A. Pengaturan (Regulasi)
Regulasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah pengaturan.
Regulasi di Indonesia diartikan sebagai sumber hukum formil berupa peraturan
perundang-undangan yang memiliki beberapa unsur, yaitu merupakan suatu
keputusan yang tertulis, dibentuk oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang,
dan mengikat umum.29 Ruang lingkup peraturan perundang-undangan telah
ditentukan dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan. Dalam Pasal 7 Ayat (1) disebutkan mengenai jenis
dan hierarki peraturan perundang-undangan, yaitu:
1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Tap MPR;
3. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;
4. Peraturan Pemerintah;
5. Peraturan Presiden;
6. Peraturan Daerah Provinsi dan
7. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.
Penjelasan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan Tap
MPR adalah Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara dan
Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat yang masih berlaku sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 dan Pasal 4 Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat
Republik Indonesia Nomor: I/MPR/2003 tentang Peninjauan Terhadap Materi dan
Status Hukum Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara dan
Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Tahun 1960 sampai dengan Tahun
2002, tanggal 7 Agustus 2003.
Jenis dan hierarki peraturan perundang-undangan dalam Pasal 7 di atas
berbeda dengan UU. No. 10 Tahun 20014, yang dirumuskan sebagai berikut:
1. Jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan adalah sebagai berikut:
a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
b. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;
c. Peraturan Pemerintah;
d. Peraturan Presiden;
e. Peraturan Daerah.
2. Peraturan Daerah sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) huruf e meliputi:
a. Peraturan Daerah Provinsi dibuat oleh dewan perwakilan rakyat daerah
provinsi bersama gubernur;
b. Peraturan Daerah kabupaten/kota dibuat oleh dewan perwakilan rakyat
daerah kabupaten/kota bersama bupati/walikota;
c. Peraturan Desa/peraturan yang setingkat, dibuat oleh badan perwakilan
desa atau nama lainnya bersama dengan kepala desa atau nama lainnya.
3. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembuatan peraturan
desa/peraturan yang setingkat diatur dengan peraturan daerah kabupaten/kota
yang bersangkutan.
29 Maria Farida Indrati S. 2007. Ilmu Perundang-undangan: Jenis, Fungsi, dan Materi
Muatan. Yogyakarta: Kanisius. hlm. 12.
23
33 B. Hestu Cipto Handoyo. 2008. Prinsip-Prinsip Legal Drafting dan Desain Naskah
Akademik. Yogyakarta: Penerbit Universitas Atma Jaya Yogyakarta. hlm. 110.
24
36 I.C. van der Vlies, Het wetsbegrip en beginselen van behoorlijke regelgeving, ’s-
Gravenhage: Vuga 1984 hal 186 seperti dikutip oleh A. Hamid S. Attamimi, Peranan
Keputusan Presiden Republik Indonesia dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Negara,
25
hal. 330, dalam Maria Farida Indrati, S., Ilmu Perundang-undangan, Jenis, Fungsi, dan
Materi Muatan, Jakarta: Kanisius, hlm. 253-254.
37 A. Hamid Attamimi, Ibid., hal. 344-345 dalam Maria Farida Indrati S., Ibid. hlm. 254-
256.
38 A. Hamid Attamimi, Ibid., hal. 344-345 dalam Maria Farida Indrati S., Ibid. hlm. 256.
26
39 Lihat ibid atau lebih detail temukan pada pendapat Axelrod pada bukunya Axelrod, R M,
The Evolution of Cooperation Basic Books, New York, NY 1984.
29
40 Ibid, dapat dilihat pula pada Asian Development Bank, “Draft Country Governance
Assessment Report”, Indonesia Jakarta 2002
30
semua kegiatan, fakta, dan situasi yang dibutuhkan. Keleluasaan dapat dituangkan
secara eksplisit dan implisit dalam suatu peraturan.
Keadilan.
Pemenuhan tingkat keadilan seringkali dipandang semu, sulit diukur, dan
berbeda antara satu kepentingan dengan kepentingan lainnya. Namun demikian,
setiap warga negara memiliki kedudukan yang sama di depan hukum dan berhak
mendapatkan keadilan. Prinsip keadilan sesungguhnya memiliki keterkaitan erat
dengan supremasi hukum. Supremasi hukum yang menentukan arah dan
menjamin kepastian hukum, keadilan, dan pembelaan hak asasi manusia. Hukum
ditegakkan bukan atas dasar kepentingan kekuasaan ataupun golongan
kepentingan tertentu, melainkan demi nama keadilan. Keadilan tidak semata
ditegakkan hanya demi mewujudkan aturan hukum secara adil. Keadilan harus
didukung oleh keberadaan institusi hukum dan aparat penegak hukum yang jujur,
profesional dan tidak terpengaruh oleh golongan manapun.