Anda di halaman 1dari 13

I.

   PENDAHULUAN
1.1.  Latar belakang
Ruminansia merupakan binatang berkuku genap subordo dari ordo
Artiodactyla disebut juga mammalia berkuku. Nama ruminan berasal dari bahasa
Latin "ruminare" yang artinya mengunyah kembali atau memamah biak, sehingga
dalam bahasa Indonesia dikenal dengan hewan memamah biak. Hewan ruminansia
umumnya herbivora atau pemakan tanaman, sehingga sebagian besar makanannya
adalah selulose, hemiselulose dan bahkan lignin yang semuanya dikategorikan
sebagai serat kasar. Hewan ini disebut juga hewan berlambung jamak atau
polygastric animal, karena lambungnya terdiri atas rumen, retikulum, omasum dan
abomasum. Rumen merupakan bagian terbesar dan terpenting dalam mencerna
serat kasar, sehingga karena pentingnya rumen dalam proses pencernaan
ruminansia, maka timbul pelajaran khusus yang disebut ruminologi. Pencernaan
pada ruminansia terjadi secara mekanik, fermentatif dan enzimatik. Pada
pencernaan mekanik melibatkan organ seperti gigi (dentis). Pencernaan fermentatif
terjadi dengan bantuan mikroba (bakteri, ptotozoa, dan fungi). Pencernaan enzimatik
melibatkan enzim pencernaan untuk mencerna pakan yang masuk.
Sistem pencernaan (tractus digestivus) terdiri atas suatu saluran muskulo
membranosa yang terentang dari mulut sampai ke anus. Fungsinya adalah
memasukan makanan, menggiling, mencerna dan menyerap makanan serta
mengeluarkan buangannya yang berbentuk padat. Sistem pencernaan mengubah
zat-zat hara yang terdapat dalam makanan menjadi senyawa yang lebih sederhana
hingga dapat diserap dan digunakan sebagai energi, membangun senyawa-
senyawa lain untuk kepentingan metabolisme. Pencernaan merupakan rangkaian
proses yang terjadi dalam saluran pencernaan sampai memungkinkan terjadinya
penyerapan.
Perut sejati pada sistem  pencernaan ruminansia diawali oleh tiga bagian
perut atau divertikula (diselaputi oleh epitel-epitel squamous berstrata), dimana
makanan dicerna oleh mikroorganisme sebelum bergerak ke saluran pencernaan
berikutnya. Rumen, retikulum, dan omasum pada ruminansia, secara bersama-sama
disebut perut depan (forestomach atau proventrikulus). Bagian-bagian sistem
pencernaan adalah mulut, oesophagus, forestomach (rumen, retikulum, omasum,
abomasum), usus halus, usus besar, anus, serta glandula aksesori, yang terdiri dari
glandula saliva, hati dan pankreas.
1.2.  Rumusan masalah
1.    Bagaimana sistem pencernaan ruminansia
2.    Bagaimana organ penyusun sistem pencernaan ruminansia
3.    Bagaimana proses pencernaan pada ruminansia

1.3.  Tujuan
1.    Memberikan gambaran mengenai proses pencernaan  pada ruminansia.
2.    Memahami fungsi dan bagian berbagai sistem pencernaan ruminansia.
3.    Mengenal anatomi sistem pencernaan ruminansia

II.        PEMBAHASAN
Alat pencernaan (Apparatus digestorius) terdiri atas saluran pencernaan
(Tractus alimentarius) dan organ pembantu (Organa accesoria). Dilihat dari anatomi
alat pencernaan, terdapat tiga kelompok hewan yakni kelompok hewan berlambung
jamak (polygastric animals) antara lain sapi, kerbau, rusa, domba, kambing dan
kijang, kelompok hewan berlambung tunggal (monogastric animals) antara lain
manusia, anjing, kucing, babi, kuda dan kelinci, dan hewan yang berlambung jamak
semu (pseudo polygastric animals) antara lain ayam, bebek, angsa, dan burung.
Hewan yang berlambung jamak dikelompokkan sebagai ruminansia dan yang
berlambung tunggal dikelompokkan ke dalam non ruminansia. Unggas yang
merupakan hewan berlambung jamak semu (pseudo ruminants) dikelompokkan ke
dalam non-ruminansia.
Agar supaya memperoleh gambaran yang jelas bagaimana dan di mana
proses pencernaan baik kimiawi maupun mekanis dan bagaimana ternak
memanfaatkan bahan makanan berserat kasar tinggi, perlu diketahui dahulu sistem
pencernaan serta fungsi bagian-bagian dari alat pencernaan tersebut, khususnya
rumen, retikulum, omasum dan abomasum.
Saluran Pencernaan:
1.    Mulut
2.    Esofagus
3.    Lambung: Rumen, Retikulum, Omasum, Abomasum 
4.    Usus halus
5.    Usus Besar (Kolon)
6.    Rektum

MULUT
Pencernaan di mulut pertama kali di lakukan oleh gigi molar dilanjutkan oleh
mastikasi dan di teruskan ke pencernaan mekanis. Di dalam mulut terdapat saliva.
Saliva adalah cairan kompleks yang diproduksi oleh kelenjar khusus dan disebarkan
ke dalam cavitas oral.
Komposisi saliva:
Komposisi dari saliva meliputi komponen organik dan anorganik. Namun
demikian, kadar tersebut masih terhitung rendah dibandingkan dengan serum
karena pada saliva penyusun utamanya adalah air. Komponen anorganik terbanyak
adalah sodium, potassium (sebagai kation), khlorida, dan bikarbonat (sebagai anion-
nya). Sedangkan komponen organik pada saliva meliputi protein yang berupa enzim
amilase, maltase, serum albumin, asam urat, kretinin, mucin, vitamin C, beberapa
asam amino, lisosim, laktat, dan beberapa hormon seperti testosteron dan kortisol.
Selain itu, saliva juga mengandung gas CO2, O2, dan N2. Saliva juga mengandung
immunoglobin, seperti IgA dan IgG dengan konsentrasi rata-rata 9,4 dan 0,32 mg%.
Fungsi saliva:
   a. membantu penelanan
   b. buffer (ph 8,4 – 8,5)
   c. suplai nutrien mikroba (70% urea)
Mekanisme sekresi saliva
Kelenjar saliva mensekresikan granula sekretorik (zymogen) yang
mengandung enzim-enzim saliva kemudian dikeluarkan dari sel-sel asinar ke dalam
duktus. Jumlah sekresi salisa berbeda-beda, sekresi saliva pada sapi ±150 liter/hari,
domba ±10 liter/hari. Organ yang berfungsi mencerna makanan secara mekanik
pada ruminansia adalah gigi (dentis). Sapi, misalnya, mempunyai susunan gigi
sebagai berikut:
3 3 - - - - - - Rahang atas
M P C I I C P M Jenis gigi
3 3 - 4 4 - 3 3 Rahang bawah
I    = insisivus = gigi seri
C  = kaninus = gigi taring
P  = premolar = geraham depan
M  = molar = geraham belakang

1. Gigi seri (Insisivus) memiliki bentuk untuk menjepit makanan berupa tetumbuhan
seperti rumput
2 Geraham belakang (Molar) memiliki bentuk datar dan lebar
3. Rahang dapat bergerak menyamping untuk menggiling makanan
4. Struktur lambung memiliki empat ruangan, yaitu: Rumen, Retikulum, Omasum
dan Abomasum.

Berdasarkan susunan gigi di atas, terlihat bahwa sapi (hewan memamah


biak) tidak mempunyai gigi seri bagian atas dan gigi taring, tetapi memiliki gigi
geraham lebih banyak dibandingkan dengan manusia sesuai dengan fungsinya
untuk mengunyah makanan berserat, yaitu penyusun dinding sel tumbuhan yang
terdiri atas 50% selulosa.

ESOPHAGUS
            Merupakan saluran yang menghubungkan antara rongga mulut dengan
lambung. Pada ujung saluran esophagus setelah mulut terdapat daerah yang
disebut faring. Pada faring terdapat klep, yaitu epiglotis yang mengatur makanan
agar tidak masuk ke trakea (tenggorokan). Fungsi esophagus adalah menyalurkan
makanan ke lambung. Agar makanan dapat berjalan sepanjang esophagus, terdapat
gerakan peristaltik sehingga makanan dapat berjalan menuju lambung.

RUMEN
Bagian sistem pancernaan ruminansia yang paling berperan besar adalah
rumen. Rumen berupa suatu kantung muskular yang besar yang terentang dari
diafragma menuju pelvis dan hampir menempati sisi kiri dari rongga abdominal. Di
dalam rumen terdapat populasi mikroba yang cukup banyak jumlahnya. Mikroba
rumen dapat dibagi dalam tiga grup utama yaitu bakteri, protozoa dan fungi.
Kehadiran fungi di dalam rumen diakui sangat bermanfaat bagi pencernaan pakan
serat, karena dia membentuk koloni pada jaringan selulosa pakan. Rizoid fungi
tumbuh jauh menembus dinding sel tanaman sehingga pakan lebih terbuka untuk
dicerna oleh enzim bakteri rumen. 
Bakteri rumen dapat diklasifikasikan berdasarkan substrat utama yang
digunakan, karena sulit mengklasifikasikan berdasarkan morfologinya. Kebalikannya
protozoa diklasifikasikan berdasarkan morfologinya sebab mudah dilihat
berdasarkan penyebaran silianya. Beberapa jenis bakteri adalah: (a) bakteri
pencerna selulosa (Bakteroidessuccinogenes, Ruminococcus flavafaciens,
Ruminococcus albus, Butyrifibriofibrisolvens), (b) bakteri pencerna
hemiselulosa (Butyrivibrio fibrisolvens, Bakteroides ruminocola,
Ruminococcus sp), (c) bakteri pencerna pati (Bakteroides ammylophilus,
Streptococcus bovis, Succinnimonas amylolytica, (d) bakteri pencerna gula
(Triponema bryantii, Lactobasilus ruminus), (e) bakteri pencerna protein
(Clostridium sporogenus, Bacillus licheniformis). 
Protozoa rumen diklasifikasikan menurut morfologinya yaitu: Holotrichsyang
mempunyai silia hampir diseluruh tubuhnya dan mencerna karbohidrat yang
fermentabel, sedangkan Oligotrichs yang mempunyai silia sekitar mulutumumnya
merombak karbohidrat yang lebih sulit dicerna. 
Jumlah bakteri rumen mencapai 10 10-11. Jumlah protozoa mencapai 105-6.
Fungi berjumlah 102-3. Di rumen terjadi pencernaan protein, polisakarida, dan
fermentasi selulosa oleh enzim selulase yang dihasilkan oleh bakteri dan jenis
protozoa tertentu. Isi rumen dan retikulum cenderung membentuk tiga lapisan.
Lapisan yang paling bawah (paling ventral) terdiri terutama dari cairan yang berisi
bahan-bahan yang setengah tercerna, termasuk biji-bijian. Lapis tengah adalah
partikel - partikel makanan paling akhir masuk ke dalam rumen dan belum tercelup
sepenuhnya. Lapis yang paling dorsal terutama terdiri dari gas karbondioksida dan
metan, yang diproduksi terus menerus oleh mikroba.
Kapasitas rumen pada ternak ruminansia dewasa mencapai 80% dari total
kapasitas perut ruminansia, sedangkan pada ternak ruminansia baru lahir
perkembangan rumen belum sempurna kapasitasnya sekitar 30%. Oleh sebab itu
pada anak ternak ruminansia yang baru lahir belum diberikan pakan yang berserat
karena masih belum ada pencernaan fermentatif dan mikroba rumen belum tumbuh.
Pencernaan pada ternak ruminansia yang baru lahir hanya berupa pencernaan
enzimatik. Namun setelah ternak tersebut berumur dua bulan ukuran rumen sudah
baik dan mikroba rumen sudah dalam jumlah yang cukup untuk mencerna bahan
berserat. Mikroba pada rumen merupakan mikroba yang berasal dari susu yang
diberikan induk saat masa menyusui maupun mikroba yang berasal dari bahan lain.
Jumlah mikroba rumen terbesar adalah bakteri. Faktor utama yang
mempengaruhi pertumbuhan dan aktifitas populasi mikroba rumen adalah
temperatur, pH, kapasitas buffer, tekanan osmotik, kandungan bahan kering dan
potensial oksidasi reduksi cairan rumen. Adanya bakteri dan protozoa yang hidup
dalam rumen menyebabkan ruminansia dapat mencerna bahan pakan yang
mengandung serat kasar tinggi.
LETAK: sebelah kiri rongga perut
ANATOMI :
a.    Permukaan dilapisi papila (papila lidah) → memperluas 
b.    permukaan untuk absorbsi
c.    Terdiri 4 kantong (saccus)
d.    Terbagi menjadi 4 zona
KONDISI :
a.    BK isi rumen : 10 -15%
b.    Temperatur : 39-40ºC
c.    pH = 6,7 – 7,0
d.    BJ = 1,022 – 1,055
e.    Gas: CO2, CH4, N2, O2, H2, H2S
f.     mikroba: bakteri, protozoa, jamur
g.    Anaerob
FUNGSI     :  
a.    Tempat fermentasi oleh mikroba rumen
b.    Absorbsi : VFA, amonia
c.    Lokasi mixing
d.    Menyimpan bahan makanan→ fermentasi

RETIKULUM
Retikulum sering disebut sebagai perut jalang atau hardware stomach. Fungsi
retikulum adalah sebagai penahan partikel pakan pada saat regurgitasi rumen.
Retikulum berbatasan langsung dengan rumen, akan tetapi diantara keduanya tidak
ada dinding penyekat. Pembatas diantara retikulum dan rumen yaitu hanya berupa
lipatan, sehingga partikel pakan menjadi tercampur.
a)    Secara fisik tidak terpisahkan dari rumen
b)    Terdapat  lipatan-lipatan esofagus  yang merupakan lipatan jaringan yg langsung
dari esofagus ke omasum
c)    Permukaan dalam : papila → sarang laba-laba (honey comb) perut jala
Fungsi:
a)    tempat fermentasi
b)    membantu proses ruminasi
c)    mengatur arus ingesta ke omasum
d)    Absorpsi hasil fermentasi
e)    tempat berkumpulnya benda-benda asing

OMASUM
Omasum sering juga disebut dengan perut buku, karena permukaannya
berbuku-buku. Ph omasum berkisar antara 5,2 sampai 6,5. Omasum merupaka
suatu organ seferis yang terisi oleh lamina muskuler yang turun dari bagian dorsum
atau bagian atap. Membrana mukosa yang menutupi lamina, ditebari dengan papile
yang pendek dan tumpul yang akan menggiling hijauan atau serat - serat sebelum
masuk ke abomasum (perut sejati). Omasum letaknya disebelah kanan rumen dan
retikulum persis pada posisi kaudal hati. Omasum domba dan kambing jauh lebih
kecil dibandingkan omasum sapi dalam keadaan normal tidak menyentuh dinding
abdominal ruminansia kecil itu.
Omasum hampir terisi penuh oleh lamina dengan papila yang meruncing
yang tersusun sedemikian rupa sehingga makanan digerakkan dari orifisium retikulo-
omosal, di antara laminae, dan menuju ke orifisium omaso-abdomosal. Setiap
laminae mengandung tiga lapis otot, termasuk suatu lapis sentral yang berhubungan
dengan dinding otot dari omasum, serta suatu lapis mukosa muskularis yang terletak
pada tiap sisi dari otot sentral.
Dasar omasum seperti juga halnya lembaran - lembaran (lipatan - lipatan)
ditutupi oleh epitel squamosa berstrata. Pada pertautan antara omasum dan
abomasum terdapat suatu susunan lipatan membrana mukosa ‘vela terminalia’ yang
barang kali berperan sebagai katup untuk mencegah kembalinya bahan-bahan dari
abomasum menuju ke omasum, sedangkan pada domba merupakan bagian dari
abomasum.  

ABOMASUM
             Abomasum sering juga disebut dengan perut sejati. Fungsi omaso abomasal
orifice adalah untuk mencegah digesta yang ada di abomasum kembali ke omasum.
Ph pada abomasum asam yaitu berkisar antara 2 sampai 4,1. Abomasum terletak
dibagian kanan bawah dan jika kondisi tiba-tiba menjadi sangat asam, maka
abomasum dapat berpindah kesebelah kiri. Permukaan abomasum dilapisi oleh
mukosa dan mukosa ini berfungsi untuk melindungi dinding sel tercerna oleh enzim
yang dihasilkan oleh abomasum. Sel-sel mukosa menghasilkan pepsinogen dan sel
parietal menghasilkan HCl. Pepsinogen bereaksi dengan HCl membentuk pepsin.
Pada saat terbentuk pepsin reaksi terus berjalan secara otokatalitik.
Letak :
a.    Dasar perut (kanan bawah)
b.    Bentuk : memanjang
c.    Bagian dalam terdapat tonjolan : fold → absorpsi
Terdiri 3 bagian:
a.    Kardia   : sekresi mukus
b.    Fundika : pepsinogen, renin, HCl, mukus   
c.    Pilorika  : sekresi mukus
Fungsi: Tempat awal pencernaan enzimatis (perut sejati) → Pencernaan protein dan
mengatur arus digesta dari abomasum ke duodenum.

USUS HALUS (INTESTINUM TENUE)


Fungsi : pencernaan enzimatis dan absorpsi
Kedalam usus halus masuk 4 sekresi:
a.    Cairan duodenum : alkalis, fosfor, buffer
b.    Cairan empedu     : dihasilkan hati, K dan Na (mengemulsikan lemak), mengaktifkan
lipase    pankreas, zat warna
c.    Cairan pancreas   : ion bikarbinat untuk menetralisir asam lambung
d.    Cairan usus
Pankreas
Letak : lengkungan duodenum
Mensekresikan enzim:
1.    Amilase     : alfa amilase, maltase, sukrase
2.    Protease    : tripsinogen,  kemotripsinogen,prokarboksi, peptidase
3.    Lipase        : lipase, lesitinase, fosfolapase, kolesterol, esterase
4.    Nuklease   : ribonuklease, deoksi ribonuklease
            Usus halus terbagi atas 3 bagian, yaitu: deudenum, jejenum, dan ileum,
berdasarkan pada perbedaan - perbedaan struktural histologis/mikroskopis.
Deudenum merupakan bagian yang pertama dari usus halus. Ini amat dekat dengan
dinding tubuh dan terikat pada mesenteri yang pendek, yaitu mesoduodenum.
Duktus yang berasal dari pankreas dan hati masuk ke bagian pertama dari
duodenum. Duodenum meninggalkan pilorus dari perut dan ke arah kaudal pada sisi
kanan menuju ke ‘pelvic inlet’. Duodenum kemudian menjulang ke sisi kiri di
belakang akar dari mesenteri besar dan membelok ke depan untuk bergabung
dengan jejunum. Saluran yang berasal dari hati dan saluran pankreas, menyatu ke
dalam duodenum, pada jarak yang pendek di belakang pilorus.
            Jejenum dengan jelas dapat dipisahkan dengan duodenum. Jejenum
bermula dari kira-kira pada posisi dimana mesenteri mulai kelihatan memanjang
(pada duodenum mesenterinya pendek). Jejenum dan ileum itu bersambung dan
tidak ada batas yang jelas di antaranya. Bagian terakhir dari usus halus adalah
ileum. Persambungannya dengan usus besar adalah pada osteum iliale (bukaan
ileal).

SEKUM DAN KOLON


            Usus besar terdiri atas sekum, yang merupakan suatu kantung buntu dan
kolon yang terdiri atas bagian-bagian yang naik, mendatar dan turun. Bagian yang
turun akan berakhir direktum dan anus. Variasi pada usus besar (terutama pada
bagian kolon yang naik) dari satu spesies ke spesies yang lain, jauh lebih menonjol
dibandingkan dengan pada usus halus. Kolon yang menurun, bergerak ke depan di
antara dua lapis mesenteri yang menyangga usus halus. Lop proksimal (ansa
proksimalis) terletak di antara sekum dan kolon spiral (ansa spiralis). Ansa spiralis
itu tersusun dalam bentuk spiral. Bagian yang pertama membentuk spiral ke arah
pusat lilitan (bersifat sentripetal) sedangkan bagian berikutnya membentuk spiral
yang menjauhi pusat lilitan (sentrifugal). Bagian terakhir dari kolon yang naik yaitu
ansa distalis, menghubungkan ansa spiralis dengan kolon transversal. Kolon
transversal menyilang dari kanan ke kiri dan berlanjut terus ke arah kaudal menuju
ke rektum dan anus, bagian terminal dari saluran pencernaan.

1.    Bentuk : tabung berstruktur sederhana,  kondisi = rumen


2.    Fungsi : fermentasi oleh mikroba
3.    Absorpsi VFA dan air → kolon
4.    Konsentrasi VFA : sekum : 7 mM, kolon : 60 mM (rumen = 100 – 150 mM)

RECTUM
Merupakan lubang tempat pembuangan feses dari tubuh. Sebelum dibuang
lewat anus, feses ditampung terlebih dahulu pada bagian rectum. Apabila feses
sudah siap dibuang maka otot spinkter rectum mengatur pembukaan dan penutupan
anus. Otot spinkter yang menyusun rektum ada 2, yaitu otot polos dan otot lurik.

PROSES PENCERNAAN RUMINANSIA


Makanan dari kerongkongan akan masuk rumen yang berfungsi sebagai
gudang sementara bagi makanan yang tertelan. Di rumen terjadi pencernaan
protein, polisakarida, dan fermentasi selulosa oleh enzim selulase yang dihasilkan
oleh bakteri dan jenis protozoa tertentu. Dari rumen, makanan akan diteruskan ke
retikulum dan di tempat ini makanan akan dibentuk menjadi gumpalan-gumpalan
yang masih kasar (disebut bolus). Bolus akan dimuntahkan kembali ke mulut untuk
dimamah kedua kali. Dari mulut makanan akan ditelan kembali untuk diteruskan ke
ornasum. Pada omasum terdapat kelenjar yang memproduksi enzim yang akan
bercampur dengan bolus. Akhirnya bolus akan diteruskan ke abomasum, yaitu perut
yang sebenarnya dan di tempat ini masih terjadi proses pencernaan bolus secara
kimiawi oleh enzim.
Selulase yang dihasilkan oleh mikroba (bakteri dan protozoa) akan merombak
selulosa menjadi asam lemak. Akan tetapi, bakteri tidak tahan hidup di abomasum
karena Ph yang sangat rendah, akibatnya bakteri ini akan mati, namun dapat
dicernakan untuk menjadi sumber protein bagi hewan pemamah biak. Dengan
demikian, hewan ini tidak memerlukan asam amino esensial seperti pada manusia.
            Sedangkan pada sapi proses pencernaan terjadi dua kali, yakni pada
lambung dan sekum yang kedua-duanya dilakukan oleh bakteri dan protozoa
tertentu. Pada kelinci dan marmut, kotoran yang telah keluar tubuh seringkali
dimakan kembali. Kotoran yang belum tercerna tadi masih mengandung banyak zat
makanan, yang akan dicernakan lagi oleh kelinci. Sekum pada pemakan tumbuh-
tumbuhan lebih besar dibandingkan dengan sekum karnivora.
            Hal itu disebabkan karena makanan herbivora bervolume besar dan proses
pencernaannya berat, sedangkan pada karnivora volume makanan kecil dan
pencernaan berlangsung dengan cepat. Usus pada sapi sangat panjang, usus
halusnya bisa mencapai 40 meter. Hal itu dipengaruhi oleh makanannya yang
sebagian besar terdiri dari serat (selulosa).
            Pencernaan karbohidrat dimulai di mulut, dimana bahan makanan bercampur
dengan ptialin, yaitu enzim yang dihasilkan oleh kelenjar saliva (saliva hewan
ruminansia sama sekali tidak mengandung ptyalin). Ptialin mencerna pati menjadi
maltosa dan dekstrin.Pencernaan tersebut sebagian besar terjadi di mulut dan
lambung. Mucin dalam saliva tidak mencerna pati, tetapi melumasi bahan makanan
sehingga dengan demikian bahan makanan mudah untuk ditelan.Mikroorganisme
dalam rumen merombak selulosa untuk membentuk asam-asam lemak terbang.
            Mikroorganisme tersebut mencerna pula pati, gula, lemak, protein dan
nitrogen bukan protein untuk membentuk protein mikrobial dan vitamin B. Tidak ada
enzim dari sekresi lambung ruminansia tersangkut dalam sintesis mikrobial. Amilase
dari pankreas dikeluarkan ke dalam bagian pertama usus halus (duodenum) yang
kemudian terus mencerna pati dan dekstrin menjadi dekstrin sederhana dan
maltosa.
Enzim-enzim lain dalam usus halus yang berasal dari getah usus mencerna pula
karbohidrat.
Enzim-enzim tersebut adalah
1. Sukrase (invertase) yang merombak sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa.
2. Maltase yang merombak maltosa menjadi glukosa
3.Laktase yang merombak laktosa menjadi glukosa dan galaktosa.
Dari data diatas dapat   dirangkum bahwa , Pada hewan memamah biak,
lambungnya terbagi menjadi 4 bagian, yaitu:
1.    Rumen: bagian lambung tempat penghancuran makanan secara mekanis
2.    Retikulum: bagian lambung tempat pencernaan selulosa oleh bakteri
3.    Omasum: bagian lambung tempat pencernaan secara mekanik
4.    Abomasum: bagian lambung tempat terjadinya pencernaan secara kimiawi dengan
bantuan enzim dan HCl yang dihasilkan oleh dinding abomasum
Makanan ruminansia banyak mengandung selulosa, hemiselulosa, pati, dan
karbohidrat yang larut dalam air dan fruktan-fruktan.  Proses degradasi dan
fermentasi karbohidrat dalam rumen dapat dibagi menjadi tiga tahap yaitu (1)
pemecahan pertikel makanan yang menghasilkan polimer karbohidrat, (2) hidrolisa
polimer menjadi sakarida sederhana (glukosa), dan (3) fermentasi sakarida
sederhana menghasilkan VFA berupa asetat, propionate, dan butirat, serta gas CO 2
dan CH4.
Fermentasi makanan oleh mikroba rumen akan berlangsung dengan baik jika
didukung oleh kondisi yang sesuai untuk kehidupan mikroba.  Faktor-faktor yang
perlu diperhatikan adalah kondisi rumen mendekati anaerob, pH diusahakan 6,6-7,0
dengan saliva sebagai larutan penyangga (buffer), kontraksi rumen menambah
kontak antara enzim dengan makanan, laju pengosongan rumen diatur selalu terisi
walaupun ternak menderita lapar dalam waktu yang lama, serta suhu rumen
konstan, faktor tersebut diperlukan untuk kelangsungan proses fermentasi.
Keuntungan ruminansia
Keuntungan ruminansia yang mempunyai organ fermentatif sebelum usus
halus adalah: (1) dapat mencerna bahan makanan berkadar serat kasar tinggi
sehingga bahan makanannya sebagian tidak bersaing dengan manusia, (2) mampu
mengubah sembarang N termasuk Non Protein Nitrogen (NPN) seperti urea menjadi
protein bermutu tinggi, (3) keperluan asam amino untuk memenuhi nutrisi proteinnya
tidak bergantung kepada kualitas protein makanannya, (4) produk fermentatif dalam
rumen dapat disajikan ke dalam usus halus dalam bentuk yang mudah dicerna, dan
(5) kapasitas rumen yang sangat besar, mampu menampung banyak sekali
makanan sehingga proses makannya dapat berjalan dengan cepat.

KESIMPULAN
1.    Saluran pencernaan ruminansia, pencernaannya secara sistematis terdiri atas
mulut, esophagus, rumen, reticulum, omasum, abomasums, duodenum, JeJenum,
ileum, secum, colon, dan rectum.
2.    Yang membedakannya dengan system pencernaan non-ruminansia adalah pada
jumlah lambungnya, non-ruminansia hanya mempunyai 1 lambung, sedangkan
ruminansia mempunyai lambung yang terdiri dari 4 bagian yang masing-masing
mempunyai fungsi spesifiik masing-masing.
3.    Proses pencernaan pada ruminansia terjadi secara mekanis, fermentatif, dan
enzimatis.

DAFTAR PUSTAKA

Cakra, I. G. L. O. 2001. Pengaruh Natrium Bikarbonat dan Natrium Karbonat Terhadap


Konsentrasi Volatile Fatti Acid dan Amonia Rumen Kerbau. Majalah Ilmiah
Peternakan. 4(1): 17-20.

Dehority, B. A. 2004. Rumen Mikrobiology. Nottingham: Nottingham University Press.

Frandson, R. D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Yogyakarta: UGM Press.

Kosnoto, M. 1999. Teknologi Limbah Rumen untuk Pakan dan Pupuk Organik. Surabaya:
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga.

Prakkasi, A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminan. Jakarta: UI Press.

Sutardi. 1980. Landasan Ilmu Nutrisi I. Bogor: Fakultas Peternakan Institut Pertanian
Bogor.

 
 

Anda mungkin juga menyukai