24
Berdasarkan Pasal 5 ayat (1).
25
Berdasarkan Pasal 22.
26
Berdasarkan Pasal 5 ayat (1).
13
yang dilakukan pada tanggal 5 Juli 1959 dengan Keputusan Presiden No.
150 tahun 1959 yang dikenal dengan Dekrit Presiden dengan aklamasi
diterima oleh DPR-GR dan pemerintah yang pada waktu itu bersama-sama
melakukan kedaulatan yang ada di tangan rakyat. Pengakuan adanya
kekuasaan Presiden yang luar biasa ini adalah terlepas dari UUD 1945.
Dengan diakuinya kekuasaan Presiden yang luar biasa ini, maka harus
diakui pula adanya kuasaan Presiden untuk mengatur segala sesuatu yang
sangat erat hubungan dan sesungguhnya inhaerent dengan tindakan yang
diambil dengan wewenang luar biasa itu. Pengembalian konstelasi
kenegaraan dari suasana UUDS 1950 ke UUD 1945 harus segera disusul
dengan tindakan-tindakan yang erat sekali hubungan dengan pengembalian
itu. Tindakan Presiden ini dijelmakan dengan bentuk penetapan Presiden,
karena masih berada dalam keadaan darurat yang menyebebkan
dikeluarkannya Dekrit itu, maka Presiden masih berwenang untuk mengatur
suatu yang berdasarkan negara dalam keadaan darurat ini, juga dijelmakan
dalam Penetapan Presiden. Dalam kekuasaan UUD 1945, Presiden
mempertanggungjawabkan semua tindakannya termasuk peraturan yang
dibentuk bernama Penetapan Presiden, maka MPR sesuai pasal 1 ayat 2
UUD 1945 yang berbunyi: “kedaulatan ada di tangan rakyat dan dilakukan
sepenuhnya oleh MPR”. Kekuasaan mengarur dengan Penetapan Presiden
dapat pula bersumber pada IV Aturan Peralihan sebagai kekuasaan luar
biasa Presiden sebelum MPR dibentuk. Apabila masih diperlukan peraturan
pelaksanaan untuk Peraturan Presiden maka dapat dibentuk Keputusan
Presiden. Selanjutnya Instansi-instansi lain hendak melakukan wewenang
mengatur dengan suatu peraturan, jika perlu disusul dengan instruksi dan
melakukan wewenang lainnya dengan suatu keputusan.
Setelah runtuh rezim Orde Lama, lahirlah rezim baru yang disebut dengan
Orde Baru.Terjadi perubahan mengenai peraturan perundang-undang yakni, sejak
tahun 1966 sampai dengan sekarang telah dilakukan perubahan atas hierarki (tata
urutan) peraturan perundang-undangan di Indonesia. Pada tahun 1966, dengan
Ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966 Lampiran 2, disebutkan bahwa hierarki
peraturan perundang-undangan Indonesia adalah:
1. Undang-undang Dasar 1945
2. Ketetapan MPR
3. Undang-undang atau Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang
4. Peraturan Pemerintah
5. Keputusan Presiden
6. Peraturan-peraturan pelaksananya, seperti:
- Peraturan Menteri
- Instruksi Menteri
- Dan lain-lainnya
Rezim orde Baru bermaksud akan menjalankan UUD 1945 secara murni
dan konsekuen, karena adanya jenis peraturan yang isi dan bentuknya merajalela
pada peraturan yang ada di atasnya, termasuk dalam hal ini adalah badan
pembentuk peraturan perundang-undangan.
1. Badan Pembentuk Undang-undang:
17