Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sistem pencernaan adalah proses perubahan pakan menjadi zat yang dapat

diserap oleh tubuh, proses ini terjadi di dalam organ pencernaan yang dimulai di

mulut dan berakhir di anus. Perncernaan sangat penting bagi mahluk hidup karena

tanpa proses pencernaan mahluk hidup khususnya manusia dan hewan tidak dapat

menyerap zat-zat yang dibutuhkan oleh tubuh sehingga tidak dapat bertahan

hidup.

Berdasarkan sistem pencernaannya hewan ternak terbagi 2 yaitu ternak

monogastrik dan polygastrik. Monogastrik adalah hewan ternak yang memiliki

lambung ganda, sistem percernaannya berlangsun cepat karena tidak harus

melalui pemamah biakan atau pengunyahan dua kali di mulut. Sedangkan

polygastrik adalah hewan yang memiliki lambung ganda atau bagian lambungnya

terdiri dari empat bagian yaitu rumen, retikulum, omasum dan abomasum. Hewan

ternak polygastrik memiliki proses pencernaan yang cukup panjang karena harus

melalui yang namanya proses pemamah biakan atau pengunyahan dua kali dimana

saat pakan berada di dalam retikulum akan dibawa kembali ke mulut untuk

melalui proses remastikasi dan reinsalivasi, proses ini dinamakan proses

regurgitasi. Hewan polygastrik atau berlambung ganda disebut juga ruminansia,

hewan inilah yang paling banyak dijumpai di kalangan masyarakat karena


manfaatnya sebagai sumber pangan dan juga dapat digunakan sebagai alat angkut

yang dapat memudahkan pekerjaan manusia.

Berdasarkan uraian di atas maka yang melatarbelakangi dilakukan

praktikum ini adalah untuk mengetahui organ pencernaan ruminansia, fungsi-

fungsinya dan ukuran organ pencernaan ruminansia.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari praktikum ini adalah bagaimana sistem pencernaan

ternak ruminansia serta bagaimana fungsi, bentuk dan ukuran dari setiap organ

pencernaan ruminansia?

C. Tujuan

Tujuan dari praktikum kali ini yaitu dapat mengetahui sistem pencernaan

ternak ruminansia serta fungsi, bentuk dan ukuran dari setiap organ pencernaan

ruminansia.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Ternak Ruminansia

Pada mulanya jenis-jenis hewan ini hanya mampu menghasilkan susu

sebatas cukup untuk memenuhi kebutuhan anaknya yang baru lahir sampai tiba

saatnya disapih. Karena adanya variasi alam, ada beberapa hewan menyusui

tersebut yang menghasilkan susu melebihi kebutuhannya. Hewanhewan yang

demikian ini kemudian diternakkan dan diikuti dengan usaha merangsang

bekerjanya kelenjar susu secara maksimal melalui perbaikan tata-Iaksana

pemeliharaan (Management), pemberian pakan (Feeding), dan pemuliaan

(Breeding). Usaha-usaha tersebut meliputi perkandangan, pemberian pakan yang

rasional, pemerahan secara teratur, pemeliharaan kesehatan, pengaturan

perkawinan, persilangan, inseminasi buatan, transfer embrio, dsb. Lambat laun

orang mendapatkan sekelompok ternak yang mampu menghasilkan susu lebih

banyak dan lebih baik kualitasnya. Perbaikan manajemen, pakan, dan pemuliaan

tersebut dilakukan secara terus menerus selama puluhan bahkan ratusan tahun,

sehingga terciptalah jenis-jenis ternak perah yang unggul sekarang ini (Suriasih

dkk, 2015).

Ternak adalah hewan ternak yang produksinya diperuntukkan sebagai

penghasil pangan, bahan baku industry, jasa d an atau hasil ikutannya yang

berkaitan dengan pertanian (Tim Pemkab Bengkulu, 2013).


Ternak ruminansia adalah kelompok ternak mamalia yang bisa memamah

(memakan) dua kali sehingga disebut juga sebagai hewan pemamah biak. Pada

ternak ruminansia seperti sapi memiliki empat kompartemen perut yang terdiri

dari rumen, retikulum, omasum, dan abomasum (Fitri, 2017).

Contoh hewan ruminansia antara lain sapi, kambing dan domba

kebanyakan mengkonsumsi hijauan pakan dikarenakan memiliki lambung yang

dapat mencerna serat kasar (Lavare dan Putri, 2015).

Ternak sapi merupakan ternak ruminansia besar yang memiliki

kemampuan tinggi untuk mengubah hijauan yang berkualitas rendah menjadi

produk yang bermanfaat bagi kehidupan manusia dalam bentuk daging. Secara

garis besar, nenek moyang sapi yang ada di dunia terdiri dari Bos sondaicus, Bos

indicus, dan Bos Taurus. Pada waktu kecil, sapi Bali berwarna sawo matang atau

merah bata, yang merupakan ciri utama sapi-sapi keturunan Bos sondaicus. Pada

sapi Bali betina, warna ini bertahan sampai dewasa. Sementara itu, pada sapi bali

jantan warnanya akan berubah menjadi kehitaman ketika dewasa (Malau, 2017).

Keunggulan ternak ruminansia dari non ruminansia adalah dengan adanya

tempat pencernaan yang komptek pada ternak ruminansia yang disebut rumen.

Rumen adalah suatu ekosistim yang komplek yang dihuni oeh beraneka ragam

mikroba yang anaerob yang keberadaannya sangat banyak tergantung pada pakan

(Gusti, 2016).
Qs. An-Nahl/16:5

٥ََ‫ءَوم َٰن ِف ُعَو ِم أنهاَت أأ ُكلُون‬ٞ ‫ِف‬


‫وَٱ أۡل أن َٰعمََخلقه ۖاَل ُك أمَفِيهاَد أ‬
Terjemahnya:
(5) Dan Dia telah menciptakan binatang ternak untuk kamu; padanya
ada (bulu) yang menghangatkan dan berbagai-bagai manfaat, dan
sebahagiannya kamu makan.

Ayat di atas mengandung makna bahwa (Dan binatang ternak) yakni unta,

sapi dan kambing. Lafal al-an`aam dibaca nashab karena dinashabkan oleh fi`il

yang diperkirakan keberadaannya lalu fi`il tersebut ditafsirkan atau dijelaskan

oleh lafal berikut ini, yaitu: (Dia telah menciptakannya untuk kalian) sebagian dari

manusia (padanya ada kehangatan) yaitu bulu dan kulitnya dapat dibuat pakaian

dan selimut untuk penghangat tubuh kalian (dan berbagai manfaat) yaitu dari

anak-anaknya, air susunya dan dapat dijadikan sebagai kendaraan (dan

sebagiannya kalian makan) zharaf didahulukan karena untuk tujuan fashilah.

B. Sistem Pencernaan Ruminansia

Ternak sapi merupakan salah satu jenis ternak ruminansia besar yang

populer dikalangan peternak Indonesia. Sapi potong terkenal karena ketahanannya

dan merupakan ternak yang tersebar luas, biasanya dipelihara sebagai tabungan

hidup, ternak potong dan sumber pupuk kandang. Sapi potong di Indonesia

merupakan hewan yang memiliki badan yang sangat besar dan tahan terhadap

berbagai kondisi dan mampu beradaptasi dengan baik diberbagai lingkungan alam

setempat (Ahmadi, 2107).

Sapi Bali adalah jenis sapi lokal yang memiliki kemampuan beradaptasi

dengan lingkungan baru. Kemampuan tersebut merupakan faktor pendukung


keberhasilan budidaya sapi Bali. Populasi sapi Bali yang meningkat akan

membantu mensukseskan program pemeritah untuk swasembada daging tahun

2014 (Ni’am dkk, 2012).

Ternak ruminansia memiliki urutan organ saluran pencernaan yaitu

esofagus, rumen, retikulum, omasum, abomasum, usus besar, sekum, usus besar

dan berakhir di anus. Saluran pencernaan hewan ruminansia adalah mulut,

esofagus, lambung yang memiliki 4 bagian yaitu rumen, retikulum, omasum,

abomasum, usus halus, usus besar, sekum, dan anus (Lavare dan Putri, 2015).

1. Mulut

Pencernaan di mulut pertama kali di lakukan oleh gigi molar dilanjutkan

oleh mastikasi dan di teruskan ke pencernaan mekanis. Di dalam mulut terdapat

saliva. Saliva adalah cairan kompleks yang diproduksi oleh kelenjar khusus dan

disebarkan ke dalam cavitas oral (Fadil, 2015).

2. Farin dan esophagus

Merupakan saluran yang menghubungkan antara rongga mulut dengan

lambung. Pada ujung saluran esophagus setelah mulut terdapat daerah yang

disebut faring. Pada faring terdapat klep, yaitu epiglotis yang mengatur makanan

agar tidak masuk ke trakea (tenggorokan). Fungsi esophagus adalah menyalurkan

makanan ke lambung. Agar makanan dapat berjalan sepanjang esophagus,

terdapat gerakan peristaltik sehingga makanan dapat berjalan menuju lambung

(Fadil, 2015).

3. Lambung
Lambung berada di bagian kranial ruang abdomen sebelah kiri. Bagian

anteriornya berbatasan dengan otot diafragma, bagian ventro-medial ditutupi oleh

hati dan bagian lateral oleh limpa. Kondisi ini mirip seperti pada mamalia

umumnya, misalnya pada marsupial (Ursula dkk, 2016)

Menurut Gusti (2016), lambung ruminansia terdiri dari 4 bagian yaitu:

a. Rumen

1) Letak : rumen terletak di sebelah kiri rongga perut

2) Anatomi : permukaannya dilapisi oleh papilai untuk memperluas

permukaan sehingga dapat meningkatkan penyerapan (Absorpsi)

3) Terdiri dari 4 kantong (saccus)

4) Terbagi menjadi 4 zona.

5) Kondisi :

a) Kandungan Bahan Kering Isi Rumen 10-15%,

b) pH 6.0 – 7,0.

c) Suhu 38 – 42 oC

d) Berat Jenis/BJ 1,022 – 1,055.

e) Gas CO2, H2, CH4, N2, O2 , H2S.

f) Mikroba (Bakteri, Protozoa, Fungi)

g) An aerob.

h) Tempat pencampuran

b. Retikulum
Retikulum sering disebut sebagai perut jalang atau hardware stomach.

Fungsi retikulum adalah sebagai penahan partikel pakan pada saat regurgitasi

rumen. Retikulum berbatasan langsung dengan rumen, akan tetapi diantara

keduanya tidak ada dinding penyekat. Pembatas diantara retikulum dan rumen

yaitu hanya berupa lipatan, sehingga partikel pakan menjadi tercampur (Nindi

dkk, 2014).

Retikulum berfungsi sebagai tempat pengadukan dan pencampuran

makanan menggunakan enzim-enzim sehingga makan tersebut menjadi gumpalan-

gumpalan kasar (bolus) (Fitri, 2017).

c. Omasum

Omasum sering juga disebut dengan perut buku, karena permukaannya

berbuku-buku. Ph omasum berkisar antara 5,2 sampai 6,5. Antara omasum dan

abomasums terdapat lubang yang disebut Omaso abomasal orifice. Letak omasum

di sebelah kanan (retikulum) disebelah rusuk 7-11. Omasum berbentuk ellips.

Permukaan dalam berbentuk laminae (perut buku) pada lamina terdapat papila

untuk absorpsi. Fungsinya sebagai Grinder, Filtering, fermentasi, absorpsi (Nindi

dkk, 2014).

d. Abomasum

Abomasum sering juga disebut dengan perut sejati. Fungsi Omaso

abomasal orifice adalah untuk mencegah digesta yang ada di abomasum kembali

ke omasum. Ph pada abomasum asam yaitu berkisar antara 2 sampai 4,1.

Abomasum terletak dibagian kanan bawah dan jika kondisi tiba-tiba menjadi

sangat asam, maka abomasum dapat berpindah kesebelah kiri. Permukaan


abomasum dilapisi oleh mukosa dan mukosa ini berfungsi untuk melindungi

dinding sel tercerna oleh enzim yang dihasilkan oleh abomasum. Sel-sel mukosa

menghasilkan pepsinogen dan sel parietal menghasilkan HCl. Pepsinogen

bereaksi dengan HCl membentuk pepsin. Pada saat terbentuk pepsin reaksi terus

berjalan secara otokatalitik. Letak obamasum pada dasar perut (kanan bawah)

berbentuk memanjang. Bagian dalam terdapat tonjolan (fold) yang berfungsi

sebagai absorpsi.Terdiri 3 bagian yaitu kardia (sekresi mukus), Fundika

(pepsinogen, renin, HCl, mukus) , Pilorika (sekresi mukus). Abomasum berfungsi

sebagai tempat permulaan pencernaan enzimatis (perut sejati) pencernaan protein

serta mengatur arus digesta dari abomasum ke duodenum (Nindi dkk, 2014).

4. Usus halus

Fungsi Usus Halus (Intestinum Tenue) adalah sebagai pencernaan

enzimatis dan absorpsi. Usus halus terbagi atas 3 bagian, yaitu: deudenum,

jejenum, dan ileum, berdasarkan pada perbedaan-perbedaan struktural

histologis/mikroskopis. Deudenum merupakan bagian yang pertama dari usus

halus. Ini amat dekat dengan dinding tubuh dan terikat pada mesenteri yang

pendek, yaitu mesoduodenum. Duktus yang berasal dari pankreas dan hati masuk

ke bagian pertama dari duodenum. Duodenum meninggalkan pilorus dari perut

dan ke arah kaudal pada sisi kanan menuju ke Pelvic inlet. Duodenum kemudian

menjulang ke sisi kiri di belakang akar dari mesenteri besar dan membelok ke

depan untuk bergabung dengan jejunum. Saluran yang berasal dari hati dan

saluran pankreas, menyatu ke dalam duodenum, pada jarak yang pendek di

belakang pilorus. Jejenum dengan jelas dapat dipisahkan dengan duodenum.


Jejenum bermula dari kira-kira pada posisi dimana mesenteri mulai kelihatan

memanjang (pada duodenum mesenterinya pendek). Jejenum dan ileum itu

bersambung dan tidak ada batas yang jelas di antaranya. Bagian terakhir dari usus

halus adalah ileum. Persambungannya dengan usus besar adalah pada osteum

iliale (bukan Ileal) (Fadil, 2017).

5. Sekum

Berfungsi sebagai tempat fermentasi oleh mikroba, Absorpsi VFA dan air,

Konsentrasi VFA: sekum: 7 mM, kolon: 60 mM (rumen = 100 – 150 mM) (Nindy

dkk, 2014)

6. Usus besar

Usus besar terdiri atas sekum, yang merupakan suatu kantung buntu dan

kolon yang terdiri atas bagian-bagian yang naik, mendatar dan turun. Bagian yang

turun akan berakhir di rektum dan anus. Variasi pada usus besar (terutama pada

bagian kolon yang naik) dari satu spesies ke spesies yang lain, jauh lebih

menonjol dibandingkan dengan pada usus halus. Kolon yang menurun, bergerak

ke depan di antara dua lapis mesenteri yang menyangga usus halus. Lop proksimal

(ansa proksimalis) terletak di antara sekum dan kolon spiral (ansa spiralis). Ansa

spiralis itu tersusun dalam bentuk spiral. Bagian yang pertama membentuk spiral

ke arah pusat lilitan (bersifat sentripetal) sedangkan bagian berikutnya membentuk

14 spiral yang menjauhi pusat lilitan (sentrifugal). Bagian terakhir dari kolon yang

naik yaitu ansa distalis, menghubungkan ansa spiralis dengan kolon transversal.

Kolon transversal menyilang dari kanan ke kiri dan berlanjut terus ke arah kaudal
menuju ke rektum dan anus, bagian terminal dari saluran pencernaan. Fungsi usus

besar adalah sebagai fermentasi oleh mikroba (Fadil, 2017).

7. Rektum

Merupakan lubang tempat pembuangan feses dari tubuh. Sebelum dibuang

lewat anus, feses ditampung terlebih dahulu pada bagian rektum. Apabila feses

sudah siap dibuang maka otot spinkter rektum mengatur pembukaan dan

penutupan anus. Otot spinkter yang menyusun rektum ada 2, yaitu otot polos dan

otot lurik. Fungsi rektum adalah sebagai tempat pembuangan feses (Fadil, 2017).

8. Anus

Anus merupakan daerah Sphincter pada ujung saluran pencernaan dan

meliputi Sphincter ani externa yang terdiri atas otot bergaris melintang, di bawah

kontrol volunter dan Sphincter ani interna yang terdiri atas otot polos involunter.

Pada permulaan defeksi suatu gelombang kontraksi berjalan sepanjang kolon dan

mendesak massa feses ke dalam rektum yang biasanya kosong (Siswanto, 2017).
BAB III

METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan tempat

Waktu dan tempat dilaksanakan praktikum ini yaitu pada hari Kamis

tanggal 29 November 2018 pukul 10.30-12.30 WITA bertempat di Teknologi

Hasil Ternak Jurusan Ilmu Peternakan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas

Islam Negeri Alauddin Makassar.

B. Alat dan bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah:

1. Alat

Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah meteran, alat tulis,

kacamata dan kamera ponsel.

2. Bahan

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah kerangka awetan organ

pencernaan ternak ruminansia, masker dan handcoon.

C. Prosedur Kerja

Adapun prosedur kerja yang digunakan pada praktikum ini yaitu:

a. Menyiapkan alat dan bahan

b. Mengidentifikasi dan mengamati setiap organ pencernaan

c. Mengukur setiap organ pencernaan

d. Mencatat hasil pengamatan

e. Mengambil gambar
BAB IV

HASIL PENGAMATAN

A. Hasil Pengamatan

1. Sistem Pencernaan ternak ruminansia dan non rumiminansia


Tabel 1. Hasil Pengamatan sistem Pencernaan Ternak Sapi/Ruminansia
No Nama Organ Bentuk Ukuran Fungsi

33 cm Sebagai
1. Esofagus penghubung
Lebar: 12
cm antara mulut dan
lambung

Sebagai gudang
tempat
menyimpan
makanan
2. Rumen 50 cm sementara dan
fermentasi oleh
mikroba rumen.

Tempat
pencampuran
makanan
sehingga
membentuk
31 cm bollus-bollus.
3. Retikulum
Tempat
pencampuran
34 cm enzim pencernaan
4. Omasum dan readsorbsi air.

Mencerna
gumpalan
5. Abomasum 47 cm makanan dengan
bantuan enzim
pencernaan

Sebagai tempat
adsorbs air dan
6. 29,59 m sebagai tempat
Usus halus
penyerapan
kembali sari-sari
makanan

. Makanan yang
tidak dicerna di
usus halus seperti
7. Sekum 49 cm biji-bijian akan
dicerna di sekum
dengan bantuan
enzim.

Sebagai tempat
8.
Usus besar 447 m penyerapan air
kembali.
Terletak diujung
Rektum 24 cm dari colom yg
9. terletak didaerah
pelvis.

Tempat
pembuangan sisa
10 Anus 6 cm
makanan berupa
ampas.

Sumber: Laboratorium Teknologi Hasil Ternak Jurusan Ilmu Peternakan Fakultas Sains Dan
Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar 2018

2. Gambar hasil Pengamatan Sistem Pencernaan Ternak Ruminansi

a) Gambar asli Sistem Pencernaan Ternak Ruminansi

Sumber: Laboratorium Teknologi Hasil Ternak Jurusan Ilmu Peternakan Fakultas Sains
dan Teknologi Universitas Islam Negeri Makassar, 2018.
b) Gambar literature

Sumber: http://sudutkamarsaya.blogspot.co.id/2013/05/10/saluran-pencernaan- ruminansia.html

B. Pembahasan

Ternak ruminansia adalah hewan mamalia herbivora yang memiliki

lambung ganda atau polygastrik dan memamah biak atau mengunyah dua kali.

Ternak ruminansia memilik pencernaan yang kompleks dan lama karena

pakannya berupa serat kasar.

Berdasarkan hasil pengamatan dihasilkan ukuran organ pencernaan yaitu

pada esophagus dengan ukuran 33 cm, rumen 50 cm, retikulum 31 cm, omasum

34 cm, abomasum 47 cm, usus halus 29,59 m, sekum 49 cm, usus besar 4,47 cm,

rektum 24 cm dan anus 6 cm. Hal ini tidak sesuai dengan pendapat Tim

Kemendikbud (2017) yang menyatakan bahwa usus pada sapi sangat panjang,

usus halusnya bisa mencapai 40 meter dan pendapat Nindy dkk (2014), yang

menyatakan bahwa esofagus berdinding tipis dan panjangnya bervariasi

diperkirakan sekitar 5 cm. Hal ini dikarenakan bahan yang digunakan saat
praktikum adalah organ pencernaan sapi yang diawetkan sehingga mempengaruhi

ketepatan ukuran organ pencernaan sapi.

Esophagus berukuran 33 cm denan diameter 12 cm berfungsi sebagai

penghubung antara mulut dan lambung. Memiliki bentuk seperti saluran seperti

pipa dan memiliki panjang yang pendek. Sesuai dengan pendapat Fadil (2015),

yang menyatakan bahwa Esophagus erupakan saluran yang menghubungkan

antara rongga mulut dengan lambung. Fungsi esophagus adalah menyalurkan

makanan ke lambung. Agar makanan dapat berjalan sepanjang esophagus,

terdapat gerakan peristaltik sehingga makanan dapat berjalan menuju lambung

(Fadil, 2015).

Rumen berfungsi sebagai gudang tempat menyimpan makanan sementara

dan fermentasi oleh mikroba rumen. Didapatkan bahwan ukuran rumen yaitu 50

cm, di permukaan rumen terdapat papilla oleh karena itu rumen disebut sebagai

perut beludru. Hal ini sesuai dengan pendapat Gusti (2016), yang menyatakan

bahwa permukaannya dilapisi oleh papila untuk memperluas permukaan sehingga

dapat meningkatkan penyerapan (Absorpsi).

Retikulum memiliki ukuran 31 cm dan berfungsi sebagai tempat

pencampuran makanan sehingga membentuk bollus-bollus. Retikulum terletak di

samping rumen dalam lambung. Retikulum memiliki permukaan seperti jala

karena itu retikulum disebut perut jala. Hal ini sesuai dengan pendapat Nindi dkk

(2014), yang menyatakan bahwa retikulum berbatasan langsung dengan rumen,

akan tetapi diantara keduanya tidak ada dinding penyekat.


Omasum berukuran 34 cm adalah tempat pencampuran enzim pencernaan

dan readsorbsi air. Omasum disebut sebagai perut buku karena memiliki lipatan-

lipatan seperti lipatan buku. Hal ini sesuai dengan pendapat Nindi dkk (2017) yang

menyatakan bahwa omasum berbentuk ellips. Permukaan dalam berbentuk

laminae (perut buku) pada lamina terdapat papila untuk absorpsi.

Abomasum memiliki ukuran 47 cm merupakan tempat mencerna

gumpalan makanan dengan bantuan enzim pencernaan. Abomasum memiliki

lapisan yang tipis, meskipun volume rumen lebih besar tetapi dilihat dari

ukurannya, abomasum pada ternak ruminansia besar bisa menampung pakan

yang banyak. Hal ini sesuai dengan pendapat Nindi dkk (2017), yang menyatakan

bahwa abomasum berfungsi sebagai tempat permulaan pencernaan enzimatis

(perut sejati) pencernaan protein serta mengatur arus digesta dari abomasum ke

duodenum.

Usus halus berfungsi sebagai tempat adsorbsi air dan sebagai tempat

penyerapan kembali sari-sari makanan. Bagian ini memiliki ukuran 29,59 cm.

Usus halus terdiri dari 3 bagian yaitu duodenum, jejenum dan ileum. Hal ini

sesuai dengan pendapat Fadil (2017), yang menyatakan bahwa fungsi usus halus

(Intestinum Tenue) adalah sebagai pencernaan enzimatis dan absorpsi. Usus halus

terbagi atas 3 bagian, yaitu deudenum, jejenum, dan ileum, berdasarkan pada

perbedaan-perbedaan struktural histologis/mikroskopis.

Sekum memiliki panjang 49 cm berfungsi sebagai tempat mencerna

makanan yang tidak dicerna di usus halus seperti biji-bijian akan dicerna di sekum

dengan bantuan enzim. Sekum terletsk di antara usus halus dan usus besar. Hal
ini sesuai dengan pendapat Nindi dkk (2017), yang menyatakan bahwa sekum

berfungsi sebagai tempat fermentasi oleh mikroba.

Usus besar memiliki panjang 47 m dan berbentuk saluran. Fungsi usus

besar yaitu sebagai tempat penyerapan kembali air. Usus besar berujung di rektum

lalu ke anus. Hal ini sesuai dengan pendapat Fadil (2017), yang menyatakan

bahwa usus besar terdiri atas sekum, yang merupakan suatu kantung buntu dan

kolon yang terdiri atas bagian-bagian yang naik, mendatar dan turun. Bagian yang

turun akan berakhir di rektum dan anus.

Rektum berfungsi sebagai tempat penampungan makanan sementara

sebelum feses dibuang melalui anus. Ukuran rektum 24 cm dan terletak di ujung

colon. Hal ini sesuai dengan pendapat Fadil (2017), yang menyatakan bahwa

rektum merupakan lubang tempat pembuangan feses dari tubuh. Sebelum dibuang

lewat anus, feses ditampung terlebih dahulu pada bagian rektum. Apabila feses

sudah siap dibuang maka otot spinkter rektum mengatur pembukaan dan

penutupan anus. Otot spinkter yang menyusun rektum ada 2, yaitu otot polos dan

otot lurik. Fungsi rektum adalah sebagai tempat pembuangan feses.

Anus berukuran 6 cm sebagai tempat pembuangan sisa makanan berupa

ampas. Terdapat lubang sebagai tempat keluar feses. Hal ini sesuai dengan

pendapat Siswanto (2017), yang menyatakan bahwa anus merupakan daerah

Sphincter pada ujung saluran pencernaan dan meliputi Sphincter ani externa yang

terdiri atas otot bergaris melintang,


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa sistem

pencernaan ruminansia dimulai dari esophagus berukuran 33 cm dengan diameter

12 cm berfungsi sebagai penghubung antara mulut dan lambung. Memiliki bentuk

seperti saluran seperti pipa dan memiliki panjang yang pendek. Rumen berfungsi

sebagai gudang tempat menyimpan makanan sementara dan fermentasi oleh

mikroba rumen. Berukuran 50 cm, di permukaan rumen terdapat papilla oleh

karena itu rumen disebut sebagai perut beludru. Retikulum memiliki ukuran 31

cm dan berfungsi sebagai tempat pencampuran makanan sehingga membentuk

bollus-bollus. Retikulum terletak di samping rumen dalam lambung. Retikulum

memiliki permukaan seperti jala karena itu retikulu disuebut perut jala. Omasum

berukuran 34 cm adalah tempat pencampuran enzim pencernaan dan readsorbsi

air. Omasum disebut sebagai perut buku karena memiliki lipatan-lipatan seperti

lipatan buku. Abomasum memiliki ukuran 47 cm merupakan tempat mencerna

gumpalan makanan dengan bantuan enzim pencernaan. Abomasum memiliki

lapisan yang tipis, meskipun volume rumen lebih besar tetapi dilihat dari

ukurannya, abomasum pada ternak ruminansia besar bisa menampung pakan

yang banyak. Usus halus berfungsi sebagai tempat adsorbs air dan sebagai tempat

penyerapan kembali sari-sari makanan. Bagian ini memiliki ukuran 29,59 cm.

Usus halus berbentuk saluran panjang yang memiliki dinding tipis. Usus besar
memiliki panjang 47 m dan berbentuk saluran. Fungsi usus besar yaitu sebagai

tempat penyerapan kembali air. Sekum memiliki panjang 49 cm berfungsi sebagai

tempat mencerna makanan yang tidak dicerna di usus halus seperti biji-bijian akan

dicerna di sekum dengan bantuan enzim. Sekum terletsk di antara usus halus dan

usus besar. Usus besar berujung di rektum lalu ke anus. Rektum berfungsi sebagai

tempat penampungan makanan sementara sebelum feses dibuang melalui anus.

Ukuran rektum 24 cm dan terletak di ujung colon.

B. Saran

Saran saya pada praktikum pada saat praktikum mengamati organ

pencernaan sebaiknya organ yang digunakan adalah organ yang segar agar tidak

mempengaruhi hasil pengukuran organ pencernaan.


DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Yourizal N. 2017. Karasteristik Peternak Sapi Potong Di Kecamatan


Badas Kabupaten Kediri. Universitas PGRI Kediri. Kediri

Fadil. 2015. Organ-Organ Pencernaan Pada Ternak Ruminansia, Zat-Zat Toksit


Pada Pakan Nabati Dan Mekanisme Keracunan Pada Ternak. Universitas
Tadulako. Palu

Fitri, Nurul S. 2017. Mengenal Keragaman Mikroba Rumen pada Perut Sapi
Secara Molekuler. Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI. Bogor

Gusti, I L. 2017. Bahan Ajar Ruminologi. Universitas Udayana. Denpasar

Ni’am H. U. M., A. Purnomoadi dan S. Dartosukarno. 2012. Hubungan Antara


Ukuran-Ukuran Tubuh Dengan Bobot Badan Sapi Bali Betina Pada
Berbagai Kelompok Umur. Universitas Diponegoro. Semarang

Lavare Allainnur Tungga dan Putri Rafleiwati. 2015. “Organ Pencernaan


Ruminansia, Pseudoruminansia dan Monogastrik Berdasarkan
Karakteristik Pengamatan”. Universitas Diponegoro. Semarang

Malau, M. 2017. Analisis Potensi Sumber Daya Lahan Untuk Pengembangan Sapi
Potong di Kabupaten Karo. Tesis. Sekolah Pasca sarjana. Institut Pertanian
Bogor. Bogor

Nindi Silvya Melyasari, Adliyah Tamrini, Endang Lutvia Ningsih, Frida Dwi
Kurniaty, Nurul Fathonah. 2014. “Makalah Sistem Pencernaan Mamalia”.
Universitas Negeri Surabaya. Surabaya

Nurhardiyanti J. 2017. Sikap Peternak Sapi Potong Pada Pemanfaatan Teknologi


Pengolahan Pakan Fermentasi Jerami Padi Di Kelurahan Salokaraja
Kecamatan Lalabata Kabupaten Soppeng. Unhas. Makassar

Tim Pemkab Bengkulu. 2013. Peraturan Daerah Tentang Penertiban Ternak.


Pemkab Bengkulu. Bengkulu

Siswanto. 2017. Pencernaan. Universitas Udayana. Bali

Suriasih Ketut, Wayan Subagiana, Linda Dolok Saribu. 2015. Ilmu Produksi
Ternak Perah. Universitas Udayana. Bali

Ursula Paulawati Maker, Chairun Nisa, dan Srihadi Agungpriyono. 2016.


Karakteristik Morfologi Esofagus Dan Lambung Bandikut (Echymipera
kalubu). Universitas Papua. Manokwari

Anda mungkin juga menyukai