Anda di halaman 1dari 3

LEMBAR PENGESAHAN

“ STIKKAI”

OLEH :
Tim: Greative Girls

Ketua Tim: Viona Lilyantie


NISN: 0065870816

Anggota Tim: Anggi Krisdiana


NISN: 0061056076

Telah disetujui untuk diikutkan dalam seleksi Festival Inovasi Kewirausahaan


Siswa Indonesia (FIKSI) Jenjang SMA/MA/SMK
Tahun 2023

Kasongan, 13 Juni 2023


Disahkan, Kepala Sekolah
SMA Negeri 1 Kasongan
A. Latar Belakang Masalah & Peluang
Tidak dapat dipungkiri jika alam Indonesia kaya akan keanekaragaman tumbuh-tumbuhan.
Sebagai salah satu negara yang memiliki hutan terluas di dunia (posisi ke-9), memiliki iklim tropis,
terletak diantara dua benua dan dua samudera, serta terdiri dari wilayah kepulauan, tentu menjadikan
Indonesia memiliki aneka macam tumbuhan untuk dikembangkan dan didukung dengan penelitian
ilmiah, tumbuhan secara fungsional tidak lagi dipandang sebagai bahan obat maupun penghias saja,
tetapi juga sebagai tumbuhan yang dapat di konsumsi. Mengingat sekarang banyak makanan instan
yang menggunakan bahan pengawet. Banyaknya makanan instan yang mengandung bahan pengawet
membuat masyarakat menjadi kurang pengetahuan dalam pemanfaatan tumbuhan yang dapat
digunakan untuk cemilan yang sehat. Sehingga, pemanfaatan tumbuhan sebagai bahan pembuatan
cemilan yang sehat tidak lagi menjadi pilihan untuk menjaga kesehatan tubuh. Di bidang kesehatan,
termasuk farmasi penggunaan pengawet dibatasi jenis dan jumlah penggunaannya. Karena Indonesia
tertinggal dalam bidang penelitiannya maka diadopsilah peraturan yang ada di WHO. Khusus untuk
pengawet makanan peraturannya sesuai dengan Permenkes RI No 722/ Menkes/Per/IX/88. Seringkali
ada salah pengertian mengenai pengawet untuk makanan yang seolah-olah aman digunakan selama
tidak menyebabkan keracunan atau kematian (toksisitas akut), tetapi sebenarnya menyebabkan
kerusakan organ tubuh manusia dalam jangka panjang. Bahaya ini dapat terjadi karena produk
makanan tersebut setiap hari dimakan, berbeda dengan obat-obat peroral yang digunakan hanya kalau
sakit.

Menurut Tumbel pada tahun 2010 yang mengacu pada Effendy tahun 2004 bahwa jajanan
sekarang ini tidak terlepas dari zat atau bahan yang mengandung unsur berbahaya dan pengawet
dalam jumlah banyak sehingga dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan tubuh. Jika suatu bahan
makanan mengandung bahan yang sifatnya berbahaya bagi kesehatan, maka makanan tersebut
dikategorikan sebagai bahan makanan yang tidak layak untuk dikonsumsi. Masalahnya, akhir-akhir
ini untuk mendapatkan keuntungan yang besar, banyak pedagang curang yang menggunakan zat
pengawet berbahaya seperti boraks dan formalin pada barang dagangannya sehingga makanan
tersebut dapat bertahan cukup lama. Memang sejak lama penggunaan boraks atau yang dikenal juga
dengan bleng telah digunakan oleh masyarakat untuk membuat makanan misalnya kerupuk gendar
yang terbuat dari tepung beras. Penggunaan boraks disini diharapkan agar kerupuk tersebut memiliki
tekstur yang kenyal dan mengembang, namun mereka tidak tahu dampak negatif dari penggunaan
bahan tersebut bagi kesehatan. Demikian juga dengan formalin yang kegunaannya sudah diketahui
oleh masyarakat umum sebagai suatu zat yang digunakan dalam mengawetkan mayat. Hanya saja
untuk mendapatkan keuntungan yang besar para pedagang menggunakan senyawa ini untuk
mengawetkan barang dagangannya. Hal ini dikarenakan modal pada saat menggunakan formalin lebih
sedikit dibanding dengan menggunakan zat pengawet yang diijinkan oleh pemerintah. Badan
Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) baru saja melansir hasil penelitiannya, bahwa dari 700 sampel
produk makanan yang diambil dari Jawa, Sulawesi Selatan dan Lampung, 56% diantaranya
mengandung formalin. Bahkan 70% mie basah diawetkan dengan formalin. Penelitian yang dilakukan
oleh Balai Besar POM DKI Jakarta juga menyebutkan, delapan merek mie dan tahu yang dipasarkan
di Jakarta mengandung formalin.

Indonesia harus segera mencari jalan keluar jika tidak ingin hal ini terus berlangsung. Tim
Creative Girls berinovasi dengan cara membuat cemilan dengan nama STIKKAI yang dibuat dengan
tumbuhan Kelakai, cemilan yang sehat tanpa kandungan pengawet dan dapat di nikmati disemua
kalangan. Kelakai merupakan tumbuhan yang sering di jumpai di lahan gambut khususnya
Kalimantan, tumbuhan yang sering kali di remehkan dan di anggap tidak memiliki nilai jual yang
tinggi tanpa disadari memiliki kandungan tinggi zat besi yang baik untuk membantu menjaga banyak
fungsi vital dalam tubuh, termasuk energi, fokus tubuh, proses pencernaan, sistem kekebalan,
mengatur suhu tubuh, mengatasi anemia, merangsang ASI, dan juga mengganti zat besi yang keluar
melalu menstruasi. STIKKAI menyediakan varian rasa original dan spicy dengan teksur reyah dan
gurih hal ini memberikan peluang bagi STIKKAI untuk bersaing dalam dunia bisnis karena rasanya
yang tidak kalah menarik dengan cemilan lain terlebih jika dilihat dari kandungannya yang baik bagi
tubuh dan tanpa pengawet.
B. Value Propositions (Keunggulan & Keunikan Produk atau Bisnis)
STIKKAI memiliki keunggulan serta keunikan dari cemilan stik pada umumnya karena
cemilan ini terbuat dari daun tumbuhan kelakai yang dikeringkan lalu dihaluskan dengan cara
ditumbuk dan dipadukan dengan bahan lainnya. STIKKAI memiliki tekstur renyah dan rasa yang
gurih, selain itu STIKKAI tidak menggunakan bahan pengawet. STIKKAI memberikan 2 varian rasa
yaitu original dan spicy. Tidak hanya itu, batang dari tumbuhan kelakai juga kami manfaatkan sebagai
pupuk organik. Tumbuhan khas daerah Kalimantan ini kami kembangkan menjadi produk cemilan
STIKKAI yang mengandung banyak zat besi. Zat besi sangat baik untuk perempuan yang sedang
menstuasi zat besi yang keluar dari tubuh melalui mestruasi akan digantikan dengan kelakai yang di
konsumsi. Kelakai juga baik bagi ibu yang sedang menyusui karena kelakai dapat merangsang air
susu bagi ibu yang baru melahirkan selain itu juga dapat mengobati anemia. Produk kami juga
memberikan desain yang menaik melalui ornamen-ornamen khas suku Dayak yang menambah nilai
daerah bagi produk kami

C. Customer Segments (Terget Pelanggan)


Kami memberikan tekstur yang reyah dan rasa yang gurih sehingga dapat dinikmati disemua
kalangan. Sudah 3 bulan STIKKAI dipromosikan dan dijual, dengan target pelanggan lingkungan
sekolah SMA Negeri 1 Kasongan dan dipromosikan melalui media online lalu kami meletakan produk
kami ditoko-toko atau warung, sebanyak 150 pcs STIKKAI laku terjual dengan harga yang ramah di
kantong para pencinta makanan sehat.

D. Key Activities (Aktivitas atau Proses Utama Bisnis)


Aktivitas bisnis STIKKAI awalnya Tim Creative Girls melihat peluang dengan pemanfaatan
tumbuhan kelakai yang sangat banyak ditemukan di sekitar masyarakat khususnya daerah Kalimantan
namun kelakai ini sangat kurang diminati dan jika di jualpun harganya sangat murah, dengan melihat
peluang tersebut Tim Creative Girls mencari cara agar tumbuhan kelakai ini diminati masyarakat dan
memiliki nilai jual yang tinggi lalu hadirlah STIKKAI menjadi makan ringan yang dapat di nikmati di
semua kalangan. Tumbuhan kelakai ini dipisahkan dari batangnya lalu di keringkan dan di haluskan
dengan cara di tumbuk selanjutnya dipadukan dengan bahan lainnya. Tim Creative Girls juga
membuat produk ini tanpa bahan pengawet yang baik bagi kesehatan tubuh. Lalu kami mulai
mempromosikan STIKKAI awalnya kami promosikan di lingkungan sekolah SMA Negeri 1
Kasongan lalu mulai kami promosikan di media sosial, tidak hanya itu kami juga meletekan produk
kami di toko-toko atau warung yang menerima produk kami. Dengan adanya STIKKAI masyarakat
dapat menghargai dan mengetahui manfaat penting dari tumbuhan liar yang sering di remehkan.

Anda mungkin juga menyukai