Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH ISLAM DAN ILMU PENGETAHUAN

RUMPUN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL DALAM PERSPEKTIF ISLAM DAN BARAT

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Islam dan Ilmu Pengetahuan

Dosen Pengampu: Dr. Rasi’in, M.A.

Disusun oleh:
Kelompok 10

1. Erliana Puspa Dwicahya (11210161000006)


2. Shabrina Gifa Irsalina (11210161000012)
3. An Nabillah NurJannah (11210161000027)
4. Nabila Salwa Mutia (11210161000039)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Swt. yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah yang berjudul “Rumpun Ilmu Pengetahuan Sosial
dalam Perspektif Islam dan Barat” dengan baik dan tepat pada waktunya. Makalah ini disusun
dengan tujuan untuk memenuhi tugas Bapak Dr. Rasi’in, M.A. pada mata kuliah Islam dan Ilmu
Pengetahuan.
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk memberikan wawasan tambahan mengenai
perspektif Islam dan Barat mengenai rumpun ilmu pengetahuan sosial, sehingga para pembaca dan
penulis dapat mengetahui lebih dalam terkait materi tersebut.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dikarenakan
terbatasnya pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran
serta masukan, bahkan kritik yang dapat membangun dari berbagai pihak demi kesempurnaan
makalah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para
pembaca ataupun kami sebagai penulis.

Tangerang Selatan, 29 September 2023

Tim Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan baik
pada tingkat SD, SMP maupun SMA. IPS bukan ilmu mandiri seperti halnya Ilmu- ilmu sosial
lainnya, namun materi IPS menggunakan bahan ilmu-ilmu sosial yang dipilih dan disesuaikan
dengan tujuan pengajaran dan pendidikan. Salah satu penyebab lahirnya IPS (social studies)
disebabkan adanya keinginan dari ahli-ahli ilmu sosial dan pendidikan untuk memperkuat
persatuan dan kesatuan bangsa.1
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) memiliki karakteristik di mana IPS merupakan gabungan
dari unsur-unsur geografi, sejarah, ekonomi, hukum dan politik, kewarganegaraan, sosiologi,
bahkan juga humaniora, pendidikan dan agama. Standar kompetensi dan kompetensi dasar IPS
berasal dari struktur keilmuan geografi, sejarah, ekonomi dan sosiologi yang dikemas sedemikian
rupa sehingga menjadi pokok bahasan atau tema. Tujuan pembelajaran IPS adalah
mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di
masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi
dan melatih keterampilan untuk mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang
menimpa diri sendiri atau masyarakat.2
Manusia sebagai makhluk sosial sangat memerlukan nilai-nilai Islam dalam menjalankan
kehidupannya dan sudah harus dibiasakan sejak kecil. Maka, saat itulah waktu yang tepat dalam
memberikan stimulus-stimulus agar mereka bisa menerapkannya di dalam kehidupan. IPS
merupakan salah satu mata pelajaran yang dapat mengaitkan dengan nilai-nilai Islam. Integrasi
nilai-nilai Islam yang ada dalam pembelajaran IPS dapat menjadikan manusia yang lebih baik dan
memiliki attitude yang baik.3
Menurut Nu’man Sumantri, IPS menekankan pada timbulnya nilai-nilai kewarganegaraan,
moral, ideologi negara dan agama. Sedangkan menurut Van Daelan, IPS adalah ilmu sosial yang
mempelajari tentang tingkah laku manusia yang meliputi berbagai aspek, seperti aspek ekonomi,
sikap mental, aspek budaya, dan hubungan sosial. Salah satu pembelajaran IPS yang terintegrasi
dengan Islam adalah rumpun ekonomi meliputi produksi, distribusi dan konsumsi. Nilai-nilai
Islam yang diterapkan dalam kegiatan ini dari produksi. Orang Islam memakan suatu makanan
harus halal. Karena itu ketentuan dalam Islam yang diatur di Al Qur’an, yaitu QS. Al Maidah
ayat 87-88.4

1
Susanti, E., & Endayani, H. (2018). Konsep Dasar IPS. Medan: CV. Widya Puspita.
2
Banowati, E. (2013). Geografi Sosial. Yogyakarta: Ombak.
3
Zahroh, I. F. (2020). Integrasi Nilai-nilai Islam dalam Pembelajaran IPS di MI. Al-Muqkidz: Jurnal
Kajian Keislaman, 8(1), 90-103.
4
Sagala, S. (2012). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta
Ilmu Pengetahuan Sosial juga ada kaitannya dengan pendidikan global. Pendidikan global
merupakan upaya untuk menanamkan suatu pandangan tentang dunia kepada para siswa dengan
memfokuskan bahwa terdapat saling keterkaitan antar budaya, umat manusia, dan kondisi planet
bumi. Pada umumnya, tujuan pendidikan setiap mata pelajaran untuk kondisi saat ini
menekankan pada kemampuan siswa dalam berpikir kritis.5
Ilmu Pengetahuan Sosial menjadi salah satu cabang ilmu pengetahuan yang penting untuk
dipelajari oleh seluruh umat manusia. Hal ini karena IPS fokus pada pengajaran budaya dan
moral kehidupan manusia sehari-hari, sehingga sangat diperlukan untuk bersosialisasi antara
manusia dengan makhluk hidup lainnya. IPS juga dapat meningkatkan rasa nasionalisme dan
kewarganegaraan karena mempelajari berbagai sejarah bangsa. Perspektif Islam dan Barat
mengenai Ilmu Pengetahuan Sosial bisa saja berbeda, sehingga perlu dilakukan pembahasan
mendalam terkait kedua hal tersebut.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut.
1) Bagaimana rumpun Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)?
2) Bagaimana ciri-ciri Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)?
3) Bagaimana metode penelitian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)?
4) Siapa saja yang menjadi tokoh dalam mengembangkan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)?
5) Bagaimana pandangan Islam tentang Ilmu Pengetahuan Sosial?
6) Bagaimana pandangan Barat tentang Ilmu Pengetahuan Sosial?

C. Tujuan
Adapun tujuan dalam makalah ini adalah sebagai berikut.
1) Mengidentifikasi rumpun Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).
2) Menentukan ciri-ciri Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).
3) Menjelaskan metode penelitian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).
4) Menguraikan tokoh-tokoh yang berperan dalam mengembangkan Ilmu Pengetahuan Sosial
(IPS).
5) Menganalisis pandangan Islam tentang Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).
6) Menyimpulkan pandangan Barat tentang Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

5
Susanti, E., & Endayani, H. (2018). Konsep Dasar IPS. Medan: CV. Widya Puspita.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Rumpun Ilmu Pengetahuan Sosial


Ilmu Pengetahuan Sosial dirumuskan berlandaskan pada realitas dan fenomena sosial yang
diwujudkan dengan pendekatan interdisipliner dari cabang ilmu-ilmu sosial. Hakikat IPS adalah
untuk mengembangkan konsep pemikiran yang berdasarkan realitas kondisi sosial yang ada di
lingkungan. Disiplin ilmu-ilmu sosial yang dikembangkan di Indonesia dalam social studies
meliputi ilmu ekonomi, sejarah, geografi, sosiologi, politik, hukum dan pendidikan
kewarganegaraan. Disiplin ilmu sosial yang dikembangkan dalam social studies di Amerika
Serikat lebih beragam bila dibandingkan dengan tradisi pengembangan IPS di Indonesia. Disiplin
ilmu sosial yang dikembangkan dalam social studies di Amerika Serikat meliputi antropologi,
arkeologi, ekonomi, geografi, sejarah, hukum, filsafat, ilmu politik, psikologi, religi dan
sosiologi.6
Pada awalnya, sumber dari semua ilmu ialah filsafat dan dari filsafat tersebut lahirlah 2
(dua) cabang ilmu yaitu filsafat alam yang kemudian menjadi rumpun ilmu-ilmu alam (the
natural sciences) dan filsafat moral yang kemudian berkembang ke dalam cabang ilmu-ilmu
sosial (the social sciences). Cabang dan ranting ilmu sosial juga terus berkembang seiring dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan cabang dan ranting yang semakin
banyak tersebut kadang menyebabkan kurang dipahaminya induk keilmuan yang dimiliki oleh
seseorang. Hal ini menjadi salah satu kekhawatiran, sebab semua ilmu memiliki kaitan yang
masing-masing saling mengisi dan memberi.7
1. Sosiologi
Kata sosiologi berasal dari dua kata dalam bahasa latin yaitu, socius yang
artinya teman, keluarga, masyarakat dan logos yang berarti ilmu. Secara keseluruhan diartikan
sebagai salah satu cabang dari ilmu sosial yang mempelajari tentang pola-pola hubungan antara
manusia dan manusia, baik secara individu, maupun secara kelompok yang berakibat pada
lahirnya pola- pola sosial, di antaranya: nilai-nilai, norma-norma, dan kebiasaan yang dianut
oleh manusia di dalam kelompok tersebut.
a. Objek Studi Sosiologi
Objek studi sosiologi ialah masyarakat, yaitu hubungan antar manusia dan proses yang
timbul sebagai konsekuensi dari hubungan antar manusia tersebut. Dengan demikian,
sosiologi pada dasarnya mempelajari masyarakat dan perilaku sosial manusia dengan
meneliti kelompok yang dibangunnya. Berdasarkan hal tersebut yang menjadi kajian
sosiologi adalah sebagai berikut:
1. Hubungan timbal balik antara manusia dengan manusia lainnya.

6
Ibid.
7
Nasution, T., & Lubis, M.A. (2018). Konsep Dasar IPS. Yogyakarta:Samudra Biru.
2. Hubungan antara individu dengan kelompok.
3. Hubungan antara kelompok satu dengan kelompok lain.
4. Sifat-sifat dari kelompok-kelompok sosial yang bermacam-macam coraknya.
Selain itu, terdapat tujuh objek besar yang mencakup lapangan studi sosiologi, yaitu:
1. Faktor-faktor dalam kehidupan manusia.
2. Kebudayaan.
3. Human nature (sifat hakiki manusia).
4. Perilaku kolektif.
5. Persekutuan hidup.
6. Lembaga-lembaga sosial (lembaga perkawinan, pemerintah, keagamaan, dan lainnya).
7. Social change (perubahan sosial).
b. Ruang Lingkup Sosiologi
Ruang lingkup sosiologi mencakup pengetahuan dasar pengkajian kemasyarakatan yang
meliputi:
1. Kedudukan dan peran sosial individu dalam keluarga, kelompok sosial, dan masyarakat.
2. Nilai-nilai dan norma-norma sosial yang mendasari atau mempengaruhi sikap dan
perilaku anggota masyarakat dalam melakukan hubungan sosial.
3. Masyarakat dan kebudayaan daerah sebagai submasyarakat serta kebudayaan nasional
Indonesia.
4. Perubahan sosial budaya yang terus-menerus berlangsung yang disebabkan oleh
faktor-faktor internal maupun eksternal.
5. Masalah-masalah sosial budaya yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari.
c. Tujuan dan Manfaat Sosiologi
Tujuan sosiologi adalah untuk memperoleh pengetahuan yang mendalam tentang
masyarakat. Selain itu, sosiologi juga bertujuan untuk meningkatkan pemahaman terhadap
ciri- ciri dan sifat-sifat masyarakat serta meningkatkan daya adaptasi diri dengan
lingkungan hidupnya, terutama lingkungan sosial-budayanya. Hal tersebut dapat dilakukan
dengan mengembangkan pengetahuan yang objektif mengenai gejala-gejala masyarakat
yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah-masalah sosial. Berdasarkan tujuan
sosiologi, dapat dikemukakan nilai guna sosiologi yaitu:
1. Dapat dijadikan alat dan sarana untuk memahami masyarakat tertentu, seperti: petani,
pedagang, buruh, pegawai, komunitas keagamaan, militer, dan sebagainya.
2. Sebagai alat untuk memahami struktur masyarakat, pola-pola interaksi, serta stratifikasi
sosial.
3. Hasil studi sosiologi terhadap kondisi masyarakat dapat digunakan sebagai dasar untuk
menetapkan suatu kebijakan, baik dari pemerintah, perusahaan, badan dunia, atau yang
lainnya.
4. Hasil kajian sosiologi dapat dijadikan pertimbangan untuk memecahkan masalah-
masalah sosial.
5. Data tentang masyarakat dapat membantu kegiatan pembangunan, mulai dari
perencanaan, pelaksanaan, sampai dengan evaluasi hasil-hasilnya.
2. Antropologi
Kata Antropologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu “antropos” dan “logos” yang berarti
manusia dan ilmu. Antropologi merupakan ilmu sosial yang mempelajari manusia pada
umumnya. Antropologi mempelajari manusia dari segi keragaman fisik dan keragaman
kebudayaan (cara-cara berperilaku, tradisi-tradisi dan nilai-nilai yang dihasilkan manusia).
Antropologi dapat diartikan sebuah ilmu yang mempelajari manusia dalam beragam
masyarakat suku bangsa guna membangun masyarakat suku bangsa tersebut.
a. Objek Studi Antropologi
Objek studi antropologi ialah manusia di dalam masyarakat kebudayaan, suku bangsa,
dan perilakunya. Sehingga perhatian antropologi tertuju pada sifat khusus, cara produksi,
tradisi serta nilai-nilai yang akan membedakan cara pergaulan hidup yang satu dengan
pergaulan hidup yang lainnya.
b. Ruang Lingkup Antropologi
Ruang lingkup dan batas lapangan perhatian kajian antropologi memfokuskan kepada
lima masalah, yaitu:
1. Masalah sejarah asal dan perkembangan manusia dilihat dari ciri-ciri tubuhnya
secara evolusi yang dipandang dari segi biologi
2. Masalah sejarah terjadinya berbagai ragam manusia dari segi ciri-ciri fisiknya.
3. Masalah perkembangan, penyebaran, dan terjadinya beragam kebudayaan di
dunia
4. Masalah sejarah asal, perkembangan, serta penyebaran berbagai macam bahasa
di seluruh dunia.
5. Masalah mengenai asas-asas kebudayaan manusia dalam kehidupan
masyarakat-masyarakat suku bangsa di dunia.
Berdasarkan penggolongan masalah di atas maka antropologi terbagi menjadi
dua cabang untuk menangani masing-masing masalah tersebut yaitu:
1) Antropologi Fisik
Antropologi Fisik menyelidiki manusia sebagai makhluk biologis, mempelajari
manusia dari sudut jasmaninya dalam arti yang seluas-luasnya. Dalam hal ini, yang
diselidiki ialah asal usul manusia, perkembangan evolusi, struktur tubuh dan
kelompok-kelompok manusia yang disebut ras. Adapun cabang-cabang antropologi
fisik ialah:
a) Paleontologi primat, yaitu ilmu yang mempelajari deskripsi dari
varietas-varietas manusia atau makhluk hidup lain yang hubungannya erat
dengan manusia yang tidak ada lagi di dunia (sudah punah).
b) Evolusi manusia, yaitu ilmu yang mempelajari perkembangan manusia.
c) Antropometri, yaitu studi tentang teknik pengukuran tubuh manusia.
d) Antropologi rasial, yaitu ilmu yang mempelajari tentang penggolongan
manusia dalam kelompok-kelompok ras, sejarah ras manusia dan hal-hal
tentang pencampuran ras.
2) Antropologi Budaya/Antropologi Sosial
Antropologi Budaya berfokus pada adat istiadat, yaitu menyelidiki kebudayaan
manusia pada umumnya dan kebudayaan-kebudayaan dari berbagai bangsa di dunia
(menyelidiki seluruh cara hidup manusia). Antropologi budaya berusaha untuk
menyelidiki cara hidup manusia, yaitu bagaimana manusia dengan akal dan struktur
fisiknya yang unik dapat mengubah lingkungan hidupnya.
Adapun cabang-cabang antropologi budaya yaitu:
a) Prehistrory: mempelajari sejarah perkembangan persebaran
kebudayaan-kebudayan manusia di muka bumi dalam zaman manusia belum
mengenal huruf.
b) Etnolinguistik: mempelajari kebudayaan manusia di dalam kehidupan
masyarakat, yang dikumpulkan sebanyak-banyaknya suku bangsa yang
tersebar dari ucapan-ucapan dan perbendaharaan kata.
c) Etnologi: mempelajari tentang kebudayaan manusia di muka bumi.

b. Tujuan dan Manfaat Mempelajari Antropologi, yaitu:


1) Tujuan mempelajari manusia dalam bermasyarakat pada hakikatnya adalah untuk
membangun masyarakat itu sendiri.
2) Mendeskripsikan selengkap mungkin tata arah kehidupan kelompok manusia dari
berbagai sudut belahan bumi pada setiap periode dan karakter fisik manusia yang
hidup pada kelompok itu.
3) Memahami manusia sebagai kelompok tertentu secara keseluruhan.
4) Menemukan prinsip-prinsip umum tentang gaya hidup manusia serta bagaimana
gaya hidup itu terbentuk.
Berdasarkan tujuannya, terdapat empat nilai guna dalam mempelajari antropologi,
yaitu:

1) Dapat mengetahui pola perilaku manusia dalam kehidupan bermasyarakat secara


universal maupun pola perilaku manusia pada tiap-tiap masyarakat (suku
bangsa).
2) Dapat mengetahui kedudukan serta peran yang harus dilakukan sesuai dengan
harapan warga masyarakat dari kedudukan yang disandang.
3) Akan memperluas wawasan terhadap tata pergaulan umat manusia diseluruh
dunia yang mempunyai kekhususan-kekhususan yang sesuai dengan
karakteristik daerahnya, sehingga menimbulkan toleransi yang tinggi.
4) Dapat mengetahui berbagai macam problema dalam masyarakat serta memiliki
kecakapan terhadap kondisi-kondisi dalam masyarakat, baik yang
menyenangkan serta mampu mengambil inisiatif terhadap pemecahan
permasalahan yang muncul dalam lingkungan masyarakatnya.
3. Geografi
Secara bahasa Geografi berasal dari kata Geo dan Graphein yang berarti bumi dan
tulisan, untuk itu ilmu geografi membahas tentang ilmu yang mempelajari bumi. Pengertian
bumi dalam geografi tersebut tidak hanya berkenaan dengan fisik alamiah bumi saja,
melainkan juga meliputi segala gejala dan proses alamnya, maupun gejala dan proses
kehidupannya. Geografi merupakan ilmu sosial yang mempelajari lokasi dan variasi
keruangan atas fenomena fisik dan manusia di atas permukaan bumi.
a. Objek Studi Geografi
Terdapat dua objek studi geografi, yaitu:
1) Objek Material
Objek material berkaitan dengan substansi yang dikaji yaitu fenomena
geosfer yaitu meliputi segala sesuatu yang ada di muka bumi berupa semua benda
baik benda mati maupun benda hidup, beserta lingkungannya. Geosfer terdiri dari
lima lapisan sebagai berikut:
a) Atmosfer atau udara yang menyelubungi bumi
b) Litosfer atau kulit bumi
c) Hidrosfer (air)
d) Biosfer (hewan dan tumbuhan)
e) Anthrosfer (manusia)
2) Objek Formal
Objek formal ialah cara pandang, cara berpikir, atau analisis terhadap segi
materialnya. Objek formal inilah yang membedakan geografi dengan lainnya. Cara
pandang atau pendekatan ini yang digunakan geografi untuk mengkaji objek
meterialnya. Objek formal atau pendekatan tersebut dapat dikemukakan sebagai
berikut:
a) Analisis keuangan
b) Analisis Ekologi atau kelingkungan
c) Analisis kompleks wilayah (kewilayahan)
b. Ruang Lingkup Geografi
Geografi terdiri atas tiga cakupan kajian yang saling berkaitan satu sama lain terutama
mencakup lingkungan, tata ruang dan tempat.
1) Lingkungan
Lingkungan alamiah pada suatu wilayah terdiri atas permukaan lahan itu sendiri
(tidak banyak ahli geografi yang meneliti laut), hidrologi permukaan air di wilayah
itu, flora dan fauna yang tinggal di dalamnya, lapisan tanah yang menutupi
permukaan itu dan atmosfer yang terdapat di atasnya.
2) Tata Ruang
Tata ruang merupakan fokus kajian para ahli geografi manusia. Hal ini bukan
semata-mata karena penggunaan lahan oleh manusia selama sekian dekade menjadi
topik yang penuh perhatian, tetapi juga esensi dalam berbagai skala antara kota dan
pedesaan terdapat hubungan yang erat, selain dengan lingkungan fisiknya yang juga
sosialnya.
3) Tempat
Geografi muncul sebagai disiplin akademis tentang tempat-tempat. Di dalamnya
terdapat kegiatan mengidentifikasi interelasi, membanding-bandingkan, serta
menampilkan informasi mengenai berbagai bagian dunia.
c. Manfaat Mempelajari Geografi
Keterlibatan geografi dengan aspek-aspek bidang kajiannya menjadikan cabang ilmu ini
berfungsi tidak saja untuk menjelaskan, namun juga meramal, dan mengontrol yang
diaplikasikan ke dalam perencanaan dan pengembangan wilayah sebagai geografi terapan.
1. Geografi membantu manusia memahami sistem kehidupan di sekitar. Contoh nyatanya
adalah mampu memprediksi bencana yang datang dan mengantisipasi kerugian jiwa dan
materi.
2. Mempelajari berbagai jenis alam yang tersedia di Bumi dan memaksimalkannya sesuai
fungsinya.
3. Memahami bagaimana alam bekerja dan menjadi penduduk Bumi yang baik dengan
menunjukkan sikap peduli lingkungan.
4. Geografi manusia dan regional akan membantu kita memahami perbedaan budaya di
seluruh dunia dan bagaimana menjaga interaksi yang baik.
5. Meningkatkan kesadaran untuk menjaga lingkungan untuk keberlanjutan jangka pendek
dan jangka panjang.
4. Ekonomi
Secara bahasa ekonomi berasal dari bahasa Yunani yakni oikonamos atau oikonomia
yang berarti manajemen urusan rumah tangga, khususnya penyediaan dan administrasi
pendapatan. Ekonomi dapat didefinisikan sebagai ilmu sosial yang mempelajari produksi dan
pembagian kekayaan dalam masyarakat, atau ilmu sosial yang mempelajari bagaimana
manusia memenuhi kebutuhannya.
a. Objek Studi Ekonomi
Objek kajian ilmu ekonomi ialah keseluruhan kegiatan perekonomian manusia.
Keluasan kajian tersebut menyebabkan ruang lingkup dalam bidang ekonomi dikenal
menjadi dua yaitu bersifat mikro dan bersifat makro.
b. Ruang Lingkup Ekonomi
Ditinjau dari ruang lingkup atau cakupannya, ilmu ekonomi dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu:
1) Makroekonomi
Makroekonomi merupakan bagian dari ilmu ekonomi yang mengkhususkan
mempelajari mekanisme bekerjanya perekonomian sebagai suatu keseluruhan. Makro
ekonomi berurusan dengan determinasi tingkat employment dalam suatu
perekonomian khusus, atau dengan tingkat harga dari seluruh komoditas, tingkat
pendapatan nasional, tingkat kesempatan kerja.
2) Mikroekonomi
Mikroekonomi ialah studi mengenai unit-unit pengambilan keputusan
individual dalam perekonomian, seperti rumah tangga, pekerja, dan perusahaan.
Sebagai contoh, ekonomi mikro meneliti determinasi harga terhadap beras, harga
relatif beras dan baja, atau employment dalam industri baja sementara.
c. Manfaat Mempelajari Ekonomi
1) Membantu cara berpikir yang tepat dalam pengambilan keputusan
2) Membantu memahami masyarakat
3) Membantu pemahaman terhadap masalah-masalah global
4) Membangun masyarakat yang lebih demokrasi
5. Sejarah
Istilah sejarah berasal dari bahasa Arab yakni syajaratun (dibaca syajarah), yang artinya
pohon kayu. Pengertian pohon kayu disini adalah adanya suatu kejadian, perkembangan atau
pertumbuhan tentang suatu hal (peristiwa) dalam suatu kesinambungan (kontinuitas).Sejarah
merupakan ilmu sosial yang mempelajari masa lalu yang berhubungan dengan umat manusia.
a. Objek Studi Sejarah
Secara keilmuan sejarah memiliki dua objek studi yaitu objek formal dan objek
material. Objek material yang merupakan fokus kajian sejarah ialah manusia. Sementara,
objek formal digunakan untuk mengkaji objek materialnya adalah aktivitas manusia yang
pernah terjadi dalam suatu rentang waktu di masa lampau.
b. Ruang Lingkup Sejarah
Peranan dan kedudukan sejarah terbagi atas tiga hal, yaitu:
1. Sejarah sebagai peristiwa
Sesuatu yang terjadi pada masyarakat di masa lampau yang memang
benar-benar terjadi secara nyata.
2. Sejarah sebagai ilmu
Sejarah akan dipandang sebagai ilmu pengetahuan yang ada kaitannya
dengan kejadian atau peristiwa serta cerita yang pernah terjadi di masyarakat di
masa lalu. Pada ruang lingkup ini, sejarah akan dijadikan sebagai sebuah objek
yang akan dibahas secara lebih objektif dan lebih jelas menggunakan data yang ada
dan juga sumber yang telah tervalidasi dengan baik dan benar. Di sisi lain, sejarah
juga bisa diartikan sebagai pengetahuan akan masa lalu yang telah disusun secara
sistematis dengan menggunakan metode kajian ilmiah.
3. Sejarah sebagai kisah
Dalam ruang lingkup ini akan mengacu terhadap penulisan fakta sejarah
dari orang-orang yang telah mendapatkan atau mengumpulkan ide tulisan dengan
bahan sejarah yang telah ada. Dalam hal ini, cerita akan memiliki makna sebagai
suatu rangkaian cerita. Cerita yang muncul tersebut akan dalam bentuk narasi
ingatan yang juga merupakan sebuah interpretasi murni dari manusia.
c. Manfaat Mempelajari Sejarah
1) Sejarah sebagai ilmu
2) Sejarah sebagai cara mengetahui masa lampau
3) Sejarah sebagai pernyataan pendapat
4) Sebagai kegunaan inspiratif
5) Kegunaan Rekreatif

6. Ilmu Politik
Istilah politik berasal dari kata polis menurut bahasa Yunani yang artinya negara kota.
Berdasarkan kata polis dihasilkan kata-kata, politeia artinya segala hal ihwal mengenai negara.
Polites artinya warga negara. Politik merupakan ilmu sosial yang mempelajari pemerintahan
sekelompok manusia termasuk negara. Ilmu politik senantiasa berkaitan dengan masalah:
● Kekuasaan, sumber kekuasaan, pengaruh, pembuat dan pelaksanaan kebijakan
● Kewenangan dan kekuasaan berdasarkan legitimasi
● Konflik dan kesepakatan bersama
● Pengambilan keputusan dan cara mendistribusikan kekuasaan
a. Objek Ilmu Politik
Objek material ilmu politik relatif banyak yaitu mencakup negara, pemerintah,
kekuasaan, fakta politik, distribusi dan alokasi nilai, kebijakan umum, organisasi
masyarakat, kegiatan politik dan pengambilan keputusan.
b. Ruang Lingkup Ilmu Politik
1) Teori politik yang terdiri dari teori politik dan sejarah perkembangan ide-ide politik.
2) Lembaga-lembaga politik yang terdiri dari UUD, pemerintah nasional, pemerintah
daerah dan lokal, fungsi ekonomi dan sosial dari pemerintah, dan perbandingan
lembaga-lembaga politik.
3) Partai-partai, golongan-golongan dan pendapat umum terdiri dari partai-partai
politik, golongan-golongan dan asosiasi-asosiasi, partisipasi warga negara dalam
pemerintah dan administrasi dan pendapat umum.
4) Hubungan internasional yang terdiri dari politik internasional, organisasi-organisasi
dan administrasi internasional, dan hukum internasional.
c. Manfaat Mempelajari Ilmu Politik
1) Memberi jalan yang lebih baik dalam hal negosiasi kepentingan antar kelompok
dalam masyarakat.
2) Membahagiakan hidup manusia yang tinggal dalam wilayah yang sama.
3) Tujuan politik ialah tindakan politik. Untuk mencapainya diperlukan pembelajaran
untuk memperbesar kepekaan pembelajar sehingga ia dapat bertindak baik secara
politik. Misalnya menelaah kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh para penguasa
dan berusaha untuk mengurangi ketidaktahuan diri mereka yang dikuasai.
4) Politik sebagai ilmu menaruh perhatian pada dalil-dalil, keabsahan, percobaan,
hukum, keragaman, dan pembentukan asas-asas universal.
7. Psikologi Sosial
Psikologi merupakan ilmu sosial yang mempelajari tingkah laku dan proses mental.
Ilmu psikologi secara bahasa berasal dari bahasa Yunani psyche yang berarti jiwa dan logos
yang berarti ilmu pengetahuan. Psikologi diartikan sebagai ilmu yang berkaitan dengan proses
mental baik normal maupun abnormal dan pengaruhnya terhadap perilaku yakni gejala dan
kejiwaan manusia
a. Kedudukan, Objek, dan Ruang Lingkup Psikologi Sosial
Fokus utama psikologi sosial yakni memahami bagaimana dan mengapa individu
berperilaku, berpikir, dan memiliki perasaan tertentu dalam konteks situasi sosial. Situasi
sosial yang dimaksud ialah kehadiran orang lain secara nyata maupun secara imajinatif.
b. Tujuan Psikologi Sosial
Beberapa tujuan keilmuan dari psikologi sosial itu adalah untuk memahami,
menjelaskan, meramalkan, memodifikasi, dan memecahkan masalah terkait dengan cara
berpikir, berperasaan, dan berperilaku individu yang dipengaruhi kehadiran orang lain.
psikologi sosial bertujuan untuk mengerti suatu gejala atau fenomena. Dengan mengerti
suatu fenomena, kita dapat membuat peramalan-peramalan tentang kapan akan terjadinya
fenomena tersebut dan bagaimana hal itu akan terjadi.
B. Ciri-ciri Ilmu Pengetahuan Sosial
Secara akademik, karakteristik mata pelajaran IPS dapat diformulasikan sebagai berikut:
1. Ilmu pengetahuan sosial merupakan gabungan dari unsur-unsur geografi, sejarah, ekonomi,
hukum dan politik, kewarganegaraan, sosiologi, bahkan juga humaniora, pendidikan dan
agama.
2. Standar kompetensi dan kompetensi dasar IPS berasal dari struktur keilmuan geografi,
sejarah, ekonomi dan sosiologi yang dikemas sedemikian rupa sehingga menjadi pokok
bahasan atau tema.8
Selain itu, ilmu-ilmu pengetahuan memiliki ciri:
1. Bersifat empiris, yang berarti bahwa ilmu pengetahuan tersebut didasarkan pada observasi
terhadap kenyataan dan akal sehat serta hasilnya tidak bersifat spekulatif.
2. Bersifat logis artinya sosiologi disusun secara masuk akal, tidak bertentangan dengan
hukum-hukum logika sebagai pola pemikiran untuk menarik kesimpulan.
3. Bersifat objektif artinya sosiologi selalu didasarkan pada fakta dan data yang ada tanpa ada
manipulasi dari data
4. Bersifat teoritis, yaitu ilmu pengetahuan tersebut selalu berusaha untuk menyusun abstraksi
dari hasil-hasil penelitian.
5. Bersifat akumulatif artinya ilmu sosial merupakan ilmu yang akan selalu bertambah dan
berkembang seiring dengan perkembangan keinginan dan hasrat manusia untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya.
6. Bersifat non-ethis, yakni yang dipersoalkan bukanlah buruk baiknya fakta tertentu, akan tetapi
tujuannya adalah untuk menjelaskan fakta tersebut secara analitis.

C. Metode Penelitian Ilmu Pengetahuan Sosial


IPS dalam pengembangannya tentunya melalui berbagai penelitian yang dilakukan oleh
ilmuwan. Berbagai metode penelitian yang relevan dilakukan oleh ilmuwan hingga akhirnya
mendapatkan jawaban secara objektif dan sistematis dari masalah yang masih belum diketahui
atau masih belum ada penjelasannya. Penelitian dapat dikatakan “benar” dan terbukti
kebenarannya jika penelitian tersebut telah melalui serangkaian proses tahapan penelitian dan
dapat diuji secara empiris.
Penelitian ilmiah didefinisikan sebagai proses menemukan jawaban atau solusi atas
permasalahan yang dihadapi berdasarkan metode ilmiah (scientific method). Pada penelitian
ilmiah selalu ditemukan dua unsur penting, yaitu pengamatan (observation) dan nalar (reasoning)
mengenai fakta-fakta tertentu yang diperoleh melalui pengamatan dengan menggunakan persepsi
(sense of perception). Secara umum, penelitian ilmiah harus dilaksanakan secara sistematis,

8
Susanti, E., & Endayani, H. (2018). Konsep Dasar IPS. Medan: CV. Widya Puspita.
terencana, dan mengikuti konsep ilmiah9
Menurut Bahasa Indonesia, kata dasar penelitian adalah “teliti” yang mengandung sifat
dasar cermat, selidik, dan periksa. Artinya, penelitian adalah pekerjaan yang sangat terikat
dengan prinsip-prinsip kerja cermat, tepat, akurat, dan tidak boleh sembarangan atau seenaknya.
Prinsip-prinsip tersebut harus dipatuhi untuk memastikan bahwa jawaban atas pertanyaan
penelitian adalah “benar”. Menurut Bahasa Inggris, kata penelitian diterjemahkan menjadi
research. Kata ini terbentuk dari dua unsur, yaitu re dan search yang dapat diartikan sebagai
“pencarian kembali”.10
Tujuan utama penelitian adalah untuk pengembangan ilmu pengetahuan, untuk kebutuhan
praktis/terapan, dan untuk pengembangan (development). Penelitian untuk pengembangan ilmu
pengetahuan memiliki maksud bahwa hasil penelitian dapat digunakan untuk memperkuat,
memperbaiki, dan mengoreksi teori, konsep atau kesimpulan hasil penelitian sebelumnya.
Penelitian untuk kebutuhan praktis/terapan memiliki maksud bahwa penelitian dapat digunakan
untuk pengembangan kebijakan pemerintah dan perusahaan yang bersifat praktis/terapan.
Penelitian untuk pengembangan memiliki maksud bahwa penelitian dapat digunakan untuk
pengembangan produksi, sistem dan/atau metode serta instrumen/peralatan yang dibutuhkan
dalam dunia nyata. Hal ini sebagai tindak lanjut berbagai pengetahuan dan pemahaman yang
diperoleh dari penelitian sebelumnya.11

Penelitian sebagai suatu disiplin terdiri dari empat komponen informasi dan enam unsur
metodologis. Empat komponen informasi yang dimaksud adalah: teori, hipotesis, pengamatan
(observasi), dan generalisasi empiris (menyusun kesimpulan umum hasil penelitian). Sementara
9
Babbie, E. (2008). The Basic of Social Research. Fourth Edition. USA: Thomson Wadsworth.
10
Soekarni, M., et al. (2017). Metodologi Penelitian Bidang Ilmu Pengetahuan Sosial bagi Peneliti
Pemula. Jakarta, LIPI Press.
11
Gulo, W. (2010). Metodologi Penelitian. Jakarta: Grasindo.
itu, enam unsur metodologis, meliputi deduksi logika (penurunan isu umum ke dalam isu yang
lebih khusus), penyusunan instrumen dan penentuan sampel, pengukuran dan penyederhanaan
informasi, penyusunan konsep, pengujian hipotesis, dan refleksi teori.12
Teori adalah unsur informasi ilmiah yang paling umum dan paling luas bidang
cakupannya. Secara sederhana, teori sosial dapat didefinisikan sebagai penjelasan secara
sistematis tentang fakta-fakta sosial berdasarkan hasil penelitian yang kebenarannya telah teruji
secara ilmiah. Deduksi logika dapat mengubah teori yang sifatnya abstrak menjadi hipotesis,
yaitu informasi ilmiah yang lebih spesifik dan lebih sempit bidang cakupannya. Hipotesis dapat
digunakan sebagai jawaban sementara atas pertanyaan penelitian. Selanjutnya, hipotesis dapat
diubah menjadi sesuatu yang dapat diamati melalui kegiatan observasi dengan menggunakan
instrumen penelitian. Kemudian, hasil observasi dapat digeneralisasi (diubah menjadi informasi
yang lebih umum) menjadi kesimpulan umum hasil penelitian.13
Berikutnya, kesimpulan umum hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai dasar dalam
menguji hipotesis dan menguji teori. Pada penelitian ilmiah, generalisasi hasil penelitian dapat
dibandingkan kembali dengan hipotesis penelitian yang sedang dilakukan. Perbandingan inilah
yang disebut pengujian hipotesis. Pengujian ini akan menghasilkan informasi ilmiah baru, yaitu
apakah hipotesis diterima atau ditolak. Selanjutnya, atas dasar hasil pengujian hipotesis tersebut,
peneliti membangun/mengajukan argumentasi tentang apakah teori yang digunakan dalam
penelitian tersebut dapat diterima, harus dimodifikasi, atau harus ditolak. Proses ini disebut
sebagai refleksi teori.14
Penelitian harus melalui tahapan-tahapan yang berisikan serangkaian kegiatan dari awal
hingga akhir. Langkah-langkah penelitian yang dimaksud adalah merumuskan masalah,
membangun kerangka teori/menetapkan tujuan, membangun kerangka konseptual/merumuskan
variabel dan indikator penelitian, menentukan metode penelitian, mengumpulkan data, mengolah
dan menganalisis data, dan memberikan interpretasi atas data yang diolah/menulis hasil laporan.15
Etika penelitian (research ethics) juga merupakan sisi lain dari proses penelitian yang

12
Wallace, W. (1971). The Logic of Science in Sociology. Chicago: Aldine-Atherton.
13
Ibid.
14
Ibid.
15
Nazir, M. (2013). Metode Penelitian. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia.
mutlak diperhatikan. Lebih spesifiknya disebutkan “There is one issue that must be
acknowledged as infusing all others: research ethics. Ultimately our research endeavors must
abide by standards of professionalism and honesty; our efforts must strive to earn the respect and
trust of both research participants and the public at large”. Tujuannya untuk menjamin agar
tidak ada seorangpun yang dirugikan atau mendapat dampak negatif dari kegiatan penelitian.16
Etika penelitian harus dipatuhi oleh setiap peneliti. Hal ini karena bila diabaikan dan/atau
dilanggar, maka peneliti yang bersangkutan akan mendapatkan sanksi akademik, sanksi sosial,
dan sanksi hukum atas pelanggaran etika yang dilakukan, baik pada tahap pelaksanaan penelitian
dan publikasi hasil penelitian. 17

D. Tokoh-tokoh Ilmu Pengetahuan Sosial


Ilmu sosiologi merupakan ilmu yang tergolong baru dibandingkan disiplin ilmu lainnya,
sebab ilmu ini baru muncul sekitar hampir 200 tahun yang lalu oleh Auguste Comte. Meskipun
terbilang baru, konsep ilmu sosiologi sudah ada sejak zaman Yunani oleh para tokoh bernama
Aristoteles, Plato, dan Socrates yang menanyakan perihal masyarakat yang baik.
Sosiologi lahir seiring perkembangan manusia dan terdapat beberapa tokoh yang terlibat
dalam membuat sosiologi terlihat dan berkembang secara signifikan. Perkembangan ilmu
sosiologi terbagi menjadi tiga era, yaitu klasik, modern, dan postmodern. Berikut tokoh-tokoh
penting sosiologi dalam tiga era tersebut:
A) Tokoh-tokoh Sosiologi Era Klasik
1. Ibnu Khaldun (1332-1406)
Ibnu Khaldun dengan nama lengkap Abu Zayd ‘Abd ar-Rahm Ibn Muhammad
Ibn Khaldun lahir di Tunisia pada tanggal 27 Mei 1332 dan meninggal pada 17 Maret
1406. Ibnu Khaldun menulis buku yang berjudul Muqaddimah yang dalam Bahasa
Arab artinya adalah pengantar dan dalam dunia barat dinamakan Prolegomena. Ibnu
Khaldun merumuskan tentang perbedaan warga kota menetap dan nomaden. Teori ini
sangat penting ketika membahas tentang peradaban manusia. Selain itu, Ibnu Khaldun
juga menjelaskan teori tentang bagaimana suatu negara terbentuk. Pada buku tersebut
juga ditampilkan peta peradaban Islam dan dianggap sebagai uraian paling sistematis
2. Auguste Comte (1798-1857)
Auguste Comte yang merupakan tokoh yang paling terkenal dan dijuluki
sebagai Founding Father-nya sosiologi. Memiliki nama lengkap Isidore Marie Auguste
Francois Xavier Comte, ia lahir di Montpellier, Paris pada tanggal 17 Januari 1798 dan
meninggal pada 5 September 1857. Comte menjadi tokoh yang berusaha membuat
sosiologi menjadi “The Science of Social Phenomena”, karena ia merasa bahwa sains

16
Cooper, D. R., & Emory, W. (1996). Metode Penelitian Bisnis, Jilid 1 (E. Gunawan & I. Nurmawan,
trans.). Jakarta: Penerbit Erlangga.
17
Sukandarrumidi. (2012). Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
itu tidak hanya mempelajari alam, melainkan juga dunia sosial. Ia menerbitkan buku
dengan judul Systeme de Politique Positive. Comte dikenal sebagai bapak positivisme
dan dianggap sebagai orang pertama yang mencetuskan istilah sosiologi sebagai ilmu
pengetahuan modern yang mempelajari aspek sosial dari kehidupan manusia.
3. Herbert Spencer (1820-1903)
Herbert Spencer yang merupakan filsuf sosiologi. Ia lahir di Inggris pada 27
April 1820 dan meninggal pada tahun 1903. Pada tahun 1850, Spencer menerbitkan
bukunya yang berjudul The Social Static yang membahas mengenai filsafat politik dan
sedikit menyinggung persoalan revolusi. Tahun 1873, Spencer menulis The Study of
Sociology yang menjelaskan mengenai tatanan sosial. Ia juga menulis The Man versus
the State yang isinya mengenai masyarakat manusia dengan institusi yang bernama
negara. Ia juga menulis The Study of Sociology yang menjelaskan mengenai tatanan
sosial. Ia juga menulis The Man versus the State yang isinya mengenai masyarakat
manusia dengan institusi yang bernama negara.Karl Marx (1818-1883)

Karl Marx yang memiliki nama lengkap Karl Heinrich Marx. Ia lahir pada 5
Mei 1818 dan meninggal pada 14 Maret 1883 dengan julukannya sebagai Godfather.
Julukan ini didapatkan karena Karl Marx merupakan tokoh sosiologi yang sangat
penting bagi perkembangan ilmu sosiologi dan ilmu lain seperti ekonomi. Marx
merumuskan “The Have vs Have Not” yang berarti pihak yang memiliki (have) akan
selalu konflik dengan pihak yang tidak memiliki (have not). Hal tersebut akan membuat
have not merasa selalu dieksploitasi oleh pihak have, sedangkan have membutuhkan
pihak have not untuk dieksploitasi supaya bisa mempertahankan posisinya. Menurut
Marx, salah satu cara menghentikannya adalah dengan menghilangkan kelas sosial
tersebut.
5. Max Weber (1864-1920)
Max Weber yang berasal dari Jerman dengan nama lengkap Maximilian Karl
Emil Weber. Max Weber lahir pada tanggal 21 April 1864 dan meninggal pada 14 Juni
1920. Max Weber dijuluki sebagai Understanding father karena menurutnya ilmu
sosial berbeda dengan ilmu alam dan kajian sosiologi tidak hanya pada level makro
(masyarakat), tetapi juga bisa dikaji pada level mikro (individu dalam masyarakat).
Salah satu karyanya adalah Economy and Society yang belum selesai.
6. David Emile Durkheim (1858-1918)
David Emile Durkheim yang dijuluki sebagai Professor Father. Ia lahir pada 15
April 1858 dan meninggal pada 15 November 1917. Durkheim melihat dari sisi
revolusi industri yang mengakibatkan perubahan solidaritas dalam masyarakat. Selain
solidaritas, Durkheim juga membahas tentang bunuh diri (suicide). Ia berpikir bahwa
perubahan sosial bisa mendorong seseorang untuk melakukan bunuh diri. Ia membahas
permasalah tersebut pada karya pentingnya yang berjudul Suicide pada tahun 1897.
Ketertarikannya dalam agama juga membuatnya menerbitkan buku dengan judul The
Elementary of Religious Life.
7. George Simmel (1858-1918)
George Simmel yang lahir di Berlin pada 1 Maret 1858. Menurut Simmel
masyarakat sebagai konstruksi abstrak yang sangat mungkin untuk dipelajari karena
adanya proses kategorisasi dalam kehidupan sosialnya, seperti ras, gender, kelas,
agama, dan sebagainya. Kontribusi penting Simmel pada sosiologi adalah sebuah
konsep yang ia sebut form atau bentuk yang menurutnya sosiologi adalah ilmu yang
mempelajari tentang bagaimana adanya berbagai macam bentuk dalam interaksi sosial.
8. Sigmund Freud (1856-1939)
Sigmund Freud lahir di Moravia pada tahun 1856. Freud meneliti tentang
anatomi dan psikologi di Universitas Vienna. Karya pertamanya adalah sebuah buku
yang berjudul Studies on Histeria pada tahun 1895 yang secara substansial
menggambarkan proses ketertekanan yang secara pribadi melupakan pengalaman pahit
yang telah dialami. Freud juga menerbitkan buku yang berjudul The Interpretation of
Dreams yang fokus membahas tentang alam bawah sadar.
9. George Herbert Mead (1863-1931)
George Herbert Mead dilahirkan di Massachusetts, US pada 27 Februari 1863.
Pemikiran Mead pada dasarnya dipengaruhi oleh John Dewey tentang teori pendidikan,
meskipun demikian ada hal yang berbeda yakni teori psikologi sosial yang menyangkut
tentang pikiran, diri dan masyarakat, dan menjadi referensi awal dalam studi bukunya
yang berjudul Mind, Self & Society.

B) Tokoh-tokoh Sosiologi Era Modern


1. W.E.B. Du Bois (1868-1963)
W.E.B. Du Bois yang memiliki nama lengkap William Edward Burghardt Du
Bois. Ia lahir pada 23 Februari 1868 dan meninggal pada 27 Agustus 1963.
W.E.B Du Bois menulis buku yang berjudul The Souls of Black Folk yang membahas
tentang kulit hitam dan relasi antar ras di Amerika Serikat. W.E.B Du Bois juga
menerbitkan buku yang berjudul Philadelphia Negro. Satu tahun setelah ia meninggal,
pemerintah Amerika Serikat mengesahkan The United States Civil Rights Act. Pada
pengesahan tersebut terdapat hal-hal yang selama hidupnya diperjuangkan oleh Du
Bois, yaitu relasi antara kulit hitam dan putih mengalami perubahan yang signifikan di
Amerika Serikat.

2. Alfred Shutz (1899-1959)


Alfred Schutz lahir di Vienna, Wina, Austria pada 13 April 1899 dan meninggal
pada 20 Mei 1959.. Ia menerbitkan buku yang berjudul The Fhenomenology of the
Social World yang berdasar pada pengetahuan karya- karya Edmund Husserl tentang
sosiologi fenomenologi.
3. Talcott Parsons (1902-1979)
Talcott Parsons lahir di Colorado Springs pada 1902. Pearsons mempublikasikan
buku The Structure of Social Action yang membahas teoritisi teoritisi sosial utama.
4. Robert K. Merton (1910-2003)
Robert Merton lahir di Philadelphia, US pada 4 Juli 1910. Ia dikenal sebagai
tokoh kritikus sekaligus teoritisi struktural fungsionalisme. Pada tahun 23 Februari
2003, ia pun meninggal dengan usia 93 tahun di Kota New York, Amerika Serikat.
5. Erving Goffman (1922-1982)
Erving Goffman lahir di Alberta, Kanada pada 11 Juni 1922. Goffman dikenal
sebagai salah satu tokoh sosiologi mikro dengan spesialisasi kajian tentang interaksi
sosial, analisis mengenai presentasi diri dalam interaksi sosial sehari-hari yang
disampaikan dalam bukunya yang berjudul The Presentation of Self in Everyday Life.
6. James Coleman (1926-1995)
James Coleman lahir pada 12 Mei 1926 dan meninggal pada 25 Maret 1995.
Coleman memiliki perhatian terhadap studi tentang Pemuda dan Pendidikan. Hasil
puncaknya berupa laporan pemerintah federal yang secara luas dikenal sebagai
Coleman Report yang membantu melahirkan kebijakan yang sangat kontroversial
mengenai pengangkutan anak sekolah dengan bus sebagai metode untuk mencapai
persamaan hak menurut ras di sekolah-sekolah Amerika. Selanjutnya Coleman
mengalihkan perhatiannya ke suasana murni sosiologi matematika, terutama
Introduction to Mathematical Sociology (1964) dan The Mathematics of Chollective
Action (1973). Visi Coleman tentang sosiologi bahwa sosiologi harus dapat digunakan
untuk merumuskan kebijakan sosial, sebagaimana teori Coleman menyatakan bahwa,
“salah satu kriteria untuk menilai karya dalam teori sosial adalah kegunaan potensinya
untuk memberitahukan kebijakan sosial”.

7. Daniel Bell (1919-2011)


Daniel Bell lahir pada tahun 1919 di Lower East Side of Manhattan di New
York City. Bell menerbitkan The End of Ideology tentang Keletihan Gagasan Politik di
Lima Puluh. Bell menerbitkan beberapa esainya yang paling terkenal, seperti
“Kejahatan sebagai Cara Hidup Amerika” (1953), “Sosialisme: Mimpi dan Realitas”
(1952), “Etika dan Kejahatan: Kerangka Kerja untuk Budaya Abad Dua Puluh Satu”
(2005). Bell dikenal dengan teorinya mengenai masyarakat pasca industri atau
Postindustrial Society, teori Bell dibangun dengan penjelasan historis berisi kritik
substansial terhadap masyarakat modern.
Bell secara teoritis menjelaskan perubahan sosial dalam tiga aspek berbeda,
antara lain: Masyarakat, Alam, dan Teknologi. Masyarakat menempati posisi inti dalam
perubahan sosial. Alam adalah bidang lain diluar masyarakat yang berupa lingkungan
geografis. Teknologi merupakan instrumen yang digunakan oleh manusia modern
dengan logika efisiensi, masyarakat pasca industri.
8. Jean Baurdrillard (1929-2007)
Jean Baudrillard lahir di Paris tanggal 20 Juni 1929 dan meninggal pada 6 Maret
2007. Baudrillard adalah seorang pakar teori kebudayaan, filsuf kontemporer,
komentator politik, sosiolog dan fotografer asal Perancis. Baudrillard dikenal sebagai
teoritisi terkemuka tentang media dan masyarakat dalam era yang disebut juga
posmodern. Baudrillard menilai bahwa masyarakat kontemporer semakin kehilangan
makna seiring naiknya simbol sebagai penanda eksistensi, misalnya perilaku
masyarakat dalam membeli barang.
9. Harold Garfinkel (1917-2011)
Harold Garfinkel lahir di Newark, New Jersey tanggal 29 Oktober 1917.
Sebagai seorang pengusaha kecil, ayahnya ingin Garfinkel belajar berdagang, namun
Garfinkel memiliki keinginan untuk berkuliah. Hingga akhirnya ia mengikuti kemauan
ayahnya. Namun, ia juga tetap berkuliah di Universitas Newark dan lulus pada tahun
1939. Garfinkel kemudian melanjutkan studinya di University North Carolina dan
memilih tesis pembunuhan interracial.
Pada 1942 Garfinkel ikut wajib militer dan bergabung dengan angkatan udara, ia
diberikan tugas pelatihan untuk berperang dengan tank di Miami Beach. Ketika perang
berakhir, Garfinkel melanjutkan studi ke Harvard. Setelah memperoleh gelar doktornya,
Garfinkel pindah ke Ohio State dan mendapat tugas proyek studi kepemimpinan di
penerbangan dan kapal selam. Karena kurangnya pada proyek itu, Garfinkel bergabung
dengan proyek riset Juri Wichita, Kansas.
Dalam persiapan untuk pertemuan proyek pada pertemuan American
Sociological Association 1954, Garfinkel memakai istilah Etnometodologi untuk
mendeskripsikan hal-hal yang menarik baginya tentang pertimbangan juri dan
kehidupan sosial pada umumnya. Pada musim gugur 1954, Garfinkel mendapat posisi
di UCLA, posisi yang dipegangnya sampai dia pensiun pada 1987.
10. George Caspar Homans (1918-2002)
George Caspar Homans lahir pada 11 Agustus 1910 di Boston. Homans adalah
seorang sosiolog Amerika dan dianggap sebagai salah satu tokoh sosiologi di Amerika.
Homans terkenal karena penelitiannya dalam perilaku sosial dan karya-karyanya
termasuk Human Group, Social Behavior: It’s Elementary Form, teori pertukaran dan
berbagai proposisi ia tegakkan untuk lebih menjelaskan perilaku sosial.
Buku Homans yang pertama sangat dipengaruhi oleh teori Pareto dan ceramah
Henderson yang ditulis bersama anggotanya di Circle Pareto dengan judul An
Introduction to Pareto. Pada tahun 1939, Homans menjadi anggota di fakultas Harvard
dan mengajar sosiologi maupun sejarah abad pertengahan. Tahun 1964, Homans
terpilih menjadi presiden Asosiasi Sosiologi.
11. Peter Michael Blau ( 1918-2002)
Peter Michael Blau lahir di Wina, Austria tanggal 7 Februari 1918. Blau adalah
seorang sosiolog dan pemikir yang berasal dari Austria. Blau diakui dalam bidang
sosiologi karena kontribusinya bagi studi tentang organisasi formal. Blau dikenal
karena buku yang ditulis bersama dengan Otis Dudley Duncan, yang berjudul The
American Occupational Structure. Karya tersebut memenangkan Sorokin Award, yang
begitu prestisius dari Asosiasi Sosiologi Amerika pada tahun 1958. Hingga akhirnya
Blau wafat pada tanggal 12 Maret 2002.
12. Richard Emerson (1925-1982)
Richard Emerson lahir pada tahun 1925 di Salt Lake City, Uta. Keberhasilan
yang menonjol pada Emerson yaitu pernah menaklukkan puncak Gunung Everest pada
tahun 1963, sehingga pengalaman tersebut tertuang dalam karyanya Everest Traverse.
Pengaruh Emerson pada teori sosiologi mengkristal ketika Emerson masih di
universitas Washington tempat ia berkolaborasi dengan Karen Cook selama sepuluh
tahun (1972-1982), mengembangkan secara empiris teori pertukaran sosial. Hingga
akhirnya Emerson wafat pada bulan Desember 1982.
13. Doroty E Smith (1926-Umur 93)
Doroty E. Smith lahir tahun 1926 di Inggris Raya. Dorothy Smith mendapat
gelar sarjana muda pada bidang sosiologi di Universitas London tahun 1955 dan meraih
gelar doktor sosiologi di Universitas California di Berkeley pada tahun 1963. Doroty
Smith telah menulis berbagai topik yang semuanya terkait dengan kepeduliannya
terhadap “kemenduaan”. Adapun karya-karya yang dihasilkan oleh Doroty Smith, di
antaranya: The Everyday World as Problematic (1987), The Conceptual Practices of
Fower (1990), Fact and Femininity (1990), Writing the Social (1999), Institutional
Ethnography: A Sociology for People (2000).
14. Pierre Bourdieu (1930-2002)
Pierre Bourdieu lahir pada tanggal 01 Agustus 1930 di Denguin, sebuah desa
kecil di wilayah Bearn Prancis. Bourdieu merupakan tokoh utama di lingkaran
intelektual Paris, Prancis, dan pada akhirnya di dunia. Karyanya memengaruhi
sejumlah bidang berbeda termasuk pendidikan, antropologi dan sosiologi. Aspek
menarik dari karya Bourdieu adalah bagaimana gagasan- gagasannya terbangun dalam
dialog yang terus berlanjut, kadang-kadang eksplisit, kadang-kadang implisit dengan
gagasan lainnya. Bourdieu dipandang menciptakan gagasan-gagasannya dengan
menggunakan Marx dan gagasan Marxis dari pijakan awal dan melahirkan beberapa
karya-karya utama hingga wafat pada tanggal 03 Januari 2002 pada usia 71 tahun.
15. Antonio Giddens (1938-Umur 81)
Giddens lahir 18 Januari 1938. Giddens belajar di Universitas Hull di London
School of Economics, dan Universitas Leicester. Karya awalnya bersifat empiris dan
memusatkan perhatian pada masalah bunuh diri tahun 1961. Giddens menghasilkan
buku pertamanya yang berjudul Constitution of Society. Outline of Theory of
Structuration yang merupakan pernyataan tunggal terpenting tentang perspektif teoritis
Giddens.
Gaddiens merupakan salah satu pendiri perusahaan penerbitan yang sangat aktif
dan berpengaruh terutama dalam teori sosiologi. Giddens pun menerbitkan sociology
(1987), sebuah buku ajar yang tulisannya menurut gaya Amerika, yang mencapai
sukses di seluruh dunia.
C) Tokoh-tokoh Sosiologi Era Postmodern
1. Max Horkheimer (1891-1973)
Max Horkheimer lahir pada 14 Februari 1895 dan meninggal pada 7 Juli 1973.
Horkheimer memusatkan perhatiannya pada upaya kolaboratif dengan Theodor Adorno
setelah menerima kewarganegaraan Amerika pada tahun 1940.
2. Herbert Marcuse (1898-1979)
Herbert Marcuse lahir pada 19 Juli 1898 di Berlin (Jerman). Marcuse seorang
filsuf dari Jerman, seorang teoretikus politik sosiolog dan anggota Institut FrankFrut.
Sebagai Bapak gerakan kiri, karya terbaik yang dikenal adalah Eros and Civilization,
One Dimensional Man, dan The Aesthetic Dimension. Marcuse merupakan intelektual
yang memberi pengaruh besar pada gerakan Kiri Baru dan gerakan mahasiswa pada
tahun 1960.
Ketika menjadi anggota lembaga penelitian Frankfurt, Marcuse
mengembangkan sebuah model Teori Sosial Kritis, membuat sebuah teori tahap baru
negara dan monopoli kapitalisme, menjelaskan relasi antara filsafat, teori sosial, dan
kritisisme kultural, dan menyediakan analisis dan kritik atas fasisme Jerman.
Marcuse memiliki beberapa karya penting selama hidupnya, diantaranya:

(1) Reason and Revolution di tahun 1941 (2) Eros and Civilization di tahun 1955
(3) One-Dimensional Man di tahun 1964.

3. Theodor W. Adorno (1903-1969)


Adorno, lahir pada 11 September 1903 sebagai Theodor Ludwig Wiesengrund,
Adorno tinggal di Frankfurt. Pada Institut penelitian di Frankfurt, Adorno menjadi
direktur Institut pada tahun 1958, dari tahun 1950 In Search of Wagner, kritik-ideologi
Adorno terhadap komposer favorit Nazi, kumpulan studi sosial dan budaya, melawan
Epistemologi, kritik anti fondasionalis terhadap fenomenologi Husserlian dan ~ 74 ~
volume pertama Notes to Literature, kumpulan esai dalam kritik sastra. Konflik dan
konsolidasi menandai dekade terakhir kehidupan Ardono. Ardono meninggal karena
serangan jantung pada tanggal 6 Agustus 1969.
4. Zygmunt Bauman (1925-Umur 98)
Zygmunt Bauman lahir pada tanggal 19 November 1925 di Pozna Polandia,
Bauman adalah seorang teoretis kritis dan sosiolog yang berasal dari Polandia.
Zygmunt seorang pemikir kritis yang melewati tiga masa peradaban dunia, yakni masa
Holokaus , Modernisme dan Postmodernisme serta menjadi tokoh Eropa yang paling
berpengaruh di bidang sosiologi.
Pada tahun 1968, Bauman mendapat gelar professor sosiologi dari Universitas
Warsawa Polandia.Tak lama kemudian Bauman dipecat dari jabatan pengajar di
universitas tersebut karena diketahui menyimpan identitas ayahnya yang adalah
penganut Zionisme. Bauman sempat menjadi staff pengajar di Universitas Tel Aviv
Israel dan sampai pada akhirnya Bauman menjadi guru besar di Universitas Leed
Inggris.
Zygmunt Bauman beranggapan bahwa masa holokaus menjadi salah satu ujian
penting bagi zaman modern. Kebutaan ini terjadi karena adanya pemisahan fungsional
yang memiliki dampak tertentu sehingga menjauhkan individu dengan
individu-individu lainnya, masa postmodernis hadir untuk menjawab kebutuhan-
kebutuhan maupun kekurangan-kekurangan yang masih terjadi di zaman modern.
Bauman berpendapat bahwa pandangan orang mulai berubah dari yang memandang
sesama manusia sebagai objek menjadi memandang sesamanya sebagai subjek. Hal
itulah yang melahirkan paham yang dikenal sebagai Subyektivisme.

5. Jacques Daridda (1930-2004)


Jacques Derrida lahir 15 Juli 1930 di Aljazair, Jacques Derrida adalah seorang
filsuf kontemporer Prancis yang dianggap sebagai pengusung tema dekonstruksi sosial
dalam filsafat pascamodern. Deridda menjadi seorang pengajar di Ecole Normale di
Paris.
Buku pertama Derrida berasal dari proyeknya menerjemahkan karya Husserl
yang berjudul The Origin of Geometry. Di dalam bukunya yang berjudul Of
Grammatology, Derrida menyampaikan pandangannya terhadap pemikiran Saussure
mengenai definisi bahasa, Daridda mengatakan bahwa Saussure memberikan esensi
manusia kepada bahasa.
Teori utama Derrida adalah dekonstruksi, Daridda menjelaskan dekonstruksi
bukanlah suatu alat penyelesaian dari atau “suatu subjek individual atau kolektif yang
berinisiatif dan menerapkannya pada suatu objek, teks, atau tema tertentu. Daridda
meninggal di usia 74 tahun karena penyakit kanker.
6. Michel Foucault (1929-1984)
Sebagian besar kehidupan Foucault terkesan didefinisikan oleh obsesinya,
khususnya homoseksualitas dan sadomasokisme yang dianutnya. Karya terakhir
Foucalt adalah trilogi yang berbicara tentang Seks-The History of Sexuality (1980) ,
The Care of the Self (1984), dan The Use of Pleasure (1985). Karya- karyanya tersebut
merefleksikan obsesi lama Foucault terhadap seks.

Jadi, seks terkait dengan pengalaman tentang tapal batas, dan pada gilirannya
dalam pandangannya keduanya terkait dengan kematian. Karyanya adalah pengalaman
tentang tapal batas yang didalamnya, dan studi tentang pengalaman ini bisa menjadi
“pengalaman tentang tapal batas” bagi pembaca.
7. Jurgen Hubermas (1929-Umur 94)
Jurgen Hubermas lahir pada 18 Juni 1929 di kota Dusseldorf, Jerman. Jurgen
Hubermas dibesarkan di Gummersbach, kota kecil dekat dengan Dusseldorf. Hubermas
mempelajari kesusasteraan, sejarah, dan filsafat Nicolai Hartmann serta mengikuti
kuliah psikologi dan ekonomi. Setelah itu Hubermas meneruskan studi filsafat di
Universitas Bonn yang mana pada tahun 1954 meraih gelar doktornya.
Pada tahun 1956 Hubermas berkenalan dengan Institut penelitian sosial di
Frankfurt dan menjadi asisten dari Adorno, Hubermas belajar tentang sosiologi dari
Adorno, dan mengambil bagian dalam suatu proyek penelitian mengenai sikap politik
mahasiswa di Universitas Frankfurt, pada tahun 1964 hasil penelitiannya
dipublikasikan dalam sebuah buku Student and Politik.

Sekitar waktu yang sama Hubermas mempersiapkan Habilitations schift- nya,


karangannya berjudul tranformasi struktural dari lingkup umum, suatu studi yang
mempelajari sejauh mana demokrasi masih mungkin dalam masyarakat modern.
Hubermas memiliki peran sebagai seorang Marxis dalam gerakan mahasiswa Frankfurt
sekitar tahun 1960-1970.
Banyak karya-karya tulis yang dibuatnya selama di institut tersebut, antara lain:
Masalah legitimasi dalam kapitalisme kemudian hari (1973), Rekonstruksi
materialisme historis (1976), Teori tentang praksis komunikatif (1981).
Jurgen Habermas mendalami kajian pada Teori Kritis sebagaimana
pendahulunya, teori kritis bukanlah teori ilmiah. Teori kritis suatu metodologi yang
berdiri di dalam ketegangan dialektis antara filsafat dan ilmu pengetahuan (sosiologi).
Jurgen Habermas menambahkan konsep komunikasi di dalam Teori Kritis, menurut
Jurgen Habermas, komunikasi dapat menyelesaikan kemacetan Teori kritis yang
ditawarkan oleh pendahulunya.
8. George Ritzer (1940-Umur 79)
Karya pertama George Ritzer, Sociology: A Multiple Paradigm Science, tidak
hanya berusaha menata paradigm sosiologi yang dapat dipisahkan satu sama lain, dan
seringkali berbenturan, namun juga mengarah pada pengaitan, lompatan,
penjembatanan, dan perintegrasian berbagai paradigm. Ritzer ingin melihat lebih
banyak harmoni dan integrasi dalam sosiologi. Ritzer ingin melihat lebih banyak
harmoni dan integrasi dalam sosiologi. Hasrat tersebut menyebabkan diterbitkannya
buku Toward an Integrated Sociological Paradigm (1981).
Buku Metatheorizing in Sociology dan dalam suntingan buku Meta- theorizing,
saya menemukan perlunya studi sistematis atas teori sosiologi. Ritzer percaya bahwa
kita perlu berbuat lebih banyak lagi untuk memahami teori ini secara lebih baik,
menghasilkan teori baru, dan menghasilkan perspektif baru yang lebih menyeluruh.
George Ritzer sedikit berhasil pada tahun 1980-an, dengan menerapkan teori
rasionalisasi Weber pada restoran cepat saji, 1983 dan profesi mesin. 4, Ritzer
mengalihkan perhatian pada fenomena ekonomi sehari-hari yang lain, yang Ritzer
analisis tidak hanya dari perspektif teori rasionalisasi, namun dari perspektif lain,
termasuk gagasan teoritis Georg Simmel tentang uang. Karya tentang restoran cepat
saji dan kartu kredit ini membuat Retzi sadar bahwa yang benar-benar menarik
perhatian saya adalah sosiologi konsumsi.18

E. Pandangan Islam tentang Ilmu Pengetahuan Sosial


Ilmu agama islam dan ilmu agama sosial dalam Al-Quran dan As-Sunnah tidak
dibeda-bedakan. Karena dalam Al-Quran yang ada yaitu ilmu. Adanya ilmu pengetahuan sosial
dan ilmu agama islam merupakan hasil kesimpulan manusia yang mengidentifikasi ilmu
berdasarkan sumber objek kajiannya.
Jika objek yang dibahas dari Al-Quran adalah mengenai penjelasan atas wahyu yang
dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW, berupa hadis dengan metode ijtihad, maka yang
dihasilkan adalah ilmu-ilmu seperti teologi, fiqih, tafsir, hadist, tasawuf, dan lain sebagainya.
Sedangkan, jika yang dijadikan objek kajian perilaku manusia dan sosial dalam segala aspeknya,
baik perilaku politik, ekonomi, perilaku sosial, maupun kebudayaannya yang dilakukan
menggunakan metode penelitian sosial seperti observasi, wawancara. Maka hal tersebut
merupakan hasil yang dari ilmu-ilmu sosial.19

18
Susanto, A., et al. (2020). Biografi Tokoh-tokoh Sosiologi. Parepare: IAIN Parepare Nusantara Press.
19
Sulaswari., et al. (2022). Pendidikan IPS Berbasis Islam Terapan: Strategi Integrasi Sains dan Agama.
Semua ilmu yang ada pada hakikatnya berasal dari Allah, karena semua sumber ilmu
berupa wahyu, alam jagat (termasuk hukum yang ada didalamnya), manusia dengan perilakunya,
akal pikiran, dan intuisi batin seluruhnya ciptaan anugerah Allah yang diberikan kepada manusia.
Dengan demikian, para ilmuwan dalam berbagai bidang ilmu tersebut sebenarnya bukan pencipta
ilmu, melainkan penemu ilmu, penciptanya adalah Allah SWT.20
Berdasarkan pandangan tersebut maka seluruh ilmu hanya dapat dibedakan dalam nama
dan istilahnya saja, sedangkan hakikat dan substansi ilmu tersebut sebenarnya satu dan berasal
dari Allah SWT. Sejak kelahirannya belasan tahun yang lalu islam telah ada sebagai agama yang
memberikan perhatian pada keseimbangan hidup antara dunia dan akhirat, antara hubungan
manusia dengan tuhan, hubungan manusia dengan manusia, dan urusan ibadah dengan urusan
muamalah.
Di zaman modern ini, keterkaitan agama dengan masalah kemanusiaan menjadi penting
jika dikaitkan dengan kemanusiaan. Dunia modern ini sesungguhnya menyimpan suatu potensi
yang dapat menghancurkan martabat manusia, manusia dapat mengorganisasikan ekonomi,
menata struktur politik, serta membangun peradaban yang maju untuk dirinya sendiri. Namun
pada saat yang sama, manusia telah menjadi tawanan dari hasil ciptaannya sendiri, seperti
penyembahan kepada hasil ciptaannya sendiri.
Maka, dalam keadaan demikian, harus memiliki ilmu pengetahuan sosial yang mampu
membebaskan manusia dari berbagai masalah tersebut. ilmu pengetahuan sosial yang dimaksud
adalah ilmu pengetahuan yang digali dari nilai-nilai agama yang disebut sebagai ilmu sosial
profetik. Ilmu sosial yang dibutuhkan tidak hanya berhenti pada menjelaskan fenomena sosial,
tetapi memecahkannya secara memuaskan.
Menurut Kuntowijoyo, zaman modern ini butuh ilmu sosial profetik yaitu ilmu sosial yang
tidak hanya menjelaskan dan mengubah fenomena sosial, tetapi juga memberikan petunjuk ke
arah mana transformasi dilakukan, untuk apa dan oleh siapa. Perubahan tersebut didasarkan pada
tiga hal yaitu tujuan manusia (tujuan humanisasi), tujuan liberasi, dan tujuan transendensi.
Sebagaimana terkandung dalam ayat 110 ayat Al-Imran, sebagai berikut:21

Artinya: “Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu)
menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah.

Prosiding Seminar Nasional Pascasarjana Universitas Negeri Semarang.


20
Ibid.
21
Ibid.
Sekiranya Ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Diantara mereka yang
beriman, namun kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik”
Dari firman Allah SWT diatas menjelaskan bahwa tujuan humanisasi adalah memanusiakan
manusia dari proses dehumanisasi. Industrialisasi yang sekarang terjadi terkadang menjadikan
manusia sebagai bagian dari masyarakat abstrak tanpa wilayah kemanusiaan. Tujuan liberasi
adalah pembebasan manusia dari lingkungan teknologi, pemerasan kehidupan, menyatu dengan
orang miskin yang tergusur oleh kekuatan ekonomi raksasa dan berusaha membebaskan manusia
dari belenggu yang kita buat sendiri. Dan tujuan transendensi adalah menumbuhkan transendental
dalam kebudayaan. Kita sudah banyak menyerah kepada arus hedonisme, meterialisme, dan
budaya dekaden lainnya.22

F. Pandangan Barat tentang Ilmu Pengetahuan Sosial


Menurut Wallerstein, perkembangan Ilmu Sosial dimulai sejak masa Yunani dan Romawi
Kuno, dimana proses institusionalisasi pada Abad 19 terdapat di lima kota besar dan
menunjukkan progres yang cukup tinggi. Lima kota tersebut ialah Inggris, Prancis, Jerman, Italia
dan Amerika Serikat. Proses institusionalisasi diakibatkan oleh adanya gerakan-gerakan The New
Social Studies pada tahun 1970-an.23
Definisi Social Studies yang pertama kali dikemukakan oleh Edgar Bruce Wesley (dalam
Barr, Barth. & Shermis, 1977) tampaknya tidak berlebihan jika disebutkan sebagai pilar historis.
Ia mengemukakan Social Studies merupakan ilmu-ilmu sosial yang bertujuan untuk pendidikan.
Definisi tersebut kemudian dibakukan dalam The United State of Education Standard
Terminology for Curriculum and Instruction bahwa ilmu- ilmu sosial yang terdiri dari
aspek-aspek sejarah, ekonomi, ilmu politik, sosiologi, antropologi, psikologi, geografi dan
filsafat yang dalam praktiknya dipilih untuk tujuan di sekolah dan perguruan tinggi.24
Inti dari ilmu sosial pada dasarnya adalah hubungan antar manusia. Jika dilihat dari visi,
misi dan strateginya Barr, Barth & Shermis (1978), Social Studies telah dikembangkan dalam
tiga tradisi. Pertama, kajian Social Studies merujuk pada pembelajaran sosial yang bertujuan
untuk mengembangkan warga negara yang baik. Oleh karena itu, pengembangan nilai-nilai
patriotisme, nasionalisme, cinta tanah air, loyalitas pada negara dan bangsa, seta menegakkan
nilai-nilai yang demokratis menjadi tujuan pembelajaran.25
Kedua, Social studies sebagai ilmu merupakan modus pembelajaran sosial yang juga
mengembangkan karakter warganegara yang baik, yang ditandai oleh penguasaaan berpikir
keilmuan secara optimal sebagaimana pengembanagna prinsip-prisip dalam pembelajaran filosofi
esensialisme. Ketiga, Social Studies sebagai Reflective Inquiry merupakan model pembelajaran

22
Ibid.
23
Supardan, D. (2015). Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial: Perspektif Filosofi dan Kurikulum.
Jakarta: PT Bumi Aksara.
24
Ibid.
25
Ibid.
yang memusatkan pada pengembangan karakter bangsa yang dibekali kemampuan mengambil
keputusan yang tepat dalam menghadapi tantangan.26
Ilmu Sejarah merupakan disiplin ilmu sosial pertama yang mencapai eksistensi
Institusional otonom, walaupun banyak sejarawan secara antusias menolak label Ilmu Sosial.
Dilanjut Ilmu ekonomi juga baru secara formal disebut sebagai disiplin Ilmu pada abad 19.
Ketika pemberlakuan teori-teori ekonomi liberal pada abad ke-19, para ekonom berargumentasi
bahwa perilaku ekonomi lebih merupakan cermin suatu Psikologi individualistik universal
daripada institusi-institusi yang dikonstruksikan secara sosial.27
Bersamaan dengan itu, pada abad ke-19 juga berkembang muncul disiplin ilmu sosiologi.
Auguste Comte berkeyakinan bahwa ilmu tersebut harus menjadi “ratu ilmu- ilmu”, sosiologi
merupakan reformasi sosial yang agenda utamanya berkaitan dengan berbagai ketidakpuasan
yang disebabkan oleh kekacauan populasi kelas pekerja perkotaan yang semakin besar
jumlahnya seiring dengan berjalannya Revolusi Industri.28
Fase selanjutnya berkembang ilmu politik. Kemunculannya bukan karena subject
matter-nya negara kontemporer dan perpolitikannya, juga bukan karena kurang menyetujui
analisis nomotetis, tetapi karena resistensi fakultas-fakultas hukum untuk merebut monopoli
kekuasaan. Begitulah empat serangkai (sejarah, ekonomi, sosiologi dan politik) telah berhasil
menjadi disiplin-disiplin ilmu sosial di universitas-universitas di Eropa abad ke-19. Pada akhir
abad ke-19, Geografi berhasil merekonstruksikan dirinya sebagai disiplin ilmu baru, terutama di
beberapa universitas di Jerman.29
Psikologi pada mulanya merupakan bagian integral dari filsafat. Namun, pada abad ke-19,
psikologi mulai menunjukkan jati dirinya terutama dengan kepeloporan Saint Augustine dengan
minatnya dalam melakukan introspeksi dan keingintahuannya dan fenomena psikologis. Pada
saat itu, terdapat dua teori psikologi yang saling bersaing, yakni psikologi kemampuan dan
psikologi asosiasi yang lahir karena timbulnya penafsiran kemampuan khusus pada otak
berbeda-beda. Pada tahun 1879 lahirlah laboratorium Psikologi pertama di Jerman.30
Dalam perkembangannya psikologi sering berada pada dua tempat, yakni ilmu sosial dan
ilmu alam. Hal ini bertalian erat dengan kedekatan psikologi dengan arena medis, sehingga
banyak psikolog yang menyebrang psikologi dari ilmu sosial ke ilmu biologi/alam. Istilah
psikologi sosial bahwa psikologi masih menempatkan kakinya pada ranah Ilmu Sosial.31

26
Supardan, D. (2015). Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial: Perspektif Filosofi dan Kurikulum.
Jakarta: PT Bumi Aksara
27
Taufika, R., Lubis, B. S. (2022). Pengantar Ilmu Sosial (Sebuah Pengantar di Perguruan Tinggi).
Medan: Umsu Press.
28
Ibid.
29
Ibid.
30
Ibid.
31
Ibid.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
dirumuskan berlandaskan pada realitas dan fenomena sosial yang diwujudkan dengan pendekatan
interdisipliner dari cabang ilmu-ilmu sosial. Disiplin ilmu sosial yang dikembangkan dalam social
studies di Amerika Serikat meliputi antropologi, arkeologi, ekonomi, geografi, sejarah, hukum,
filsafat, ilmu politik, psikologi, religi dan sosiolog. Ciri dari lmu pengetahuan sosial yaitu
merupakan gabungan dari unsur-unsur geografi, sejarah, ekonomi, hukum dan politik,
kewarganegaraan, sosiologi, bahkan juga humaniora, pendidikan dan agama.
IPS dalam pengembangannya tentu melalui berbagai penelitian yang dilakukan oleh
ilmuwan. Penelitian itu sendiri terdiri dari empat komponen informasi dan enam unsur
metodologis. Proses pengembangan IPS tersebut terbagi menjadi tiga era berbeda, yaitu era klasik
- abad ke 19 (15 tokoh), era modern - abad ke 20 hingga tahun 1975 (15 tokoh) dan era post
modern - tahun 1975 hingga sekarang (8 tokoh).
Menurut pandangan islam, ilmu agama islam dan ilmu agama sosial dalam Al-quran dan
As-sunnah tidak dibeda-bedakan. Karena dalam alquran yang ada yaitu ilmu. Adanya ilmu
pengetahuan sosial dan ilmu agama islam merupakan hasil kesimpulan manusia yang
mengidentifikasi ilmu berdasarkan sumber objek kajiannya. Ilmu hanya dibedakan dalam nama
dan istilahnya saja, karena pada hakikatnya ilmu tersebut hanya satu dan berasal dari Allah SWT.
Menurut pandangan Barat, perkembangan Ilmu Sosial dimulai sejak masa Yunani dan
Romawi Kuno pada abad ke 19. Inti dari Social Studies pada dasarnya adalah hubungan antar
manusia. Jika dilihat dari visi, misi dan strateginya Social Studies telah dikembangkan dalam tiga
tradisi, yaitu as Citizenship Transmission, Social Science, dan Reflective Inquiry.

B. Saran

Makalah dengan materi Rumpun Ilmu Pengetahuan Sosial dalam Perspektif Islam dan Barat
ini diharapkan kepada rekan mahasiswa/i dapat menambah pengetahuan para pembaca maupun
penulis dalam memahami lebih dalam mengenai Ilmu Pengetahuan Sosial beserta pandangan Islam
dan Barat terkait Ilmu Pengetahuan Sosial itu sendiri. Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh
dari kata sempurna, sehingga kritik dan saran yang membangun makalah ini sangat diharapkan oleh
penulis.
DAFTAR PUSTAKA

Astawa., & Made, I. B. (2017). Pengantar Ilmu Sosial. Depok: Raja Grafindo Persada.
Babbie, E. (2008). The Basic of Social Research. Fourth Edition. USA: Thomson Wadsworth.
Banowati, E. (2013). Geografi Sosial. Yogyakarta: Ombak.
Cooper, D. R., & Emory, W. (1996). Metode Penelitian Bisnis, Jilid 1 (E. Gunawan & I. Nurmawan,
trans.). Jakarta: Penerbit Erlangga.
Gulo, W. (2010). Metodologi Penelitian. Jakarta: Grasindo.
Nasution, T., & Lubis, M.A. (2018). Konsep Dasar IPS. Yogyakarta:Samudra Biru.
Nazir, M. (2013). Metode Penelitian. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia.
Sagala, S. (2012). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta
Soekarni, M., et al. (2017). Metodologi Penelitian Bidang Ilmu Pengetahuan Sosial bagi Peneliti
Pemula. Jakarta, LIPI Press.
Sukandarrumidi. (2012). Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.Sulaswari., et al. (2022). Pendidikan IPS Berbasis Islam Terapan: Strategi Integrasi Sains dan
Agama. Prosiding Seminar Nasional Pascasarjana Universitas Negeri Semarang.
Supardan, D. (2015). Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial: Perspektif Filosofi dan Kurikulum.
Jakarta: PT Bumi Aksara.
Susanti, E., & Endayani, H. (2018). Konsep Dasar IPS. Medan: CV. Widya Puspita.
Susanto, A., et al. (2020). Biografi Tokoh-tokoh Sosiologi. Parepare: IAIN Parepare Nusantara Press.
Taufika, R., Lubis, B. S. (2022). Pengantar Ilmu Sosial (Sebuah Pengantar di Perguruan Tinggi).
Medan: Umsu Press.
Wallace, W. (1971). The Logic of Science in Sociology. Chicago: Aldine-Atherton.
Zahroh, I. F. (2020). Integrasi Nilai-nilai Islam dalam Pembelajaran IPS di MI. Al-Muqkidz: Jurnal
Kajian Keislaman, 8(1), 90-103.

Anda mungkin juga menyukai