Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Islam dan Ilmu Pengetahuan
Disusun oleh:
Kelompok 10
Puji syukur kehadirat Allah Swt. yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah yang berjudul “Rumpun Ilmu Pengetahuan Sosial
dalam Perspektif Islam dan Barat” dengan baik dan tepat pada waktunya. Makalah ini disusun
dengan tujuan untuk memenuhi tugas Bapak Dr. Rasi’in, M.A. pada mata kuliah Islam dan Ilmu
Pengetahuan.
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk memberikan wawasan tambahan mengenai
perspektif Islam dan Barat mengenai rumpun ilmu pengetahuan sosial, sehingga para pembaca dan
penulis dapat mengetahui lebih dalam terkait materi tersebut.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dikarenakan
terbatasnya pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran
serta masukan, bahkan kritik yang dapat membangun dari berbagai pihak demi kesempurnaan
makalah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para
pembaca ataupun kami sebagai penulis.
Tim Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan baik
pada tingkat SD, SMP maupun SMA. IPS bukan ilmu mandiri seperti halnya Ilmu- ilmu sosial
lainnya, namun materi IPS menggunakan bahan ilmu-ilmu sosial yang dipilih dan disesuaikan
dengan tujuan pengajaran dan pendidikan. Salah satu penyebab lahirnya IPS (social studies)
disebabkan adanya keinginan dari ahli-ahli ilmu sosial dan pendidikan untuk memperkuat
persatuan dan kesatuan bangsa.1
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) memiliki karakteristik di mana IPS merupakan gabungan
dari unsur-unsur geografi, sejarah, ekonomi, hukum dan politik, kewarganegaraan, sosiologi,
bahkan juga humaniora, pendidikan dan agama. Standar kompetensi dan kompetensi dasar IPS
berasal dari struktur keilmuan geografi, sejarah, ekonomi dan sosiologi yang dikemas sedemikian
rupa sehingga menjadi pokok bahasan atau tema. Tujuan pembelajaran IPS adalah
mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di
masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi
dan melatih keterampilan untuk mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang
menimpa diri sendiri atau masyarakat.2
Manusia sebagai makhluk sosial sangat memerlukan nilai-nilai Islam dalam menjalankan
kehidupannya dan sudah harus dibiasakan sejak kecil. Maka, saat itulah waktu yang tepat dalam
memberikan stimulus-stimulus agar mereka bisa menerapkannya di dalam kehidupan. IPS
merupakan salah satu mata pelajaran yang dapat mengaitkan dengan nilai-nilai Islam. Integrasi
nilai-nilai Islam yang ada dalam pembelajaran IPS dapat menjadikan manusia yang lebih baik dan
memiliki attitude yang baik.3
Menurut Nu’man Sumantri, IPS menekankan pada timbulnya nilai-nilai kewarganegaraan,
moral, ideologi negara dan agama. Sedangkan menurut Van Daelan, IPS adalah ilmu sosial yang
mempelajari tentang tingkah laku manusia yang meliputi berbagai aspek, seperti aspek ekonomi,
sikap mental, aspek budaya, dan hubungan sosial. Salah satu pembelajaran IPS yang terintegrasi
dengan Islam adalah rumpun ekonomi meliputi produksi, distribusi dan konsumsi. Nilai-nilai
Islam yang diterapkan dalam kegiatan ini dari produksi. Orang Islam memakan suatu makanan
harus halal. Karena itu ketentuan dalam Islam yang diatur di Al Qur’an, yaitu QS. Al Maidah
ayat 87-88.4
1
Susanti, E., & Endayani, H. (2018). Konsep Dasar IPS. Medan: CV. Widya Puspita.
2
Banowati, E. (2013). Geografi Sosial. Yogyakarta: Ombak.
3
Zahroh, I. F. (2020). Integrasi Nilai-nilai Islam dalam Pembelajaran IPS di MI. Al-Muqkidz: Jurnal
Kajian Keislaman, 8(1), 90-103.
4
Sagala, S. (2012). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta
Ilmu Pengetahuan Sosial juga ada kaitannya dengan pendidikan global. Pendidikan global
merupakan upaya untuk menanamkan suatu pandangan tentang dunia kepada para siswa dengan
memfokuskan bahwa terdapat saling keterkaitan antar budaya, umat manusia, dan kondisi planet
bumi. Pada umumnya, tujuan pendidikan setiap mata pelajaran untuk kondisi saat ini
menekankan pada kemampuan siswa dalam berpikir kritis.5
Ilmu Pengetahuan Sosial menjadi salah satu cabang ilmu pengetahuan yang penting untuk
dipelajari oleh seluruh umat manusia. Hal ini karena IPS fokus pada pengajaran budaya dan
moral kehidupan manusia sehari-hari, sehingga sangat diperlukan untuk bersosialisasi antara
manusia dengan makhluk hidup lainnya. IPS juga dapat meningkatkan rasa nasionalisme dan
kewarganegaraan karena mempelajari berbagai sejarah bangsa. Perspektif Islam dan Barat
mengenai Ilmu Pengetahuan Sosial bisa saja berbeda, sehingga perlu dilakukan pembahasan
mendalam terkait kedua hal tersebut.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut.
1) Bagaimana rumpun Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)?
2) Bagaimana ciri-ciri Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)?
3) Bagaimana metode penelitian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)?
4) Siapa saja yang menjadi tokoh dalam mengembangkan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)?
5) Bagaimana pandangan Islam tentang Ilmu Pengetahuan Sosial?
6) Bagaimana pandangan Barat tentang Ilmu Pengetahuan Sosial?
C. Tujuan
Adapun tujuan dalam makalah ini adalah sebagai berikut.
1) Mengidentifikasi rumpun Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).
2) Menentukan ciri-ciri Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).
3) Menjelaskan metode penelitian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).
4) Menguraikan tokoh-tokoh yang berperan dalam mengembangkan Ilmu Pengetahuan Sosial
(IPS).
5) Menganalisis pandangan Islam tentang Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).
6) Menyimpulkan pandangan Barat tentang Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
5
Susanti, E., & Endayani, H. (2018). Konsep Dasar IPS. Medan: CV. Widya Puspita.
BAB II
PEMBAHASAN
6
Ibid.
7
Nasution, T., & Lubis, M.A. (2018). Konsep Dasar IPS. Yogyakarta:Samudra Biru.
2. Hubungan antara individu dengan kelompok.
3. Hubungan antara kelompok satu dengan kelompok lain.
4. Sifat-sifat dari kelompok-kelompok sosial yang bermacam-macam coraknya.
Selain itu, terdapat tujuh objek besar yang mencakup lapangan studi sosiologi, yaitu:
1. Faktor-faktor dalam kehidupan manusia.
2. Kebudayaan.
3. Human nature (sifat hakiki manusia).
4. Perilaku kolektif.
5. Persekutuan hidup.
6. Lembaga-lembaga sosial (lembaga perkawinan, pemerintah, keagamaan, dan lainnya).
7. Social change (perubahan sosial).
b. Ruang Lingkup Sosiologi
Ruang lingkup sosiologi mencakup pengetahuan dasar pengkajian kemasyarakatan yang
meliputi:
1. Kedudukan dan peran sosial individu dalam keluarga, kelompok sosial, dan masyarakat.
2. Nilai-nilai dan norma-norma sosial yang mendasari atau mempengaruhi sikap dan
perilaku anggota masyarakat dalam melakukan hubungan sosial.
3. Masyarakat dan kebudayaan daerah sebagai submasyarakat serta kebudayaan nasional
Indonesia.
4. Perubahan sosial budaya yang terus-menerus berlangsung yang disebabkan oleh
faktor-faktor internal maupun eksternal.
5. Masalah-masalah sosial budaya yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari.
c. Tujuan dan Manfaat Sosiologi
Tujuan sosiologi adalah untuk memperoleh pengetahuan yang mendalam tentang
masyarakat. Selain itu, sosiologi juga bertujuan untuk meningkatkan pemahaman terhadap
ciri- ciri dan sifat-sifat masyarakat serta meningkatkan daya adaptasi diri dengan
lingkungan hidupnya, terutama lingkungan sosial-budayanya. Hal tersebut dapat dilakukan
dengan mengembangkan pengetahuan yang objektif mengenai gejala-gejala masyarakat
yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah-masalah sosial. Berdasarkan tujuan
sosiologi, dapat dikemukakan nilai guna sosiologi yaitu:
1. Dapat dijadikan alat dan sarana untuk memahami masyarakat tertentu, seperti: petani,
pedagang, buruh, pegawai, komunitas keagamaan, militer, dan sebagainya.
2. Sebagai alat untuk memahami struktur masyarakat, pola-pola interaksi, serta stratifikasi
sosial.
3. Hasil studi sosiologi terhadap kondisi masyarakat dapat digunakan sebagai dasar untuk
menetapkan suatu kebijakan, baik dari pemerintah, perusahaan, badan dunia, atau yang
lainnya.
4. Hasil kajian sosiologi dapat dijadikan pertimbangan untuk memecahkan masalah-
masalah sosial.
5. Data tentang masyarakat dapat membantu kegiatan pembangunan, mulai dari
perencanaan, pelaksanaan, sampai dengan evaluasi hasil-hasilnya.
2. Antropologi
Kata Antropologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu “antropos” dan “logos” yang berarti
manusia dan ilmu. Antropologi merupakan ilmu sosial yang mempelajari manusia pada
umumnya. Antropologi mempelajari manusia dari segi keragaman fisik dan keragaman
kebudayaan (cara-cara berperilaku, tradisi-tradisi dan nilai-nilai yang dihasilkan manusia).
Antropologi dapat diartikan sebuah ilmu yang mempelajari manusia dalam beragam
masyarakat suku bangsa guna membangun masyarakat suku bangsa tersebut.
a. Objek Studi Antropologi
Objek studi antropologi ialah manusia di dalam masyarakat kebudayaan, suku bangsa,
dan perilakunya. Sehingga perhatian antropologi tertuju pada sifat khusus, cara produksi,
tradisi serta nilai-nilai yang akan membedakan cara pergaulan hidup yang satu dengan
pergaulan hidup yang lainnya.
b. Ruang Lingkup Antropologi
Ruang lingkup dan batas lapangan perhatian kajian antropologi memfokuskan kepada
lima masalah, yaitu:
1. Masalah sejarah asal dan perkembangan manusia dilihat dari ciri-ciri tubuhnya
secara evolusi yang dipandang dari segi biologi
2. Masalah sejarah terjadinya berbagai ragam manusia dari segi ciri-ciri fisiknya.
3. Masalah perkembangan, penyebaran, dan terjadinya beragam kebudayaan di
dunia
4. Masalah sejarah asal, perkembangan, serta penyebaran berbagai macam bahasa
di seluruh dunia.
5. Masalah mengenai asas-asas kebudayaan manusia dalam kehidupan
masyarakat-masyarakat suku bangsa di dunia.
Berdasarkan penggolongan masalah di atas maka antropologi terbagi menjadi
dua cabang untuk menangani masing-masing masalah tersebut yaitu:
1) Antropologi Fisik
Antropologi Fisik menyelidiki manusia sebagai makhluk biologis, mempelajari
manusia dari sudut jasmaninya dalam arti yang seluas-luasnya. Dalam hal ini, yang
diselidiki ialah asal usul manusia, perkembangan evolusi, struktur tubuh dan
kelompok-kelompok manusia yang disebut ras. Adapun cabang-cabang antropologi
fisik ialah:
a) Paleontologi primat, yaitu ilmu yang mempelajari deskripsi dari
varietas-varietas manusia atau makhluk hidup lain yang hubungannya erat
dengan manusia yang tidak ada lagi di dunia (sudah punah).
b) Evolusi manusia, yaitu ilmu yang mempelajari perkembangan manusia.
c) Antropometri, yaitu studi tentang teknik pengukuran tubuh manusia.
d) Antropologi rasial, yaitu ilmu yang mempelajari tentang penggolongan
manusia dalam kelompok-kelompok ras, sejarah ras manusia dan hal-hal
tentang pencampuran ras.
2) Antropologi Budaya/Antropologi Sosial
Antropologi Budaya berfokus pada adat istiadat, yaitu menyelidiki kebudayaan
manusia pada umumnya dan kebudayaan-kebudayaan dari berbagai bangsa di dunia
(menyelidiki seluruh cara hidup manusia). Antropologi budaya berusaha untuk
menyelidiki cara hidup manusia, yaitu bagaimana manusia dengan akal dan struktur
fisiknya yang unik dapat mengubah lingkungan hidupnya.
Adapun cabang-cabang antropologi budaya yaitu:
a) Prehistrory: mempelajari sejarah perkembangan persebaran
kebudayaan-kebudayan manusia di muka bumi dalam zaman manusia belum
mengenal huruf.
b) Etnolinguistik: mempelajari kebudayaan manusia di dalam kehidupan
masyarakat, yang dikumpulkan sebanyak-banyaknya suku bangsa yang
tersebar dari ucapan-ucapan dan perbendaharaan kata.
c) Etnologi: mempelajari tentang kebudayaan manusia di muka bumi.
6. Ilmu Politik
Istilah politik berasal dari kata polis menurut bahasa Yunani yang artinya negara kota.
Berdasarkan kata polis dihasilkan kata-kata, politeia artinya segala hal ihwal mengenai negara.
Polites artinya warga negara. Politik merupakan ilmu sosial yang mempelajari pemerintahan
sekelompok manusia termasuk negara. Ilmu politik senantiasa berkaitan dengan masalah:
● Kekuasaan, sumber kekuasaan, pengaruh, pembuat dan pelaksanaan kebijakan
● Kewenangan dan kekuasaan berdasarkan legitimasi
● Konflik dan kesepakatan bersama
● Pengambilan keputusan dan cara mendistribusikan kekuasaan
a. Objek Ilmu Politik
Objek material ilmu politik relatif banyak yaitu mencakup negara, pemerintah,
kekuasaan, fakta politik, distribusi dan alokasi nilai, kebijakan umum, organisasi
masyarakat, kegiatan politik dan pengambilan keputusan.
b. Ruang Lingkup Ilmu Politik
1) Teori politik yang terdiri dari teori politik dan sejarah perkembangan ide-ide politik.
2) Lembaga-lembaga politik yang terdiri dari UUD, pemerintah nasional, pemerintah
daerah dan lokal, fungsi ekonomi dan sosial dari pemerintah, dan perbandingan
lembaga-lembaga politik.
3) Partai-partai, golongan-golongan dan pendapat umum terdiri dari partai-partai
politik, golongan-golongan dan asosiasi-asosiasi, partisipasi warga negara dalam
pemerintah dan administrasi dan pendapat umum.
4) Hubungan internasional yang terdiri dari politik internasional, organisasi-organisasi
dan administrasi internasional, dan hukum internasional.
c. Manfaat Mempelajari Ilmu Politik
1) Memberi jalan yang lebih baik dalam hal negosiasi kepentingan antar kelompok
dalam masyarakat.
2) Membahagiakan hidup manusia yang tinggal dalam wilayah yang sama.
3) Tujuan politik ialah tindakan politik. Untuk mencapainya diperlukan pembelajaran
untuk memperbesar kepekaan pembelajar sehingga ia dapat bertindak baik secara
politik. Misalnya menelaah kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh para penguasa
dan berusaha untuk mengurangi ketidaktahuan diri mereka yang dikuasai.
4) Politik sebagai ilmu menaruh perhatian pada dalil-dalil, keabsahan, percobaan,
hukum, keragaman, dan pembentukan asas-asas universal.
7. Psikologi Sosial
Psikologi merupakan ilmu sosial yang mempelajari tingkah laku dan proses mental.
Ilmu psikologi secara bahasa berasal dari bahasa Yunani psyche yang berarti jiwa dan logos
yang berarti ilmu pengetahuan. Psikologi diartikan sebagai ilmu yang berkaitan dengan proses
mental baik normal maupun abnormal dan pengaruhnya terhadap perilaku yakni gejala dan
kejiwaan manusia
a. Kedudukan, Objek, dan Ruang Lingkup Psikologi Sosial
Fokus utama psikologi sosial yakni memahami bagaimana dan mengapa individu
berperilaku, berpikir, dan memiliki perasaan tertentu dalam konteks situasi sosial. Situasi
sosial yang dimaksud ialah kehadiran orang lain secara nyata maupun secara imajinatif.
b. Tujuan Psikologi Sosial
Beberapa tujuan keilmuan dari psikologi sosial itu adalah untuk memahami,
menjelaskan, meramalkan, memodifikasi, dan memecahkan masalah terkait dengan cara
berpikir, berperasaan, dan berperilaku individu yang dipengaruhi kehadiran orang lain.
psikologi sosial bertujuan untuk mengerti suatu gejala atau fenomena. Dengan mengerti
suatu fenomena, kita dapat membuat peramalan-peramalan tentang kapan akan terjadinya
fenomena tersebut dan bagaimana hal itu akan terjadi.
B. Ciri-ciri Ilmu Pengetahuan Sosial
Secara akademik, karakteristik mata pelajaran IPS dapat diformulasikan sebagai berikut:
1. Ilmu pengetahuan sosial merupakan gabungan dari unsur-unsur geografi, sejarah, ekonomi,
hukum dan politik, kewarganegaraan, sosiologi, bahkan juga humaniora, pendidikan dan
agama.
2. Standar kompetensi dan kompetensi dasar IPS berasal dari struktur keilmuan geografi,
sejarah, ekonomi dan sosiologi yang dikemas sedemikian rupa sehingga menjadi pokok
bahasan atau tema.8
Selain itu, ilmu-ilmu pengetahuan memiliki ciri:
1. Bersifat empiris, yang berarti bahwa ilmu pengetahuan tersebut didasarkan pada observasi
terhadap kenyataan dan akal sehat serta hasilnya tidak bersifat spekulatif.
2. Bersifat logis artinya sosiologi disusun secara masuk akal, tidak bertentangan dengan
hukum-hukum logika sebagai pola pemikiran untuk menarik kesimpulan.
3. Bersifat objektif artinya sosiologi selalu didasarkan pada fakta dan data yang ada tanpa ada
manipulasi dari data
4. Bersifat teoritis, yaitu ilmu pengetahuan tersebut selalu berusaha untuk menyusun abstraksi
dari hasil-hasil penelitian.
5. Bersifat akumulatif artinya ilmu sosial merupakan ilmu yang akan selalu bertambah dan
berkembang seiring dengan perkembangan keinginan dan hasrat manusia untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya.
6. Bersifat non-ethis, yakni yang dipersoalkan bukanlah buruk baiknya fakta tertentu, akan tetapi
tujuannya adalah untuk menjelaskan fakta tersebut secara analitis.
8
Susanti, E., & Endayani, H. (2018). Konsep Dasar IPS. Medan: CV. Widya Puspita.
terencana, dan mengikuti konsep ilmiah9
Menurut Bahasa Indonesia, kata dasar penelitian adalah “teliti” yang mengandung sifat
dasar cermat, selidik, dan periksa. Artinya, penelitian adalah pekerjaan yang sangat terikat
dengan prinsip-prinsip kerja cermat, tepat, akurat, dan tidak boleh sembarangan atau seenaknya.
Prinsip-prinsip tersebut harus dipatuhi untuk memastikan bahwa jawaban atas pertanyaan
penelitian adalah “benar”. Menurut Bahasa Inggris, kata penelitian diterjemahkan menjadi
research. Kata ini terbentuk dari dua unsur, yaitu re dan search yang dapat diartikan sebagai
“pencarian kembali”.10
Tujuan utama penelitian adalah untuk pengembangan ilmu pengetahuan, untuk kebutuhan
praktis/terapan, dan untuk pengembangan (development). Penelitian untuk pengembangan ilmu
pengetahuan memiliki maksud bahwa hasil penelitian dapat digunakan untuk memperkuat,
memperbaiki, dan mengoreksi teori, konsep atau kesimpulan hasil penelitian sebelumnya.
Penelitian untuk kebutuhan praktis/terapan memiliki maksud bahwa penelitian dapat digunakan
untuk pengembangan kebijakan pemerintah dan perusahaan yang bersifat praktis/terapan.
Penelitian untuk pengembangan memiliki maksud bahwa penelitian dapat digunakan untuk
pengembangan produksi, sistem dan/atau metode serta instrumen/peralatan yang dibutuhkan
dalam dunia nyata. Hal ini sebagai tindak lanjut berbagai pengetahuan dan pemahaman yang
diperoleh dari penelitian sebelumnya.11
Penelitian sebagai suatu disiplin terdiri dari empat komponen informasi dan enam unsur
metodologis. Empat komponen informasi yang dimaksud adalah: teori, hipotesis, pengamatan
(observasi), dan generalisasi empiris (menyusun kesimpulan umum hasil penelitian). Sementara
9
Babbie, E. (2008). The Basic of Social Research. Fourth Edition. USA: Thomson Wadsworth.
10
Soekarni, M., et al. (2017). Metodologi Penelitian Bidang Ilmu Pengetahuan Sosial bagi Peneliti
Pemula. Jakarta, LIPI Press.
11
Gulo, W. (2010). Metodologi Penelitian. Jakarta: Grasindo.
itu, enam unsur metodologis, meliputi deduksi logika (penurunan isu umum ke dalam isu yang
lebih khusus), penyusunan instrumen dan penentuan sampel, pengukuran dan penyederhanaan
informasi, penyusunan konsep, pengujian hipotesis, dan refleksi teori.12
Teori adalah unsur informasi ilmiah yang paling umum dan paling luas bidang
cakupannya. Secara sederhana, teori sosial dapat didefinisikan sebagai penjelasan secara
sistematis tentang fakta-fakta sosial berdasarkan hasil penelitian yang kebenarannya telah teruji
secara ilmiah. Deduksi logika dapat mengubah teori yang sifatnya abstrak menjadi hipotesis,
yaitu informasi ilmiah yang lebih spesifik dan lebih sempit bidang cakupannya. Hipotesis dapat
digunakan sebagai jawaban sementara atas pertanyaan penelitian. Selanjutnya, hipotesis dapat
diubah menjadi sesuatu yang dapat diamati melalui kegiatan observasi dengan menggunakan
instrumen penelitian. Kemudian, hasil observasi dapat digeneralisasi (diubah menjadi informasi
yang lebih umum) menjadi kesimpulan umum hasil penelitian.13
Berikutnya, kesimpulan umum hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai dasar dalam
menguji hipotesis dan menguji teori. Pada penelitian ilmiah, generalisasi hasil penelitian dapat
dibandingkan kembali dengan hipotesis penelitian yang sedang dilakukan. Perbandingan inilah
yang disebut pengujian hipotesis. Pengujian ini akan menghasilkan informasi ilmiah baru, yaitu
apakah hipotesis diterima atau ditolak. Selanjutnya, atas dasar hasil pengujian hipotesis tersebut,
peneliti membangun/mengajukan argumentasi tentang apakah teori yang digunakan dalam
penelitian tersebut dapat diterima, harus dimodifikasi, atau harus ditolak. Proses ini disebut
sebagai refleksi teori.14
Penelitian harus melalui tahapan-tahapan yang berisikan serangkaian kegiatan dari awal
hingga akhir. Langkah-langkah penelitian yang dimaksud adalah merumuskan masalah,
membangun kerangka teori/menetapkan tujuan, membangun kerangka konseptual/merumuskan
variabel dan indikator penelitian, menentukan metode penelitian, mengumpulkan data, mengolah
dan menganalisis data, dan memberikan interpretasi atas data yang diolah/menulis hasil laporan.15
Etika penelitian (research ethics) juga merupakan sisi lain dari proses penelitian yang
12
Wallace, W. (1971). The Logic of Science in Sociology. Chicago: Aldine-Atherton.
13
Ibid.
14
Ibid.
15
Nazir, M. (2013). Metode Penelitian. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia.
mutlak diperhatikan. Lebih spesifiknya disebutkan “There is one issue that must be
acknowledged as infusing all others: research ethics. Ultimately our research endeavors must
abide by standards of professionalism and honesty; our efforts must strive to earn the respect and
trust of both research participants and the public at large”. Tujuannya untuk menjamin agar
tidak ada seorangpun yang dirugikan atau mendapat dampak negatif dari kegiatan penelitian.16
Etika penelitian harus dipatuhi oleh setiap peneliti. Hal ini karena bila diabaikan dan/atau
dilanggar, maka peneliti yang bersangkutan akan mendapatkan sanksi akademik, sanksi sosial,
dan sanksi hukum atas pelanggaran etika yang dilakukan, baik pada tahap pelaksanaan penelitian
dan publikasi hasil penelitian. 17
16
Cooper, D. R., & Emory, W. (1996). Metode Penelitian Bisnis, Jilid 1 (E. Gunawan & I. Nurmawan,
trans.). Jakarta: Penerbit Erlangga.
17
Sukandarrumidi. (2012). Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
itu tidak hanya mempelajari alam, melainkan juga dunia sosial. Ia menerbitkan buku
dengan judul Systeme de Politique Positive. Comte dikenal sebagai bapak positivisme
dan dianggap sebagai orang pertama yang mencetuskan istilah sosiologi sebagai ilmu
pengetahuan modern yang mempelajari aspek sosial dari kehidupan manusia.
3. Herbert Spencer (1820-1903)
Herbert Spencer yang merupakan filsuf sosiologi. Ia lahir di Inggris pada 27
April 1820 dan meninggal pada tahun 1903. Pada tahun 1850, Spencer menerbitkan
bukunya yang berjudul The Social Static yang membahas mengenai filsafat politik dan
sedikit menyinggung persoalan revolusi. Tahun 1873, Spencer menulis The Study of
Sociology yang menjelaskan mengenai tatanan sosial. Ia juga menulis The Man versus
the State yang isinya mengenai masyarakat manusia dengan institusi yang bernama
negara. Ia juga menulis The Study of Sociology yang menjelaskan mengenai tatanan
sosial. Ia juga menulis The Man versus the State yang isinya mengenai masyarakat
manusia dengan institusi yang bernama negara.Karl Marx (1818-1883)
Karl Marx yang memiliki nama lengkap Karl Heinrich Marx. Ia lahir pada 5
Mei 1818 dan meninggal pada 14 Maret 1883 dengan julukannya sebagai Godfather.
Julukan ini didapatkan karena Karl Marx merupakan tokoh sosiologi yang sangat
penting bagi perkembangan ilmu sosiologi dan ilmu lain seperti ekonomi. Marx
merumuskan “The Have vs Have Not” yang berarti pihak yang memiliki (have) akan
selalu konflik dengan pihak yang tidak memiliki (have not). Hal tersebut akan membuat
have not merasa selalu dieksploitasi oleh pihak have, sedangkan have membutuhkan
pihak have not untuk dieksploitasi supaya bisa mempertahankan posisinya. Menurut
Marx, salah satu cara menghentikannya adalah dengan menghilangkan kelas sosial
tersebut.
5. Max Weber (1864-1920)
Max Weber yang berasal dari Jerman dengan nama lengkap Maximilian Karl
Emil Weber. Max Weber lahir pada tanggal 21 April 1864 dan meninggal pada 14 Juni
1920. Max Weber dijuluki sebagai Understanding father karena menurutnya ilmu
sosial berbeda dengan ilmu alam dan kajian sosiologi tidak hanya pada level makro
(masyarakat), tetapi juga bisa dikaji pada level mikro (individu dalam masyarakat).
Salah satu karyanya adalah Economy and Society yang belum selesai.
6. David Emile Durkheim (1858-1918)
David Emile Durkheim yang dijuluki sebagai Professor Father. Ia lahir pada 15
April 1858 dan meninggal pada 15 November 1917. Durkheim melihat dari sisi
revolusi industri yang mengakibatkan perubahan solidaritas dalam masyarakat. Selain
solidaritas, Durkheim juga membahas tentang bunuh diri (suicide). Ia berpikir bahwa
perubahan sosial bisa mendorong seseorang untuk melakukan bunuh diri. Ia membahas
permasalah tersebut pada karya pentingnya yang berjudul Suicide pada tahun 1897.
Ketertarikannya dalam agama juga membuatnya menerbitkan buku dengan judul The
Elementary of Religious Life.
7. George Simmel (1858-1918)
George Simmel yang lahir di Berlin pada 1 Maret 1858. Menurut Simmel
masyarakat sebagai konstruksi abstrak yang sangat mungkin untuk dipelajari karena
adanya proses kategorisasi dalam kehidupan sosialnya, seperti ras, gender, kelas,
agama, dan sebagainya. Kontribusi penting Simmel pada sosiologi adalah sebuah
konsep yang ia sebut form atau bentuk yang menurutnya sosiologi adalah ilmu yang
mempelajari tentang bagaimana adanya berbagai macam bentuk dalam interaksi sosial.
8. Sigmund Freud (1856-1939)
Sigmund Freud lahir di Moravia pada tahun 1856. Freud meneliti tentang
anatomi dan psikologi di Universitas Vienna. Karya pertamanya adalah sebuah buku
yang berjudul Studies on Histeria pada tahun 1895 yang secara substansial
menggambarkan proses ketertekanan yang secara pribadi melupakan pengalaman pahit
yang telah dialami. Freud juga menerbitkan buku yang berjudul The Interpretation of
Dreams yang fokus membahas tentang alam bawah sadar.
9. George Herbert Mead (1863-1931)
George Herbert Mead dilahirkan di Massachusetts, US pada 27 Februari 1863.
Pemikiran Mead pada dasarnya dipengaruhi oleh John Dewey tentang teori pendidikan,
meskipun demikian ada hal yang berbeda yakni teori psikologi sosial yang menyangkut
tentang pikiran, diri dan masyarakat, dan menjadi referensi awal dalam studi bukunya
yang berjudul Mind, Self & Society.
(1) Reason and Revolution di tahun 1941 (2) Eros and Civilization di tahun 1955
(3) One-Dimensional Man di tahun 1964.
Jadi, seks terkait dengan pengalaman tentang tapal batas, dan pada gilirannya
dalam pandangannya keduanya terkait dengan kematian. Karyanya adalah pengalaman
tentang tapal batas yang didalamnya, dan studi tentang pengalaman ini bisa menjadi
“pengalaman tentang tapal batas” bagi pembaca.
7. Jurgen Hubermas (1929-Umur 94)
Jurgen Hubermas lahir pada 18 Juni 1929 di kota Dusseldorf, Jerman. Jurgen
Hubermas dibesarkan di Gummersbach, kota kecil dekat dengan Dusseldorf. Hubermas
mempelajari kesusasteraan, sejarah, dan filsafat Nicolai Hartmann serta mengikuti
kuliah psikologi dan ekonomi. Setelah itu Hubermas meneruskan studi filsafat di
Universitas Bonn yang mana pada tahun 1954 meraih gelar doktornya.
Pada tahun 1956 Hubermas berkenalan dengan Institut penelitian sosial di
Frankfurt dan menjadi asisten dari Adorno, Hubermas belajar tentang sosiologi dari
Adorno, dan mengambil bagian dalam suatu proyek penelitian mengenai sikap politik
mahasiswa di Universitas Frankfurt, pada tahun 1964 hasil penelitiannya
dipublikasikan dalam sebuah buku Student and Politik.
18
Susanto, A., et al. (2020). Biografi Tokoh-tokoh Sosiologi. Parepare: IAIN Parepare Nusantara Press.
19
Sulaswari., et al. (2022). Pendidikan IPS Berbasis Islam Terapan: Strategi Integrasi Sains dan Agama.
Semua ilmu yang ada pada hakikatnya berasal dari Allah, karena semua sumber ilmu
berupa wahyu, alam jagat (termasuk hukum yang ada didalamnya), manusia dengan perilakunya,
akal pikiran, dan intuisi batin seluruhnya ciptaan anugerah Allah yang diberikan kepada manusia.
Dengan demikian, para ilmuwan dalam berbagai bidang ilmu tersebut sebenarnya bukan pencipta
ilmu, melainkan penemu ilmu, penciptanya adalah Allah SWT.20
Berdasarkan pandangan tersebut maka seluruh ilmu hanya dapat dibedakan dalam nama
dan istilahnya saja, sedangkan hakikat dan substansi ilmu tersebut sebenarnya satu dan berasal
dari Allah SWT. Sejak kelahirannya belasan tahun yang lalu islam telah ada sebagai agama yang
memberikan perhatian pada keseimbangan hidup antara dunia dan akhirat, antara hubungan
manusia dengan tuhan, hubungan manusia dengan manusia, dan urusan ibadah dengan urusan
muamalah.
Di zaman modern ini, keterkaitan agama dengan masalah kemanusiaan menjadi penting
jika dikaitkan dengan kemanusiaan. Dunia modern ini sesungguhnya menyimpan suatu potensi
yang dapat menghancurkan martabat manusia, manusia dapat mengorganisasikan ekonomi,
menata struktur politik, serta membangun peradaban yang maju untuk dirinya sendiri. Namun
pada saat yang sama, manusia telah menjadi tawanan dari hasil ciptaannya sendiri, seperti
penyembahan kepada hasil ciptaannya sendiri.
Maka, dalam keadaan demikian, harus memiliki ilmu pengetahuan sosial yang mampu
membebaskan manusia dari berbagai masalah tersebut. ilmu pengetahuan sosial yang dimaksud
adalah ilmu pengetahuan yang digali dari nilai-nilai agama yang disebut sebagai ilmu sosial
profetik. Ilmu sosial yang dibutuhkan tidak hanya berhenti pada menjelaskan fenomena sosial,
tetapi memecahkannya secara memuaskan.
Menurut Kuntowijoyo, zaman modern ini butuh ilmu sosial profetik yaitu ilmu sosial yang
tidak hanya menjelaskan dan mengubah fenomena sosial, tetapi juga memberikan petunjuk ke
arah mana transformasi dilakukan, untuk apa dan oleh siapa. Perubahan tersebut didasarkan pada
tiga hal yaitu tujuan manusia (tujuan humanisasi), tujuan liberasi, dan tujuan transendensi.
Sebagaimana terkandung dalam ayat 110 ayat Al-Imran, sebagai berikut:21
Artinya: “Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu)
menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah.
22
Ibid.
23
Supardan, D. (2015). Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial: Perspektif Filosofi dan Kurikulum.
Jakarta: PT Bumi Aksara.
24
Ibid.
25
Ibid.
yang memusatkan pada pengembangan karakter bangsa yang dibekali kemampuan mengambil
keputusan yang tepat dalam menghadapi tantangan.26
Ilmu Sejarah merupakan disiplin ilmu sosial pertama yang mencapai eksistensi
Institusional otonom, walaupun banyak sejarawan secara antusias menolak label Ilmu Sosial.
Dilanjut Ilmu ekonomi juga baru secara formal disebut sebagai disiplin Ilmu pada abad 19.
Ketika pemberlakuan teori-teori ekonomi liberal pada abad ke-19, para ekonom berargumentasi
bahwa perilaku ekonomi lebih merupakan cermin suatu Psikologi individualistik universal
daripada institusi-institusi yang dikonstruksikan secara sosial.27
Bersamaan dengan itu, pada abad ke-19 juga berkembang muncul disiplin ilmu sosiologi.
Auguste Comte berkeyakinan bahwa ilmu tersebut harus menjadi “ratu ilmu- ilmu”, sosiologi
merupakan reformasi sosial yang agenda utamanya berkaitan dengan berbagai ketidakpuasan
yang disebabkan oleh kekacauan populasi kelas pekerja perkotaan yang semakin besar
jumlahnya seiring dengan berjalannya Revolusi Industri.28
Fase selanjutnya berkembang ilmu politik. Kemunculannya bukan karena subject
matter-nya negara kontemporer dan perpolitikannya, juga bukan karena kurang menyetujui
analisis nomotetis, tetapi karena resistensi fakultas-fakultas hukum untuk merebut monopoli
kekuasaan. Begitulah empat serangkai (sejarah, ekonomi, sosiologi dan politik) telah berhasil
menjadi disiplin-disiplin ilmu sosial di universitas-universitas di Eropa abad ke-19. Pada akhir
abad ke-19, Geografi berhasil merekonstruksikan dirinya sebagai disiplin ilmu baru, terutama di
beberapa universitas di Jerman.29
Psikologi pada mulanya merupakan bagian integral dari filsafat. Namun, pada abad ke-19,
psikologi mulai menunjukkan jati dirinya terutama dengan kepeloporan Saint Augustine dengan
minatnya dalam melakukan introspeksi dan keingintahuannya dan fenomena psikologis. Pada
saat itu, terdapat dua teori psikologi yang saling bersaing, yakni psikologi kemampuan dan
psikologi asosiasi yang lahir karena timbulnya penafsiran kemampuan khusus pada otak
berbeda-beda. Pada tahun 1879 lahirlah laboratorium Psikologi pertama di Jerman.30
Dalam perkembangannya psikologi sering berada pada dua tempat, yakni ilmu sosial dan
ilmu alam. Hal ini bertalian erat dengan kedekatan psikologi dengan arena medis, sehingga
banyak psikolog yang menyebrang psikologi dari ilmu sosial ke ilmu biologi/alam. Istilah
psikologi sosial bahwa psikologi masih menempatkan kakinya pada ranah Ilmu Sosial.31
26
Supardan, D. (2015). Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial: Perspektif Filosofi dan Kurikulum.
Jakarta: PT Bumi Aksara
27
Taufika, R., Lubis, B. S. (2022). Pengantar Ilmu Sosial (Sebuah Pengantar di Perguruan Tinggi).
Medan: Umsu Press.
28
Ibid.
29
Ibid.
30
Ibid.
31
Ibid.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
dirumuskan berlandaskan pada realitas dan fenomena sosial yang diwujudkan dengan pendekatan
interdisipliner dari cabang ilmu-ilmu sosial. Disiplin ilmu sosial yang dikembangkan dalam social
studies di Amerika Serikat meliputi antropologi, arkeologi, ekonomi, geografi, sejarah, hukum,
filsafat, ilmu politik, psikologi, religi dan sosiolog. Ciri dari lmu pengetahuan sosial yaitu
merupakan gabungan dari unsur-unsur geografi, sejarah, ekonomi, hukum dan politik,
kewarganegaraan, sosiologi, bahkan juga humaniora, pendidikan dan agama.
IPS dalam pengembangannya tentu melalui berbagai penelitian yang dilakukan oleh
ilmuwan. Penelitian itu sendiri terdiri dari empat komponen informasi dan enam unsur
metodologis. Proses pengembangan IPS tersebut terbagi menjadi tiga era berbeda, yaitu era klasik
- abad ke 19 (15 tokoh), era modern - abad ke 20 hingga tahun 1975 (15 tokoh) dan era post
modern - tahun 1975 hingga sekarang (8 tokoh).
Menurut pandangan islam, ilmu agama islam dan ilmu agama sosial dalam Al-quran dan
As-sunnah tidak dibeda-bedakan. Karena dalam alquran yang ada yaitu ilmu. Adanya ilmu
pengetahuan sosial dan ilmu agama islam merupakan hasil kesimpulan manusia yang
mengidentifikasi ilmu berdasarkan sumber objek kajiannya. Ilmu hanya dibedakan dalam nama
dan istilahnya saja, karena pada hakikatnya ilmu tersebut hanya satu dan berasal dari Allah SWT.
Menurut pandangan Barat, perkembangan Ilmu Sosial dimulai sejak masa Yunani dan
Romawi Kuno pada abad ke 19. Inti dari Social Studies pada dasarnya adalah hubungan antar
manusia. Jika dilihat dari visi, misi dan strateginya Social Studies telah dikembangkan dalam tiga
tradisi, yaitu as Citizenship Transmission, Social Science, dan Reflective Inquiry.
B. Saran
Makalah dengan materi Rumpun Ilmu Pengetahuan Sosial dalam Perspektif Islam dan Barat
ini diharapkan kepada rekan mahasiswa/i dapat menambah pengetahuan para pembaca maupun
penulis dalam memahami lebih dalam mengenai Ilmu Pengetahuan Sosial beserta pandangan Islam
dan Barat terkait Ilmu Pengetahuan Sosial itu sendiri. Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh
dari kata sempurna, sehingga kritik dan saran yang membangun makalah ini sangat diharapkan oleh
penulis.
DAFTAR PUSTAKA
Astawa., & Made, I. B. (2017). Pengantar Ilmu Sosial. Depok: Raja Grafindo Persada.
Babbie, E. (2008). The Basic of Social Research. Fourth Edition. USA: Thomson Wadsworth.
Banowati, E. (2013). Geografi Sosial. Yogyakarta: Ombak.
Cooper, D. R., & Emory, W. (1996). Metode Penelitian Bisnis, Jilid 1 (E. Gunawan & I. Nurmawan,
trans.). Jakarta: Penerbit Erlangga.
Gulo, W. (2010). Metodologi Penelitian. Jakarta: Grasindo.
Nasution, T., & Lubis, M.A. (2018). Konsep Dasar IPS. Yogyakarta:Samudra Biru.
Nazir, M. (2013). Metode Penelitian. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia.
Sagala, S. (2012). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta
Soekarni, M., et al. (2017). Metodologi Penelitian Bidang Ilmu Pengetahuan Sosial bagi Peneliti
Pemula. Jakarta, LIPI Press.
Sukandarrumidi. (2012). Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.Sulaswari., et al. (2022). Pendidikan IPS Berbasis Islam Terapan: Strategi Integrasi Sains dan
Agama. Prosiding Seminar Nasional Pascasarjana Universitas Negeri Semarang.
Supardan, D. (2015). Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial: Perspektif Filosofi dan Kurikulum.
Jakarta: PT Bumi Aksara.
Susanti, E., & Endayani, H. (2018). Konsep Dasar IPS. Medan: CV. Widya Puspita.
Susanto, A., et al. (2020). Biografi Tokoh-tokoh Sosiologi. Parepare: IAIN Parepare Nusantara Press.
Taufika, R., Lubis, B. S. (2022). Pengantar Ilmu Sosial (Sebuah Pengantar di Perguruan Tinggi).
Medan: Umsu Press.
Wallace, W. (1971). The Logic of Science in Sociology. Chicago: Aldine-Atherton.
Zahroh, I. F. (2020). Integrasi Nilai-nilai Islam dalam Pembelajaran IPS di MI. Al-Muqkidz: Jurnal
Kajian Keislaman, 8(1), 90-103.