Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIK LAPANG

ILMU TERNAK RUMINANSIA DAN NON RUMINANSIA


HERBIVORA
(PENGENALAN DAN PENGUKURAN ORGAN
PENCERNAAN TERNAK RUMINANSIA)

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kelulusan Mata Kuliah


Ilmu Ternak Ruminansia dan Non Ruminansia Herbivora pada
Jurusan Ilmu Peternakan Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Alauddin
Makassar

Oleh:

MUH. FADLI
60700118078

JURUSAN ILMU PETERNAKAN


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN
MAKASSAR
2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ruminansia adalah hewan ternak yang memiliki kuku genap dan

memamah biak (mengunyah kembali makananya setelah ditelan). Ruminansia

disebut juga ternak Poligastrik atau berlambung jamak, dimana pada ruminansia

terdapat empat bagian lambung yang terdiri atas, Rumen, Reticulum, Omasum dan

Abomasum.

Ternak ruminansia dapat dibagi menjadi dua kelompok, pertama

kelompok ternak ruminansia besar yaitu sapi dan kerbau dan kelompok ternak

ruminansia kecil yaitu kambing dan domba. Ada beberapa keuntungan yang dapat

diambil dengan memelihara ternak ruminansia antara lain dapat memanfaatkan

sisa hasil pertanian dan perkebunan dalam jumlah yang cukup besar. Ternak

ruminansia dapat dibagi menjadi dua kelompok, pertama kelompok ternak

ruminansia besar yaitu sapi dan kerbau dan kelompok ternak ruminansia kecil

yaitu kambing dan domba (Blakely dan Bade, 2013).

Ada beberapa keuntungan yang dapat diambil dengan memelihara ternak

ruminansia antara lain dapat memanfaatkan sisa hasil pertanian dan perkebunan

dalam jumlah yang cukup besar. Apabila ternak ruminansia ini dipelihara secara

intensif dapat menyerap tenaga kerja selain itu juga ternak ruminansia ini sudah

dikenal oleh masyarakat (Parakkasi, 2011).


Ruminansia mempunyai lambung ganda, ada sebanyak empat bagian,

yaitu Rumen, Retikulum, Omasum, dan Abomasum. Rumen dan retikulum

memegang peranan penting dalam saluran pencernaan ruminansia. Proses

fermentasi pakan terjadi di dalam rumen dan siklus utama Motilitas rumen selalu

dimulai dengan Kontraksi Retikulum (Braun dan Jacquat, 2011).

Hewan ruminansia yang secara tidak sengaja menelan benda asing adalah

hewan yang kekurangan nutrisi dan manajemen pakannya kurang baik, terutama

di negara-negara berkembang yang standar manajeman hewannya tidak baik

(Nugusu et al., 2013).

Berdasarkan uraian diatas hal ini yang melatar belakangi dilakukannya

praktek lapang ini yaitu untuk mengetahui cara mengenal dan mengetahui fungsi,

bentuk dan ukuran organ pencernaan ternak ruminansia (sapi).

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada praktikum ini adalah bagaimana cara mengenal

dan mengetahui fungsi, bentuk dan ukuran organ pencernaan ternak ruminansia

(sapi)?

C. Tujuan Praktikum

Tujuan praktikum pada praktikum ini adalah untuk mengetahui cara

mengenal dan mengetahui fungsi, bentuk dan ukuran organ pencernaan ternak

ruminansia (sapi).
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Ternak Ruminansia

Ternak ruminansia dapat dibagi menjadi dua kelompok, pertama

kelompok ternak ruminansia besar yaitu sapi dan kerbau dan kelompok ternak

ruminansia kecil yaitu kambing dan domba. Ada beberapa keuntungan yang dapat

diambil dengan memelihara ternak ruminansia antara lain dapat memanfaatkan

sisa hasil pertanian dan perkebunan dalam jumlah yang cukup besar. Ternak

ruminansia dapat dibagi menjadi dua kelompok, pertama kelompok ternak

ruminansia besar yaitu sapi dan kerbau dan kelompok ternak ruminansia kecil

yaitu kambing dan domba (Blakely dan Bade, 2013).

Ternak ruminansia adalah ternak atau hewan yang memiliki empat buah

lambung dan mengalami proses memamahbiak atau proses pengembalian

makanan dari lambung ke mulut untuk di mamah. Contoh hewan ruminansia ini

adalah ternak sapi, kerbau, dambing serta ternak domba. Ternak non ruminansia

adalah ternak atau hewan yang memiliki satu lambung atau di sebut juga dengan

ternak monogastrik. Contohnya : ayam, burung, kuda serta babi (Parasaki, 2015).

Pola sistem pencernaan pada hewan umumnya sama dengan manusia,

yaitu terdiri atas mulut, Faring, Esofagus, lambung, dan usus. Namun demikian,

struktur alat pencernaan kadang-kadang berbeda antara hewan yang satu dengan

hewan yang lain. Berdasarkan susunan gigi di atas, terlihat bahwa sapi (hewan

memamah biak) tidak mempunyai gigi seri bagian atas dan gigi taring, tetapi
memiliki gigi geraham lebih banyak dibandingkan dengan manusia sesuai dengan

fungsinya untuk mengunyah (Theron, 2016).

Perbedaan anatomis antara ternak ruminansia dan non ruminansia adalah

pada ternak ruminansia tidak mempunyai banyak gigi pada rahang atas

sebagaimana yang dimiliki ternak non ruminansia. Pengunyahan makanan di

bagian mulut pada ternak ruminansia berlangsung relatif singkat, sebagian besar

makanan yang dikonsumsi langsung ditelan dan disimpan (sementara waktu) di

dalam bagian perut (Kartadisastra, 2017).

Menurut Sutardi (2010), bahwa proses pencernaan dibagi menjadi tiga

jenis berdasarkan perubahan yang terjadi pada bahan makanan dalam alat

pencernaan, yaitu pencernaan mekanik, pencernaan hidrolitik, dan pencernaan

Fermentatif. Makanan yang masuk melalui mulut ternak ruminansia akan

mengalami proses pengunyahan atau pemotongan secara mekanik hingga

membentuk bolus. Dalam proses ini makanan akan bercampur dengan saliva lalu

masuk ke dalam rumen melalui Esophagus. Selanjutnya di dalam rumen makanan

mengalami proses pencernaan Fermentatif. Sebagaimana firman Allah swt. dalam

Q S al-An’am/6 : 142.

         


        

Terjemahnya:
“Dan di antara hewan ternak itu ada yang dijadikan untuk
pengangkutan dan ada yang untuk disembelih. makanlah dari rezki yang
Telah diberikan Allah kepadamu, dan janganlah kamu mengikuti langkah-
langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu
(Kementrian Agama RI, 2012).
Makna ayat diatas adalah dimana bahwa sedikitnya ada dua fungsi pada

ternak yaitu pertama binatang ternak sebagai alat angkut atau alat transportasi
seperti kuda, sapi dan keledai. Fungsi yang kedua yaitu binatang ternak sebagai

bahan makanan, seperti ternak-ternak kecil karena tubuhnya hampir menyentuh

dengan tanah, dan dapat disembelih seperti kambing, domba dan sapi. Termaksud

ayam, karena dapat disembelih dan dagingnya dapat dimakan (Tafsir Quraisy

Shihab, 2012).

B. Organ Pencernaan Ternak Ruminansia

1. Mulut

Proses pencernaan dimulai dari tahap merenggut rumput dengan gigi seri

dan ditelan untuk sementara disimpan dalam rumen. Rumen mempunyai peranan

penting dalam mencerna serat kasar. Makanan yang berada dalam rumen dan

retikulum akan dicerna oleh sejumlah komponen hidup yang disebut

mikroorganisme seperti bakteri, protozoa, khamir, dan kapang yang secara normal

ada dalam lambung sapi. Pakan yang telah ditelan dimuntahkan kembali melalui

proses Regurgitasi dan kemudian dikunyah serta dicampur dengan ludah sewaktu

sapi tersebut dalam keadaan istirahat. Makanan yang telah dikunyah kembali

secara fisik dan berubah kondisinya menjadi lebih lumat selanjutnya menuju

Rumen, Retikulum, Omasum dan Abomasum (Akoso, 2016).

Proses pencernaan di dalam mulut sebagian besar adalah pencernaan

secara mekanik yang meliputi Prehensi (pengambilan pakan dengan lidah),

Mastikasi (pengunyahan) dan Deglutisi. Makanan yang telah dikunyah kembali

secara fisik dan berubah kondisinya menjadi lebih lumat selanjutnya menuju

Rumen, Retikulum, Omasum dan Abomasum (Frandson, 2016).


Organ utama dalam proses Prehensi adalah lidah. Lidah sapi perah

panjang, kuat, lentur, kasar dan dapat melilit hijauan maupun makanan lainnya,

yang ditarik di antara gigi seri bawah dan lapisan gigi atas untuk selanjutnya

mengalami proses mastikasi oleh gigi. Sapi dewasa memiliki 8 buah gigi seri pada

rahang bawah tetapi tidak terdapat pada rahang bagian atas, namun pada rahang

atas terdapat lapisan gigi yang tipis, yaitu lapisan luar zat tanduk. Sapi tidak

memiliki gigi taring, tetapi memiliki 6 gigi geraham pada masing-masing rahang

atas dan bawah (Prihartini, 2013).

2. Esophagus

Pakan yang sudah mengalami proses Mastikasi dan pencampuran dengan

saliva, kemudian mengalami proses deglutisi melalui Esofagus menuju rumen.

Esofagus adalah saluran memanjang dari mulut ke rumen dengan panjang 3,5 kaki

(1,07 meter) pada sapi perah dewasa. Di dalam Esophagus terjadi pencampuran

pakan dengan saliva, saliva memudahkan terjadinya gerakan Peristaltik pada

Esophagus sehingga pakan lebih mudah masuk kedalam lambung (Prihartini,

2013).

Dinding muskular Esofagus terdiri dari 2 lapis yang saling melintas

miring, kemudian spiral dan akhirnya membentuk suatu sirkuler. Esofagus hewan

ruminansia bertugas mengalirkan makanan dari mulut ke Rumen dan berfungsi

untuk mengalirkan makanan dari Rumen menuju mulut untuk mengalami proses

re-mastikasi (Frandson, 2016).

3. Lambung
Rumen merupakan kantong yang besar sebagai tempat penampungan dan

pencampuran bahan pakan untuk proses fermentasi oleh Mikroorganisme. Fungsi

utama rumen adalah tempat untuk mencerna serat kasar dan zat-zat pakan lainnya

dengan bantuan mikroba. Isi Rumen dibagi dalam 4 zona, yaitu zona gas, zona

apung, zona cairan dan zona padatan. Besar kecilnya zona ini sangat bergantung

pada macam pakan yang dikonsumsi (Rianto dan Purbowati, 2011).

Pakan di dalam rumen akan bercampur dengan ingesta (cairan rumen) dan

menjadi obyek pencernaan oleh mikroba rumen yang terdiri dari bakteri

(Bacteriodes, Ruminococcus, Butyrivibrio), Protozoa dan Fungi dalam jumlah

relatif sedikit. Kemampuan bakteri rumen antara lain mendegradasi serat kasar

untuk membentuk Volatile Fatty Acid (VFA), mensintesis protein, mensintesis

vitamin B dan mendegradasi komponen beracun dari berbagai pakan (Murti,

2014).

Rumen dan retikulum dihubungkan oleh suatu lipatan dari jaringan yang

disebut Reticulo-Rumen Fold yang memungkinkan ingesta dapat berpindah atau

mengalir dengan leluasa dari Rumen ke Retikulum atau sebaliknya. Lipatan ini

berfungsi agar pakan yang berada di Retikulum tidak kembali lagi kedalam Rumen

terutama pada proses Mastikasi (Prihartini, 2013).

Letak Retikulum yang berada dibawah Rumen menyebabkan beberapa

benda asing seperti potongan tali, kabel atau lainnya yang termakan di pastura

menjadi tertahan di Retikulum untuk waktu yang lama tanpa merusaknya.

Retikulum memiliki fungsi untuk mengatur aliran digesta dari Rumen ke Omasum

(Rianto dan Purbowati, 2011).


Omasum merupakan suatu organ seferis yang terisi oleh Laminae

muscular yang turun dari bagian Dorsum atau bagian atap. Membran mukosa

yang menutupi Laminae, ditebar dengan Papillae yang pendek dan tumpul yang

akan menggiling hijauan atau serat-serat sebelum masuk ke Abomasum. Fungsi

omasum adalah untuk digesti, menyaring partkel pakan yang besar, absorpsi dan

mengatur arus ingesta ke abomasum (Frandson, 2016).

Abomasum atau perut sejati pada ternak ruminansia berfungsi seperti

perut pada ternak non-ruminansia. Fungsi Abomasum adalah mengatur

pencernaan secara enzimatis dan kimiawi. Di dalam abomasum terrjadi proses

pencernaan sebenarnya yang dibantu oleh Enzim yang berfungsi melonggarkan

ikatan-ikatan sehingga makanan lebih mudah untuk dicerna (Prihartini, 2013).

Dinding Abomasum memiliki kelenjar-kelenjar pencernaan yang dapat

menghasilkan cairan lambung berupa Pepsinogen, garam anorganik, Mukosa,

asam Hidroklorat (HCl) dan faktor interistik yang penting untuk absorpsi vitamin

B12 secara efisien. Pepsinogen merupakan bentuk Inaktif dari Enzim pepsin yang

nantinya akan diaktifkan dengan kondisi asam di dalam lambung. Enzim pepsin

bertugas untuk menghidrolisis protein menjadi Polipeptida dan sedikit asam

amino. Digesta yang keluar dari Abomasum akan memasuki usus halus (Rianto

dan Purbowati, 2011).

4. Usus Halus

Usus halus merupakan organ pencernaan yang memiliki fungsi penyerapan


zat-zat makanan. Usus halus terdiri atas 3 bagian, yaitu Duodenum, Jejenum dan

Ileum. Digesta yang masuk ke dalam Duodenum mengalami pencampuran dengan

hasil sekresi dari Duodenum itu sendiri, hati dan Pancreas (Frandson, 2016).

Kelenjar Duodenum menghasilkan cairan yang bersifat alkali yang

berguna sebagai pelumas dan melindungi dinding Duodenum dari asam

Hidrokhlorat (HCl) dari abomasum. Kelenjar empedu menghasilkan cairan yang

berisi garam Sodium dan Potassium dari asam empedu. Garam-garam empedu

berfungsi mengaktifkan Enzim-enzim lipase yang dihasilkan oleh pankreas dan

mengemulsikan lemak digesta sehingga mudah diserap melalui dinding usus.

Kelenjar pankreas menghasilkan cairan yang berfungsi menetralisir ingesta asam

lambung berupa ion-ion bikarbonat berkonsentrasi tinggi yang disekresikan

akibat rangsangan dari asam lambung. Kelenjar pankreas juga dapat

mensekresikan Proenzim dan Enzim seperti Trypsinogen, Khimotripsinogen,

Prokarboksipeptidase A Dan B, Proelastase, Α Amilase, Lipase, Lecithinase dan

Nuclease. Enzim-enzim ini bertugas untuk memecah zat-zat nutrisi pakan

(karbohidrat, protein dan lemak) menjadi senyawa sederhana sehingga dapat

diserap oleh dinding usus halus (Rianto dan Purbowati, 2011).

5. Usus Besar dan Anus

Digesta yang masuk ke dalam usus besar merupakan materi yang tidak

tercerna di usus halus. Usus besar berfungsi sebagai pencerna serat kasar dan pada

usus besar terjadi proses reabsorpsi air dan mineral. Reabsorpsi air dan mineral

pada sapi berbeda dengan kambing sehingga feses yang dikeluarkan lebih encer

dibanding pada kambing. Kelenjar Mukosa pada usus besar tidak mengeluarkan
enzim, pencernaan yang terjadi di usus besar karena adanya Enzim dari usus

halus yang terbawa bersama digesta serta adanya aktivitas mikroba (Rianto dan

Purbowati, 2011).

Aktivitas mikroba di dalam usus besar terjadi di Caecum dan

menghasilkan vitamin-vitamin B yang dapat diserap tubuh ternak. Materi yang

tidak terserap di usus besar akan dikeluarkan berupa feses melalui Rektum dan

tempat pengeluarannya disebut anus. Sisa Metabolisme yang tidak dibutuhkan

oleh ternak secara langsung akan dikeluarkan melalui anus. Feses sapi lebih encer

dibandingkan dengan feses kambing karena pada kambing proses reabsorpsi air

secara keselurahan diserap karena kurangnya konsumsi air pada kambing

dibandingkan pada sapi (Prihartini, 2013).

BAB III

METODE PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat

Waktu dan tempat dilaksanakannya praktikum ini yaitu pada hari minggu

tanggal 17 November 2019 pukul 13.00 sampai dengan 16.00 WITA dan

bertempat di Kandang Peternakan Jurusan Ilmu Peternakan Fakultas Sains dan

Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, 2019.

B. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada praktik lapang kali ini yaitu :

1. Alat

Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah pisau, gunting, alat tulis

dan kamera Handphone.

2. Bahan

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah organ pencernaan sapi

dan kardus.

C. Prosedur Kerja

Prosedur kerja dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :

1. Menyiapkan alat dan bahan

2. Mengamati organ pencernaan pada sapi

3. Mengukur panjang dan lebar setiap organ pencernaan

4. Menjelaskan kembali fungsi dari setiap organ pencernaan

5. Mencatat hasil pengamatan

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Pengamatan

Hasil Pengamatan Organ Saluran Pencernaan Pada Ternak Ruminansia

(Sapi).

1. Organ Pencernaan

Tabel 1.1 Gambar Hasil Pengamatan Saluran Pencernaan Ternak Ruminansia


No Nama Organ Gambar Ukuran Fungsi
P : 27 cm Merenggut dan
membolak-
balikkan makanan
1. Lidah

P : 62 cm Saluran
L : 3 cm penghubung antara
mulut dengan
2. Esophagus Rumen

P : 71 cm Tempat
L : 70 cm penyimpanan
makan sementara
3. Rumen
dan pencernaan
secara fermentatif

P : 37 cm Tempat
L : 31 cm pembentukan
bolus-bolus
4. Retikulum

P : 36 cm Tempat reabsorpsi
L : 25 cm air
5. Omasum
P : 35 cm Pencernaan
L : 31 cm makanan secara
6. Abomasum enzimatik

P : 21,06 Penyerapan sari-


m sari makanan
7. Usus Halus

P : 32 cm Detoksifikasi racun
L : 17 cm

8. Hati

P : 6 cm Pengeluaran
9. Empedu L : 5 cm garam-garam
empedu
P : 286 cm Reabsorpsi air dan
mineral
10. Usus Besar

P : 80 cm Pencernaan serat
kasar
11. Sekum

P : 62 cm Tempat
pembentukan dan
12. Rektum penyimpanan
sementara feses

P : 6 cm Pengeluaran feses

13. Anus

Sumber: Kandang Peternakan Jurusan Ilmu Peternakan Fakultas Sains dan


Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, 2019.

Tabel 1.2 Gambar Asli Hasil Pengamatan Saluran Pencernaan Ternak Ruminansia
No Nama Organ Gambar Ukuran Fungsi
P : 27 cm Merenggut dan
membolak-
balikkan makanan
1. Lidah

P : 62 cm Saluran
L : 3 cm penghubung antara
2. Esophagus
mulut dengan
Rumen
P : 71 cm Tempat
L : 70 cm penyimpanan
3. Rumen makan sementara
dan pencernaan
secara fermentative
P : 37 cm Tempat
4. Retikulum L : 31 cm pembentukan
bolus-bolus
P : 36 cm Tempat reabsorpsi
5. Omasum L : 25 cm air

P : 35 cm Pencernaan
6. Abomasum L : 31 cm makanan secara
enzimatik
7. Usus Halus P : 21,06 Penyerapan sari-
m sari makanan

8. Hati P : 32 cm Detoksifikasi racun


L : 17 cm

9. Empedu P : 6 cm Pengeluaran
L : 5 cm garam-garam
empedu

10. Usus Besar P : 286 cm Reabsorpsi air dan


mineral
11. Sekum P : 80 cm Pencernaan serat
kasar

12. Rektum P : 62 cm Tempat


pembentukan dan
penyimpanan
sementara feses
13. Anus P : 6 cm Pengeluaran feses

Sumber: Kandang Peternakan Jurusan Ilmu Peternakan Fakultas Sains dan


Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, 2019.

Tabel 1.3 Gambar Literatur Hasil Pengamatan Saluran Pencernaan Ternak


Ruminansia
No Nama Organ Gambar Ukuran Fungsi
1. Lidah P : 27 cm Merenggut dan
membolak-
balikkan makanan

2. Esophagus P : 62 cm Saluran
L : 3 cm penghubung antara
mulut dengan
Rumen

3. Rumen P : 71 cm Tempat
L : 70 cm penyimpanan
makan sementara
dan pencernaan
secara fermentative
4. Retikulum P : 37 cm Tempat
L : 31 cm pembentukan
bolus-bolus

5. Omasum P : 36 cm Tempat reabsorpsi


L : 25 cm air
6. Abomasum P : 35 cm Pencernaan
L : 31 cm makanan secara
enzimatik
7. Usus Halus P : 21,06 Penyerapan sari-
m sari makanan

8. Hati P : 32 cm Detoksifikasi racun


L : 17 cm

9. Empedu P : 6 cm Pengeluaran
L : 5 cm garam-garam
empedu

10. Usus Besar P : 286 cm Reabsorpsi air dan


mineral

11. Sekum P : 80 cm Pencernaan serat


kasar

12. Rektum P : 62 cm Tempat


pembentukan dan
penyimpanan
sementara feses

13. Anus P : 6 cm Pengeluaran feses

Sumber: Kandang Peternakan Jurusan Ilmu Peternakan Fakultas Sains dan


Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, 2019.

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan adalah dimana organ

pencernaan pada ruminansia terdiri dari esophagus yang berfungsi sebagai saluran
penghubung antara rongga mulut dan lambung. Hal ini sesuai dengan pendapat

Frandson (2016), bahwa proses pencernaan di dalam mulut sebagian besar adalah

pencernaan secara mekanik yang meliputi Prehensi (pengambilan pakan dengan

lidah), Mastikasi (pengunyahan) dan Deglutisi.

Rumen disebut juga perut beludru yang berfungsi sebagai tempat

penyimpanan makanan sementara dan terjadinya proses fermentasi yang dibantu

oleh mikroba Rumen. Hal ini sesuai dengan pendapat Rianto dan Purbowati

(2011) bahwa, Rumen merupakan kantong yang besar sebagai tempat

penampungan dan pencampuran bahan pakan untuk proses fermentasi oleh

mikroorganisme. Fungsi utama Rumen adalah tempat untuk mencerna serat kasar

dan zat-zat pakan lainnya dengan bantuan mikroba.

Retikulum yang disebut juga dengan perut jala karena bentuknya yang

seperti jalan dan kadang disebut perut sarang lebah karena mirip sarang lebah

yang berfungsi sebagai pembentukan bolus-bolus. Hal ini sesuai dengan pendapat

Rianto dan Purbowati (2011), bahwa letak Retikulum yang berada dibawah rumen

menyebabkan beberapa benda asing seperti potongan tali. Retikulum memiliki

fungsi untuk mengatur aliran digesta dari Rumen ke Omasum dan pembentukan

bolus-bolus.

Omasum disebut juga dengan perut buku karena bentuknya lipatan-lipatan

seperti buku yang memudahkan dalam penyerapan air sesuai dengan fungsi

Omasum sebagai tempat reabsorpsi air. Hal ini sesuai dengan pendapat Frandson
(2016), bahwa fungsi Omasum adalah untuk digesti, menyaring partikel pakan

yang besar, absorpsi dan mengatur arus ingesta ke Abomasum.

Abomasum disebut juga perut sejati karena disini terjadinya proses

pencernaan yang sebenarnya yang dibantu oleh Enzim-enzim pencernaan. Hal ini

sesuai dengan pendapat Rianto dan Purbowati (2011), bahwa dinding Abomasum

memiliki kelenjar-kelenjar pencernaan yang menghasilkan cairan lambung berupa

pepsinogen, garam anorganik, mukosa, asam hidroklorat (HCl) dan faktor

interistik yang penting untuk absorpsi vitamin B12 secara efisien. Pepsinogen

merupakan bentuk inaktif dari Enzim pepsin yang nantinya akan diaktifkan

dengan kondisi asam di dalam lambung. Enzim pepsin bertugas untuk

menghidrolisis protein menjadi Polipeptida dan sedikit asam amino.

Usus halus yang terdiri dari tiga bagian yaitu Duodenum, Jejenum dan

Ileum yang berfungsi sebagai tempat penyerapan sari-sari makanan yang

kemudian diedarkan ke seluruh tubuh. Hal ini sesuai dengan pendapat Frandson

(2016), bahwa usus halus merupakan organ pencernaan yang memiliki fungsi

penyerapan zat-zat makanan. Usus halus terdiri atas 3 bagian, yaitu Duodenum,

Jejenum dan Ileum. Digesta yang masuk ke dalam Duodenum mengalami

pencampuran dengan hasil sekresi dari Duodenum itu sendiri, hati dan pancreas.

Usus besar dengan panjang 286 cm yang berfungsi sebagai tempat

reabsorpsi air dan mineral, agar air yang diserap tubuh dapat dimanfaatkan lebih

maksimal. Hal ini sesuai dengan pendapat Rianto dan Purbowati (2011), bahwa

digesta yang masuk ke dalam usus besar merupakan materi yang tidak tercerna di
usus halus. Kelenjar mukosa pada usus besar tidak mengeluarkan Enzim,

pencernaan yang terjadi di usus besar karena adanya enzim dari usus halus yang

terbawa bersama digesta serta adanya aktivitas mikroba.

Sekum yang berfungsi sebagai pencerna serat kasar karena banyaknya

terdapat bakteri pencerna serat kasar. Hal ini sesuai dengan pendapat Prihartini

(2013), bahwa aktivitas mikroba di dalam usus besar terjadi di caecum dan

menghasilkan vitamin-vitamin B yang dapat diserap tubuh ternak.

Rektum berfungsi sebagai tempat pembentukan feses dan penyimpanan

feses sementara sebelum dikeluarkan ke anus. Hal ini sesuai dengan pendapat

Prihartini (2013), bahwa aktivitas mikroba di dalam usus besar terjadi di caecum

dan menghasilkan vitamin-vitamin B yang dapat diserap tubuh ternak. Materi

yang tidak terserap di usus besar akan dikeluarkan berupa feses melalui rectum.

Anus dengan panjang 6 cm dan merupakan organ terakhir pada organ

pencernaan yang berfungsi sebagai saluran tempat pengeluaran sisa-sisa

metabolism yaitu feses. Hal ini sesuai dengan pendapat Prihartini (2013), bahwa

materi yang tidak terserap di usus besar akan dikeluarkan berupa feses melalui

rectum dan tempat pengeluarannya disebut anus.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan pada praktikum ini adalah dimana pada organ pencernaan

ruminansia terdiri dari lidah panjangnya 27 cm yang berfungsi merenggut dan

membolak-balikkan makanan, esophagus panjangnya 62 cm yang berfungsi

sebagai penghubung antara mulut dengan rumen, rumen panjangnya 71 cm yang

berfungsi sebagai tempat penyimpanan makan sementara, reticulum 37 cm yang

berfungsi sebagai pembentukan bolus-bolus, omasum 36 cm yang berfungsi

sebagai penyerapan air, abomasum panjangnya 35 cm yang berfungsi sebagai


pencernaan makanan secara enzimatik, usus halus panjangnya 21,06 m yang

berfungsi sebagai penyerapan sari-sari makanan, usus besar panjangnya 286 cm

yang berfungsi reabsorpsi air dan mineral, sekum panjangnya 80 cm yang

berfungsi sebagai pencerna serat kasar, rectum panjangnya 62 cm berfungsi

sebagai tempat pembentukan feses dan anus panjangnya anus panjangnya 6 cm

berfungsi sebagai tempat pengeluaran feses.

B. Saran

Saran dalam praktikum selanjutnya dalam pemotongan ternak diharapkan

agar tidak ada organ yang ikut terpotong dan masih dalam kondisi utuh.

DAFTAR PUSTAKA

Akoso, W. S. 2016. Animal Cultural. The AVI Publishing Co. inc., London.

Blakely, D. B dan Bade S. D. 2013. Textural Analysis of Fatreduced Vanilla Ice


Cream Products. Journal Food Research International. 34:237-246.

Braun dan Jacquat, R. 2011. Ilmu Makanan Ternak Umum. Universitas Gajah
Mada Press. Yogyakarta.

Franson, V. dan Elizabeth A. 2016. Developmental Evolution Of Sexual


Ornamention: Model And a Test Of Feather Growth And Pigmentation.
Jurnal. Departement Of Ecology And Evolutionary Biology Universitas Of
Arizona). USA.
Karta, D. A. 2017. Motor Correlates of Vocal Diversity in Songbirds. Current
Ornithology. 14: 235 – 288.

Murti, M. E. 2014. Poultry Science. 3rd Ed. Interstate Publishers, Inc. USA.
Nuguru, A. E. 2013. Amino Acids Peptides and Protein. Mercil Decker Inc. New
York.

Parasaki, R. 2015. Biologi Vertebrata. Universitas Negeri Yogyakarta.


Yogyakarta.

Prihartini, K. M. 2013. Ilmu Peternakan Umum. Nuffic Universitas Brawijaya.


Malang.

Rianto, D dan Purbowati, M. D. 2011. British Poultry Standards, 4th Ed. London:
Printed in England by Butter dan Tanner. Swiss.

Theron. 2016. Ilmu dan Teknologi Daging. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai