Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

PENGEMASAN, PENGEPAKAN DAN LABELLING

Evaluasi Kemasan Pangan yang Sudah Beredar Namun Tidak


Sesuai dengan Keamanan Pangan

Disusun Oleh :
Nafaulan Azzahra: 60700117037
A. Anisa Nisda: 60700117067
Jumasari: 60700117055
Irham: 60700117060

JURUSAN ILMU PETERNAKAN

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN

MAKASSAR

2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT,

karena atas rahmat-Nya kami dapat  menyelesaikan makalah mata kuliah

Pengemasan, Pengepakan dan Labelling yang berjudul “Evaluasi Kemasan

Pangan yang Sudah Beredar Namun Tidak Sesuai dengan Keamanan Pangan“.

Dalam penyelesaian makalah ini penulis banyak mendapatkan bantuan dan

bimbingan dari beberapa pihak, untuk itu melalui kata pengantar ini penulis

mengharapkan kritik  dan saran demi kesempurnaan makalah ini.

Semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan semua

pembaca pada umumnya.

Penulis

Masamba, 18 Mei 2020


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang..................................................................................................1

B.     Rumusan Masalah.............................................................................................3

C.     Tujuan Penulisan...............................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertan dan Fungsi Kemasan……………………………………………….4

B.    Jenis-Jenis Kemasan…………………………………………………………...8

C.     Dasar Hukum Tentang Kemasan Pangan………………………………….11

D. Pengertian Label…………………………………………………………….15
E. Evaluasi Kemasan Pangan yang Tidak Sesuai Dengan Keamanan Pangan…16

BAB III PENUTUP

A.    Kesimpulan......................................................................................................18

B. Saran………………………………………………………………………….18

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................20
BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling utama dan

pemenuhannya merupakan bagian dari hak asasi setiap rakyat Indonesia. Pangan

harus senantiasa tersedia secara cukup, aman, bermutu, bergizi dan beragam

dengan harga yang terjangkau oleh daya beli masyarakat, serta tidak bertentangan

dengan agama, keyakinan dan budaya masyarakat. Untuk mencapai semua itu,

perlu diselenggarakan suatu sistem pangan yang memberikan pelindungan, baik

bagi pihak yang memproduksi maupun yang mengonsumsi pangan.

Penyelenggaraan pangan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia

yang memberikan manfaat secara adil, merata dan berkelanjutan dengan

berdasarkan pada kedaulatan pangan, kemandirian pangan, dan ketahanan pangan

(Shalsabyla, 2018).

Sektor pengemasan merupakan industri global yang sangat penting.

Pentingnya pengemasan dapat dilihat dari kenyataan di lapangan bahwa hampir

tidak mungkin ditemui produk yang dijual di pasar dalam kondisi tanpa kemasan.

Teknik pengemasan dan pemilihan kemasan yang tepat memerlukan banyak

pertimbangan. Untuk sebagian besar produk pangan, tujuan utamanya adalah:

kemasan harus menyediakan sifat-sifat perlindungan yang optimal untuk

melindungi produk dari penyebab kerusakan dari luar seperti cahaya, oksigen,

kelembaban, mikroba atau serangga dan juga untuk mempertahankan mutu dan
nilai gizi serta memperpanjang umur simpan. Pertimbangan lainnya adalah:

pengemasan harus didesain dengan bentuk dan ukuran yang cocok dan desain

grafisnya harus mampu menarik pembeli. Disisi lain, perkembangan teknologi

pengemasan sangatlah pesat. Kemasan tidak hanya dituntut untuk memenuhi

fungsifungsi dasar sebagai wadah, perlindungan dan pengawetan, media

komunikasi, serta kemudahan dalam penggunaannya, tetapi saat ini suatu kemasan

juga dituntut untuk ramah lingkungan dan turut aktif dalam memberikan

perlindungan produk (active packaging) serta cerdas dalam memberikan informasi

kondisi produk yang dikemasnya (intelligent packaging) (Sucipta, dkk., 2017).

Saat ini kemasan pangan mulai diperhatikan keamanannya oleh konsumen,

terlebih sejak tahun 2010 lalu, saat gaya hidup sehat menjadi tren dan mulai

bangkit di kalangan masyarakat Indonesia. Konsumen tidak hanya sadar untuk

memilih bahan baku yang aman dan sehat pada menu yang ditawarkan di setiap

restoran atau kafe yang mereka kunjungi, namun kemasan pangan yang

mengusunggo greendan aman juga turut diperhatikan untuk menempatkan

makanan dan minuman yang mereka pesan. Dengan timbulnya kepedulian

konsumen terhadap keamanan kemasan pangan tersebut, menuntut pelaku usaha

restoran, kafe dan usaha lainnya yang bergerak di dunia foodservice harus

menyediakan dan menggunakan kemasan yang aman, go green dan sesuai standar

kemasan pangan yang baik dan aman dari pemerintah (Sucipta, dkk., 2017).

Perkembangan kebutuhan masyarakat terhadap kemasan dapat mendukung

variasi jenis kemasan sesuai dengan bahan makanan yang dikemas. Hal ini
berdampak pada perkembangan teknologi pengemasan makanan dari yang dapat

dioperasikan secara sederhana hingga modern (Nugraheni, 2018).

B.      Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan kemasan?

2. Apa saja jenis-jenis kemasan?

3. Apa dasar hukum tentang kemasan pangan?

4. Apa yang dimaksud dengan label?

5. Bagaimana mengevaluasi kemasan pangan yang tidak sesuai dengan

keamanan pangan?

C.      Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Menjelaskan pengertian kemasan.

2. Menjelaskan jenis-jenis kemasan.

3. Menjelaskan dasar hukum tentang kemasan pangan.

4. Menjelaskan pengertian label.

5. Menjelaskan kemasan pangan yang tidak sesuai dengan keamanan pangan.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertan dan Fungsi Kemasan

Kemasan diartikan secara umum adalah bagian terluar yang membungkus

suatu produk dengan tujuan untuk melindungi produk dari cuaca, guncangan dan

benturan-benturan, terhadap benda lain (Sucipta, dkk., 2017).

Menurut Ahmed, dkk., (2014), kemasan adalah seluruh paket yang

menjadi proposisi penjualan utama, yang merangsang perilaku pembelian

impulsif. Sebuah kemasan yang baik membantu untuk mengidentifikasi dan

membedakan produk kepada konsumen dan digunakan untuk dengan mudah

pengiriman dan tujuan keamanan kemudian kemasan membantu perusahaan

membedakan produk dari merek lain. Fungsi dasar kemasan adalah untuk menjaga

integritas produk denganmelindungi produk makanan yang sebenarnya terhadap

potensi kerusakan dari iklim, bakteriologis dan transit bahaya.

Menurut Taghavi dan Seyedsalehi (2017), kemasan didefinisikan sebagai

wadah untuk produk, yang meliputi warna, pelabelan, bentuk, desain, dan bahan

yang digunakan. Fungsi utama kemasan adalah untuk melindungi produk terhadap

potensi kerusakan selama penanganan, transportasi, penyimpanan, dan operasi.

Kemasan juga memainkan peran kunci dalam membuat pelanggan memutuskan

untuk membeli atau tidak membeli suatu.

Kemasan ada untuk memberikan produk kepada konsumen dalam kondisi

sempurna. kemasan yang dirancang memenuhi persyaratan produk dan


meminimalkan dampak ekonomi dan lingkungan dari kedua produk dan

kemasannya.

Menurut Nugraheni (2018), fungsi kemasan yaitu:

1. Faktor pengaman

Fungsi kemasan sebagai pengaman memiliki prinsip bahwa kemasan yang

dipilih dan diaplikasikan pada bahan pangan dan makanan memiliki kemmapuan

untuk melindungi bahan yang dikemas dari kerusakan, baikkerusakan fisik

(seperti pengaruh mekanik, dan cahaya), kimiawi (permiasi gas, kelembaban

udara/uap air), dan mikrobiologis (bakteri, kapang).

Jenis kemasan, misalkan logam, gelas dan plastik merupakan penghalang

masuknya mikroorganisme ke dalam bahan yang dikemas, tetapi penutup

kemasan merupakan sumber utama dari kontaminasi. Penyebab kontaminasi

mikroorganisme pada bahan pangan adalah: kontaminasi dari udara atau air

melalui lubang pada kemasan yang ditutup secara hermetic, penutupan (proses

sealer) yang tidak sempurna, panas yang digunakan dalam proses sealer pada fi lm

plastik tidak cukup karena sealer yang terkontaminasi oleh produk atau

pengaturan suhu yang tidak baik, kerusakan seperti sobek atau terlipat pada bahan

kemasan.

2. Faktor ekonomi

Faktor ekonomi dalam penggunaan kemasan dilakukan dengan

mempertimbangkan biaya produksi yang seefektif mungkin, sehingga biaya yang

dikeluarkan untuk kemasan tidak melebihi proporsi manfaatnya. Jangan sampai

kemasan justru melambungkan harga produk yang tidak sebanding dengan


manfaat produk yang dikemasnya. Hal ini bisa berdampak pada ketidaktertarikan

konsumen untuk membeli produk tersebut, karena dianggap mahal.

3. Faktor Pendistribusian

Kemasan harus memiliki fungsi untuk memudahkan pendistribusian dari

produsen ke saluran pemasaran yang dibawahnya, misalkan di tingkat

distributor/pengecer. Selain itu juga memberikan kemudahan dalam penyimpanan

dan pemajangan produk di outlet/toko. Memudahkan perhitungan(satu kemasan

berisi 10, 1 lusin, 1 gross dan sebagainya), memudahkan pengiriman dan

penyimpanan. Hal ini penting dalam dunia perdagangan.

4. Faktor komunikasi

Kemasan harus memiliki kemampuan untuk mengkomunikasikan produk

yanga da didalaamnya dengan konsumen. Kemasan harus mencerminkan produk,

citra merk, dan menjadi bagian dari promosi (mudah untuk dilihat, dipahami dan

diingat) oleh konsumen. Desain kemasan adalah bisnis kreatif yang membuat

bentuk, struktur, material, warna, citra, tipografi, dan eleme elemen desain dengan

informasi produk agar produk dapat dipasarkan.

5. Faktor ergonomik

Kemasan yang digunakan memiliki harus memiliki kemudahan untuk

dibawa, dipegang, dibuka dan ditutup kembali, memberikan kemudahan untuk

diambil atau dihabiskan isinya. Sebagai contoh, kemasan besar yang dilengkapi

penjinjing mempermudah saat membawa atau memindahkannya. Lalu berbagai

produk botol dibuat dengan bentuk menyesuaikan genggaman tangan. Kemasaan


atau ukuran produk juga perlu diperhatikan agar mempermudah saat tata letak di

pusat perbelanjaan dan tidak boros tempat.

6. Faktor Estetika

Pemilihan warna,merk, bentuk, komposisi huruf dan tata letak harus

proporsional untuk mendapatkan mutu daya tarik visual secara optimal.

Tujuannya adalah untuk mencapai mutu daya tarik visual secara optimal.

7. Faktor identitas

Kemasan yang digunakan harus mampu menjadi identitas bagi produk

yang dikemas. Identifi kasi suatu produk sangat penting karena pada umumnya

produk perusahaan dijual bersama dengan produk lain yang sejenis. Olehkarena

itu kemasan suatu produk dapat dipakai untuk membedakan dengan produk lain

yang sejenis yang dihasilkan oleh produsen lain.

8. Faktor promosi

Kemasan mempunyai peranan penting dalam bidang promosi, dalam hal

ini kemasan berfungsi sebagai silent sales person. Peningkatan kemasan dapat

efektif untuk menarik perhatian konsumen-konsumen baru. Sebuah kemasan

produk juga berperan penting dalam memberikan informasi produk seperti,

manfaat, kegunaan, tagline, maupun cara pembuatan. Semuanya bisa dicantumkan

pada desain kemasan agar konsumen tahu tentang manfaat dari produk tersebut,

yang terpenting janganlah menyampaikan semuanya hingga desain menjadi penuh

dan malah membuat konsumen menjadi jenuh melihanya.


9. Faktor lingkungan

Trend dalam masyarakat kita akhir-akhir ini adalah kekhawatiran

mengenai polusi, salah satunya pembuangan sampah. Hal ini berkaitan dengan

kebutuhan waktu untuk mengurai sampah ketika dibuang ditanah. Oleh karena itu

saat ini banyak perusahaan yang menggunakan kemasankemasan yang ramah

lingkungan (environmentally friendly), dapat didaur ulang (recyclable) atau dapat

dipakai ulang (reusable).

B. Jenis-Jenis Kemasan

Menurut Sucipta, dkk., (2017), jenis-jenis kemasan yaitu:

1. Kertas

Kertas ada berbagai macam jenis kertas yang dikenal, dengan sifat tertentu

dan dengan aplikasi tertentu. Kertas dibagi dua dalam klasifikasi yang luas, ialah

cultural papers atau fine paper dan industrial paper atau coarse papers. Cultural

paper: antara lain printing paper, litho paper, artpaper dan lain-lain. Industrial

paper: antara lain kraft paper, manila paper, glassine paper, grease-proof paper

dan lain-lain.

Beberapa macam jenis kertas yang umum dipergunakan untuk

pengemasan bahan makan yaitu kertas glasin dan kertasminyak, kertas dikorasi

(litho paper), kertas perkamen, kertas kraft dan kertas karton.

2. Plastik

Plastik merupakan salah satu contoh dari bahan polimer, Polimer atau

yang umum dikenal sebagai plastik ini memiliki densitas yang rendah serta

pemanfaatanya sebagai isolator termal dan listrik. Plastik cenderung bersifat


transparan atau transulen (setidak - tidaknya sebagai lembaran tipis). Selain itu

beberapa jenis plastik bersifat fleksibel dan dapat mudah dibentuk khusunya

dipanaskan.

Seringkali penggunaan plastik tanpa memperhatikan kode penggunaan,

sehingga menimbulkan bahaya pada diri pengguna setelah beberapa waktu

pemakaian. Berikut ini adalah Kode, Jenis-jenis Plastik daur ulang, dan

kegunaannya yang sering kita temukan dalam kehidupan sehari-hari:

Kode 1 : PETE atau PET (polyethylene terephthalate) biasa dipakai untuk

botol plastik yang jernih, tembus pandang seperti botol air mineral, dan hampir

semua botol minuman lainnya. Botol-botol dengan bahan dengan kode 1

direkomendasikan hanya untuk sekali pakai. Jangan pakai untuk air hangat apalagi

panas.

Kode 2: HDPE (high density polyethylene) biasa dipakai untuk botol susu

yang berwarna putih susu, direkomendasikan hanya untuk sekali pemakaian.

Sebaiknya botol yang sudah tampak kusam dan banyak terdapat goresan tidak

dipakai.

Kode 3: PVC (polyvinyl chloride) adalah plastik yang paling sulit di daur

ulang. Plastik ini bisa ditemukan pada plastik pembungkus dan botol-botol.

Kandungan dari PVC yaitu DEHA yang terdapat pada plastik pembungkus dapat

bocor dan masuk ke makanan berminyak bila dipanaskan, PVC bisa berbahaya

untuk ginjal, dan hati.

Kode 4: LDPE (low density polyethylene) biasa dipakai untuk tempat

makanan dan botol-botol yang lembek. Barang-barang dengan kode 4 dapat di


daur ulang dan baik untuk barang-barang yang memerlukan fleksibilitas tetapi

kuat, bisa dibilang tidak dapat di hancurkan tetapi tetap baik untuk tempat

makanan.

Kode 5: PP (polypropylene) adalah pilihan terbaik untuk bahan plastik

terutama untuk yang berhubungan dengan makanan dan minuman seperti tempat

menyimpan makanan, botol minum dan terpenting botol minum untuk bayi.

Karakteristik adalah biasa botol transparan yang tidak jernih atau berawan.

Pilihlah simbol ini bila membeli barang berbahan plastik.

Kode 6: PS (polystyrene) biasa dipakai sebagai bahan tempat makan

styrofoam, tempat minum sekali pakai, dll. Bahan Polystyrene bisa membocorkan

bahan styrine ke dalam makanan ketika makanan tersebut bersentuhan. Bahan

Styrine berbahaya untuk otak dan sistem syaraf. Selain tempat makanan. Bahan

ini harus dihindari dan banyak negara bagian di Amerika sudah melarang

pemakaian tempat makanan berbahan styrofoam.

Kode 7: Other (biasanya polycarbonate) bisa didapatkan di tempat

makanan dan minuman seperti botol minum olahraga. Polycarbonate bisa

mengeluarkan bahan utamanya yaitu Bisphenol-A ke dalam makanan dan

minuman yang berpotensi merusak sistem hormon. Hindari bahan plastik

Polycarbonate.

3. Logam

Bahan logam yang umumnya dipergunakan untuk pengemas makanan

adalah tinplate dan aluminium. Keuntungan utam didalam menngunakan kaleng


untuk mengemas bahan makanan adalah karena daya proteksinya yang cukup baik

dan dapat dipergunakan untuk pengepakan secara hermitis (kedap udara).

4. Gelas

Gelas merupakan suatu produk anorganik yang dibuat melalui proses fusi

yang dilanjutkan dengan pendinginan. Bahan yang biasa digunakan adalah silikat,

kapur, dan soda. Setelah melewati titik fusi, campuran tersebut kemudian

didinginkan. Gelas bersifat rigid. Namun, sifat tersebut tidak disebabkan karena

proses kristalisasi. Proses kristalisasi tidak terjadi karena atomatomnya tersebar

secara amorphous acak. Hal ini berbeda dengan kristalisasi yang persebaran atom-

atomnya kompak dan teratur.

C. Dasar Hukum Tentang Kemasan Pangan

1. UU No. 7 Tahun 1996 tentang Pangan disebutkan perlunya pengaturan

kemasan pangan terutama bahan yang dinyatakan terlarang dan/atau yang dapat

melepaskan cemaran yang merugikan atau membahayakan kesehatan Manusia.

2. UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dinyatakan bahwa

Pelaku usaha dilarang memproduksi dan/atau memperdagang-kan barang dan/atau

jasa yang tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang dipersyaratkan

dan ketentuan peraturan perundang-undangan.

3. PP No. 28 Tahun 2004 tentang Kemanan, Mutu dan Gizi Pangan diatur

tentang bahan kemasan yang dilarang dan bahan yang diijinkan.

4. Peraturan Meteri Pertanian Nomor 35/Permentan/OT.140/7/2008, tentang

Persyaratan dan Penerapan Cara Pengolahan Hasil Pertanian asal Tumbuhan yang

baik (good manufacturing).


5. PeraturanPemerintah RI melalui Badan POM RI No. HK 00.05.55.6497

tentang Bahan Kemasan Pangan, yang memuat bahan yang diizinkan dan yang

dilarang untuk digunakan sebagai bahan kemasan pangan. Dengan dikeluarkannya

aturan ini, maka pihak industri pangan harus berhati-hati dalam memilih dan

menggunakan bahan kemasannya. Seyogyanya, praktisi industri pangan meminta

spesifikasi bahan dan certificate of analysis (COA) bahan additif yang dipakai

dalam bahan kemasannya. Peraturan BPOM tentang Bahan Kemasan Pangan ini

sudah diberlakukan mulai tahun 2008.

6. Peraturan MenPerin No:24/M-IND/PER/2/2010 tentang Pencantuman

Logo Tara Pangan dan Kode Daur Ulang

7. Peraturan Kepala Badan POM Nomor HK.03.1.23.07.11.6664 tahun 2011

Tentang Pengawasan Kemasan Pangan. 8. Peraturan MenPerind No.20/M-

IND/PER/2/2012 tentang Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia (SNI) Produk

Melamin-Perlengkapan Makan Minum secara Wji.

D. Pengertian Label

Label merupakan suatu bagian dari sebuah produk yang membawa

informasi verbal tentang produk atau penjualnya (Angipora, 2002). Menurut

Laksana label merupakan bagian dari suatu produk yang menyampaikan informasi

mengenai produk dan penjual. Sebuah label biasa merupakan bagian dari

kemasan, atau bisa pula merupakan etiket (tanda pengenal) yang dicantelkan pada

produk (Fajar, 2008). Label biasanya terbuat dari kertas, laminasi kertas atau film

plastic dengan atau tanpa tambahan perekat, label dapat mencakup keseluruhan

kemasan atau hanya setempat saja, dapat dipotong dalam berbagai bentuk berbeda
untuk melengkapi kontur suatu struktur kemasan (Marianne dan Sandra, 2013) .

Sedangkan Kotler menyatakan bahwa label adalah tampilan sederhana pada

produk atau gambar yang dirancang dengan rumit yang merupakan satu kesatuan

dengan kemasan. Label bisa hanya mencantumkan merek atau informasi (Philip,

2000).

Produsen yang memproduksi Pangan di dalam negeri untuk

diperdagangkan, termasuk UMKM Pangan dan IRTP wajib mencantumkan label

di dalam dan/atau pada Kemasan Pangan sebagaimana disebutkan dalam Pasal 97

Ayat (1) Undang-Undang Pangan, baik ditulis atau dicetak dengan menggunakan

bahasa Indonesia serta memuat paling sedikit keterangan mengenai:

1. Nama Produk

a. Harus menunjukkan sifat dan atau keadaan yang sebenarnya.

b. Penggunaan nama produk pangan yang sudah terdapat dalam Standar Nasional

Indonesia

2. Daftar Bahan yang Digunakan/ Komposisi

a. Bahan yang digunakan dalam proses produksi dicantumkan pada Label sebagai

daftar bahan/komposisi secara berurutan dimulai daribagian yang terbanyak,

kecuali vitamin, mineral dan zat penambah gizi lainnya.

b. Nama untuk bahan yang digunakan tersebut di atas adalah nama yang lazim

digunakan.

3. Berat Bersih atau Isi Bersih

Persyaratan pencantuman berat bersih atau isi bersih dalam satuan metrik

yaitu:
a. Pangan padat dinyatakan dengan berat bersih (satuan: miligram (mg), gram (g),

kilogram (kg)).

b. Pangan semi padat atau kental dinyatakan dengan berat bersih atau isi bersih;

(satuan :miligram (mg), gram (g), kilogram (kg), mililiter (ml atau mL) atau liter

(l atau L) ).

c. Pangan cair dinyatakan dengan isi bersih. (satuan: mililiter (ml atau mL), liter (l

atau L)).

d. Penulisan untuk menerangkan bentuk butiran atau bijian adalah seperti contoh

berikut: “Berat bersih: 1 gram (Isi 5 butir @ 200 mg)”, “Berat bersih: 1 gram (5

butir @ 200 mg)”.

4. Nama dan Alamat Pihak yang Memproduksi atau Mengimpor

Nama dan alamat pihak yang memproduksi pangan wajib dicantumkan

pada Label. Alamat perusahaan paling sedikit mencantumkan nama kota, kode

pos dan Indonesia. Jika nama dan alamat perusahaan tersebut tidak ada kode pos

atau tidak terdapat dalam buku telepon, maka harus mencantumkan alamat

perusahaan secara jelas dan lengkap sebagaimana diatur dalam Pasal 26 Peraturan

Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan.

5. Halal Bagi yang Dipersyaratkan

a. Persetujuan pencantuman tulisan “Halal” pada label pangan diberikan oleh

Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan Badan POM RI (berupa Surat

Persetujuan Pencantuman Tulisan "Halal" pada Label Pangan) setelah pangan

tersebut dinyatakan halal oleh lembaga yang berwenang di Indonesia yang

dibuktikan dengan sertifikat halal dari dari lembaga yang berwenang di Indonesia.
b. Khusus IRTP, izin pencantuman halal pada label, diberikan oleh Balai Besar/

Balai POM setempat setelah setelah pangan IRTP dinyatakan halal oleh lembaga

yang berwenang di Kab/ Kota/ Provinsi yang dibuktikan dengan sertifikat halal

dari dari lembaga yang berwenang di Kab/ Kota/ Provinsi.

6. Tanggal Dan Kode Produksi

Kode produksi pangan olahan wajib dicantumkan pada Label, wadah atau

kemasan pangan, dan terletak pada bagian yang mudah untuk dilihat dan dibaca,

serta sekurang-kurangnya dapat memberikan penjelasan mengenai riwayat

produksi pangan yang diproses pada kondisi dan waktu yang sama.

7. Tanggal, Bulan, dan Tahun Kedaluwarsa

Keterangan kedaluwarsa merupakan batas akhir suatu pangan olahan

dijamin mutunya sepanjang penyimpanannya mengikuti petunjuk yang diberikan

produsen.

8. Nomor Izin Edar Bagi Pangan Olahan

a. Nomor izin edar terdapat pada Surat Persetujuan Pendaftaran yang diterbitkan

oleh Badan POM RI untuk produk pangan yang memenuhi kriteria atau

persyaratan berdasarkan hasil penilaian keamanan, mutu dan gizi pangan olahan,

misalnya BPOM RI MD xxxxxxxxxxxx dan/atau BPOM RI ML xxxxxxxxxxxx.

b. Nomor izin edar biasanya disebut juga sebagai nomor pendaftaran pangan dan

wajib dicantumkan pada label pangan olahan yang dikemas. Ketentuan ini berlaku

untuk produk pangan yang dihasilkan oleh industri pangan bukan kategori IRTP.
9. Asal Usul Bahan Pangan Tertentu.

Maksud dengan “keterangan mengenai asal usul bahan Pangan” adalah

penjelasan mengenai informasi asal bahan tertentu, misalnya, bahan yang

bersumber, mengandung, atau berasal dari hewan atau Pangan yang diproduksi

melalui proses khusus, misalnya, Rekayasa Genetik Pangan atau Iradiasi Pangan.

10. Ketentuan lain yang harus dipenuhi pada Label Pangan

a. Keterangan dan atau pernyataan tentang pangan olahan harus benar dan tidak

menyesatkan, baik mengenai tulisan, gambar atau bentuk apapun lainnya.

b. Label memuat tulisan yang jelas, dapat mudah dibaca, teratur dan tidak

berdesak-desakan.

c. gambar, warna maupun desain lainnya tidak boleh mengaburkan tulisan pada

Label.

d. Pelabelan dilakukan sedemikian rupa sehingga:

1) Tidak mudah lepas dari kemasan;

2) Tidak mudah luntur atau rusak; dan

3) Terletak pada bagian kemasan pangan yang mudah untuk dilihat dan dibaca.

e. Label yang melekat atau ditempelkan pada kemasan harus melekat kuat

sehingga jika dilepas akan merusak label/kemasan aslinya.

E. Evaluasi Kemasan Pangan yang Tidak Sesuai Dengan Keamanan Pangan

Kemasan pangan yang tidak sesuai dengan keamanan pangan yang akan

kami bahas yaitu produk “makaroni panda”. Makaroni panda merupakan produk

makanan ringan yang banyak dijumpai di warung-warung kecil pinggir jalan.


Kemasan makaroni panda menggunakan plastik transparan dengan label berwarna

merah yang manciptakan kesan pedas atau manis saat melihatnya.

Jenis kemasan yang digunakan makaroni panda yaitu jenis plastik. Namun

pada kemasan tidak tertera logo jenis plastik yang digunakan sehingga konsumen

tidak mengetahui apakan jenis plastik yang digunakan sebagai kemasan ini aman

atau tidak.

Adapun kekurangan pada label kemasan makaroni panda yaitu:

1. Tidak ada berat isi produk yang dicantumkan.

2. Tidak terdapat logo halal. Hal ini menyebabkan konsumen tidak dapat

mengetahui apakah produk ini halal atau tidak. Hal ini juga dapat mempengaruhi

minat konsumen untuk membeli apalagi di Indonesia yang mayoritas

penduduknya beragama islam.

3. Tidak ada kejalasan alamat pabrik. Hal ini karena pada kemasan hanya

tertera nama negara saja yaitu Indonesia tanpa adanya nama kota.

4. Tidak terdapat barcode.

5. Tidak terdapat kode produksi.

6. Tidak terdapat nutrition fact atau informasi nilai gizi.

7. Tidak terdapat layanan konsumen.

8. terdapat nomor pendaftaran namun letaknya yang terdapat pada ujung

kemasan serta berwarna putih dan ukuran penulisan yang kecil menyebabkannya

sulit untuk dilihat.


BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Kemasan adalah seluruh paket yang menjadi proposisi penjualan utama,

yang merangsang perilaku pembelian impulsif. Sebuah kemasan yang baik

membantu untuk mengidentifikasi dan membedakan produk kepada konsumen

dan digunakan untuk dengan mudah pengiriman dan tujuan keamanan kemudian

kemasan membantu perusahaan membedakan produk dari merek lain.

Label merupakan bagian dari suatu produk yang menyampaikan informasi

mengenai produk dan penjual. Sebuah label biasa merupakan bagian dari

kemasan, atau bisa pula merupakan etiket (tanda pengenal) yang dicantelkan pada

produk.

Produk makaroni panda merupakan produk makanan ringan yang banyak

dijumpai di warung-warung kecil pinggir jalan yang memiliki kekurangan baik

pada kemasan maupun label salah satunya yitu jenis kemasan yang digunakan

makaroni panda yaitu jenis plastik. Namun pada kemasan tidak tertera logo jenis

plastik yang digunakan sehingga konsumen tidak mengetahui apakan jenis plastik

yang digunakan sebagai kemasan ini aman atau tidak.

B. Saran

Penulis tentunya masih menyadari jika makalah ini masih terdapat banyak

kesalahan dan jauh dari kata sempurna. Penulis akan memperbaiki makalah
tersebut dengan berpedoman pada banyak sumber serta kritik yang membangun

dari para pembaca.


DAFTAR PUSTAKA

Ahmed, R. R., Parmar, V., dan Amin, M. A. 2014. Impact of Product Packaging
on Consumer ‟ s Buying Behavior. European Journal of Scientific Research,
120 (March), 145–157.
Angipora, Marinus. 2002. Dasar-Dasar Pemasaran. PT. Raja Grafindo Persada.
Jakarta

Fajar, Laksana. 2008. Manajemen Pemasaran Pendekatan Praktis. Graha Ilmu.


Yogyakarta

Marianne, Rosner. Klimchuk dan Sandra, A. Krasovec. 2013. Desain Kemasan


Perencanaan Merek Produk yang berhasil mulai dari Konsep sampai
Penjualan. Erlangga. Jakarta.

Nugraheni, M. 2018. Kemasan Pangan. Plantaxia. Yogyakarta.


Philip, Kotler. 2000. Manajemen Pemasaran. Prenhallindo. Jakarta.

Shalsabyla, D. 2018. Skripsi Tanggung Jawab Produsen Dalam Pencantuman


Label Pada Produk Makanan Kemasan. Universitas Lampung. Bandar
Lampung.
Sucipta, I. N., Suriasih, K., Kencana, P. K. D. 2017. Pengemasan Pangan.
Udayana University Press. Bali.
Taghavi, M., dan Seyedsalehi, A. 2017. The effect of packaging and brand on
children ‟ s and parents ‟ purchasing decisions and the moderating role of
pester power. British Food Journal, 117(8), 2017–2038.
https://doi.org/10.1108/BFJ-07-2014-0260

Anda mungkin juga menyukai