Anda di halaman 1dari 27

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA

SERTA HAK ASASI MANUSIA


MAKALAH
diajukan untuk memenuhi tugas MKDU Pendidikan Kewarganegaraan
Dosen Pengampu :
Dr. Wilodati, M.Si.
Aang Supriatna, M.Pd.

oleh:
Dhiya Fathin (
Fadhlul M. Aufar (
Febiola Nurilmi (
Sherlin Illene (1804381)
Zahra Amaturrahman (1807342)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia,
serta taufik dan hidayah-Nya, penyusun dapat menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa
Penyusun mengucapkan terima kasih atas bantuan dari berbagai pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Semoga makalah ini dapat menambah ilmu dan pengetahuan bagi para
pembaca. Penyusun juga menyadari bahwa didalam makalah ini terdapat kekurangan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, Penyusun berharap adanya kritik, saran,
dan usulan demi perbaikan makalah yang telah Penyusun buat di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun
dari pembaca.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami oleh pembaca dengan mudah.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi penyusun sendiri
maupun orang yang membacanya. Sebelumnya, Penyusun mohon maaf apabila
terdapat kata-kata yang kurang berkenan, kesalahan dari segi EYD, kosa kata, tata
bahasa, etika, maupun isi.
Demikian yang bisa Penyusun sampaikan, semoga makalah ini dapat diterima
sebagai ide atau gagasan yang menambah kekayaan intelektual bangsa.

Bandung, 26 Oktober 2018

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................. ii


DAFTAR ISI .............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah .................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan Makalah .............................................................................. 2
1.4 Manfaat Penulisan Makalah ............................................................................ 2
BAB II HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA SERTA HAK ASASI
MANUSIA .................................................................................................. 3
2.1 Landasan Teori................................................................................................ 3
2.2 Pembahasan .................................................................................................... 4
2.2.1 Pengertian Warga Negara.......................................................................... 4
2.2.2 Status Kewarganegaraan............................................................................
2.2.3 Hak dan Kewajiban Warga Negara............................................................
2.2.4 Penerapan Hak dan Kewajiban Warga Negara .........................................
2.2.5 Pelaksanaan HAM di Indonesia.................................................................
BAB III PENUTUP....................................................................................................
3.1 Kesimpulan .....................................................................................................
3.2 Saran................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Hak dan kewajiban merupakan dua hal yang saling berhubungan dan
berkesinambungan sehingga harus dijalankan secara seimbang. Hak merupakan
segala sesuatu yang harus didapatkan oleh setiap orang yang telah ada sejak
manusia lahir. Hak bisa didapatkan setelah melakukan kewajiban yang diberikan
sebagai hadiah atau reward. Kewajiban merupakan segala sesuatu yang harus
dikerjakan seseorang sebagai warga negara dengan penuh tanggung jawab.
Hak Asasi Manusi (HAM) merupakan hak yang dimiliki oleh setiap warga
negara sejak dilahirkan. Sebagai makhluk bermartabat, manusia memiliki sejumlah
hak dasar yang harus dilindungi, yaitu hak hidup, hak beragama, hak berpendapat,
dan hak berkumpul. Nilai-nilai HAM mengajarkan agar hak dasar yang asasi
dilindungi dan dimuliakan. HAM mengajarkan prinsip-prinsipn persamaan dan
kebebasan manusia sehingga tidak boleh ada diskriminasi, eksploitasi, dan
kekerasan.
Sekarang ini terlihat jelas ketimpangan antara hak dan kewajiban, terutama
dalam bidang lapangan pekerjaan dan tingkat kehidupan yang layak bagi setiap
warga negara. Pasal 27 ayat 2 UUD 1945 menjelaskan bahwa “Tiap-tiap warga
negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”.
Pekerjaan dan tingkat kehidupan yang layak merupakan hak untuk setiap warga
negara sebagai salah satu tanda perikemanusiaan.
Pada era globalisasi saat ini, lebih banyak tuntutan hak tanpa diimbangi
dengan kewajiban yang dilakukan.

1
2

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apakah pengertian dari warga negara?
1.2.2 Bagaimana status kewarganegaraan di Indonesia?
1.2.3 Apa saja hak dan kewajiban yang dimiliki setiap warga negara?
1.2.4 Bagaimanakah pelaksanaan Hak Asasi Manusia yang berlaku di Indonesia?
1.3 Tujuan Penulisan Makalah
1.3.1 Untuk memahami arti dari warga negara menurut UU dan para tokoh
1.3.2 Untuk mengetahui status dan asas kewarganegaraan di Indonesia
1.3.3 Untuk mengetahui hak yang dimiliki setiap warga negara dan kewajiban
yang harus dilakukan oleh warga negara
1.3.4 Untuk memahami pelaksanaan Hak Asasi Manusia yang berlaku di
Indonesia.
1.4 Manfaat Penulisan Makalah
1.4.1 Penyusunan makalah ini untuk memahami arti dri warga negara Indonesia
menurut UU dan para tokoh
1.4.2 Agar mengetahui prinsip-prinsip dan asas kewarganegaraan di Indonesia.
1.4.3 Agar mengetahui hak yang dimiliki setiap warga negara dan kewajiban
yang harus dilakukan oleh warga negara.
1.4.4 Agar memahami pelaksanaan Hak Asasi Manusia yang berlaku di
Indonesia
BAB II

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA SERTA HAK ASASI MANUSIA

2.1 Landasan Teori


Negara berasal dari kata Staat (Belanda dan Jerman); State (Inggris); Etat
(Perancis); Status atau Statunum (Latin). Kata-kata tersebut berarti “meletakkan
dalam keadaan berdiri”; “menempatkan”; atau “membuat berdiri”.

Pengertian negara menurut pendapat para ahli:

1. George Jellinek
Negara adalah organisasi kekuasaan dari sekelompok manusia yang telah
berkediaman di wilayah tertentu.
2. R. Djokosoetono
Negara adalah organisasi manusia yang berada di bawah suatu pemerintahan
yang sama
3. J. H. A Logemann
Negara adalah suatu organisasi kemasyarakatan yang mempunyai tujuan
melalui kekuasaannya untuk mengatur serta menyelenggarakan sesuatu (Berkaitan
dengan jabatan, fungsi lembaga kenegaraan, atau lapangan pekerjaan) dalam
masyarakat

Pengertian negara secara umum adalah suatu organisasi dari sekolompok atau
beberapa kelompok manusia yang secara bersama-sama mendiami suatu wilayah
tertentu dan mengakui adanya satu pemerintahan yang mengurus tata tertib serta
keselamatan sekelompok atau beberapa kelompok dengan aturan-aturan yang
mengikat masyarakatnya.

3
4

Unsur-unsur pembentuk negara menurut Montevideo (Uruguay,1933):


1. Rakyat
Rakyat suatu negara adalah semua orang yang secara nyata berada di wilayah
suatu negara yang tunduk dan patuh terhadap peraturan dalam negara tersebut.
Rakyat suatu negara dapat dibedakan menjadi penduduk dan bukan penduduk.
2. Wilayah
Wilayah merupakan salah satu unsur mutlak bagi suatu negara sebgai landasan
material atau fisik suatu negara.
3. Pemerintah yang Berdaulat
Kedaulatan adalah kekuasaan tertinggi dalam suatu negara yang berlaku
terhadap seluruh wilayah dan segenap rakyat negara itu.
4. Pengakuan dari Negara lain
Pengakuan negara lain memungkinkan hubungan antar negara-negara itu, yaitu
hubungan diplomatik, dagang, kebudayaan, dll.

2.2 Pembahasan

2.2.1 Pengertian Warga Negara


2.2.2 Status Kewarganegaraan
Status Kewarganegaraan adalah kedudukan warga negara dalam negara yang
memiliki keterkaitan secara hukum dengan sebuah warga negara. Seseorang yang
diakui sebagai warga negara dalam suatu negara haruslah ditentukan peraturan
perundangan dari negara tersebut. Peraturan perundangan dijadikan asas untuk
penentuan status kewarganegaraan, setiap negara memiliki budaya, sejarah, dan
tradisi masing-masing.
Terdapat 4 prosedur perolehan kewarganegaraan:
1. Citizenship by birth (Kelahiran)
2. Citizenship by descent (Keturunan)
3. Kewarganegaraan berdasarkan Perkawinan
4. Citizenship by naturalisation (Pewarganegaraan) (Asshidiqie, 2006)
5

Dua asas kewarganegaraan yang diterapkan oleh suatu negara, yaitu:


1. Berdasarkan Kelahiran
 Ius Sanguinis atau Asas Keturunan
Menetapkan kewarganegaraan seseorang menurut keturunan atau pertalian
darah. Artinya, kewarganegaraan anak bergantung pada orang tuanya meskipun
anak tersebut lahir di negara lain. Contoh negara yang menganut Sistem Asas
Kewarganegaraan Ius Sanguinis, yaitu Indonesia, Belanda, Belgia, Bulgaria,
Korea Selatan, India, Inggris, Jepang, Jerman, dll.
 Ius Soli atau Asas Tempat Kelahiran
Menetapkan kewarganegaraan seseorang menurut tempat kelahirannya.
Artinya, kewarganegaraan anak akan diberikan jika anak tersebut lahir di
negara yang menganut asas Ius Soli. Contoh negara yang menganut Sistem
Asas Kewarganegaraan Ius Soli, yaitu Argentina, Amerika Serikat, Brazil,
Kanada, dll. (sumber : Buku PKn)
2. Berdasarkan Perkawinan
Selain dari sisi kelahiran, penentuan kewarganegaraan dapat didasarkan pada
aspek perkawinan yang mencakup asas kesatuan hukum dan asas persamaan
derajat :
 Asas persamaan hukum
Asas yang didasarkan pandangan bahwa suami istri adalah suatu ikatan yang
tidak terpecahkan sebagai inti dari masyarakat. Dalam menyelenggarakan
kehidupan bersama, suami istri perlu mencerminkan suatu kesatuan yang bulat
termasuk dalam masalah kewarganegaraan. Berdasarkan asas ini diusahakan
status kewarganegaraan suami dan istri adalah sama dan satu.
 Asas persamaan derajat
Asas yang berasumsi bahwa suatu perkawinan tidak menyebabkan perubahan
status kewarganegaaraan suami atau istri. Keduanya memiliki hak yang sama
untuk menentukan sendiri kewarganegaraan. Jadi mereka dapat berbeda
kewarganegaraan seperti halnya ketika belum berkeluarga.
6

Dengan adanya 2 Asas Kewarganegaraan berdasarkan kelahiran, terdapat


masalah yang timbul:
 Apatride.
Kasus yang terjadi saat seorang anak tidak memiliki kewarganegaraan. Hal
ini terjadi karena seorang Ibu berasal dari negara yang menganut asas Ius Soli
dan melahirkan seorang anak di negara yang menganut asas Ius Sanguinis.
 Bipatride.
Kasus yang terjadi saat seorang anak memiliki kewarganegaraan rangkap.
Hal ini terjadi karena seorang Ibu berasal dari negara yang menganut asas Ius
Sanguinis dan melahirkan seorang anak di negara yang menganut asas Ius Soli
 Multipatride.
Kasus yang terjadi saat seorang anak memilki lebih dari dua
kewarganegaraan. Hal ini terjadi karena seorang anak sebelumnya telah
memiliki kewarganegaraan rangkap (Bipatride), ketika dewasa ada sebuah
negara lain memberikan status kewarganegaraan yang baru karena alasan
tertentu. Lalu, anak tersebut menerima statusnya tanpa melepaskan 2
kewarganegaraan yang telah dimiliki sebelumnya. Maka, anak tersebut
memiliki 3 kewarganegaraan sekaligus.

Karena adanya masalah-masalah tersebut, terdapat solusi untuk memperoleh


kewarganegaraan dengan jalan pewarganegaraan (naturalisasi), yang dikenal dengan
dua sistem:
 Sistem Aktif
Seseorang dapat menggunakan hak opsi, yaitu memilih atau mengajukan
permohonan menjadi warga negara dari suatu negara
 Sistem Pasif
Seseorang dapat menolak pemberian kewarganegaraan (Hak Repudiasi)
7

Syarat-syarat memperoleh naturalisasi menurut UU No.12 Tahun 2006 adalah


 Sewaktu mengajukan permohonan, berada di wilayah Negara Republik
Indonesia paling singkat selama 5 (lima) tahun berturut-turut atau 10 (sepuluh)
tahun tidak berturut-turut.
 Sudah berusia 18 (delapan belas) tahun atau sudah menikah.
 Dapat berbahasa Indonesia dengan baik dan benar serta mengakui Dasar Negara
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.
 Sehat jasmani dan rohani
 Tidak pernah dijatuhi hukuman pidana karena melakukan tindak pidana yang
diancam dengan pidana penjara 1 (satu) tahun atau lebih
 Jika dengan memperoleh kewarganegaraan Indonesia tidak menjadi
berkewarganegaraan ganda
 Mempunyai pekerjaan dan/atau berpenghasilan tetap
 Membayar uang pewarganegaraan ke kas Negara

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 pasal 23 sebagaimana


diatur dalam Peraturan Pemerintah R.I. Nomor 2 Tahun 2007 pasal 31 warga Negara
Indonesia dengan sendirinya kehilangan kewarganegarannya karena :
 Memperoleh kewarganegaraan lain atas kemauannya sendiri;
 Tidak menolak atau tidak melepaskan kewarganegaraan lain, sedangkan orang
yang bersangkutan mendapat kesempatan untuk itu;
 Masuk dalam dinas tentara asing tanpa izin terlebih dahulu dari presiden;
 Secara sukarela masuk dalam dinas Negara asing, yang jabaatan dalam dinas
semacam itu di Indonesia sesuai dengan keteneuan peraturan perundang-
undangan hanya dapat dijabat oleh warga Negara Indonesia (antara lain
pegawai negeri, pejabat Negara, dan intelijen);
 Secara sukarela mengangkat sumpah atau menyatakan janji kepada Negara
asing atau bagian dari Negara asing tersebut (adalah wilayah yuridiksi Negara
asing yang bersangkutan);
8

 Tidak diwajibkan tetapi turut serta dalam pemilihan sesuatu yang bersifat
ketatanegaraan untuk suatu Negara asing;
 Mempunyai paspor atau surat yang bersifat paspor dari Negara asing atau surat
yang dapat diartikan sebagai tanda kewarganegaraan yang masih berlaku dari
Negara lain atas namanya;atau
 Bertempat tinggal di luar wilayah Negara R.I. selama 5 (lima) tahun terus
menerus bukan dalam rangka dinas Negara, tanpa alasan yang sahdan dengan
sengaja tidak menyatakan keinginannya untuk tetep menjadi warga Negara
Indonesia sebelum jangka waktu 5 (lima) tahun itu berakhir (yang dimaksud
alasan yang sah adalah alasan yang diakibatkan oleh kondisi diluar kemampuan
yang bersangkutan sehingga ia tidak dapat menyatakan keinginanuntuk tetap
menjadi warga Negara Indonesia, antara lain karena keterbatasan mobilitas
yang bersangkutan,akibat paspornyatidak berada dalam penguasanyang
bersangkutan, pemberitaan pejabat tidak diterima).

2.2.3 Hak dan Kewajiban Warga Negara


Dalam Batang Tubuh UUD 1945, hak-hak warga negara diatur dalam beberapa
pasal. Sesuai dengan sifat UUD yang singkat, luwes, dan fleksibel, pasal-pasalnya
juga hanya pokok-pokok saja. Adapun pasal-pasal dalam UUD 1945 yang mengatur
hak-hak warga negara adalah sebagai berikut :
1. Pasal 27 ayat 1 UUD 145 tentang hukum dan pemerintahan
“Segala warga negara bersamaan kedudukannya dalam hukum dan
pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahannya itu dengan tidak
ada kecualinya”.
2. Pasal 27 ayat 2 UUD 1945
“Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak
bagi kemanusiaan”.
3. Pasal 28 UUD 1945
“Kemerdekaan berserikat dan berkumpul mengeluarkan pikiran dengan lisan
dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang”.
9

4. Pasal 129 ayat 2 UUD 1945


“Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya
masing-masing dan untuk beribadat menurut agama dan kepercayaannya itu”.
5. Pasal 30 ayat 1 UUD 1945
“Tiap-tiap warga Negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan
dan keamanan Negara”.
6. Pasal 31 ayat 1 UUD 1945
“Tiap-tiap warga Negara berhak mendapatkan pendidikan”.
7. Pasal 33 UUD 1945
“Tiap-tiap warga Negara berhak ikut dalam kegiatan perekonomian yang
diusahakan bersama”.
8. Pasal 34 UUD 1945
“Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh Negara”. Dengan kata
lain, fakir miskin berhak dipelihara sesuai dengan kemampuan pemerintah.

Di dalam Undang Undang no. 39 tahun 1999 tentang HAM, sebagian besar
isinya mengenai hak- hak warga negara, diantaranya:
1. Hak untuk hidup
Setiap orang berhak untuk hidup, mempertahankan hidup dan kehidupannya.
2. Hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan
Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui
perkawinan yang sah.
3. Hak mengembangkan diri
Setiap orang berhak atas perlindungan dan kasih saying untuk pengembangan
pribadinya, memperoleh, dan mengembangkan pendidikan untuk meningkatkan
kualitas hidupnya.
4. Hak keadilan
Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan perlakuan
hukum yang adil.
5. Hak kemerdekaan
10

 Setiap orang bebas memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat


menurut agama dan kepercayaannya itu.
 Setiap orang berhak atas kebebasan menyatakan pikiran dan sikap sesuai hati
nurani.
 Setiap orang berhak atas kemerdekaan berserikat, berkumpul, dan
mengeluarkan pendapat.
6. Atas kebebasan informasi
 Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk
mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya.
 Setiap orang berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan,
mengolah, dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis
saluran yang tersedia.
7. Hak keamananan
 Setiap orang berhak atas rasa aman dan perlindungan terhadap ancaman
ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi.
 Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan,
martabat, dan hak miliknya.
 Setiap orang berhak mencari suaka untuk mendapat perlindungan politik dari
Negara lain. Setiap orang berhak ikut serta dalam upaya pembelaan Negara.

8. Hak kesejahteraan
 Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin.
 Setiap orang berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan.

Warga Negara, selain memiliki hak juga memiliki kewajiban yang harus
dipenuhi kepada Negara. Dari 30 pasal UU HAM, hanya satu ayat yang memuat
tentang kewajiban individu, yaitu pasal 29 ayat (1). Dalam konstitusi termuat dalam
pasal 28 J. Dalam UU Nomor 39 tahun 1999 tentang HAM, dari 106 pasal yang ada,
11

pengaturan mengenai kewajiban dasar hanya empat pasal, sementara yang mengatur
hak dan kebebasan terdiri atas 58 pasal, sisanya mengatur mengenai Komnas HAM
dan ketentuan lain. Tidak berbeda dengan konstitusi, kewajiban dasar itu intinya
menyebutkan, tiap orang wajib menghormati hak asasi orang lain, patuh pada
perarturan perundang-undangan, hukum tak tertulis, dan hukum intemasional
mengenai HAM serta wajib ikut serta membela Negara.
Kewajiban Negara dalam HAM biasanya dilihat dalam tiga bentuk, yaitu:
1. Menghormati (to respect)
2. Memenuhi (to fulfill), dan
3. Melindungi (to protect) (sumber : Buku PKn)

Dalam Undang-Undang Dasar 1945 ada pasal yang mencantumkan mengenai


hak dan kewajiban, seperti :
 Pasal 26, ayat (1) – yang menjadi warga negara adalah orang-orang bangsa
Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-
undang sebagai warga negara. Dan pada ayat (2), syarat-syarat mengenai
kewarganegaraan ditetapkan dengan undang-undang.
 Pasal 27, ayat (1) – segala warga negara bersamaan dengan kedudukannya di
dalam hukum dan pemerintahannya, wajib menjunjung hukum dan
pemerintahan itu. Pada ayat (2), taip-tiap warga negara berhak atas pekerjaan
dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.
 Pasal 28 – kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran
dengan lisan, dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang.
 Pasal 30, ayat (1) – hak dan kewajiban warga negara untuk ikut serta dalam
pembelaan negara. Dan ayat (2) menyatakan pengaturan lebih lanjut diatur
dengan undang-undang.
Supaya dapat terwujudnya hubungan antara warga negara dengan negara yang
baik maka diperlukan beberapa peran. Peranan ini adalah tugas yang dilakukan sesuai
kemampuan yang dimiliki tiap individu.
12

Dalam UUD 1945 pasal 27 – 34 disebutkan banyak hal mengenai hak warga
negara indonesia seperti :
1. Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak.
2. Hak membela Negara
3. Hak berpendapat
4. Hak kemerdekaan memeluk agama
5. Hak mendapatkan pengajaran
6. Hak utuk mengembangkan dan memajukan kebudayaan nasional Indonesia
7. Hak ekonomi untuk mendapat kan kesejahteraan social
8. Hak mendapatkan jaminan keadilan sosial
Sedangkan kewajiban warga negara Indonesia terhadap negara Indonesia adalah :
1. Kewajiban mentaati hukum dan pemerintahan
2. Kewajiban membela Negara
3. Kewajiban dalam upaya pertahanan negara
Hak dan kewajiban negara terhadap warga negara pada dasarnya merupakan
hak dan kewajiban warga negara terhadap negara. Beberapa ketentuan tersebut,
anatara lain sebagai berikut :
1. Hak negara untuk ditaati hukum dan pemerintah
2. Hak negara untuk dibela
3. Hak negara untuk menguasai bumi, air , dan kekayaan untuk kepentingan
rakyat
4. Kewajiban negara untuk menajamin sistem hukum yang adil
5. Kewajiban negara untuk menjamin hak asasi warga Negara
6. Kewajiban negara mengembangkan sistem pendidikan nasional untuk rakyat
7. Kewajiban negara memberi jaminan sosial
8. Kewajiban negara memberi kebebasan beribadah

2.2.4 Penerapan Hak dan Kewajiban Warga Negara


Contoh hak warga negara:
13

1. Berhak mendapat perlindungan hukum (pasal 27 ayat (1))


2. Berhak mendapakan pekerjaan dan penghidupan yang layak. (pasal 27 ayat 2).
3. Berhak mendapatkan kedudukan yang sama di mata hukum dan dalam
pemerintahan. (pasal 28D ayat (1))
4. Bebas untuk memilih, memeluk dan menjalankan agama yang dipercayai. (pasal
29 ayat (2))
5. Berhak memperloeh pendidikan dan pengajaran.
6. Memiliki hak yang sama dalam kemerdekaan berserikat, berkumpul dan
mengeluarkan pendapat secara lisan dantulisan sesuai undang-undang yang
berlaku. (pasal 28)
Contoh kewajiban warga negara :
1. Wajib berperan serta dalam membela, mempertahankan kedaulatan negara
indonesia dari serangan musuh. (asal 30 ayat (1) UUD 1945)
2. Wajib membayar pajak dan retribusi yang sudah ditetapkan oleh pemerintah pusat
maupun pemerintah daerah. (UUD 1945)
3. Wajib menaati dan menjunjung tinggi dasar negara, hukum dan pemerintahan
tanpa terkecuali serta dijalankan dengan sebaik-baiknya.
4. Wajib menghormati hak asasi manusia orang lain. (pasal 28J ayat 1)
5. Wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang. (pasal
28J ayat 2)
6. Tiap negara wajib turut serta dalam pembangunan untuk memajukan bangsa ke
arah yang lebih baik. (pasal 28)

Contoh Kasus berdasarkan Hak dan Kewajiban Warga Negara:


1. Menaati Hukum Lalu Lintas
Judul kasus diatas bener-bener kontroversial, kita bisa bertanya kepada diri
sendiri apakah kita sudah menaati peraturan lalu lintas yang ada? Kebanyakan
pelajar memakai sepeda motor demi memudahkan perjalanan hidup mereka ke
sekolah. Memang terasa kemudahannya, namun kita telaah lagi. Apakah kita
sudah punya SIM?
14

2. Membayar Pajak
Coba perhatikan apakah orang-orang sekitar kita sudah membayar pajak yang
sudah ada ketentuannya dalam UUD. Setiap orang yang tertanggung harus dan
wajib membayar pajak sesuai ketentuannya. Kalau gak bayar pajak, apa kata
dunia?
3. Perlindungan Hukum
Sebagai salah satu warga negara Indonesia kita diberi hak akan jaminan
perlindungan hukum, mungkin beberapa dari kita sudah merasakan hak tersebut
dengan baik. Namun ada juga yang belum. Seperti penanganan beberapa kasus
kriminal yang tidak cepat tanggap.

2.2.5 Pelaksanaan Hak Asasi Manusia di Indonesia


1. Program Penegakan Hukum dan HAM di Indonesia
Program penegakan hokum dan HAM yang tercantum dalam PP Nomor 7
Tahun 2005, meliputi pemberantasan korupsi, anti terorisme, pembasmia
penyalahgunaan narkotika dan obat berbahaya, serta penegakan hokum dan hak
asasi manusia harus dilakukan secara tegas, tidak diskriminatif dan konsisten. Oleh
karena itu kegiatan-kegiatan pokok yangterus menerus diupayakan pelaksaannya
meliputi:
a. Penguatan upaya-upaya pemberantasan korupsi melalui:
i. Pelaksaan Rencana Aksi Nasional Pemberantasan Korupsi 2004-2009;
ii. Penguatan pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia 2004-
2009;
iii. Rencana Aksi Nasional Penghapusan Eksploitasi Seksual Komersial Anak;
iv. Renca Aksi Nasional Penghapusan Bentuk-bentuk Pekerjaan Terburuk untuk
Anak;
v. Dan Program Nasional bagi Anak Indonesia (PNBAI) 2015;
b. Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia (RANHAM) 2004-
2009 sebagai gerakaan nasional;
15

c. Peningkatan penegakan hokum terhadap pembrantasan tindak pidana terorisme


dan penyalahgunaan narkotika serta obat berbahaya lainnnya;
d. Penigkatan efektivitas dan penguatan lembaga/institusi hokum maupun
lembaga yang fungsi dan tugasnya mencegah dan memberantas korupsi;
e. Peningkatan efektivitas dan pengutan lembaga/institusi hokum maupun
lembaga yang fungsi dan tugasnya menegakan hak asasi manusia;
f. Peningkatan upaya-upaya penghormatan persamaan trhadap setiap warga
Negara di depan hokum, melalui keteladanan Kepala Negara dan pimpinan
lainnya untuk mematuhi dan mentaati hokum dan hak asasi mausia secara
konsisten dan konsekuen;
g. Penyelenggaraan audit regular atas kekayaan seluruh pejabat pemerintah dan
pejabat Negara;
h. Peninjauan serta penyempurnaan berbagai konsep dasar dalam rangka
mewujudkan proses hokum yang lebih sederhana, sepat, tepat dan dengan biaya
yang terjangkau oleh semua lapisan masyarakat;
i. Peningkatan berbagai kegiatan operasional penegak hokum dan hak asasi
manusia dalam rangka menyelenggarakan ketertiban social agar dinamika
masyarakat dapat berjalan dengan sewajarnya;
j. Pembrantasan sistem manejemen penanganan perkara yang menjamin akses
punlik; pengembangan sistem pengawasan yang transparan dan akuntabel;
k. Pengembangan sistem manajemen kelembagaan hokum yang transparan;
l. Penyelamatan bahan bukti akuntabilitas kinerja yang berupa dokumen/arsip
lembaga Negara dan badan pemerintah untuk mendukung penegakan hokum
dan hak asasi manusia;
m. Peningkatan koordiansi dan kerjasama yang menjamin efektivitas penegakan
hokum dan hak asasi manusia;
n. Pembaruan materi hokum yang terkait dengan pemberantasan korupsi;
o. Peningkatan pengawasan terhadap lalu llintas orang yang melakukan perjalanan
baik keluar maupun masuk ke wilayah Indonesia;
16

p. Peningkatan fungsi intelegen aga aktivutas terorismedapat dicegah pada tahap


yang sangat dini, serta menigkatkan berbagai operasi keamanan dan ketertiban;
serta
q. Peningkatan penanganan dan tindakan hokum terhadap penyalahgunaan
narkotika dan obat berbahaya memlalui identifikasi dan memutus jaringan
peredarannya, meningkatkan penyidikan, penuntunan serta menghukum para
pengedarnya secara maksimal.
Sampai dengan tahun 2004, berbagai kegiatan dalam rangka penghormatan,
pemenuhan dan penegakan hokum dan HAM meliputi penguatan upaya
pemberantasan korupsi melalui pelaksanaan RAN-PK, penguatan pelaksanaan
RAN-HAM, pencegahan terhadap terjadinya tindak pidana terorisme dan
penyalahgunaan narkotik dan obat berbahaya lain, pengembangan sistem
manajemen kelembagaan hokum yang transparan, peningkatan pengawasan lalu
lintas orang yang melakukan perjalanan, baik keluar atau masuk ke wilayah
Indonesia, peningkatan penanganan dan tindakan hukkum terhadap
penyalahgunaan narkotika dan obat berbahaya melalui identifikasi dan memutus
jaringan peredarannya, meningkatkan penyidikan, penyelidikan penuntunan dan
menghukum pengedarnya secara maksimal. Khususnya untuk menciptakan kondisi
yang lebih kondusif dalam rangka perlindungan dan penegakan HAM di
Indonesia, dilakukan beberapa langkah, ialah pembentukan kantor-kantor
perwakilan Komisi Nasional di daerah, meningkatkan pemahaman tentang HAM
kepada masyarakat luas termasuk apaaratur Negara dengan melaksanakan
pensisikan dan pelatihan HAM secara berkelanjutan. (Sumber: Pidato kenegaraan
Presiden, 2005)

2. Pencapaian Indonesia dalam Pemajuan dan Perlindungan HAM


Adapun Pencapaian Indonesia dalam pemajuan dan perlindungan HAM,
menurut Hasan Wirajuda dapat diikuti dari berbagai kegiatan yang dilakukan oleh
pemerintah Indonesia, sejak 1991 sampai dengan tahun 2004, yaitu sebagai
berikut:
17

a. Merintis reorientasi kebijakan nasional dibidang HAM pada masa Orde Baru,
Departemen Luar Negeri bekerja sama dengan Pusat HAM PBB telah
menyelengggarakan serangkayan lokakarya, yakni Lokakarya Nasional HAM
ke-1 pada tanggal 21-22 Januari 1991, Lokakarya Regional PBB ke-2 pada
tanggal 26-28 Januari 1993 dan Lokakarya Nasional ke-3 pada tanggal 24-26
Oktober 1994. Lokakarya Nasional HAM ke-1 telah merekomendasikan
pembentukan Komisi Nasional (KOMNAS) HAM, yang akhirnya dibentuk
pada tangga 7 Juni 1993 melalui Keppres No. 50/1993.
b. Dasar hokum pembentukan KOMNAS HAM kemudian perkuat lagi dengan
Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang HAM. KOMNAS HAM dibentuk
sesuai dengan “Paris Principle 1992” yang menegaskan bahwa pembentukan
suatu Komisi Nasional HAM harus memperhatikan serta sesuia dengan keadaan
dan kebutuhan setempat tanpa paksaan pihak luar.
c. Komisi Anti kekerrasan terhadap Perempuan telah dbentuk pada tahun 1998
dengan Keputusan Presiden no. 181 tahun 1998 dan Komisi Perlindungan Anak
Indonesia dibentuk pada tahun 2003 melaui Keputusan Presiden No. 77 Tahun
2003.
d. Sesuai rekomendasi deklarasi dan Program Akso Wina 1993 dimana Indonesia
secara aktif terlibat dalam perumusan berbagai prinsip-prinsip penting,
Indonesia mengadakan Lokakarya Nasional HAM ke II tahun 1994. Sesuai
dengan salah satu rekomendasi lokakarya tersebut, departemen Luar Negeri
membentuk kelompok kerja (Pokja) HAM yang terdiri dari berbagai unsur
departemen dan lembaga terkait. Pokja HAM berhasil menyusun suatu Rencana
Aksi Nasional HAM (RAN-HAM) Indonesia yang memuat langkah-langkah
nyata pemajuan dan penghormatan HAM yang kan dilakukan pada tingkat
nasional dalam kurun waktu 5 tahun, yaknni dari tahun 1998-2003.
e. RAN HAM 1998-2003, yang kemudian dicanangkan secara resmi oleh
Presiden Habibie pada tanggal 25 Juni 1998 (ditetapka melalui Keppres No.
129 tahun 1998 dan direvisi dengan Kemppres No. 61/2003), melalui empat
program keggiatan yakni:
18

i. Ratiifikasi perangkat internasional HAM;


ii. Diseminasi dan pendidikan HAM;
iii. Pelaksaan dan penaganan maslaha prioritas dalam bidang HAM;
iv. Pelaksaan isi dan ketentuan berbagai pernagkat internasional HAM yang
telah diratifikasi HAM
f. Untuk lebih memajukan dan melindungi HAM di tanah air, Pemerintah
Indonesia telah merencakan kembali rencana Aksi Naasional HAM yang baru
untuk periode 2004-2009 melaui Keppres No. 44 tahun 2004. RAN-HAM
2004-2009 memuat “Road Map” pemajuan dan perlindungan HAM di
Indonesia yang dilakukan oleh pemerintah maupun lembaga implementasi
lainnya dan dilaksanakan baik pada tingkat nasional maupun propinsi.
g. Dibidang legislasi nasional, Indonesia antara lain telah memiliki UU No. 39
tahun 1999 mengenai HAM (yang salah satu Bab memuat khusus pengaturan
tentang keberadaan dan kemandirian Komisi Nasional Ham), UU No. 26 tahun
2000 mengenai pengadilan HAM, dan amandemen-amandemen UUD 1945
yang memuat berbagai nilai-nilai pemajuan dan perlindungan HAM dalam
konstitusi. Selain itu berdasarkan Keputusan Presiden RI No. 96 tahun 2001
telah dibentuk Pengadillan HAM Ad Hoc untuk mengadili kasus-kasus
pelanggaran berat HAM Timor-Timur yang prosesnya masih berjalan hingga
saat ini. Perkembangan yang terbaru dibidang legislasi adalah disahkannya
RUU Perlindungan Anak oleh DPR dan Pemerintah melalui Undang-Undang
No. 23 tahun 2002.pada saat inipun Pemerintah dan DPR sedang membahas
RUU tentang Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnik.
h. Disamping mengikatkan diri pada berbagai instrument pokok HAM
internasional, Pemeritah Indonesia juga mengeluarkan Undang-Undang yang
melindungi isu tematis HAM lainnya seperti Undang-Undang No. 20 tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
i. Hingga saat ini Indonesia telah meratifikasi 4 dari 7 instrumen pokok HAM
internasional, yaitu:
19

i. Konvensi Penghapusan Diskriminasi terhadap Perempuan atau Convention


on the Elimination of all Form of Discrimination against Women (CEDAW)
MELALUI uu No. 7/1984;
ii. Konvensi Hak Anak atau Convention on the Right of the Child (CRC)
MELALUI Kepprres No. 36/1990;
iii. Konvensi Menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Penghukuman lain
yang kejam, tidak manusiawi dan merendahkan martabat manusia atau
Convention against Torture and Other Cruel, Inhuman, or Degrading
Treatment or Punishment (CAT) MELALUI uu No. 5/1998; dan
iv. Konvensi Penghapusan segala bentuk diskriminasi rasial atau Convention on
the Elimination of all Forms of Racial Discrimination (CERD) melalui UU
No. 29/1999
j. Pemerntah telah menyampaikan Amanat Presiden (Ampres) kepada DPR yang
meminta agar DPR membahas dan mengesahkan RUU ratifikasi “International
Covenant on Civil and Political Rights” dan “International Convenant
Economic, Social and Cultural Rights”.
k. Dalam rangka memajukan dan meningkatkan perlindungan hak-hak asasi
pekerhja di Indonesia, pemerintah telah meratifikasi 8 Konversi dasar ILO
(International Labor Organization), yaitu:
i. Konvensi No. 29 tahun 1930 tentang Kerja PAksa (Forced Labor),
diratifikasi oleh Pemerintah Hindia Belanda pada tanggal 31 Maret 1933
dengan Ned. Stlb No. 26 jo Ned. Stlb. No. 261, 1933;
ii. Konvensi No. 98 tahun 1949 tentang HAk Berorganisasi dan Berunding
Kolektif (Organized and Collective Bargaining), diratifikasi dengan
Undang-Undang No. 18 tahun 1956;
iii. Konvensi No. 100 tahun 1951, tentang Pengupahan Seimbang (Equal
Remuneration), diratifikasi engan Undang-Undang No. 80 tahun 1957;
iv. Konvensi No. 87 (Freedom of Association and Protection of the Right to
Organiz), diratifikasi dengan Keputusan Presiden No. 83 tanggal 5 Juni
1998;
20

v. Konvensi No. 105 (Country Specific Resolution) diratifikasi dengan Ndang-


Undang No. 20 tahun 1999;
vi. Konvensi No. 111 (Discrimination in Respect of Employment and
Occupation), diratifikasi dengan Undang-Undang No. 21 tahun 1999;
vii. Pada tahun 2000, Indonesia telah meratifikasi Konvensi No. 182 mengenai
pelarangan dan Tindakan segera penghapusan bentuk-bentuk terburuk kerja
anak (the Prohibition and Immediate Action for the Elimination of the Worst
Forms of Child Labor), dengan UU No. 1 tahun 2000. Indonesia merupakan
Negara pertama di Asia yang meratifikasi Konvensi No. 128.
l. Dalam upaya administrative, Pemerintah Indonesia telah melakukan berbagai
usaha untuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pemajuan dan
perlindunngan HAM. Upaya administrative tersebut antara lain adalah
pemisahan Polri dari TNI dan reformasi di tubuh TNI ̶ Polri, pembangunan
hokum dan lembaga keadilan yang kredibel antara lain dengan penyatuan
sistem dan adminustrasi peradilan dalm satu atap di bawah kewenangan
Mahkamah Agung dan berbagai rencana aksi nasional yang bersifat tematis dan
penyelenggaraan Pemilihan Umum tahun 2004.
m. Pemerintah Indonesia juga telah menandatangani Protokol Tambahan Konvensi
HAk Anak mengenai Perdagangan, Prostitusi, dan Pornografi anak serta
keterlibatan Anka dalam Konflik Bersenjata dan Protokol Tambahan
PEnghapusan Diskriminasi terhadap Perempuan.
n. Dalma rangka treaty event Sidang Umum PBB bulan Sseptember
2004,pemerintah telah menandatangani Konvensi Nternasioonal tentang
Perlindungan Hak-hak Semua Pekerja Migran beserta Anggota Keluarga
Mereka. Dua hal pokok yang mendasari keputusan pemerintahuntuk
menandatangani koonvensi ini yaitu kengininan untuk mengharmonisasikan
perilaku Negara dalam melimdungi hak-hak pekerja migran dan upaya
mencegah dan sekaligus mengikis eksploitasi pekerja migran, terutama untuk
menghentikan rekrutmen tidak sah dan perdangangan manusia, disamping
menekan praktek mempekrjakan pekerja secara ilegal.
21

3. Kerjasama Internasional dalam Bidang HAM


Kerjasama internasional baik secara bilateral, regional dan multilateral dalam
kemajuan dan perlindungan HAM, terlihat dari berbagai kegiatan (Wesaka Puja,
2005):
a. Kerjasama bilateral yang telah dilaksanakan antara lain adalah dialog
Indonesia-Norwegia mengenai HAM yang diselenggarakan di Jakarta pada
tanggal 4-5 Mei 2004. Indonesia melakukan kerjasama dengan Norwegia dan
Prancis yang dimaksudkan sebagai upaya untuk memperkuat berfungsinya
pengadilan HAM Ad Hoc Tim Tim.
b. Indonesia telah berperan aktif dalam upaya kemajuan Ham di kawasan Asia
Tenggara, antara lain menjadi tuan rumah penyelenggaraan lokakarya
mekanisme HAM ASEAN yang pertama pada tahun 2004 yang isiya
menyepakati untuk melanjutkan usah-usaha dalam pembentukan mekanisme
HAM ASEAN untuk mengatasi masalah HAM yang menjadi prioritas di
kawasan Asia Tenggara yaitu kemajuan dan perlindungan hak-hak anak, wanita
dan pekerja Migran. Kegiatan tersebut dilanjutkan dengan pembentukan Joint
Working Group yang terdiri atas perwakilan dari pemerintah, Komnas HAM
dan kelompok masyarakat madani untuk untuk memajukan inisiatif mekanisme
HAM ASEAN.
c. Upaya lain yang dilakukan adlah peningkatan kerjasama anatara Komnas HAM
Indonesia, Thailand dan Filipina untuk memberikan kontribusi dalam
mewujudkan ASEAN security community dan mekanisme HAM ASEAN.
d. Dalam kancah internasional, dalm bidang kemajuan dan perlindungan HAM,
kiprah Indonesia semakin meningkat dan semakin diakui oleh masyarakat
internasional. Ini dapat dilihat bahwa Indonesia terpiilih terpilih sebagai ketua
KHAmdan Dubes/ Watapri Jenewa.
e. Dalam siding-sidang PBB mengenai HAM, posisi dasar pemerintah Indonesia
adalah menolah segala resolusi yang ditunjukan kepala negara tertentu
22

(Country Specific Resolution). Pemerintah Indonesia selalu mengambil posisi


Against dalam pemungutan suara Country Specific Rosolution.

4. Permasalahan di Indonesia dalam Penegakkan Hukum dan HAM


Berbagai permasalahan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia dalam rangka
pengakuan, penghormatan serta penegakkan Hukkum dan HAM, masih dirasakan
belum optimal pelaksanaan. Hal ini ditunjukkan oleh masih rendahnya kinerja
lembaga peradilan, serta belum selesainya kasus-kasus korupsi yang menarik
perhatian rakyat. Ini semua mengakibatkan semakin berkurang tingkat
kepercayaan masyarakat terhadap kesungguhan pemerintah dalam melakukan
upaya pemberantasan korupsi.
Keadaan ini juga bertambah parah dengan belum membaiknya kondisi
kehidupan ekonomi bangsa sebagai dampak krisis ekonomi yang berkepanjangan
telah menyebabkan sebagian besar rakyat tidak dapat menikmati hak-hak
dasarnya, contohnya dalam bidang ekonomi, seperti belum terpenuhinya hak atas
pekerjaan yang layak, ha katas upah yang adil sesuai dengan prestasi dan yang
dapat menjamin kelangsungan kehidupan keluarga mereka. Dan yang paling
penting adalah belum dinikmatinya oleh anggota masyarakat atas pemenuhan hak
mendapatkan Pendidikan, khususnya yang lemah kondisi ekonominya.
Kemudian adanya aksi terorisme yang ditunjukan kepada sarana publik,
menyebabkan rasa tidak aman bagi masyarakat. Dan aksi terorisme ini, sepertinya
makin meluas. Bukan saja terjadi di daerah-daerah konflik, namun di sarana
umum. Keadaan ini ditambah lagi dengan adanya pengaruh globalisasi, selain
kejahatan terorisme, arus globalisasi ini dapat menambah intensitaas hubungan
masyarakat antara satu Negara dengan negara lain menjadi semakin tinggi.
Dengan demikian kecenderungan munculnya kejahatan yang sifatnya trans-
nasional menjadi semakin sering terjadi, misalnya kejahatan narkotika, pencucian
uang (money laundry), serta peredaran dokumen keimigrasian palsu. (sumber :
Buku PKn)
23

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Warga negara

3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

(sumber : Buku PKn)


https://www.eduspensa.id/hak-dan-kewajiban-warga-negara/
Ensiklopedi Nasional Indonesia. 2004. Bekasi: Delta Pamungkas. ISBN 979-9327-
00-8. Hal 49
Pidato kenegaraan Presiden, 2005

24

Anda mungkin juga menyukai