Sistem pencernaan pada hewan mamalia pada umumnya sama dengan manusia, kecuali
pada susunan dan bentuk gigi serta struktur lambung, khususnya pada hewan pemamah biak
(ruminansia) dan hewan karnivora.
Dasar rongga mulut bersifat lunak dan di dalamnya terdapat gigi, lidah, dan kelenjar ludah.
Jenis gigi pada hewan mamalia sama dengan gigi manusia , tetapi mengalami perubahan bentuk
sesuai dengan cara hidupnya.
Dengan ukuran yang bervariasi sesuai dengan umur dan makanan alamiahnya. Kapasitas
rumen 80%, retlkulum 5%, omasum 7-8%, dan abomasums 7-8/o.Pembagian ini terlihat dari
bentuk gentingan pada saat otot spingter berkontraksi. Abomasum merupakan lambung yang
sesungguhnya pada hewan ruminansia.
- Proses pencernaan
Rumput atau daun-daunan dikunyah sekadarnya serta dicampur air ludah, lalu ditelan ke
esofagus. Dari esofagus, makanan masuk ke rumen yang berfungsi sebagai gudang sementara
bagi makanan yang tertelan. Rumput dan daun-daun tersebut mengandung selulosa yang tinggi .
Selanjutnya , di dalam rumen terjadi pencernaan oleh mikroorganisme yang dapat memecah
selulosa menjadi glukosa.
Di rumen terdapat simbiosis antara hewan ruminansia dengan bakteri dan flagelata yang dapat
menghasilkan enzim selulase. Mikroorganisme yang menghasilkan enzim selulase ini berasal
dari kelompok bakteri selulolitik anaerob, khamir dan protozoa. Bakteri yang mampu
menghancurkan selulosa contohnya adalah Cytophaga, sedangkan flagelata yang biasa terdapat
dalam tubuhhewan ruminansia adalah Cypromonas subtilis. Enzim selulase yang dihasilkan oleh
bakteri ini tidak hanya berfungsi untuk merombak selulosa, tetapi juga dapat menghasilkan
biogas yang berupa CH4 melalui proses peragian yang dapat digunakan sebagai sumber energi
alternatif dan fesesnya dapat digunakan untuk pupuk.
Di dalam rumen terjadi pencernaan protein dan polisakarida, serta fermentasi selulosa oleh
enzim selulase. Disamping terjadi pemecahan selulosa juga terjadi fermentasi glukosa untuk
menghasilkan asam organik (asam-asam lemak), asam amino, gas karbon dioksida, dan metan
sehingga dapat dipakai dalam pembuatan biogas sebagai sumber energi altematif. Asam organik
dapat langsung diserap oleh rumen dan merupakan sumber energi utama bagi ruminansia.
Bakteri rumen juga membentuk protein dari nitrogen anorganik (garam-garam amonia) serta
vitamin B kompleks. Dari rumen, makanan masuk ke retikulum.
Di retikulum, makanan dibentuk menjadi gumpalan-gumpalan kasar (bolus). Pada saat hewan
ruminansia beristirahat, bolus yang disimpan sedikit demi sedikit dikeluarkan dari retikulum
untuk dikunyah lagi. Sesudah itu ditelan lagi masuk ke retikulum, lalu ke omasum. Di dalam
omasum terjadi reabsorpsi air dari makanan. Dari omasum, makanan selanjutnya ke obamasum.
Di abomasum ini terjadi pencernaan yang sebenarnya oleh enzim-enzim pencernaan. Di sini
makanan mengalami pencernaan enzimatis seperti pada lambung manusia. Enzim selulase yang
dihasilkan oleh mikroba (bakteri dan protozoa) akan menghancurkan selulosa. Mikroba
penghasil selulase tidak tahan hidup di abomasum karena pH yang sangat rendah, akibatnya
bakteri ini akan mati, namun dapat dicernakan untuk menjadi sumber protein bagi hewan
pemamah biak. Dengan demikian, rumimansia tidak memerlukan asam amino esensial seperti
pada manusia. Hasil pencernaan di abomasum akan diteruskan ke usus halus. Di dalam usus
halus juga terjadi pencernaan secara enzimatis dan penyerapan sari-sari makanan. Bagian yang
tidak terserap selanjutnya masuk ke dalam usus besar. Di sini juga terjadi reabsorpsi air. Setelah
itu sisa-sisa makanan dikeluarkan melalui anus.
3. Usus (intestinum)