Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PRAKTIKUM

DASAR NUTRISI DAN BAHAN MAKANAN TERNAK


ORGAN PENCERNAAN RUMINANSIA, NONRUMINANSIA,
DAN PSEUDORUMINANSIA

Oleh:
Nama : Jihan Maghfiroh Alrina
NIM : 215050101111091
Kelompok : C4

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2022
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ternak adalah hewan yang dengan sengaja dipelihara sebagai sumber pangan, sumber
bahan baku industri, atau sebagai pembantu pekerjaan manusia. Usaha pemeliharaan ternak
disebut sebagai peternakan (atau perikanan, untuk kelompok hewan tertentu) dan merupakan
bagian dari kegiatan pertanian secara umum. Peternakan adalah kegiatan
mengembangbiakkan dan membudidayakan hewan ternak untuk mendapatkan manfaat dan
hasil dari kegiatan tersebut. Pengertian peternakan tidak terbatas pada pemeliharaaan saja,
memelihara dan peternakan perbedaannya terletak pada tujuan yang ditetapkan.
Kegiatan di bidang peternakan dapat dibagi atas dua golongan, yaitu peternakan hewan
besar seperti sapi, kerbau dan kuda, sedang kelompok kedua yaitu peternakan hewan kecil
seperti ayam, kelinci dll. Adapun jenis-jenis ternak diantaranya sapi, kerbau, sapi perah,
domba, kambing, babi, kelinci, ayam, itik, mentok, puyuh, ulat sutera, belut, katak hijau, dan
ternak lebah madu. Masing-masing hewan ternak tersebut dapat diambil manfaat dan
hasilnya. Hasil dari hewan ternak diantaranya daging, susu, telur dan lain – lain. Hewan-
hewan ternak ini dapat dijadikan pilihan untuk diternakan sesuai dengan tujuan.
Di dalam tubuh ternak terdapat berbagai sistem organ yang mengatur keberlangsungan
hidup hewan ternak tersebut, salah satu sistem organ yang terpenting yaitu sistem pencernaan.
Pencernaan merupakan perubahan fisik dan kimia yang dialami oleh bahan makanan dalam
alat pencernaan. Pengertian pencernaan dimulai dengan penempatan makanan di dalam mulut
di mana terdapat pemamahan atau pelumatan dengan pengunyahan. Mulai dari mulut, pati dan
glikogen mengalami proses pencernaan secara enzimatis oleh enzim ptialin dari saliva, dan
menghasilkan maltosa. Berdasarkan sistem pencernaannya hewan ternak dibagi menjadi tiga
golongan yaitu ternak ruminansia, ternak non-ruminansia, dan pseudoruminan.
Ternak ruminansia merupakan ternak yang memiliki sistem pencernaan lengkap yang
terdiri dari empat perut yaitu rumen, retikulum, omasum, dan abomasum.
Hewan ruminansia juga dikenal sebagai hewan pemamah biak. Beberapa contoh hewan ternak
ruminansia yaitu kambing, domba, sapi, dan kerbau.
Ternak non-ruminansia merupakan ternak yang memiliki jumlah lambung tunggal atau
monogastrik yang berkapasitas kecil. Dimana yang termasuk di dalam kelompok tersebut
salah satunya adalah sebangsa unggas (ayam, bebek, itik, dan babi), yang tidak dapat
melakukan proses penguraian bahan pakan berserat tinggi seperti yang dimiliki oleh hewan
ruminansia.
Ternak pseudoruminansia merupakan hewan ternak yang memiliki jumlah lambung
tunggal, tetapi sekumnya berfungsi. Hewan ternak jenis pseudoruminansia dapat
memanfaatkan serat kasar berupa rumput-rumputan, menjadi pakan dengan kualitas yang
lebih baik. Ternak pseudoruminansia tidak memiliki rumen namun memiliki omasum,
abomasum, dan retikulum. Contoh beberapa hewan ternak yang termasuk ke dalam golongan
pseudoruminansia adalah kuda, unta, dan babi.
1.2 Tujuan Praktikum
1. Mengetahui organ pencernaan pada ternak (ruminansia, non ruminansia dan
pseudoruminansia)
2. Mempelajari proses pencernaan pada masing-masing organ serta fungsi masing – masing
organ
1.3 Dasar Teori
- Pakan merupakan faktor penting dalam usaha peternakan
- Pengetahuan tentang saluran pencernaan diperlukan untuk menentukan pakan yang tepat
(kualitas maupun kuantitasnya)
- Setiap spesies ternak memiliki sistem pencernaan yang berbeda
- Klasifikasi pada ternak dibagi berdasarkan sistem pencernaannya :
1. Ruminansia (lambung majemuk) : Sapi, Kerbau, Domba, Kambing, Dll
2. Nonruminansia (lambung tunggal) : unggas, babi
3. Pseudoruminansia (lambung tunggal, sekum berfungsi) : Kuda, Kelinci, Tikus, Dll
1.3.1 Ruminansia
Ternak Ruminansia : mempunyai sistem pencernaan ganda dengan lambung majemuk
sebagai cirinya. Contoh : sapi, kerbau, kambing, dan domba.
Proses Pencernaan
1. Mekanik / Fisik → rongga mulut
2. Kemis / Enzimatis → rumen
3. Biologis / Fermentatif → abomasum dan usus
Sistem pencernaan makanan pada hewan ini banyak mengandung selulosa yang sulit
dicerna sehingga sistem pencernaannya berbeda dengan sistem pencernaan hewan lain. Sistem
Pencernaan secara umum terdiri dari organ pencernaan dan organ aksesoris
A. Organ Pencernaan Meliputi :
1. Mulut
Pencernaan yang terjadi di dalam rongga mulut adalah pencernaan secara mekanik
yang terdiri atas tiga tahapan yaitu prehensi (pengambilan pakan), mastikasi (pengunyahan),
dan deglutisi (penelanan). Tingkah laku makan ternak sapi adalah grazing yaitu pengambilan
pakan dilakukan dengan menggunakan lidah. Kemudian masuk ke dalam mulut. Di dalam
rongga mulut terdapat 3 alat pelengkap pencernaan yakni : gigi, lidah dan saliva. Berbeda
dengan ternak lain ternak ruminansia dalam maxilla tidak terdapat gigi seri dan gigi taring,
sehingga pada proses pengambilan pakan sangat bergantung dari kedua bibir, lidah dan gigi
mandibula. Di dalam rongga mulut terdapat gigi molar yang berguna untuk memecah pakan
menjadi bagian yang lebih kecil sehingga memudahkan penelanan. Dalam mulut juga mulai
terjadi pencernaan secara enzimatis yaitu oleh enzim amilase/ptialin yang dihasilkan oleh
kelenjar ludah, enzim amilase akan mengubah amilum menjadi maltosa. Saliva yang terdapat
pada mulut sapi berfungsi sebagai buffer untuk mempertahankan pH rumen agar tetap netral).
Saliva disekresikan oleh tiga pasang glandula saliva antara lain glandula parotid (terletak di
depan telinga), glandula mandibular/submaxillaris (terletak pada rahang bawah), dan glandula
sublingual (terletak di bawah lidah).
2. Esofagus / Kerongkongan
Saluran pencernaan selanjutnya adalah esofagus. Esofagus berfungsi mengalirkan
pakan dari mulut menuju rumen dan mengalirkan pakan dari rumen menuju mulut untuk
proses remastikasi. Dalam esofagus pakan hanya lewat atau bypass menuju organ / saluran
pencernaan selanjutnya. Ternak ruminansia yang muda memiliki saluran untuk mengalirkan
air susu dari esofagus langsung menuju abomasum yang disebut esophageal groove.
3. Lambung
Lambung ruminansia terdiri atas 4 bagian, yaitu rumen, retikulum, omasum dan
abomasum dengan ukuran yang bervariasi sesuai dengan umur ternak dan jenis pakannya
(Tambahan, Jenis pakan itu ada 3 yaitu hijauan, konsentrat dan straw)
a. Rumen
Makanan dari kerongkongan atau esophagus akan masuk ke dalam rumen. Di dalam
rumen terjadi pencernaan protein, polisakarida dan fermentasi selulosa oleh enzim selulase
yang dihasilkan oleh mikroorganisme (bakteri). Pada rumen terdapat 4 zona yang terdiri atas
zona gas, zona apung, zona cairan, dan zona endapan. Rumen juga disebut perut handuk.
b. Retikulum
Dari rumen, makanan akan diteruskan ke retikulum dan di tempat ini makanan akan
dibentuk menjadi gumpalan-gumpalan yang masih kasar (bolus). Bolus akan dimuntahkan
kembali ke mulut untuk proses mastikasi kedua kalinya. Reticulo-rumen fold merupakan
lipatan dari jaringan yang menghubungkan rumen dengan retikulum untuk mempermudah
ingesta dapat berpindah dari rumen menuju retikulum dan sebaliknya. Retikulum yang berada
di bawah rumen menyebabkan beberapa benda asing seperti potongan tali, kabel, atau benda
asing lainnya yang termakan akan terakumulasi dalam retikulum. Retikulum juga disebut
perut jala karena strukturnya yang seperti jala.
c. Omasum
Pakan dari mulut akan ditelan kembali (deglutasi) untuk diteruskan menuju omasum.
Pada omasum terjadi penyaringan partikel pakan yang besar, adsorpsi, dan pengaturan arus
ingesta ke abomasum. Omasum juga disebut perut buku karena strukturnya yang terdiri dari
lembaran-lembaran.
d. Abomasum
Bolus akan diteruskan ke abomasum yaitu perut yang sebenarnya (perut sejati pada
ternak ruminansia) dan di tempat ini masih terjadi proses pencernaan bolus secara kimiawi
oleh enzim. Abomasum terdiri dari 3 bagian antara lain kardia, fundika, dan pilorika. Kardia
berfungsi mensekresikan cairan lambung yang mengandung mucus. Fundika berfungsi
mensekresikan enzim pepsinogen dan renin (body chief cells), mensekresikan cairan lambung
yang mengandung mucus (neck chief cells), dan mensekresikan HCl (parietal cells). Bagian
abomasum yang terkahir yaitu pilorika berfungsi mensekresikan mucus.
4. Usus Halus
Berfungsi untuk penyerapan zat-zat pakan. Terdiri dari :
a. Duodenum Kelenjar-kelenjar duodenum menghasilkan sekresi yang bersifat alkali yang
masuk duodenum melalui saluran diantara vili. Fungsi cairan ini adalah sebagai pelincir dan
melindungi dinding duodenum dari pengaruh suasana asam yang masuk dari abomasum.
b. Jijenum : terjadi penyerapan nutrisi pakan dalam jumlah sedikit.
c. Ilium : terjadi penyerapan (absorpsi) nutrisi pakan dalam jumlah besar
Terdapat 4 sekresi :
a. Kelenjar duodenum, mensekresikan cairan yang bersifat alkali berfungsi melindungi
dinding duodenum dari pengaruh asam yang berasal dari abomasum.
b. Empedu → hati, mengemulsi lemak dan mengaktifkan enzim lipase, pankreas membantu
menghidrolisis lemak.
c. Pankreas, mensekresikan cairan yang masuk duodenum melalui ductus pankreatikus.
d. Epitel usus halus, mensekresikan hormone sekretin yang merangsang pancreas
mengeluarkan ion bikarbonat. Mukosa usus akan mensekresikan hormone pankreozimin
sehingga pancreas menghasilkan enzim trypsinogen, kimotripsinogen dan nuklease
5. Usus Besar
Usus besar tidak menghasilkan enzim karena kelenjar-kelenjar yang ada adalah
mukosa, karenanya tiap pencernaan yang terjadi didalamnya adalah sisa-sisa kegiatan oleh
enzim-enzim dari usus halus dan enzim yang dihasilkan oleh jasad-jasad renik yang terdapat
pada usus besar. Selain itu sebagai tempat proses pembusukan sisa digesti (pembentukan
feses) dan proses reabsorpsi air dan partikel terlarut didalamnya.
6. Rektum
Rektum merupakan bagian akhir dari usus besar yang berfungsi sebagai tempat
penyimpanan sementara sisa-sisa makanan sebelum dibuang ke luar tubuh.
7. Anus
Anus merupakan saluran akhir dalam sistem pencernaan yaitu saluran keluarnya fese.
B. Organ Aksesoris Meliputi :
1. Lidah
2. Gigi
3. Kelenjar Saliva
4. Hati
5. Pankreas terletak pada lengkungan duodenum , mensekresikan cairan yang masuk
duodenum melalui ductus pankreatikus.
1.3.2 Nonruminansia
Ternak Nonruminansia : mempunyai sistem pencernaan yang sederhana dengan
lambung tunggal sebagai cirinya. Contoh: unggas.
Fungsi :
1. Paruh : digunakan untuk pengambilan pakan dalam ukuran partikel yang kecil agar
mampu masuk ke dalam rongga mulut.
2. Rongga mulut : tempat bercampurnya pakan dengan saliva yang mengandung enzim
amilase (mengubah amilum menjadi glukosa) dan maltase.
3. Esophagus : terjadi gerakan peristaltik (mendorong pakan masuk ke dalam crop) dengan
bantuan mucus yang berfungsi untuk melancarkan jalannya pakan.
4. Crop/tembolok : penyimpanan pakan sementara dan terdapat mikroorganisme yang
sebagian besar adalah lactobacilli yang berkisar 5-50 mg/g dari isi crop.
5. Proventriculus : pakan mengalamai proses pencernaan enzimatis. Enzim-enzim yang
dihasilkan yaitu HCl dan pepsin. HCl : sebagai aktivator atau untuk mengaktifkan
pepsinogen menjadi pepsin.
6. Pepsin : mengubah protein menjadi pepsin.
7. Ventrikulus / Gizard : pakan mengalami pencernaan secara mekanik yaitu dengan
bantuan grid (kerikil kecil) dan terdapat koilin yang berfungsi melindungi dinding gizard
supaya tidak rusak.
8. Usus halus
a. Duodenum (ciri khas berbentuk “U”)
Terdapat kelenjar aksesori yaitu pankreas yang menghasilkan 3 enzim :
- lipase : lipid menjadi asam lemak dan gliserol
- amilase : amilum menjadi glukosa
- tripsin : protein menjadi peptida
b. Jejunum : perut kosong yaitu tidak terjadi penyerapan zat nutrisi dari pakan yang
dikonsumsi atau hanya sebagai bypass.
c. Illeum (usus penyerapan) : terdapat fili-fili untuk menyerap sari-sari makan (kapiler)
membatu sari-sari makanan masuk ke 1 arah kemudian oleh darah sarisari makanan diedarkan
kesuluh tubuh.
8. Seka (terdapat 2 sekum / jamak) : penyerapan sisa-sisa sari pakan yang tidak dicerna oleh
illeum, terjadi penyerapan serat secara fermentatif, dengan bantuan enzim selulose,
hemiselulase, lignoselulase (proses fermentatif sedikit di seka).
9. Kolon : penyerapan air, mineral dan vitamin dalam jumlah yang besar.
10. Otot sprincer : tempat deposisi eskreta dan mengontrol keluarnya eskreta.
11. Kloaka : tempat keluarnya eskreta
Disebut ekskreta karena tidak ada fisica urinaria yaitu antara feses dengan urin tidak dapat
dipisahkan.
1.3.3 Pseudoruminansia
Ternak Pseudoruminansia : ternak herbivora yang tidak mampu mencerna pakan jenis
serat dengan baik. Contoh: kelinci dan kuda. Sistem pencernaan ternak kelinci hampir sama
dengan ternak nonruminansia, yang membedakan dengan ternak yang lainnya adalah adanya
pencernaan secara fermentatif pada caecum.
Caecum berbentuk seperti kantung berwarna hijau tua keabu-abuan. Pakan yang telah
dikonsumsi dan dicerna oleh organ pencernaan sebelumnya akan disimpan dalam waktu
sementara dalam caecum. Pencernaan selulosa dilakuakan oleh bakteri yang menghasilkan
asam asetat, propionat dan butirat). Kapasitas terbesar dari saluran pencernaan kelinci berada
pada bagian caecum yaitu mencapai 50%. Kelinci memiliki tingkah laku unik yang disebut
coprophagy yaitu memakan kembali feses (soft feses) yang dikeluarkan yang terjadi pada
malam atau pagi hari.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pencernaan Ruminansia


Menurut Suwandyastuti dan Efka Aris Rimbawanto (2015), Hijauan atau bahan kasar
yang lain, merupakan sumber energi yang potensial bagi ternak ruminansia
Menurut Fahruddin et al (2020), Adanya kemampuan hewan ruminansia mencerna
selulosa dari pakan hijauan dengan bantuan enzim selulase yang ada pada bagian rumennya.
Menurut Lingling et al (2018), Ruang keempat dikenal sebagai abomasum, yang
merupakan bagian kelenjar yang mengeluarkan jus lambung. Abomasum sesuai dengan
pilorus dan merupakan “perut sejati” ruminansia.
Menurut Kassa Shawle (2016), Hewan ruminansia pada prinsipnya bergantung pada
degradasi mikroba dari pakan mereka daripada degradasi enzim langsung seperti pada
kebanyakan nonruminansia.
Menurut Ida Bagus (2013), Ternak Ruminansia mempunyai empat buah perut, yaitu
retikulum, rumen, omasum, dan abomasum.
2.2 Pencernaan Nonruminansia
Menurut Yulfia et al (2020), Organ pencernaan unggas terdiri atas mulut, faring,
esofagus, tembolok, proventrikulus, ventrikulus, usus halus, usus besar, dan kloaka.
Menurut Serli et al (2020), Semakin banyaknya fitat dalam ransum basal yang
diberikan ke ayam pedaging akan mempengaruhi ukuran proventrikulus , karena
proventrikulus bekerja mensekresikan enzim pepsin dan menghasilkan HCl.
Menurut Mabelebele et al (2014), Gizzard yang besar lebih efisien dalam menggiling
partikel pakan dengan berbagai ukuran menjadi partikel yang lebih kecil.
Menurut Birger (2014), Gizzard memiliki fungsi tambahan yang penting dalam
menggiling bahan pakan, karena ini tidak dilakukan di mulut.
Menurut Osfar et al (2019), Unggas juga mempunyai dua buah sekum (selanjutnya
disebut ceca) yang bercabang dari bagian antara usus halus dan usus besar.
2.3 Pencernaan Pseudoruminansia
Menurut Aldo et al (2018), Kelinci juga mampu melakukan caecotrophy atau
coprophage, yaitu proses memakan kembali fases di pagi atau malam hari.
Menurut Ratri dan Hasrianti (2021), Kelinci memiliki satu lapisan lambung
(monogastrik), berbeda dengan ruminansia yang memiliki lambung berjumlah lebih dari satu,
namun melakukan pencernaan mencerna serat kasar seperti ruminansia di bagian kolon dan
sekumnya. Sehingga kelinci tergolong ke dalam ternak pseudoruminansia.
Menurut Sabuj et al (2016), Kerongkongan adalah tabung berotot yang memanjang dari
faring ke perut. Ini adalah bagian pertama dari saluran pencernaan.
Menurut Patrick dan Daniel (2020), Kelinci (Oryctolagus cuniculus) memiliki organ
yang disebut sekum yang berfungsi dengan cara yang mirip dengan rumen pada sapi.
Menurut Ryan (2013), Kelinci termasuk ternak pseudoruminansia, yaitu herbivora yang
tidak dapat mencerna serat-serat dengan baik.

BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktikum


Waktu : 23 Februari 2022
Tempat : https://s.ub.ac.id/fapetzoom-r2
3.2 Alat dan Bahan
1. Preparat alat pencernaan ruminansia
2. Preparat alat pencernaan nonruminansia
3. Preparat alat pencernaan pseudoruminansia
3.3 Cara Kerja
1. Saksikan video tentang saluran pencernaan.
2. Amati masing-masing bagian alat pencernaan
3. Gambarkan ketiga preparat lengkap dengan keterangan-keterangannya
4. Ceritakan sedikit proses-proses pencernaan dan penyerapan zat-zat makanan pada setiap
bagian dari alat pencernaan

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Tabel Perbedaan Pencernaan Ruminansia, Nonruminansia dan Pseudoruminansia
Perbedaan Ruminansia Nonruminansia Pseudoruminansia
Jumlah Lambung Majemuk Tunggal Tunggal
(Poligastrik) (Monogastrik) (Monogastrik)
Saluran Pencernaan Mulut, esofagus, Mulut, esofagus, Mulut, esofagus,
rumen, retikulum, tembolok, lambung, lambung, usus
omasum, proventriculus, halus, sekum, usus
abomasum, usus ventriculus, usus besar, dan anus
halus, sekum, usus halus, seka, kolon,
besar, dan berakhir dan kloaka
di anus
Makanan Serat kasar BETN Serat kasar
Contoh Sapi, kambing, Ayam, bebek, dan Kelinci dan kuda
domba, dan kerbau itik

4.2 Gambar Pencernaan Ruminansia, Nonruminansia, Pseudoruminan

4.3 Pembahasan
4.3.1 Pencernaan Ruminansia
Adanya proses pencernaan secara fermentatif dapat menyebabkan ternak ruminansia
mampu mengolah bahan pakan berkadar serat kasar tinggi sebagai sumber energi dan mampu
mengkonvensi pakan dengan nilai gizi rendah menjadi pangan berkualitas tinggi. Hal ini
sesuai dengan pernyataan dari Suwandyastuti dan Efka (2015) bahwa hijauan atau bahan
kasar yang lain, merupakan sumber energi yang potensial bagi ternak ruminansia.
Makanan dari kerongkongan atau esophagus akan masuk ke dalam rumen. Di dalam
rumen terjadi pencernaan protein, polisakarida dan fermentasi selulosa oleh enzim selulase
yang dihasilkan oleh mikroorganisme (bakteri). Hal ini sesuai dengan pernyataan dari
Fahruddin et al (2020), Adanya kemampuan hewan ruminansia mencerna selulosa dari pakan
hijauan dengan bantuan enzim selulase yang ada pada bagian rumennya.
Pada lambung ternak ruminansia terdapat empat bagian yaitu rumen, retikulum,
omasum dan abomasum. rumen merupakan bagian yang terbesar dari lambung. bagian kedua
retikulum merupakan lipatan dari jaringan yang menghubungkan rumen dengan retikulum.
bagian ketiga omasum yaitu tempat terjadinya penyaringan partikel pakan yang besar. bagian
yang keempat yaitu abomasum yang perut sebenarnya (perut sejati pada ternak ruminansia).
Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Lingling (2018) bahwa ruang keempat dikenal sebagai
abomasum, yang merupakan bagian kelenjar yang mengeluarkan jus lambung. Abomasum
sesuai dengan pilorus dan merupakan “perut sejati” ruminansia.
Pencernaan pada omasum masih terjadi fermentasi mikroorganisme. Omasum berfungsi
sebagai pengatur arus ingesta ke abomasum dan menyaring partikel yang besar. Terjadi
penyerapan air yang terkandung di dalam hijauan pakan ternak oleh dinding omasum, di
dalam omasum enzim bekerja menghaluskan hijauan. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari
Kassa Shawle (2016), Hewan ruminansia pada prinsipnya bergantung pada degradasi mikroba
dari pakan mereka daripada degradasi enzim langsung seperti pada kebanyakan
nonruminansia.
Pada lambung ternak ruminansia terdapat empat bagian yaitu rumen merupakan bagian
yang terbesar dari lambung, bagian kedua retikulum merupakan lipatan dari jaringan yang
menghubungkan rumen dengan retikulum, bagian ketiga omasum yaitu tempat terjadinya
penyaringan partikel pakan yang besar, bagian yang keempat yaitu abomasum. Hal ini sesuai
dengan pernyataan dari Ida Bagus (2013) bahwa ternak Ruminansia mempunyai empat buah
perut, yaitu retikulum, rumen, omasum, dan abomasum.
4.3.2 Pencernaan Nonruminansia
Sistem pencernaan nonruminansia terdiri dari paruh, rongga mulut, esofagus, tembolok,
proventriculus, ventriculus, usus halus, seka, kolon, otot, dan kloaka. Hal ini sesuai dengan
pernyataan dari Yulfia et al (2020), Organ pencernaan unggas terdiri atas mulut, faring,
esofagus, tembolok, proventrikulus, ventrikulus, usus halus, usus besar, dan kloaka.
Fungsi proventriculus adalah pakan mengalamai proses pencernaan enzimatis. Enzim-
enzim yang dihasilkan yaitu HCl dan pepsin. HCl : sebagai aktivator atau untuk mengaktifkan
pepsinogen menjadi pepsin. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Serli et al (2020), Semakin
banyaknya fitat dalam ransum basal yang diberikan ke ayam pedaging akan mempengaruhi
ukuran proventrikulus , karena proventrikulus bekerja mensekresikan enzim pepsin dan
menghasilkan HCl.
Proventriculus/Gizzard memiliki fungsi menggiling dan menghaluskan pakan. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Mabelebele et al (2014), Gizzard yang besar lebih efisien dalam
menggiling partikel pakan dengan berbagai ukuran menjadi partikel yang lebih kecil.
Fungsi gizzard adalah mencerna makanan secara mekanik. Hal ini sesuai dengan
pernyataan dari Birger (2014), Gizzard memiliki fungsi tambahan yang penting dalam
menggiling bahan pakan, karena ini tidak dilakukan di mulut.
Seka (terdapat 2 sekum / jamak) yang berfungsi menyerap sisa-sisa sari pakan yang
tidak dicerna oleh illeum, terjadi penyerapan serat secara fermentatif, dengan bantuan enzim
selulose, hemiselulase, lignoselulase (proses fermentatif sedikit di seka). Hal ini sesuai
dengan pernyataan dari Osfar et al (2019), Unggas juga mempunyai dua buah sekum
(selanjutnya disebut ceca) yang bercabang dari bagian antara usus halus dan usus besar.

4.3.3 Pencernaan Pseudoruminansia


Kelinci memiliki tingkah laku unik yang disebut coprophagy yaitu memakan kembali
feses (soft feses) yang dikeluarkan yang terjadi pada malam atau pagi hari. Hal ini sesuai
dengan pernyataan dari Aldo et al (2018), Kelinci juga mampu melakukan caecotrophy atau
coprophage, yaitu proses memakan kembali faeces di pagi atau malam hari.
Kelinci termasuk hewan ternak pseudoruminansia karena memiliki lambung tunggal
(monogastrik). Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Ratri dan Hasrianti (2021), Kelinci
memiliki satu lapisan lambung (monogastrik), berbeda dengan ruminansia yang memiliki
lambung berjumlah lebih dari satu, namun melakukan pencernaan mencerna serat kasar
seperti ruminansia di bagian kolon dan sekumnya. Sehingga kelinci tergolong ke dalam ternak
pseudoruminansia.
Kerongkongan merupakan tempat menyalurkan makanan yang berbentuk tabung
berotot. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Sabuj et al (2016), Kerongkongan adalah
tabung berotot yang memanjang dari faring ke perut. Ini adalah bagian pertama dari saluran
pencernaan.
Oryctolagus cuniculus adalah kelinci yang sekumnya berfungsi mirip dengan rumen
ruminansia. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Patrick dan Daniel (2020) Kelinci
(Oryctolagus cuniculus) memiliki organ yang disebut sekum yang berfungsi dengan cara yang
mirip dengan rumen pada sapi.
Ternak Pseudoruminansia : ternak herbivora yang tidak mampu mencerna pakan jenis
serat dengan baik. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Ryan (2013), Kelinci termasuk
ternak pseudoruminansia, yaitu herbivora yang tidak dapat mencerna serat-serat dengan baik.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Sistem pencernaan ruminansia dimulai dari mulut, esophagus, retikulum, rumen,
omasum, abomasum, usus halus, diusus halus terdapat tiga bagian, yaitu duodenum, jejenum
dan ileum, kemudian ke sekum, usus besar dan anus. Sistem pencernaan nonruminansia
meliputi paruh (mulut), esophagus, tembolok, proventrikulus, gizzard, usus halus, usus buntu,
usus besar, dan kloaka. Sistem pencernaan pseudoruminansia meliputi mulut, esophagus,
lambung, hati, usus, halus, sekum, usus besar, dan anus.
Saran
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, didapatkan saran sebagai berikut.
1.Untuk Dosen
Dosen diharapkan mampu mengembangkan media pembelajaran yang menarik
sehingga mahasiswa dapat mengikuti kegiatan pembelajaran yang menyenangkan. Media
yang dikembangkan dapat berupa media digital maupun non digital.
2. Untuk Mahasiswa
Mahasiswa diharapkan mampu mengembangkan media pembelajaran yang menarik
dan dibutuhkan.

DAFTAR PUSTAKA
Suwandyastuti, S. N. O., & Rimbawanto, E. A. (2015). Produk metabolisme rumen pada sapi
perah laktasi. Jurnal Agripet, 15(1), 1-6.
Fahruddin, F., Haedar, N. H. N., & Tuwo, M. (2020). Potensi Bakteri Dari Limbah Kotoran
Ternak Dalam Mendegradasi Selulosa. Jurnal Ilmu Alam dan Lingkungan, 11(1).
Wang, L., Liang, Y., Chen, Q., Ahmed, N., Wang, F., Hu, B., & Yang, P. (2018).
Identification and distribution of the interstitial cells of Cajal in the abomasum of goats. Cell
transplantation, 27(2), 335-344.
Retta, K. S. 2016. Role of probiotics in rumen fermentation and animal performance: a
review. International Journal of Livestock Production. 7(5): 24-32
Partama, I. B. G. (2013). Nutrisi dan Pakan Ternak Ruminansia.Bali: Kampus Universitas
Udayana Denpasar
Selan, Y.N., Amalo, F.A., Maha, I.T., Deta, H.U. and Teme, A.B., 2020. Histomorfologi dan
Distribusi Karbohidrat Netral Pada Esofagus dan Proventrikulus Ayam Hutan Merah (Gallus
Gallus) Asal Pulau Timor. Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu, 8(1), pp.7-13.
Mistiani, S., Kamil, K.A. and Rusmana, D., 2020. Pengaruh tingkat pemberian ekstrak daun
burahol (stelechocarpus burahol) dalam ransum terhadap bobot organ dalam ayam
broiler. Jurnal Nutrisi Ternak Tropis dan Ilmu Pakan, 2(1).
Mabelebele, M., Ng'ambi, J., Norris, D. and Ginindza, M., 2014. Comparison of
gastrointestinal tract and pH values of digestive organs of Ross 308 broiler and indigenous
Venda chickens fed the same diet.
Svihus, B., 2014. Function of the digestive system. Journal of Applied Poultry
Research, 23(2), pp.306-314.
Sjofjan, O., Natsir, M. H., & Djunaidi, I. H. (2019). Ilmu Nutrisi Ternak Non Ruminansia.
Universitas Brawijaya Press.

Rinanto, A.U., Kustanti, N.O.A. and Widigdyo, A., 2018. PENGARUH PENGGUNAAN
TEPUNG DAUN BELIMBING MANIS (Averrhoa carambola L.) SEBAGAI SUBSTITUSI
PAKAN KELINCI TERHADAP PERFORMA KELINCI HYLA HYCOLE. AVES: Jurnal
Ilmu Peternakan, 12(1), pp.9-20.
Ifada, R.R. and Silondae, H., 2021, June. Daun kelor dan Manfaatnya Untuk kelinci.
In PROSIDING SEMINAR TEKNOLOGI AGRIBISNIS PETERNAKAN (STAP) FAKULTAS
PETERNAKAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN (Vol. 8, pp. 410-414).
Nath, S.K., Das, S., Afrin, K., Dash, A.K. and Akter, S., 2016. Topographical and biometrical
anatomy of the digestive tract of White New Zealand Rabbit (Oryctolagus cuniculus). Journal
of Advanced Veterinary and Animal Research, 3(2), pp.145-151.
Walsh, P. A., and O’Donovan, D. J. 2020. The kinetics of inorganic phosphate excretion in
the acidotic rabbit during intravenous phosphate loading: a pseudo-ruminant model. Scientific
Reports. 10(1): 1-8
Sjofjan, O., M. H. Natsir, dan I. H. Djunaidi. 2019. Ilmu Nutrisi Ternak Non Ruminansia.
Malang: UB Press
Masanto, R. and Agus, A., 2013. Kelinci Potong. Penebar Swadaya Grup.

LAMPIRAN

 Ruminansia
Jurnal
Buku

 Nonruminansia

Jurnal
Buku
 Pseudoruminansia

Jurnal

Anda mungkin juga menyukai