Oleh:
Nama : Jihan Maghfiroh Alrina
NIM : 215050101111091
Kelompok : C4
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2022
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Tabel Perbedaan Pencernaan Ruminansia, Nonruminansia dan Pseudoruminansia
Perbedaan Ruminansia Nonruminansia Pseudoruminansia
Jumlah Lambung Majemuk Tunggal Tunggal
(Poligastrik) (Monogastrik) (Monogastrik)
Saluran Pencernaan Mulut, esofagus, Mulut, esofagus, Mulut, esofagus,
rumen, retikulum, tembolok, lambung, lambung, usus
omasum, proventriculus, halus, sekum, usus
abomasum, usus ventriculus, usus besar, dan anus
halus, sekum, usus halus, seka, kolon,
besar, dan berakhir dan kloaka
di anus
Makanan Serat kasar BETN Serat kasar
Contoh Sapi, kambing, Ayam, bebek, dan Kelinci dan kuda
domba, dan kerbau itik
4.3 Pembahasan
4.3.1 Pencernaan Ruminansia
Adanya proses pencernaan secara fermentatif dapat menyebabkan ternak ruminansia
mampu mengolah bahan pakan berkadar serat kasar tinggi sebagai sumber energi dan mampu
mengkonvensi pakan dengan nilai gizi rendah menjadi pangan berkualitas tinggi. Hal ini
sesuai dengan pernyataan dari Suwandyastuti dan Efka (2015) bahwa hijauan atau bahan
kasar yang lain, merupakan sumber energi yang potensial bagi ternak ruminansia.
Makanan dari kerongkongan atau esophagus akan masuk ke dalam rumen. Di dalam
rumen terjadi pencernaan protein, polisakarida dan fermentasi selulosa oleh enzim selulase
yang dihasilkan oleh mikroorganisme (bakteri). Hal ini sesuai dengan pernyataan dari
Fahruddin et al (2020), Adanya kemampuan hewan ruminansia mencerna selulosa dari pakan
hijauan dengan bantuan enzim selulase yang ada pada bagian rumennya.
Pada lambung ternak ruminansia terdapat empat bagian yaitu rumen, retikulum,
omasum dan abomasum. rumen merupakan bagian yang terbesar dari lambung. bagian kedua
retikulum merupakan lipatan dari jaringan yang menghubungkan rumen dengan retikulum.
bagian ketiga omasum yaitu tempat terjadinya penyaringan partikel pakan yang besar. bagian
yang keempat yaitu abomasum yang perut sebenarnya (perut sejati pada ternak ruminansia).
Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Lingling (2018) bahwa ruang keempat dikenal sebagai
abomasum, yang merupakan bagian kelenjar yang mengeluarkan jus lambung. Abomasum
sesuai dengan pilorus dan merupakan “perut sejati” ruminansia.
Pencernaan pada omasum masih terjadi fermentasi mikroorganisme. Omasum berfungsi
sebagai pengatur arus ingesta ke abomasum dan menyaring partikel yang besar. Terjadi
penyerapan air yang terkandung di dalam hijauan pakan ternak oleh dinding omasum, di
dalam omasum enzim bekerja menghaluskan hijauan. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari
Kassa Shawle (2016), Hewan ruminansia pada prinsipnya bergantung pada degradasi mikroba
dari pakan mereka daripada degradasi enzim langsung seperti pada kebanyakan
nonruminansia.
Pada lambung ternak ruminansia terdapat empat bagian yaitu rumen merupakan bagian
yang terbesar dari lambung, bagian kedua retikulum merupakan lipatan dari jaringan yang
menghubungkan rumen dengan retikulum, bagian ketiga omasum yaitu tempat terjadinya
penyaringan partikel pakan yang besar, bagian yang keempat yaitu abomasum. Hal ini sesuai
dengan pernyataan dari Ida Bagus (2013) bahwa ternak Ruminansia mempunyai empat buah
perut, yaitu retikulum, rumen, omasum, dan abomasum.
4.3.2 Pencernaan Nonruminansia
Sistem pencernaan nonruminansia terdiri dari paruh, rongga mulut, esofagus, tembolok,
proventriculus, ventriculus, usus halus, seka, kolon, otot, dan kloaka. Hal ini sesuai dengan
pernyataan dari Yulfia et al (2020), Organ pencernaan unggas terdiri atas mulut, faring,
esofagus, tembolok, proventrikulus, ventrikulus, usus halus, usus besar, dan kloaka.
Fungsi proventriculus adalah pakan mengalamai proses pencernaan enzimatis. Enzim-
enzim yang dihasilkan yaitu HCl dan pepsin. HCl : sebagai aktivator atau untuk mengaktifkan
pepsinogen menjadi pepsin. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Serli et al (2020), Semakin
banyaknya fitat dalam ransum basal yang diberikan ke ayam pedaging akan mempengaruhi
ukuran proventrikulus , karena proventrikulus bekerja mensekresikan enzim pepsin dan
menghasilkan HCl.
Proventriculus/Gizzard memiliki fungsi menggiling dan menghaluskan pakan. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Mabelebele et al (2014), Gizzard yang besar lebih efisien dalam
menggiling partikel pakan dengan berbagai ukuran menjadi partikel yang lebih kecil.
Fungsi gizzard adalah mencerna makanan secara mekanik. Hal ini sesuai dengan
pernyataan dari Birger (2014), Gizzard memiliki fungsi tambahan yang penting dalam
menggiling bahan pakan, karena ini tidak dilakukan di mulut.
Seka (terdapat 2 sekum / jamak) yang berfungsi menyerap sisa-sisa sari pakan yang
tidak dicerna oleh illeum, terjadi penyerapan serat secara fermentatif, dengan bantuan enzim
selulose, hemiselulase, lignoselulase (proses fermentatif sedikit di seka). Hal ini sesuai
dengan pernyataan dari Osfar et al (2019), Unggas juga mempunyai dua buah sekum
(selanjutnya disebut ceca) yang bercabang dari bagian antara usus halus dan usus besar.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Sistem pencernaan ruminansia dimulai dari mulut, esophagus, retikulum, rumen,
omasum, abomasum, usus halus, diusus halus terdapat tiga bagian, yaitu duodenum, jejenum
dan ileum, kemudian ke sekum, usus besar dan anus. Sistem pencernaan nonruminansia
meliputi paruh (mulut), esophagus, tembolok, proventrikulus, gizzard, usus halus, usus buntu,
usus besar, dan kloaka. Sistem pencernaan pseudoruminansia meliputi mulut, esophagus,
lambung, hati, usus, halus, sekum, usus besar, dan anus.
Saran
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, didapatkan saran sebagai berikut.
1.Untuk Dosen
Dosen diharapkan mampu mengembangkan media pembelajaran yang menarik
sehingga mahasiswa dapat mengikuti kegiatan pembelajaran yang menyenangkan. Media
yang dikembangkan dapat berupa media digital maupun non digital.
2. Untuk Mahasiswa
Mahasiswa diharapkan mampu mengembangkan media pembelajaran yang menarik
dan dibutuhkan.
DAFTAR PUSTAKA
Suwandyastuti, S. N. O., & Rimbawanto, E. A. (2015). Produk metabolisme rumen pada sapi
perah laktasi. Jurnal Agripet, 15(1), 1-6.
Fahruddin, F., Haedar, N. H. N., & Tuwo, M. (2020). Potensi Bakteri Dari Limbah Kotoran
Ternak Dalam Mendegradasi Selulosa. Jurnal Ilmu Alam dan Lingkungan, 11(1).
Wang, L., Liang, Y., Chen, Q., Ahmed, N., Wang, F., Hu, B., & Yang, P. (2018).
Identification and distribution of the interstitial cells of Cajal in the abomasum of goats. Cell
transplantation, 27(2), 335-344.
Retta, K. S. 2016. Role of probiotics in rumen fermentation and animal performance: a
review. International Journal of Livestock Production. 7(5): 24-32
Partama, I. B. G. (2013). Nutrisi dan Pakan Ternak Ruminansia.Bali: Kampus Universitas
Udayana Denpasar
Selan, Y.N., Amalo, F.A., Maha, I.T., Deta, H.U. and Teme, A.B., 2020. Histomorfologi dan
Distribusi Karbohidrat Netral Pada Esofagus dan Proventrikulus Ayam Hutan Merah (Gallus
Gallus) Asal Pulau Timor. Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu, 8(1), pp.7-13.
Mistiani, S., Kamil, K.A. and Rusmana, D., 2020. Pengaruh tingkat pemberian ekstrak daun
burahol (stelechocarpus burahol) dalam ransum terhadap bobot organ dalam ayam
broiler. Jurnal Nutrisi Ternak Tropis dan Ilmu Pakan, 2(1).
Mabelebele, M., Ng'ambi, J., Norris, D. and Ginindza, M., 2014. Comparison of
gastrointestinal tract and pH values of digestive organs of Ross 308 broiler and indigenous
Venda chickens fed the same diet.
Svihus, B., 2014. Function of the digestive system. Journal of Applied Poultry
Research, 23(2), pp.306-314.
Sjofjan, O., Natsir, M. H., & Djunaidi, I. H. (2019). Ilmu Nutrisi Ternak Non Ruminansia.
Universitas Brawijaya Press.
Rinanto, A.U., Kustanti, N.O.A. and Widigdyo, A., 2018. PENGARUH PENGGUNAAN
TEPUNG DAUN BELIMBING MANIS (Averrhoa carambola L.) SEBAGAI SUBSTITUSI
PAKAN KELINCI TERHADAP PERFORMA KELINCI HYLA HYCOLE. AVES: Jurnal
Ilmu Peternakan, 12(1), pp.9-20.
Ifada, R.R. and Silondae, H., 2021, June. Daun kelor dan Manfaatnya Untuk kelinci.
In PROSIDING SEMINAR TEKNOLOGI AGRIBISNIS PETERNAKAN (STAP) FAKULTAS
PETERNAKAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN (Vol. 8, pp. 410-414).
Nath, S.K., Das, S., Afrin, K., Dash, A.K. and Akter, S., 2016. Topographical and biometrical
anatomy of the digestive tract of White New Zealand Rabbit (Oryctolagus cuniculus). Journal
of Advanced Veterinary and Animal Research, 3(2), pp.145-151.
Walsh, P. A., and O’Donovan, D. J. 2020. The kinetics of inorganic phosphate excretion in
the acidotic rabbit during intravenous phosphate loading: a pseudo-ruminant model. Scientific
Reports. 10(1): 1-8
Sjofjan, O., M. H. Natsir, dan I. H. Djunaidi. 2019. Ilmu Nutrisi Ternak Non Ruminansia.
Malang: UB Press
Masanto, R. and Agus, A., 2013. Kelinci Potong. Penebar Swadaya Grup.
LAMPIRAN
Ruminansia
Jurnal
Buku
Nonruminansia
Jurnal
Buku
Pseudoruminansia
Jurnal