Disusun Oleh:
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Standarisasi Mutu Pangan
ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pengawasan Mutu Pangan. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Marudut Sitompul, M.P.S.
selaku dosen mata kuliah Pengawasan Mutu Pangan yang telah memberikan tugas ini sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penyusun
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................ i
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
BAB III
PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………………..13
3.2 Saran…………………………………………………………………………………13
2
BAB I
Pendahuluan
Memperoleh jaminan akan kecukupan dan keamanan pangan adalah hak asasi
manusia. Keamanan pangan telah menjadi masalah yang menyita perhatian dunia sejak
beberapa dekade yang lalu. Kepedulian akan pengaturan pangan dipicu oleh kebutuhan akan
pangan yang utuh, aman, sehat, dan bergizi. Tidak dapat dipungkiri bahwa beberapa tahun
terakhir ini semakin terasa terjadinya peningkatan kewaspadaan masyarakat terhadap mutu
pangan yang dikonsumsi. Masyarakat saat ini memberi lebih banyak perhatian akan dampak
produk pangan terhadap kesehatan, di samping segi rasa dan penampilan produk. Masyarakat
mulai bersikap kritis untuk menilai pangan dan dikonsumsi dan semakin menuntut suatu
produk yang aman dan higienis.
Tuntutan globalisasi dan perdagangan bebas memberikan ancaman yang lebih besar
pada keterjaminan produk pangan yang beredar di suatu Negara. Produk-produk luar negeri
bebas masuk ke dalam negeri, hal ini berarti tuntutan untuk lebih keras lagi menciptakan
suatu sistem perlindungan. Adanya standar dan regulasi yang kompeten, sedikit banyak akan
sangat membantu dalam menjaga keamanan pangan. Produk-produk yang tidak layak akan
dapat tercegah masuk ke dalam negeri. Pengaturan pangan melalui regulasi yang ada
merupakan salah satu tool yang paling efektif dalam pengendalian keamanan pangan dewasa
ini.
Pengaturan dan standarisasi pangan yang baku dan tersosialisasi dengan baik,
memberi peluang semua lapisan masyarakat dunia tanpa terkecuali untuk menikmati pangan
yang cukup dan aman. Oleh karena itu, pembelajaran tentang peraturan pangan mutlak
diperlukan oleh seorang teknologi pangan. Pengetahuan akan info-info peraturan terkini dan
juga pemahaman yang komprehensif akan peraturan pangan yang akan menjadi bekal yang
sangat bermanfaat bagi para lulusan bidang ilmu pangan dan gizi maupun teknologi pangan
dan gizi untuk dapat berkiprah secara efektif.
3
1.2. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan mutu pangan?
2. Apakah yang dimaksud dengan standar mutu pangan?
3. Bagaimana referensi standar mutu pangan?
4. Bagaimana persyaratan standar mutu pangan?
4
BAB II
ISI
5
2.2. Pengertian Standar Mutu Pangan
Secara harfiah standar diartikan sebagai aturan baik secara kualitatif maupun
kuantitatif. Dengan demikian standarisasi mutu pengertiannya adalah penentuan mutu
barang dengan menggunakan berbagai kriteria misalnya volume, berat, dan warna. The
Internasional Orgainization for Standarization (ISO) menetapkan pengertian standarisasi
mutu adalah suatu spesifikasi teknis tentang mutu suatu komoditas atau dokumen lain
yang dapat dipergunakan untuk umum yang dibuat dengan cara kerjasama dan konsensus
dari pihak-pihak yang berkepentingan berdasarkan pada hasil konsultasi ilmu
pengetahuan, tenologi dan pengalaman sehingga standarisasi mutu itu dapat dimanfaatkan
masyarakat secara optimal.
Dari definisi tersebut terdapat empat kata kunci yang dapat dicermati, yaitu:
6
Standar mutu suatu komoditas dari negara lain belum tentu sesuai diterapkan di
Indonesia tanpa cukup mengetahui latar belakang tentang komoditas tersebut di
Indonesia yaitu tentang sistem produksi dan sistem pemasaran serta aspirasi berbagai
pihak termasuk produsen, industri dan konsumennya.
Standarisasi mutu nasional adalah standarisasi yang dibuat oleh pemerintah pusat dan
dilaksanakan secara sektoral atau oleh departemen-departemen. Untuk produk pangan
yang melakukan standarisasi mutu nasional adalah DepartemenPertanian, Departemen
Perindustrian dan Perdagangan dan Badan POM yang dikoordinasi oleh Badan
Standarisasi Nasional (BSN). Tahap pengembanganmutu terbagi menjadi tahap
pemilihan komoditas, pengumpulan data teknis, penyusunan konsep, pertemuan teknis,
forum konsensus, penetapan standar, pengenalan standar, evaluasi standar
penyempurnaan standar, dan penerapan standar. Format standar mutunya, yaitu terdiri
dari nama standar mutu, ruanglingkup, definisi produk, syarat mutu, cara sampling , dan
cara uji atau analisa.
Setiap produk mempunyai kekhasan dan identitas masingmasing sertacenderung
beragam. Ketidakseragaman produk tidak disukai oleh konsumen. Olehkarena itu mutu
produk dikendalikan dengan disyaratkan agar produk membericiri mutu dan mempunyai
sifat seragam. Ciri suatu industri modern adalah produk yang seragam karena adanya
pengendalian proses. Pengendalian prosesnya dilakukan oleh bagian produksi bersama
dengan bagian Quality Control.
7
6. Melindungi konsumen
Adapun kegunaan standarisasi mutu antara lain yaitu terciptanya produk yang
seragam mutunya sesuai dengan standar mutu masing-masing yang telah ditetapkan.
Standar mutu produk yang diciptakan untuk memenuhi persyaratan standarisasi mutu
disebut mutu baku (Standar Quality). Selain itu standarisasi mutu juga dapat menunjang
sistem perdagangan, pengembangan ekonomi nasional dan industrialisasi. Tentunya jika
mutu produk yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhan dan standar mutu, maka
dibutuhkan pangan yang memenuhi standar mutu. Untuk itu hal yang terpenting dari
semua itu adalah implementasinya oleh pihak-pihak yang berkepentingan.
Sebaliknya ketiadaan standarisasi mutu akan mengakibatkan timbulnya situasi
yang kacau dalam perdagangan, khususnya dalam hal memilih, memasarkan dan
meyakinkan produk ke konsumen. Akibat yang lain yaitu kesulitan transaksi, rawan
terhadap manipulasi dan pemalsuan, rendahnya kepecayaan konsumen serta
mengakibatkan bertambahnya biaya pemasaran.
Standarisasi mutu produk yang baik setidaknya memenuhi kriteria sebagai berikut:
Memungkinkan adanya perbedaan
Terjadi diskriminasi tingkatan mutu, artinya ada pembedaan produk hingga
sedetail mungkin berdasarkan tingkatan mutu
Makin sensitif diskriminasi tersebut makin sempurna standarisasi tersebut
Ada berbagai tingkatan harga
Penerapan kosep mutu di bidang pangan dalam arti luas menggunakan penafsiran
yang beragam. Kramer dan Twigg (1983)menyatakanbahwa mutu merupakan gabungan
atribut produk yang dinilai secara organoleptik (warna, tekstur, rasa dan bau).Hal ini
digunakan konsumen untuk memilih produk secara total. Gatchallan (1989) dalam Hubeis
(1994) berpendapatbahwa mutu dianggap sebagai derajat penerimaan konsumen terhadap
produk yang dikonsumsi berulang (seragam atau konsisten dalam standar dan spesifikasi),
terutama sifat organoleptiknya. Juran (1974) dalam Hubeis (1994) menilai mutu sebagai
kepuasan (kebutuhan dan harga) yang didapatkan konsumen dari integritas produk yang
dihasilkan produsen. Menurut Fardiaz (1997), mutu berdasarkan ISO/DIS 8402–1992
8
didefinsilkan sebagai karakteristik menyeluruh dari suatu wujud apakah itu produk, kegiatan,
proses, organisasi atau manusia, yang menunjukkan kemampuannya dalam memenuhi
kebutuhan yang telah ditentukan.
Namun, ciri organoleptik lainnya seperti bau, aroma, rasa dan warna juga ikut
menentukan. Pada produk pangan, pemenuhan spesifikasi dan fungsi produk yang
bersangkutan dilakukan menurut standar estetika (warna, rasa, bau, dan kejernihan), kimiawi
(mineral, logam–logam berat dan bahan kimia yang ada dalam bahan pangan), dan
mikrobiologi ( tidak mengandung bakteri Eschericia colidan patogen).
Kadarisman (1996) berpendapat bahwa mutu harus dirancang dan dibentuk ke dalam
produk. Kesadaran mutu harus dimulai pada tahap sangat awal, yaitu gagasan konsep produk,
setelah persyaratan–persyaratan konsumen diidentifikasi. Kesadaran upaya membangun mutu ini
harus dilanjutkan melalui berbagai tahap pengembangan dan produksi, bahkan setelah
pengiriman produk kepada konsumen untuk memperoleh umpan balik. Hal ini karena upaya–
upaya perusahaan terhadap peningkatan mutu produk lebih sering mengarah kepada
kegiatan–kegiatan inspeksi serta memperbaiki cacat dan kegagalan selama proses produksi.
9
Labeling
10
7. Food hygiene
8. Nutrition and foods for special dietary uses
9. Food import and export inspection andcertification systems
10. Residues of veterinary drugs in foodsPesticide residues in foods
3. Standar negara lain yang menjadi tujuan ekspor, misalnya standar negara Jepang,
Malaysia dsb.
4. Standar industri, yaitu standar yang dikembangkan oleh industri yang memproduksi
produk yang bersangkutan.
Standar Nasional Indonesia (SNI), adalah standar yang ditetapkan oleh Badan
Standardisasi Nasional dan berlaku secara nasional.
C. Regulasi Mutu Pangan
1. Legislasi mutu di tingkat nasional = Badan POM, Badan Standarisasi Nasional
(BSN) melalui KAN.
2. Legislasi di tingkat internasional
1. Codex (Badan Gabungan WHO dan FAO)
2. WTO
3. ICMSF bertujuan untuk membuat petunjuk untuk digunakan industri dan
pemerintah mengenai keamanan mikrobiologik produk pangan. Aturan
penting yang dikeluarkan oleh ICMSF antara lain adalah: Application of
the Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) System to Ensure
Microbiological Safety and Quality.
4. Himpunan Profesi Internasional
5. ISO
1. Berdasarkan PP RI No. 86 Tahun 2019 tentang Keamanan Pangan. Mutu Pangan adalah nilai
yang ditentukan atas dasar kriteria keamanan dan kandungan Gizi Pangan.
2. Berdasarkan PP RI No. 86 Tahun 2019 tentang Keamanan Pangan, pada bagian Keenam
Pemberian Jaminan Keamanan Pangan dan Mutu Pangan Pasal 28 Ayat 1 : Setiap Orang
yang memproduksi dan memperdagangkan Pangan wajib memenuhi standar Keamanan
Pangan dan Mutu Pangan.
11
3. Berdasarkan PP RI No. 86 Tahun 2019 tentang Keamanan Pangan, pada bagian Keenam
Pemberian Jaminan Keamanan Pangan dan Mutu Pangan Pasal 28 Ayat 4 : Standar Mutu
Pangan sebagairnana dirnaksud pada ayat (1) merupakan karakteristik dasar Mutu Pangan
sesuai dengan jenis Pangan dalam keadaan normal yang didasarkan pada kriteria
organoleptik, fisik, komposisi, dan/atau kandungan Gizi Pangan.
4. Berdasarkan PP RI No. 86 Tahun 2019 tentang Keamanan Pangan, pada bagian Keenam
Pemberian Jaminan Keamanan Pangan dan Mutu Pangan Pasal 29 Ayat 1-3
1) Pemenuhan standar Keamanan Pangan dan Mutu Pangan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 28 dilakukan melalui penerapan sistem jaminan Keamanan Pangan dan Mutu
Pangan.
2) Penerapan sistem jaminan Keamanan Pangan dan Mutu Pangan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan sccara bertahap scsuai dengan jenis Pangan dan/atau skala usaha.
3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penerapan sistem jaminan Keamanan Pangan dan Mutu
Pangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan penerapan secara bertahap sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) diatur oleh menteri yang mcnyclenggarakan urusan pemerintahan
di bidang pertanian, menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
kelautan dan perikanan, menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
kesehatan, menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang perindustrian,
atau Kepala Badan sesuai dengan kewenangannya.
Secara teknis dalam rangka upaya mempertahankan kualitas produk pangan, dilakukan
upaya-upaya sebagai berikut:
12
kerja, format-format dan record. Penulisan sistem mutu sebaiknya melibatkan semua
karyawan karena mereka nantinya yang akan mengerjakan dan hasil kerjanya
mempengaruhi mutu produk yang dihasilkan perusahaan.
2. Pengendalian Rancangan
Mutu produk sejak awal tergantung kepada rancangan produk tersebut. Tanpa
merancang mutu kedalam suatu produk, akan sulit mencapai mutu tersebut selama produksi.
Tujuan utama seorang perancang adalah menciptakan suatu produk yang dapat
memuaskan kebutuhan pelanggan secara penuh yang dapat diproduksi pada tingkat harga
yang bersaing. Dengan demikian, proses perancangan yang meliputi perencanaan,
verifikasi, kaji ulang, perubahan dan dokumentasi menjadi sangat penting, terutama
untuk produk-produk yang mempunyai rancangan rumit dan memerlukan ketelitian.
3. Pengendalian Dokumen
Dalam penerapan sistem standar jaminan mutu, perusahaan dituntut untuk menyusun dan
memelihara prosedur pengendalian semua dokumen dan data yang berkaitan dengan
sistem mutu. Tujuan pengendalian dokumen adalah untuk memastikan bahwa para
pelaksana tugas sadar akan adanya dokumen-dokumen yang mengatur tugas mereka.
Perusahaan harus menjamin seluruh dokumen tersedia pada titik-titik dimana mereka
dibutuhkan.
4. Pengendalian Pembelian
Pembelian bahan hampir seluruhnya berdampak kepada mutu produk akhir
sehingga harus dikendalikan dengan baik. Perusahaan harus memastikan bahwa semua bahan
dan jasa yang diperoleh dari sumber-sumber di luar perusahaan memenuhi
persyaratan yang ditentukan.
13
pencegahan kerusakan pemeliharaan, penyimpangan, penanganan dan penggunaannya
selama barang tersebut dalam tanggung jawabnya.
7. Pengendalian Proses
Pengendalian proses dalam sistem standar jaminan mutu mencakup seluruh faktor
yang berdampak terhadap proses seperti parameter proses,peralatan, bahan, personildan
kondisi lingkungan proses.
14
yang tidak memenuhi spesifikasi berada pada tempat yang berdekatan sehingga
mungkin bercampur. Dengan demikian status inspeksi suatu produk harus jelas yaitu:
Produk belum diperiksa
Produk sudah diperiksa dan diterima
Produk sudah diperiksa tetapi ditolak
15
Catatan mutu memberikan bukti obyektif bahwa mutu produk yang disyaratkan telah dicapai
dan berbagai unsur sistem mutu telah dilaksanakan dengan efektif.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Makanan adalah tiap bahan yang diedarkan sebagai bahan makanan
manusia, termasuk bahan tambahan dalam makanan. Mutu pangan adalah
kesesuaian antara karakteristik produk pangan tertentu dengan kemampuannya
dalam memenuhi perannya sebagaimana yang dikehendaki konsumen. Menurut PP RI
No. 18 Tahun 2019 tentang Keamanan Pangan. Mutu Pangan adalah nilai yang
ditentukan atas dasar kriteria keamanan dan kandungan Gizi Pangan.
Kegunaan standarisasi mutu antara lain yaitu terciptanya produk yang seragam
mutunya sesuai dengan standar mutu masing-masing yang telah ditetapkan. Standar mutu
16
produk yang diciptakan untuk memenuhi persyaratan standarisasi mutu disebut mutu
baku (Standar Quality). Selain itu standarisasi mutu juga dapat menunjang sistem
perdagangan, pengembangan ekonomi nasional dan industrialisasi. Tentunya jika mutu
produk yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhan dan standar mutu, maka dibutuhkan
pangan yang memenuhi standar mutu.
Sebaliknya ketiadaan standarisasi mutu akan mengakibatkan timbulnya situasi
yang kacau dalam perdagangan, khususnya dalam hal memilih, memasarkan dan
meyakinkan produk ke konsumen. Akibat yang lain yaitu kesulitan transaksi, rawan
terhadap manipulasi dan pemalsuan, rendahnya kepecayaan konsumen serta
mengakibatkan bertambahnya biaya pemasaran. Adanya kelemahan dalam hal
pengawasan mutu industri pangan dapat berakibat fatal terhadap kesehatan konsumen dan
kelangsungan industri pangan yang bersangkutan.
3.2. Saran
Demikianlah makalah ini kami paparkan, besar harapan kami makalah ini dapat b
ermanfaat bagi pembaca. Karena keterbatasan pengetahuan dan referensi, penulis menyad
ari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu saran
dan kritik yang membangun sangat diharapkan agar makalah ini dapat disusun menjadi le
bih baik lagi.
17
DAFTAR PUSTAKA
Mamuaja, Christine. 2016. Pengawasan Mutu dan Keamanan Pangan: UNSRAT PRESS.
Avida A.P., Rana B., dkk. 2012. Makalah Standarisasi Mutu Pangan. Universitas Negeri
Semarang.
18