Berdasarkan tujuan pemeliharaannya bangsa sapi dapat dibedakan menjadi beberapa tipe :
1. Sapi potong
2. Sapi perah
3. Sapi dwiguna / pekerja
Hewan ruminansia adalah kelompok hewan mamalia yang bisa memah (memakan) dua
kali sehingga kelompok hewan tersebut dikenal uga sebagai hewan memamah biak. Dalam
sistem klasifikasi, manusia dan hewan ruminansia pada umumnya mempunyai kesamaan siri dari
sistem pencernaan hewan ruminansia dan manusia. Contoh hewan ruminansia ialah kerbau,
domba, kambing, sapi, kuda, jerapah, kancil, rusa dan lain – lain.
Ditinjau dari cara makan dan sistem pencernaannya, hewan ruminansia atau hewan
memamah biak termasuk hewan yang unik. Mereka dapat mengunyah atau memamah
makanannya yang berupa rerumputan melalui 2 fase. Fase pertama terjadi saat awal kali mereka
makan, makanannya itu hanya dikunyah sebentar dan masih kasar. Mereka kemudian
menyimpan makanannya itu dalam rumen lambung . Selang beberapa waktu saat lambung sudah
penuh, mereka kemudian mengeluarkan makanan yang dikunyahnya tadi untuk dikunyah
kembali hingga teksturnya lebih halus. Baru kemudian setelah halus, makanan tersebut masuk ke
dalam rumen lambung lagi.
Setelah makanan telah halus, dari ruang abomasum makanan tersebut kemudian didorong
masuk ke usus halus. Di organ inilah sari-sari makanan diserap dan diedarkan oleh darah ke
seluruh tubuh. Selanjutnya ampas atau sisa makanan keluar melalui anus.
a. Pengertian
Hewan non ruminansia (unggas) memiliki pencernaan monogastrik (perut tunggal) yang
berkapasitas kecil. Makanan ditampung di dalam crop kemudianempedal/gizzard terjadi
penggilingan sempurna hingga halus. Makanan yang tidak tercerna akan keluar bersama
ekskreta, oleh karena itu sisa pencernaan pada unggas berbentuk cair.
Zat kimia dari hasil–hasil sekresi kelenjar pencernaan memiliki peranan penting dalam
sistem pencernaan manusia dan hewan monogastrik lainnya. Pencernaan makanan berupa serat
tidak terlalu berarti dalam spesies ini. Unggas tidak memerlukan peranan mikroorganisme secara
maksimal, karena makanan berupa serat sedikit dikonsumsi. Saluran pencernaan unggas sangat
berbeda dengan pencernaan pada mamalia. Perbedaan itu terletak didaerah mulut dan perut,
unggas tidak memiliki gigi untuk mengunyah, namun memiliki lidah yang kaku untuk menelan
makanannya. Perut unggas memiliki keistimewaan yaitu terjadi pencernaan mekanik dengan
batu-batu kecil yang dimakan oleh unggas digizzard.
Saluran pencernaan ruminansia terdiri dari rongga mulut (oral), kerongkongan
(oesophagus), proventrikulus (pars glandularis), yang terdiri darirumen, retikulum, dan omasum;
ventrikulus (pars muscularis) yakni abomasum, usus halus (intestinum tenue), usus besar
(intestinum crassum), sekum (coecum), kolon, dan anus. Lambung sapi sangat besar, yakni ¾
dari isi rongga perut. Lambung mempunyai peranan penting untuk menyimpan makanan
sementara yang akan dikunyah kembali (kedua kali). Selain itu, pada lambung juga terjadi
pembusukan dan peragian.
Pada hewan lambung tunggal (kelinci) organ saluran pencernaanya terdiri dari mulut,
faring, kerongkongan, lambung (gastrum), usus halus (intestineum tenue), yang terdiri dari
doedenum, jejenum, ileum, usus besar (intestinum crasum), yang terdiri dari kolon, sekum, dan
rektum kemudian berakhir pada anus.
b. Saluran Pencernaan Nonruminansia
Saluran pencernaan non ruminansia. Pada ternak non ruminansia atau hewan yang
mempunyai labung tunggal alat pencernaanya terdiri dari :
a. Mulut ( cawar oris )
b. Tekak ( pharing )
c. Kerongkongan ( esophagus )
d. Gastrium ( lambung )
e. Intestinum tenue ( usus halus: duodenum, ileum ,jejunum ) usus kasar ( caecum dan
rektum)
f. Anus
Saluran pencernaan ini dinamakan dengan monogastrik, pada jenis unggas saluran
pencernaanya mempunyai beberapa perbedaan dalam bentuk anatominya dengan hewan
monogastrik lainnya, tetapi fungsinya secara umum dapat di katakana hamper sama, sedangkan
pada hewan ruminansia lebih komleks.
Perbedaan kebutuhan zat makanan ternak ruminansia dan non ruminansia Standar
kebutuhan pakan atau sering juga diberi istilah dengan standar kebutuhan zat-zat makanan pada
hewan ruminansia sering menggunakan satuan yang beragam, misalnya untuk kebutuhan energi
dipakai Total Digestible Nutrient (TDN), Metabolizable Energy (ME) atau Net Energy (NEl)
sedangkan untuk kebutuhan protein dipakai nilai Protein Kasar (PK), PK tercerna atau kombinasi
dari nilai degradasi protein di rumen atau protein yang tak terdegradasi di rumen. Istilah
STANDAR didefinisikan sebagai dasar kebutuhan yang dihubungkan dengan fungsi aktif (status
faali) dari hewan tersebut.
Misalnya pada sapi perah, pemberian pakan didasarkan atas kebutuhan untuk hidup
pokok dan produksi susu, sedangkan untuk sapi potong lebih ditujukan untuk kebutuhan hidup
pokok dan pertumbuhan. Namun tidak mudah pula untuk menentukan kebutuhan hanya untuk
hidup pokok saja atau produksi saja, terutama untuk kebutuhan zat makanan yang kecil seperti
vitamin dan mineral.
Dalam prakteknya dapat diambil contoh sebagai berikut :
Seekor sapi dengan bobot 500 kg memerlukan energi hidup pokok sebesar 33 MJ NE.
Nilai kebutuhan energi ini dapat bervariasi karena dilapangan akan didapatkan data untuk sapi
dengan kelebihan atau kekurangan pakan. Oleh sebab itu dalam pemberian harus ditetapkan
batas minimal sejumlah kebutuhan nutrient yang direkomendasikan NRC, jangan sampai kurang
dari kebutahan.
Variasi kebutuhan ditentukan oleh macam hewan dan kualitas pakan. Sesungguhnya
standar pakan ini dibuat untuk dapat mengantisipasi situasi yang lebih beragam, termasuk
pengaruh perubahan cuaca. Standar ini juga masihbisa dipakai untuk kepentingan taraf nasional
(dari Negara yang menyusun) ataubahkan dapat untuk keperluan dunia internasional yang
mempunyai kondisi iklim yang hampir sama.
Sejak tahun 1960-1965 di Inggris, melalui Dewan Agricultural Research Council (ARC)
telah membuat tabel standar kebutuhan nutrient dari beberapa jenis ternak. Pada tahun 1970
semua publikasi mengenai table kebutuhan nutrient tersebut diperbaharui (direvisi) dan keluarlah
edisi terbaru untuk ruminansia pada tahun 1980. Perubahan tersebut meliputi seluruh zat
makanan terutama tentang standar untuk penggunaan vitamin dan mineral. Saat ini telah banyak
negara maju dan berkembang yang mempunyai standar kebutuan zat makanan untuk ternak
lokalnya. Namun sampai sekarang Indonesia belum mempunyai tabel tersebut. Standar
kebutuhan yang dipakai di Indonesia adalah hasil dari banyak penelitian yang ada saja.
Standar Kebutuhan Nutrien untuk Hidup Pokok Seekor hewan dikatakan dalam keadaan
kondisi hidup pokok apabila komposisi tubuhnya tetap, tidak tambah dan tidak kurang, tidak ada
produk susuatau tidak ada tambahn ekstra energi untuk kerja. Nilai kebutuhan hidup pokok ini
hanya dibutuhkan secara akademis saja, sedangkan dunia praktisi tidak membutuhkan informasi
tersebut, yang dibutuhkan oleh praktisiwan adalah total kebutuhan hidup pokok dan produksi
yang optimal. Jadi pendapat mengenai kebutuhan hidup pokok untuk hewan secara teori berbeda
dengan prakteknya.
Pada hewan yang puasa akan terjadi oksidasi cadangan nutrient untuk memenuhi
kebutuhan energi hidup pokoknya, seperti untuk bernafas dan mengalirkan darah ke organ
sasaran. Tujuan sesungguhnya dari pembuatan ransum untuk hidup pokok adalah supaya tidak
terjadi perombakan cadangan tubuh yang digunakan untuk aktivitas pokok.
c. Contoh Sistem Pencernaan Hewan Non ruminansia pada unggas
Unggas mengambil makanannya dengan paruh dan kemudian terus ditelan. Makanan
tersebut disimpan dalam tembolok untuk dilunakkan dan dicampur dengan getah pencernaan
proventrikulus dan kemudian digiling dalam empedal. Tidak ada enzim pencernaan yang
dikeluarkan oleh empedal unggas. Fungsi utama alat tersebut adalah untuk memperkecil ukuran
partikel-partikel makanan.
Dari empedal, makanan bergerak melalui lekukan usus yang disebut duodenum, yang
secara anatomis sejajar dengan pankreas. Pankreas tersebut mempunyai fungsi penting dalam
pencernaan unggas seperti halnya pada spesies-spesies lainnya. Alat tersebut menghasilkan getah
pankreas dalam jumlah banyak yang mengandung enzim-enzim amilolitik, lipolitik dan
proteolitik. Enzim-enzim tersebut berturut-turut menghidrolisa pati, lemak, proteosa dan pepton.
Empedu hati yang mengandung amilase, mamasuki pula duodenum.
Pseudoruminansia adalah hewan yang pencernaannya dianggap monogastric. Misalnya kuda, tidak
seperti hewan herbivora lainnya, kuda merupakan hewan non-ruminansia karena sistem pencernaan
enzimatik terlebih dahulu kemudian dilanjutkan dengan pencernaan fermentatif.
Beberapa hewan, seperti unta dan alpaca, adalah pseudo-ruminansia. Mereka makan banyak bahan
tanaman dan serat. Mencerna bahan tanaman tidak mudah karena dinding sel tumbuhan mengandung
molekul polimer gula selulosa. Enzim-enzim pencernaan hewan-hewan ini tidak dapat memecah
selulosa, namun mikroorganisme hadir dalam sistem pencernaan bisa. Karena sistem pencernaan harus
mampu menangani sejumlah besar serat dan memecah selulosa, pseudo-ruminansia memiliki perut tiga
ruang. Berbeda dengan ruminansia, sekum mereka (organ bersaku pada permulaan usus besar yang
mengandung banyak mikroorganisme yang diperlukan untuk pencernaan bahan tanaman) besar. Ini
adalah lokasi di mana serat akan difermentasi dan dicerna. Jenis pseudoruminansia memiliki struktur
lambung yang lebih sederhana.