ke pasar dan
warung. Jadi memang sudah ada langganan yang membeli hasil produksinya.
Untuk pendistribusian, bapak Ratna tidak pernah mengirim hasil produksinya
secara langsung, namun sudah ada tengkulak yang datang langsung untuk
membeli dan mengangkut hasil produksinya. Untuk sistem pembayaran bapak
Ratna melakukannya dengan cara langsung tunai.
BAB III

ASPEK TEKNIS DAN TEKNOLOGIS

3.1. Deskripsi Usaha

Usaha peternakan ayam ras merah petelur merupakan suatu bisnis yang
sedang dijalankan oleh bapak Ratna sejak tahun 1998 sampai sekarang. Bisnis ini
dilakukan guna untuk menghasilkan telur dan daging, dapat menghasilkan laba
yang cukup menarik serta besar dari hasil produksi telur dan hasil panennya.

1. Bidang usaha

Usaha yang didirikan merupakan bisnis yang bergerak di bidang usaha


peternakan ayam petelur, karena usaha ini merupakan salah satu usaha untuk
menghasilkan produksi telur serta hasil yang lain seperti daging, serta hasil
sampingan yang dapat menghasilkan laba yang cukup besar, usaha peternakan
ayam merah petelur mempunyai sifat yang strategi untuk berwirausaha yang
mapan dan membantu kelancaran arus pemuas kebutuhan konsumen
(masyarakat) dan kebutuhan penjual akan telur unggas, dimana setiap
kebutuhan dapat terpenuhi.

2. Jenis Produk (Barang/Jasa)


Jenis telur unggas yang dipasarkan pada usaha peternakan ini adalah jenis
ayam ras merah. Peternakan ini akan menghasilkan daging telur yang
berkualitas dan harganya terjangkau bagi masyarakat yang akan
mengkonsumsinya/ mrnggunakannya sebagai prasarana persembahyangan
bagi umat Hindu di Bali. Adapun produk yang akan dihasilkan adalah telur
ayam merah dan hasil sampingannya juga.

3. Kegunaan, Keunggulan, Keunikan


Kegunaan dari peternakan ini untuk menghasilkan telur dan dapat
menghasilkan laba yang cukup besar. Keunggulan dari pada peternakan ini
adalah selama pemeliharaan 19 bulan dari 2.200 ekor, hanya mati 1 atau 2 saja
selama pemeliharaan. Pernah juga ternak ayam milik Bapak Ratna ini tidak
terjadi mortalitas sama sekali. Keunikannya dalam sekali pemeliharaan ternak
ayam petelur dapat menjual lebih dari satu jenis produksi yaitu paling utama
adalah telur, daging, dan hasil sampingannya juga, jadi laba yang didapat
maksimal atau lebih daripada peternakan ayam pedaging saja.

4. Lokasi Usaha
Lokasi usaha milik bapak wayan sangat efesien untuk usaha yang
dijalankan karena :
a. Untuk lokasi usaha milik pak Ratna berada didataran tinggi yaitu tepatnya
berada di Desa. Babahan kawan, Kec. Penebel, Kab. Tabanan ini sudah
cocok bagi pemeliharaan ayam petelur ini dikarenakan suhu yang cukup
sejuk sehingga pemeliharan lebih optimal.
b. Ruang gerak untuk beraktivitas dan pemeliharaan memadai. Artinya suatu
ruangan didesain sedemikian rupa, sehingga tidak terkesan
sumpek/sempit.
c. Pemakaian ruangan sesuai dan efisien. Artinya pemakaian ruangan harus
dilakukan secara optimal, jangan sampai ada ruangan yang tak terpakai.
d. Aliran material menjadi lancar. Artinya jika layout dibuat secara benar,
maka produksi menjadi tepat waktu dan tepat sasaran.

5. Waktu (Satu Siklus Usaha, dan Jangka Waktu Penilaian/Umur Usaha)

Siklus pemeliharaan :
 Ayam yang sudah siap bertelur ( umur 19 minggu ) harga per ekor Rp
25.000,-
 Lama pemeliharaan selama 19 bulan.
Proses pengembangan usaha ini mengacu pada hasil evaluasi usaha
sebelumnya. Jika evaluasi menunjukkan hasil yang positif, dalam arti produk
yang dihasilkan laku dalam jumlah yang cukup banyak dipasaran dan
menghasilkan laba yang lebih, maka produksi akan dilanjutkan. Jika hasil
evaluasi nunjukkan hasil yang negatif maka perlu dicari akar permasalahannya
sehingga masalah yang dialami lebih dini dapat ditanggulangi.

6. Dampak Usaha Terhadap Lingkungan (Ekonomi, Sosial, dan Budaya)


Aspek lingkungan merupakan aspek yang mempelajari bagaimana
pengaruh bisnis tersebut terhadap lingkungan, apakah dengan adanya bisnis
menciptakan lingkungan semakin baik atau semakin rusak. Pertimbangan
tentang sistem alami dan kualitas lingkungan dalam analisis suatu bisnis justru
akan menunjang kelangsungan suatu bisnis itu sendiri, sebab tidak ada bisnis
yang akan bertahan lama apabila tidak bersahabat dengan lingkungan. Pada
usaha ini, limbah yang dihasilkan adalah kotoran unggas itu sendiri yang dapat
menyebabkan pencemaran pada lingkungan yaitu bau yang menyengat
sehingga akan mencemari udara di sekitarnya. Akan tetapi limbah ini dapat
dimanfaatkan yaitu dijadikan pupuk untuk tanaman sehingga semua sisa-sisa
periode pemeliharaan dapat dimanfaatkan dengan baik tanpa harus
membuangnya. Kotoran unggas yang ada di kandang dibersihkan setiap hari,
kemudian dikemas dengan memasukkannya ke dalam karung dan disimpan di
bedeng terbuka. Pupuk ternak tersebut dapat diberikan secara cuma-cuma
kepada warga sekitar yang mayoritas adalah seorang petani, untuk memupuk
tanaman mereka atau bisa juga dijual. Namun pak Ratna lebih sering
menjualnya kepada seseorang dari pabrik pembuat pupuk tanaman hias
ketimbang menjualnya kepada tetangga masyarakat sekitar dikarenakan para
petani sudah memakai pupuk kimiawi untuk memupuk tanamnya taninya.

Aspek ekonomi adalah untuk melihat seberapa besar pengaruh yang


ditimbulkan jika proyek tersebut dijalankan. Pengaruh tersebut terutama
terhadap ekonomi secara luas serta dampak sosialnya terhadap masyarakat
secara keseluruhan. Dampak ekonomi meliputi: masyarakat yang di luar usaha
dan Peningkatan pendapatan masyarakat.

Aspek sosial yang ditimbulkan oleh usaha ini yaitu, pada hari raya
biasanya pak Ratna memberikan beberapa hasil panennya kepada kerabat dan
juga tetangga sekitar.

Perubahan dalam teknologi atau peralatan teknis dalam usaha dapat secara
budaya mengubah jenis pekerjaan yang dilakukan oleh masyarakat. Namun
untuk usaha ternak petelur yang diajalankan pak Ratna ini adalah usaha kecil
tradisioanl dan tidak memerlukan tenaga kerja tambahan. Perawatan,
pemberian pakan dan pembersihan kandang dilakukan oleh pemilik usaha
sendiri secara tradisional.

7. Risiko Bisnis

Pada kegiatan budidaya tidak dipungkiri terjadinya berbagai persoalan


yang menjadi hambatan dan tantangan, kendala yang sering terjadi dalam
usaha peternakan ini adalah kendala di permodalan dan manajemen
pengendalian penyakit.

3.2. Rencana Produksi

Perencanaan sistem produksi meliputi perencanaan produk telur ayam,


perencanaan lokasi peternakan ayam petelur, perencanaan standar mutu produk,
dan perizinan.

1. Bahan Baku

Bahan baku dan bahan penolong serta sumber daya yang diperlukan harus
cukup tersedia. Persediaan tersebut harus sesuai dengan volume produksi.
Peternakan ayam ras merah petelur dapat menghasilkan produk-produk seperti
telur dan daging ternak itu sendiri, dan hasil sampingan.

2. Alat/Teknologi

Penyiapan sarana dan peralatan

a. Perkandangan

Kandang milik bapak Ratna meupakan kandang semi permanent. Alas


gudang pakan dan telur terbuat dari semen, atap terbuat dari asbes,
dan dinding kandang terbuat dari bambu.

b. Tempat makan dan minum : menggunakan bambu yang sudah terbelah


jadi 2 bagian dan tempat minum menggunakan pipa air yang sudah
dibelah 2 juga.

c. Terai : sebagai tempat menaruh telur yang berbahan plastik.


d. Ember : sebagai wadah pengangkut pakan dan menyebarkanya
kesetiap tempat pakan.

e. Sekop & cangkul: digunakan untuk menggeruk kotoran ayam.

3. Proses Produksi

Produksi adalah suatu usaha besar hubungan diantara faktor-faktor


produksi dan tingkat produksi yang diciptakannya. Dalam teori ekonomi,
untuk menganalisis mengenai produksi, selalu dimisalkan bahwa tiga faktor
produksi (tanah, modal dan keahlian keusahawan) adalah tetap jumlahnya.
Yang dimaksud dengan faktor produksi adalah semua korbanan yang
diberikan pada tanaman agar tanaman tersebut mampu tumbuh dan
menghasilkan dengan baik (Soekartawi, 1997).

Iswardono (2004) menuliskan bahwa teori produksi sebagaimana teori


perilaku konsumen merupakan teori pemilihan atas berbagai alternatif yang
tersedia. Dalam hal ini adalah keputusan yang diambil seorang produsen untuk
menentukan pilihan atas alternatif tersebut. Produsen mencoba
memaksimalkan produksi yang bisa dicapai dengan suatu kendala ongkos
tertentu agar dapat dihasilkan keuntungan yang maksimum

Proses produksi terbagi menjadi beberapa tahap dan perlakuan yang


berbeda tergantung pada ternak unggas dan hasil produksi ternak unggas.

4. Kapasitas Produksi

Kapasitas produksi pada usaha peternakan ayam merah petelur ini


berjumlah maksimum 2.200 ekor dalam satu kandang. Kapasitas produksi
telur ternak per hari 1.650 butir dengan ditentukan berdasaran kapasitas
sumber daya yang dimiiki antara lain kapasitas bahan pakan dan kapasitas
modal.

5. Koefisien Teknis Produksi

Koefisien teknis yang berhubungan dengan produksi yaitu pada produksi


telur per hari dan produksi pendapatan tambahan yang dapat meningkatkan
pendapatan pemilik usaha apabila hasil produksi dan hasil sampingan dijual.
6. Input Fisik

Segala sesuatu yang masuk kedalam system dan selanjutnya menjadi


bahan yang diproses. Masukan dapat berupa hal-hal yang berwujud (tampak
secara fisik) masupun yang tidak tampak. Seperti masukan yang berwujud
adalah bahan mentah, sedangkan yang tidak berwujud adalah informasi
(misalnya permintaan jasa pelanggan).

No Input Fisik Keterangan


1 Telur 1.650butir/hari
2 Pakan Dedak, Jagung,
Konsentrat, Feed
additive
3 Vaksin, Vitamin 3 bulan sekali vaksin
AI Rp 400.000 +
vaksin EDS Rp
350.000
4 Bangunan dan Bangunan : 1
Kandang baterai : 6
kandang baterai
5 Peralatan kandang Terai, sekop, cangkul,
bokor, ember

7. Proyeksi Produksi Telur Selama Umur Proyek

Tahun Lama produksi Jumlah produksi telur


telur / tahun / tahun
1 12 594,000 butir
2 11 544,500 butir
3 12 594.000 butir
4 11 544.500 butir
5 11 544.500 butir
6 12 594.000 butir
7 11 544.500 butir
8 12 594.000 butir
9 11 544.500 butir
10 11 544.500 butir
11 12 594.000 butir
12 11 544.500 butir
13 12 594.000 butir
14 11 544.500 butir
15 11 544.500 butir
BAB IV

ASPEK ORGANISASI DAN MANAJEMEN

4.1. Bentuk Usaha

Bentuk usaha yang dijalankan oleh bapak Ratna merupakan bisnis usaha
perseorangan dimana kepemilikannya dipegang oleh satu orang yaitu pemilik
usaha itu sendiri. Pemilik usaha mempunyai tanggung jawab penuh atas harta
usaha yang dijalankannya. Artinya apabila bisnis mengalami kerugian pemiliklah
yang harus menanggung seluruh kerugiannya.

4.2. Cara Pengelolaan

Usaha peternakan ayam milik bapak Ratna ini masih menggunakan sistem
pengelolaan tradisional, yaitu dengan cara mengelola segala sesuatu proses
dengan cara manual sehingga diharapkan untuk kedepannya akan menggunakan
cara yang lebih modern supaya tercapainya efisiensi waktu dan tenaga.

4.3. Struktur Organisasi

Struktur organisasi adalah suatu susunan komponen-komponen atau unit-


unit kerja dalam sebuah organisasi. Hal ini menunjukkan dengan adanya
pembagian kerja dan bagaimana fungsi atau kegiatan-kegiatan berbeda yang
dikoordinasikan. Dengan pengertian diatas dapat dikatakan bahwa bisnis ini tidak
menggunakan struktur organisasi.

4.4. Jumlah Tenaga Kerja

Pada usaha peternakan ayam petelur milik bapak Ratna ini tidak
menggunakan tenaga kerja, dimana segala sesuatu di kerjakan seorang diri.
BAB V

RENCANA KEUANGAN

5.1. Perkiraan Investasi

Harga /
Investasi Nilai Penyusutan
No Uraian Satuan Jumlah
(Rp) Ekonomis / Tahun
(Rp)
1 Tanah 250.000 / m2 400 m2 100.000.000 - -
Bangunan
2 9.100.000 1 9.100.000 15 606.667
Kandang
Kandang
3 1.650.000 6 9.900.000 15 660.000
Baterai
4 Terai 2.500 150 375.000 5 75.000
5 Sekop 50.000 1 50.000 5 10.000
6 Cangkul 75.000 1 75.000 5 15.000
7 Bokor 15.000 2 30.000 5 6.000
8 Ember 25.000 2 50.000 5 10.000
Instalasi 2.000.000 /
9 1 2.000.000 15 133.333
Listrik Unit
Instalasi 1.000.000 /
10 1 1.000.000 15 66.666
Air Unit
Total 122.580.000 1.582.666

5.2. Biaya Operasional

1. Biaya Produksi
a. Variable Cost
Total Harga
No Uraian Harga (Rp) Jumlah Keterangan
(Rp)
2.200 / 55.000.000
Ayam petelur 25.000 /
1 periode / / periode / -
umur 19 minggu ekor
19 bulan 19 bulan
Dedak,
Jagung,
32.500.000 390.000.000
2 Pakan - Konsentrat,
/ bulan / tahun
Feed
additive
Vaksin AI
750.000 / 3 3.000.000 /
3 Vaksin - + Vaksin
bulan tahun
EDS
Vitamin dan obat 26.000 / 3 416.000 /
4 - -
– obatan minggu tahun
Total 448.416.000

b. Fixed Cost

Total Harga
No Uraian Harga (Rp) Jumlah Keterangan
(Rp)
70.000 / 840.000 /
1 Biaya listrik - PLN
bulan tahun
35.000 / 420.000 /
2 Biaya air - Swadaya
bulan tahun
-
150.000 / 1.800.000 /
3 Biaya telpon -
bulan tahun

Biaya perawatan 1.200.000 / 400.000 /


4 - -
kandang 3 tahun tahun
Total 3.460.000 -

2. Biaya Penyusutan

Nilai Penyusutan /
No Uraian
Ekonomis Tahun
1 Bangunan Kandang 15 606.667
2 Kandang Baterai 15 660.000
Tempat Telur Plastik
3 5 75.000
(Terai)
4 Sekop 5 10.000
5 Cangkul 5 15.000
6 Bokor 5 6.000
7 Ember 5 10.000
8 Instalasi Listrik 15 133.333
9 Instalasi Air 15 66.666
Total 1.582.666

5.3. Sumber Pembiayaan

Usaha peternakan ini menggunakan sumber biaya dari modal pribadi dari
pemilik usaha sendiri.

5.4. Perkiraan Benefit (Pendapatan)

1. Penjualan Produk

Pendapatan dari penjualan produksi telur sebanyak 1650 butir / hari


dengan harga Rp 1.100,- per butir.

Total penjualan per bulan = 1.650 x 1.100 x 30

= Rp 54.450.000,-

Total penjualan per tahun = 54.450.000 x 12

= Rp 653.400.000,-

2. Hasil Sampingan
Hasil sampingan dari usaha peternakan ayam broiler ini adalah :
a. Penjualan ayam afkir setiap akhir periode / 19 bulan seharga Rp
36.000,- per ekor. Dengan jumlah ayam per periode 2.200 ekor dan
mortalitas 2 %, total pendapatan dari penjualan ayam afkir adalaah :
2.156 x 36.000 = Rp 77.616.000,- per akhir periode.
a. Penjualan kotoran ayam dalam satu truk seharga Rp 200.000,- per
bulan. Total penjualan kotoran ayam = 200.000 x 12 = Rp 2.400.000,-
per tahun.

5.5. Proyeksi Laba Rugi dan Arus Kas


1. Proyeksi Laba Rugi

Tahun 1 2 3 4 5
A Penerimaan
Penjualan
653.400.000 598.950.000 653.400.000 598.950.000 598.950.000
Telur (Rp)
Penjualan
Ayam Afkir - 77.616.000 - 77.616.000 77.616.000
(Rp)
Pejualan
Kotoran 2.400.000 2.200.000 2.400.000 2.200.000 2.200.000
Ayam (Rp)
Total (Rp) 655.800.000 678.766.000 655.800.000 678.766.000 678.766.000

B Pengeluaran
Biaya
Variabel 448.416.000 415.916.000 393.416.000 415.916.000 360.916.000
(Rp)
Biaya Tetap
3.460.000 3.460.000 3.460.000 3.460.000 3.460.000
(Rp)
Biaya
Penyusutan 1.582.666 1.582.666 1.582.666 1.582.666 1.582.666
(Rp)
Total (Rp) 453.458.666 420.958.666 398.458.666 420.958.666 365.958.666

C Laba (Rp) 202.341.334 257.807.334 257.341.334 257.807.334 312.807.334


Profit of
H 30,85 % 37,98 % 39,24 % 37,98 % 46,08 %
sales

Tahun 6 7 8 9 10
A Penerimaan
Penjualan
653.400.000 598.950.000 653.400.000 598.950.000 598.950.000
Telur (Rp)
Penjualan
Ayam Afkir - 77.616.000 - 77.616.000 77.616.000
(Rp)
Pejualan
Kotoran 2.400.000 2.200.000 2.400.000 2.200.000 2.200.000
Ayam (Rp)
Total (Rp) 655.800.000 678.766.000 655.800.000 678.766.000 678.766.000

B Pengeluaran
Biaya
Variabel 448.416.000 415.916.000 393.416.000 415.916.000 360.916.000
(Rp)
Biaya Tetap
3.460.000 3.460.000 3.460.000 3.460.000 3.460.000
(Rp)
Biaya
Penyusutan 1.582.666 1.582.666 1.582.666 1.582.666 1.582.666
(Rp)
Total (Rp) 453.458.666 420.958.666 398.458.666 420.958.666 365.958.666

C Laba (Rp) 202.341.334 257.807.334 257.341.334 257.807.334 312.807.334


Profit of
H 30,85 % 37,98 % 39,24 % 37,98 % 46,08 %
sales
Tahun 11 12 13 14 15
A Penerimaan
Penjualan
653.400.000 598.950.000 653.400.000 598.950.000 598.950.000
Telur (Rp)
Penjualan
Ayam Afkir
- 77.616.000 - 77.616.000 77.616.000
(Rp)

Pejualan
Kotoran 2.400.000 2.200.000 2.400.000 2.200.000 2.200.000
Ayam (Rp)
Total (Rp) 655.800.000 678.766.000 655.800.000 678.766.000 678.766.000

B Pengeluaran
Biaya
Variabel 448.416.000 415.916.000 393.416.000 415.916.000 360.916.000
(Rp)
Biaya Tetap
3.460.000 3.460.000 3.460.000 3.460.000 3.460.000
(Rp)
Biaya
Penyusutan 1.582.666 1.582.666 1.582.666 1.582.666 1.582.666
(Rp)
Total (Rp) 453.458.666 420.958.666 398.458.666 420.958.666 365.958.666

C Laba (Rp) 202.341.334 257.807.334 257.341.334 257.807.334 312.807.334


Profit of
H 30,85 % 37,98 % 39,24 % 37,98 % 46,08 %
sales
2. Proyeksi Arus Kas

Tahun
No Uraian
0 1 2 3 4 5
A Cash Inflow
1.Penjualan
0 653.400.000 598.950.000 653.400.000 598.950.000 598.950.000
Telur (Rp)
2.Penjualan
Ayam Afkir 0 0 77.616.000 0 77.616.000 77.616.000
(Rp)
3.Penjualan
Kotoran 0 2.400.000 2.200.000 2.400.000 2.200.000 2.200.000
Ayam (Rp)
4. Modal
Sendiri
122.580.000 0 0 0 0 0
(Investasi)
(Rp)
5.Penyusutan
0 1.582.666 1.582.666 1.582.666 1.582.665 1.582.666
(Rp)
Total Cash
B 122.580.000 657.382.666 680.348.666 657.382.666 680.348.666 680.348.666
Inflow
Benefit
0 655.800.000 678.766.000 655.800.000 678.766.000 678.766.000
(1+2+3)

Cash
D
Outflow
1. Biaya
Investasi 122.580.000 - - - - -
(Rp)
2. Biaya
Variabel 0 448.416.000 415.916.000 393.416.000 415.916.000 360.916.000
(Rp)
3. Biaya
0 3.460.000 3.460.000 3.460.000 3.460.000 3.460.000
Tetap (Rp)
4. Biaya
Penyusutan 0 1.582.666 1.582.666 1.582.666 1.582.666 1.582.666
(Rp)
5.Reinvestasi
0 0 0 0 0 0
(Rp)
Total Cash
E 122.580.000 453.458.666 421.003.666 398.458.666 421.003.666 365.958.666
Out Flow
Total Cost
122.580.000 451.876.000 419.421.000 396.876.000 419.421.000 364.376.000
(1+2+3+5)

Net Cash
G Out Flow 0 203.924.000 259.345.000 258.924.000 259.390.000 314.390.000
(B-E)

Tahun
No Uraian
6 7 8 9 10

A Cash Inflow

1.Penjualan Telur
653.400.000 598.950.000 653.400.000 598.950.000 598.950.000
(Rp)
2.Penjualan
0 77.616.000 0 77.616.000 77.616.000
Ayam Afkir (Rp)
3.Penjualan
Kotoran Ayam 2.400.000 2.200.000 2.400.000 2.200.000 2.200.000
(Rp)
4.Modal Sendiri
0 0 0 0 0
(Investasi) (Rp)
5. Penyusutan
1.582.666 1.582.666 1.582.666 1.582.665 1.582.666
(Rp)
Total Cash In
B 657.382.666 680.348.666 657.382.666 680.348.666 680.348.666
Flow
Benefit (1+2+3) 655.800.000 678.766.000 655.800.000 678.766.000 678.766.000

D Cash Outflow
1. Biaya
- - - - -
Investasi (Rp)
2. Biaya Variabel
448.416.000 415.916.000 393.416.000 415.916.000 360.916.000
(Rp)
3.Biaya Tetap
3.460.000 3.460.000 3.460.000 3.460.000 3.460.000
(Rp)
4. Biaya
1.582.666 1.582.666 1.582.666 1.582.666 1.582.666
Penyusutan (Rp)
5. Reinvestasi
580.000 0 0 0 0
(Rp)
Total Cash Out
E 454.038.666 421.003.666 398.458.666 421.003.666 365.958.666
Flow
Total Cost
452.456.000 419.421.000 396.876.000 419.421.000 364.376.000
(1+2+3+5)

Net Cash Out


G 203.344.000 259.345.000 258.924.000 259.390.000 314.390.000
Flow (B-E)
Tahun
No Uraian
11 12 13 14 15
A Cash Inflow
1.Penjualan Telur
653.400.000 598.950.000 653.400.000 598.950.000 598.950.000
(Rp)
2.Penjualan
0 77.616.000 0 77.616.000 77.616.000
Ayam Afkir (Rp)
3.Penjualan
Kotoran Ayam 2.400.000 2.200.000 2.400.000 2.200.000 2.200.000
(Rp)
4.Modal Sendiri
0 0 0 0 0
(Investasi) (Rp)
5. Penyusutan
1.582.666 1.582.666 1.582.666 1.582.665 1.582.666
(Rp)
Total Cash In
B 657.382.666 680.348.666 657.382.666 680.348.666 680.348.666
Flow
Benefit (1+2+3) 655.800.000 678.766.000 655.800.000 678.766.000 678.766.000

D Cash Outflow
1. Biaya
- - - - -
Investasi (Rp)
2. Biaya Variabel
448.416.000 415.916.000 393.416.000 415.916.000 360.916.000
(Rp)
3.Biaya Tetap
3.460.000 3.460.000 3.460.000 3.460.000 3.460.000
(Rp)
4. Biaya
1.582.666 1.582.666 1.582.666 1.582.666 1.582.666
Penyusutan (Rp)
5. Reinvestasi
580.000 0 0 0 0
(Rp)
E Total Cash Out 454.038.666 421.003.666 398.458.666 421.003.666 365.958.666
Flow
Total Cost
452.456.000 419.421.000 396.876.000 419.421.000 364.376.000
(1+2+3+5)

Net Cash Out


G 203.344.000 259.345.000 258.924.000 259.390.000 314.390.000
Flow (B-E)

5.6. Analisis Kriteria Investasi

Persiapan Perhitungan Net Present Value

Investasi Biaya Operasi Total Cost Net Benefit D.F. Present Value
Th Benefit (Rp)
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp) 12 % (Rp)
0 122.580.000 122.580.000 -122.580.000 1.0000 -122.580.000

1 451.876.000 451.876.000 655.800.000 203.924.000 0.8929 182.075.000

2 419.421.000 419.421.000 678.766.000 259.345.000 0.7972 206.748.246

3 396.876.000 396.876.000 655.800.000 258.924.000 0.7118 184.296.989

4 419.421.000 419.421.000 678.766.000 259.345.000 0.6355 164.818.436

5 364.376.000 364.376.000 678.766.000 314.390.000 0.5674 178.393.329

6 580.000 451.876.000 452.456.000 655.800.000 203.344.000 0.5066 103.020.399

7 419.421.000 419.421.000 678.766.000 259.345.000 0.4523 117.314.507

8 396.876.000 396.876.000 655.800.000 258.924.000 0.4039 104.575.061

9 419.421.000 419.421.000 678.766.000 259.345.000 0.3606 93.522.407

10 364.376.000 364.376.000 678.766.000 314.390.000 0.3220 101.225.166


11 580.000 451.876.000 452.456.000 655.800.000 203.344.000 0.2875 58.456.541

12 419.421.000 419.421.000 678.766.000 259.345.000 0.2567 66.567.402

13 396.876.000 396.876.000 655.800.000 258.924.000 0.2292 59.338.698

14 419.421.000 419.421.000 678.766.000 256.345.000 0.2046 53.067.125

15 364.376.000 364.376.000 678.766.000 314.390.000 0.1827 57.437.878


NVP 1.608.277.184

Thn Benefit Yang Telah Didiscount Cost Yang Telah Didiscount


0 - 122.580.000
1 585.535.714 403.460.714
2 541.108.099 334.359.853
3 466.785.487 282.488.498
4 431.368.064 266.549.628
5 385.150.057 206.756.728
6 332.248.689 229.228.291
7 307.039.267 189.724.760
8 264.866.621 160.291.560
9 244.769.824 151.247.417
10 218.544.486 117.319.320
11 188.526.829 130.070.288
12 174.222.326 107.654.924
13 150.292.434 90.953.736
14 138.888.972 85.821.846
15 124.008.010 66.570.133
Jumlah 4.553.354.881 2.945.077.697

NPV = NBi (1+i)-n atau Bi - Ci


= 1.608.277.184

Persiapan Perhitungan IRR


Net Benefit D.F. 180 Present Value D.F. Present
Thn
(Rp) % (Rp) 185 % Value (Rp)
0 -
-122.580.000 1.00000000 -122.580.000 1.00000000
122.580.000
1 203.924.000 0.35714286 72.830.000 0.35087719 71.552.281
2 259.345.000 0.12755102 33.079.719 0.12311480 31.929.209
3 258.924.000 0.04555394 11.795.007 0.04319818 11.185.045
4 259.345.000 0.01626926 4.219.352 0.01515726 3.930.958
5 314.390.000 0.00581045 1.826.748 0.00531834 1.672.031
6 203.344.000 0.00207516 421.972 0.00186608 379.457
7 259.345.000 0.00074113 192.208 0.00065477 169.810
8 258.924.000 0.00026469 68.534 0.00022974 59.486
9 256.345.000 0.00009453 24.233 0.00008061 20.664
10 314.390.000 0.00003376 10.614 0.00002828 8.892
11 203.344.000 0.00001206 2.452 0.00000992 2.018
12 259.345.000 0.00000431 1.117 0.00000348 903
13 258.924.000 0.00000154 398 0.00000122 316
14 256.345.000 0.00000055 141 0.00000043 110
15 314.390.000 0.00000020 62 0.00000015 47
Total 1.892.557 -1.668.772

IRR = i1 + x (i2 – i1)

= 1,8 + 1.892.557 / (1.892.557 + 1.668.772) x (1,85 – 1,8)


= 1,8 + 1.892.557 / 3.561.329 x 0.05
= 1.8 + 0,53 x 0,05
= 1,8 + 0,0265
= 1,8265
= 182,66 %
Persiapan Perhitungan Net Benefit Cost Ratio

Net Benefit D.F. Present Value


Thn
(Rp) 12 % (Rp)
0 -122.580.000 1.0000 -122.580.000
1 203.924.000 0.8929 182.075.000
2 259.345.000 0.7972 206.748.246
3 258.924.000 0.7118 184.296.989
4 259.345.000 0.6355 164.818.436
5 314.390.000 0.5674 178.393.329
6 203.344.000 0.5066 103.020.399
7 259.345.000 0.4523 117.314.507
8 258.924.000 0.4039 104.575.061
9 259.345.000 0.3606 93.522.407
10 314.390.000 0.3220 101.225.166
11 203.344.000 0.2875 58.456.541
12 259.345.000 0.2567 66.567.402
13 258.924.000 0.2292 59.338.698
14 256.345.000 0.2046 53.067.125
15 314.390.000 0.1827 57.437.878
Jumlah 1.608.277.184

Net B/C =

= 1.730.857.184 / 122.580.000 = 14
Jumlah Investasi. Biaya Operasi. dan Biaya Pemeliharaan Dalam Harga Berlaku
Dalam Present Value
OM B
Investasi Biaya D.F. I
Th Benefit (Rp)
(Rp) Operasi (Rp) 12 % (Rp) (Rp) (Rp)
0 122.580.000 1.0000 122.580.000 - -
403. 585.53
1 451.876.000 655.800.000 0.8929
460.714 5.714
334. 541.10
2 419.421.000 678.766.000 0.7972
359.853 8.099
282. 466.78
3 396.876.000 655.800.000 0.7118
488.498 5.487
266. 431.36
4 419.421.000 678.766.000 0.6355
549.628 8.064
206. 385.15
5 364.376.000 678.766.000 0.5674
756.728 0.057
228. 332.24
6 580.000 451.876.000 655.800.000 0.5066 295.800 934.445 8.689
189. 307.03
7 419.421.000 678.766.000 0.4523
724.760 9.267
160. 264.86
8 396.876.000 655.800.000 0.4039
291.560 6.621
151. 244.76
9 419.421.000 678.766.000 0.3606
247.417 9.824
117. 218.54
10 364.376.000 678.766.000 0.3220
319.320 4.486
129. 188.52
11 580.000 451.876.000 655.800.000 0.2875 168.200 903.552 6.829
107. 174.22
12 419.421.000 678.766.000 0.2567
654.924 2.326
90. 150.29
13 396.876.000 655.800.000 0.2292
953.736 2.434
85. 138.88
14 419.421.000 678.766.000 0.2046
821.846 8.972
66. 124.00
15 364.376.000 678.766.000 0.1827
570.133 8.010
Total 123.044.000 2.822.037.115 4.553.354.881

PR = (4.553.354.881 – 2.822.037.115) / 123.044.000


=14.07

5.7. Pay Back Period dan Break Event Point

1. Pay Back Period

Discounted Comulative Discounted Comulativ


T Investasi Benefit D.F.
Invest (Rp) Discounted Benefit (Rp) Discounte
h (Rp) (Rp) 12 %
Invest (Rp) Benefit (R
0 122.580.000 1.0000 122.580.000 122.580.000 0
1 655.800.000 0.8929 0 122.580.000 585.535.714 583.662.0
2 678.766.000 0.7972 0 122.580.000 541.108.099 1.126.674.8
3 655.800.000 0.7118 0 122.580.000 466.785.487 1.592.292.8
4 678.766.000 0.6355 0 122.580.000 431.368.064 2.026.703.0
5 678.766.000 0.5674 0 122.580.000 385.150.057 2.413.599.6
6 580.000 655.800.000 0.5066 295.800 122.875.000 332.248.689 2.748.057.6
7 678.766.000 0.4523 0 122.875.000 307.039.267 3.053.502.3
8 655.800.000 0.4039 0 122.875.000 264.866.621 3.315.822.3
9 678.766.000 0.3606 0 122.875.000 244.769.824 3.560.178.1
1
678.766.000 0.3220 0 122.875.000 218.544.486 3.777.383.2
0
1
580.000 655.800.000 0.2875 168.200 123.043.200 188.526.829 3.967.565.2
1
1
678.766.000 0.2567 0 123.043.200 174.222.326 4.144.044.4
2
1
655.800.000 0.2292 0 123.043.200 150.292.434 4.294.878.4
3
1
678.766.000 0.2046 0 123.043.200 138.888.972 4.430.631.6
4
1
678.766.000 0.1827 0 123.043.200 124.008.010 4.552.809.4
5
123.043.200 4.553.354.881
PBP = 0 + 123.043.200 – 0

585.535.714

PBP = 0,2101

PBP = 2 bulan 16 hari

2. Break Even Point

Benefit Yang Cost Yang


Kumulative PV Kumulatif PV
Thn Telah Telah
TR (Rp) TC (Rp)
Didiscount Didiscount
0 0 122.580.000 0 122.580.000
1 585.535.714 403.460.714 585.535.714 526.040.714
2 541.108.099 334.359.853 1.126.643813 860.400.567
3 466.785.487 282.488.498 1.593.429.300 1.142.889.065
4 431.368.064 266.549.628 2.024.797.364 1.409.438.693
5 385.150.057 206.756.728 2.409.947.421 1.616.195.421
6 332.248.689 229.228.291 2.742.196.110 1.845.423.712
7 307.039.267 189.724.760 3.049.235.377 2.035.148.472
8 264.866.621 160.291.560 3.314.101.998 2.195.440.032
9 244.769.824 151.247.417 3.558.871.822 2.346.687.449
10 218.544.486 117.319.320 3.777.416.308 2.464.006.769
11 188.526.829 130.070.288 3.965.943.137 2.594.077.057
12 174.222.326 107.654.924 4.140.165.463 2.701.731.981
13 150.292.434 90.953.736 4.290.457.897 2.792.685.717
14 138.888.972 85.821.846 4.429.346.869 2.878.507.563
15 124.008.010 66.570.133 4.553.354.881 2.945.077.697
Jumlah 4.553.354.881 2.945.077.697

BEP = 0 + 2.945.077.697 – 0

585.535.714

BEP = 0 + 5,0297

BEP = 5 tahun 10 hari


BAB VI

PENUTUP

6.1. Kesimpulan

Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan menunjukkan bahwa nilai NPV =
1.608.277.184 yang berarti nilai NPV > 0 (nol), nilai Net B/C adalah 14 yang
berarti nilai Net B/C lebih dari satu, dari nilai NPV dan Net B/C di dapatkan
bahwa proyek tersebut layak (feasible) untuk dijalankan atau dikerjakan.
Untuk nilai IRR di dapat sebesar 182,66 % dan Social Opportunity Cost of
Capital (SOCC) sebesar 180 %, ini berarti IRR > SOCC, dengan demikian proyek
tersebut feasible untuk dikerjakan. Seperti terlihat dalam table diatas, nilai NPV 1
adalah sebesar Rp 1.892.557 dan NPV2 adalah sebesar Rp -1.668.772 dengan
discount factor pertama sebesar 180 %. Pada tingkat IRR sebesar 182,66 %
menunjukan net present value sama dengan 0 (nol). Pada tingkat IRR sebesar
182,66% menunjukan net present value sama dengan 0 (nol). Jadi, secara
keseluruhan berdasarkan perhitungan NPV, Net B/C, BEP serta IRR usaha ternak
ayam petelur feasible untuk dijalankan.
Waktu pengembalian biaya modal dan biaya-biaya lainnya akan dicapai
selama 5 tahun 10 hari. Untuk waktu pengembalian investasi (Pay Back Period)
akan tercapai selama 2 bulan 16 hari, pada saat TR = I sebesar Rp 123.043.200,-
dalam bentuk present value.

6.2. Rekomendasi

Usaha peternakan milik Bapak Ratna ini perlu untuk dikembangkan


mengingat lokasi nya ( lingkungan ) sesuai dengan yang dibutuhkan ayam petelur
agar produksi lebih meningkat, juga perlu dilakukan penambahan jumlah kandang
dan ayam petelur agar menghasilkan telur lebih banyak dan usaha dapat
berkembang dengan pesat.
DAFTAR PUSTAKA

Ilmuhewan.2017.”Analisis Usaha Ayam Petelur Untuk


Pemula”.http://www.ilmuhewan.com/analisis-usaha-ayam-petelur-untuk-pemula/

2017.”Perkiraan Modal dan Keuntungan Usaha Ayam Petelur”.


http://www.analisausaha.id/2017/07/perkiraan-modal-dan-keuntungan-usaha-
ternak-ayam-petelur.html

2015.”Telur Ayam Masih Yang


Termurah”.https://sagoeleuser5.wordpress.com/tag/kebutuhan-telur-ayam-di-
indonesia/

2016.” Peluang Bisnis Ayam Petelur & Kebutuhan Telur Ayam Ras”.
http://www.poultryshop.id/2016/09/peluang-bisnis-ayam-petelur-
kebutuhan.html
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai