Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH MATA KULIAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

“SENI DAN IPTEK DALAM ISLAM”

DOSEN PENGAMPU:
Drs. RAMLI, MA

DISUSUN OLEH :

Cut Novi Ramadhani 7193142010

Ferdi Ardiansyah Putra 7193142011

Fitri An Nisa 7193142017

Safitri Lupita 7193142009

FAKULTAS EKONOMI

PRODI PENDIDIKAN AKUNTANSI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

TA .2020/ 2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT yang memberikan
berkat dan kasih-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Makalah mata kuliah
Pendidikan Agama Islam yang berjudul “Seni dan IPTEK dalam Islam” kami juga berterimak
asih kepada Ibu selaku dosen pengampu Drs. Ramli, MA. pada mata kuliah Pendidikan Agam
a Islam.

Kami juga menyadari bahwa tugas ini masih terdapat kekurangan, oleh karena itu ka
mi minta maaf jika ada kesalahan dalam penulisan, serta Kami juga mengharap kritik dan sar
an yang membangun guna kesempurnaan tugas ini.

Akhir kata Kami ucapkan terimakasih, semoga dapat bermanfaat dan bisa menambah
pengetahuan bagi pembaca.

Medan, 24 Maret 2021

i
Kelompok 5

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
A. Latar belakang.............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................................2
C. Tujuan..........................................................................................................................2
D. Manfaat........................................................................................................................2
BAB II........................................................................................................................................3
PEMBAHASAN........................................................................................................................3
A. Pengertian Ilmu,Pengetahuan,Teknologi dan Seni......................................................3
B. Pengertian Iman, Ilmu dan Amal Pengertian Iman Dalam Agama Islam...................3
C. Iman, Ipteks, dan Amal sebagai Kesatuan...................................................................6
D. Kewajiban Menuntut dan Mengamalkan Ilmu............................................................8
E. Tanggung Jawab Ilmuwan dan Seniman...................................................................11
BAB III.....................................................................................................................................12
PENUTUP................................................................................................................................12
A. Kesimpulan................................................................................................................12
B. Saran..........................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................13

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Peran Islam dalam perkembangan iptek dan seni pada dasarnya ada 2 (dua). Pertama,
menjadikan Aqidah Islam sebagai paradigma  (cara pandang) ilmu pengetahuan dan seni.
Paradigma inilah yang seharusnya dimiliki umat Islam karena   Aqidah Islam ini wajib
dijadikan landasan pemikiran  bagi seluruh ilmu pengetahuan. Bukan berarti
menjadikan Aqidah Islam sebagai sumber segala macam ilmu pengetahuan, melainkan
menjadi standar bagi segala ilmu pengetahuan. Jadi  ilmu pengetahuan yang sesuai dengan
Aqidah Islam dapat diterima dan diamalkan, sedang yang bertentangan dengannya, wajib
ditolak dan tidak boleh diamalkan. Kedua, menjadikan Syariah Islam (yang lahir dari Aqidah
Islam) sebagai standar bagi pemanfaatan iptek dalam kehidupan sehari-hari. Standar syariah
ini mengatur, bahwa boleh tidaknya pemanfaatan iptek, didasarkan pada ketentuan halal-
haram (hukum-hukum syariah Islam). Umat Islam boleh memanfaatkan iptek dan
mengembangkan seni, jika telah dihalalkan oleh Syariah Islam. Sebaliknya jika suatu aspek
iptek dan seni telah diharamkan oleh Syariah, maka tidak boleh umat Islam
memanfaatkannya, walau pun ia menghasilkan manfaat sesaat untuk memenuhi kebutuhan
manusia.

Pada dasarnya kita hidup di dunia ini tidak lain untuk beribadah kepada Allah SWT.
Ada banyak cara untuk beribadah kepada Allah SWT seperti sholat, puasa, dan menuntut
ilmu. Menuntut ilmu ini hukumnya wajib. Seperti sabda Rasulullah SAW: “ menuntut ilmu
adalah sebuah kewajiban atas setiap muslim laki-laki dan perempuan”.

Dengan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni (IPTEKS) dalam Islam, kita perlu
mengembangkannya potensi dan memanfaatkan sumber daya alam dengan tetap berpegang
teguh kepada al-Qur’an dan as-sunnah sebagai rasa syukur kita terhadap sumber daya alam
yang beranekaragam diciptakan untuk kita semua.
Nilai seni dalam Islam sangat mendapat penghargaan yang tinggi bahkan selalu
mendapat dukungan yang positif dari lingkungan kehidupan warga muslim. Dan tidak benar
seperti yang dikatakan oleh para Orientalis bahwa Islam sebagai agama konservatif yang
tidak mengakui seni. Islam adalah agama fitrah dan seni juga termasuk fitrah maka sangat
mustahil jika Islam tidak mengakui seni. Semua jenis dan corak seni baik seni rupa, seni

1
sastra maupun seni musik selalu mendapat dukungan positif dalam perkembangan kemajuan
sejarah umat Islam. Syarat terpenting untuk mendapatkan dukungan positif dari umat, nilai
seni tersebut harus menunjukkan nilai akhlak dan peradaban yang baik, santun dan saling
mencintai nilai-nilai religius yang ada dalam Islam.

B. Rumusan Masalah
1. .
2. .
3. .
4. .
5. .

C. Tujuan
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam
2. Untuk mengetahui konsep Seni dan IPTEK dalam Islam
3. Untuk mengetahui bagaimana Islam mengatur Seni dan IPTEK
4. Untuk mengetahui bagaimana tanggung jawab jawab seniman dan ilmuwan dalam Islam

D. Manfaat
1. .
2. .
3. .
4. .
5. .

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Ilmu,Pengetahuan,Teknologi dan Seni


  Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui manusia melalui tangkapan
pancaindra dan firasat. Kata ilmu berasal dari bahasa Arab "alima-ya'lamu. Ilmu adalah
pengetahuan yang sudah diklasifikasi sehingga menghasilkan kebenaran objektif yang sudah
diuji kebenarannya dan dapat diuji ulang secara ilmiah. Secara sederhana pengetahuan dan
ilmu dapat dijelaskan sebagai berikut:  Pengetahuan diartikan hanyalah sekadar “tahu”, yaitu
hasil tahu dari usaha manusia untuk menjawab pertanyaan “apa”, misalnya apa batu, apa
gunung, apa air, dan sebagainya. Sedangkan ilmu bukan hanya sekadar dapat menjawab
“apa” tetapi akan dapat menjawab “mengapa” dan “bagaimana” , misalnya mengapa batu
banyak macamnya, mengapa gunung dapat meletus, mengapa es mengapung dalam air.
Sedangkan teknologi adalah  hasil produk  pengetahuan dan ketrampilan yang merupakan
penerapan ilmu pengetahuan dalam kehidupan manusia sehari-hari. Teknologi dapat
membawa dampak positif berupa kemajuan dan kesejahteraan bagi manusia juga sebaliknya
dapat membawa dampak negatif berupa ketimpang-ketimpangan dalam kehidupan manusia
dan lingkungan.

Konon kata seni berasal dari kata “SANI” yang kurang lebih artinya “Jiwa Yang
Luhur/ Ketulusan jiwa”. Namun menurut kajian ilmu di Eropa mengatakan “ART” (artivisial)
yang artinya kurang lebih adalah barang/ atau karya dari sebuah kegiatan. Seni merupakan
ekspresi jiwa seseorang.. Selain itu  Seni  juga merupakan ekspresi keindahan. Seni identik
dengan keindahan. Dan keindahan menjadi salah satu sifat yang dilekatkan Allah pada
penciptaan jagat raya ini. Allah melalui kalamnya di Al-Qur’an mengajak manusia mem
seluruh jagat raya dengan segala keserasian dan keindahannya. Allah berfirman dalam surah
QAF ayat 6:

ٰ َ ‫اَفَلَمۡ يَ ۡنظُر ُۡۤوا اِلَى ال َّس َمٓا ِء فَ ۡوقَهُمۡ َك ۡي‬


ٍ ‫ف بَنَ ۡي ٰنهَا َو َز يَّـنّهَا َو َما لَهَا ِمن فُر ُۡو‬
‫ج‬

3
“Maka apakah mereka tidak melihat ke langit yang ada di atas mereka, bagaimana
Kami meninggikannya dan menghiasinya, dan tiada baginya sedikit pun retak-retak?”

B. Pengertian Iman, Ilmu dan Amal Pengertian Iman Dalam Agama Islam
Iman (bahasa Arab:‫( اإليمان‬secara etimologis berarti 'percaya'. Perkataan iman (‫إيمان‬
(diambil dari kata kerja 'aamana' (‫ أمن‬-- (yukminu' (‫ (يــؤمن‬yang berarti 'percaya' atau
'membenarkan'. Iman secara bahasa berarti tashdiq (membenarkan). Sedangkan secara istilah
syar’i, iman adalah "Keyakinan dalam hati, Perkataan di lisan, amalan dengan anggota badan,
bertambah dengan melakukan ketaatan dan berkurang dengan maksiat". Para ulama salaf
menjadikan amal termasuk unsur keimanan. Oleh sebab itu iman bisa bertambah dan
berkurang, sebagaimana amal juga bertambah dan berkurang". Ini adalah definisi menurut
Imam Malik, Imam Syafi’i, Imam Ahmad, Al Auza’i, Ishaq bin Rahawaih, madzhab
Zhahiriyah dan segenap ulama selainnya.
Dengan demikian definisi iman memiliki 5 karakter: keyakinan hati, perkataan lisan,
dan amal perbuatan, bisa bertambah dan bisa berkurang. Ilmu merupakan kata yang berasal
dari bahasa Arab, masdar dari: ‘alima- ya’lamu yang berarti tahu atau mengetahui dalam
bahasa Inggris ilmu biasanya dipadankan dengan kata science. Dalam bahasa Indonesia kata
science umumnya diartikan ilmu tapi sering juga diartikan dengan ilmu pengetahuan. Ilmu
adalah pengetahuan tentang sesuatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode–
metode tertentu yang dapat di gunakan untuk menerangkan gejala–gejala tertentu di bidang
pengetahuan itu.
Ajaran Islam sebagai mana tercermin dari Al-qur'an sangat kental dengan nuansa–
nuansa yang berkaitan dengan ilmu, ilmu menempati kedudukan yang sangat penting dalam
ajaran Islam. Keimanan yang dimilikioleh seseorang akan jadi pendorong untuk menuntut
ilmu, sehingga posisi orang yang beriman dan berilmu berada pada posisi yang tinggi di
hadapan Allah. Yang berarti juga rasa takut kepada Allah akan menjiwai seluruh aktivitas
kehidupan manusia untuk beramal shaleh. Dengan demikian nampak jelas bahwa keimanan
yang dibarengi dengan ilmu akan membuahkan amal–amal shaleh. Nurcholis Majid
menyatakan bahwa keimanan dan amal perbuatan beserta ilmu membentuk segi tiga pola
hidup yang kokoh. Ilmu, iman dan amal shaleh faktor menggapai kehidupan bahagia.
Ketenangan hati, kebahagiaannnya dan hilangnya kegundahan adalah keinginan setiap
orang,dengan itulah kehidupan yang baik, perasaan senang dan tentram dapat dicapai.

4
Sedangkan secara bahasa "amal" berasal dari bahasa Arab yang berarti perbuatan atau
tindakan, sedangkan saleh berarti yang baik atau yang patut. Menurut istilah, amal saleh ialah
perbuatan baik yang memberikan manfaat kepada pelakunya di dunia dan balasan pahala
yang berlipat di akhirat. Pengertian amal dalam pandangan Islam adalah setiap amal saleh,
atau setiap perbuatan kebajikan yang diridhai oleh Allah SWT. Dengan demikian, amal
dalam Islam tidak hanya terbatas pada ibadah, sebagaimana ilmu dalam Islam tidak hanya
terbatas pada ilmu fikih dan hukum-hukum agama. Ilmu dalam dalam ini mencakup semua
yang bermanfaat bagi manusia seperti meliputi ilmu agama, ilmu alam, ilmu sosial dan lain-
lain. Ilmu-ilmu ini jika dikembangkan dengan benar dan baik maka memberikan dampak
yang positif bagi peradaban manusia Kata amal artinya pekerjaan.
Dalam bahasa Arab kata amal dipakai untuk semua bentuk pekerjaan. Tidak seperti
anggapan sebagian masyarakat Muslim, yang mengembalikan kata amal dengan kata ibadah
dan memahaminya sebatas kegiatan ritual seperti pergi ke masjid, membaca Alquran, shalat,
puasa, haji, zakat, sedekah, dan sebagainya. Dalam Alquran, kata amal terbagi kepada
'amalus-shalih (pekerjaan baik) dan 'amalun ghairus-shalih (pekerjaan yang tidak baik).
'Amalun ghairus-shalih disebut pula dengan 'amalus-sayyi-ah (amal salah), termasuk pula ke
dalam kategori ini 'amalus-syaithan (pekerjaan setan) dan 'amalus-mufsidin (pekerjaan pelaku
kebinasaan). Umat Islam diperintah melakukan 'amalus-shalih dan wajib menjauhi 'amalus-
sayyi-ah. B. Hubungan antara Iman, Ilmu dan Amal Dalam Islam, antara iman, ilmu dan amal
terdapat hubungan yang terintegrasi kedalam agama Islam. Islam adalah agama wahyu yang
mengatur sistem kehidupan.
Dalam agama Islam terkandung tiga ruang lingkup, yaitu akidah, syari’ah dan akhlak.
Sedangkan iman, ilmu dan amal barada didalam ruang lingkup tersebut. Iman berorientasi
terhadap rukun iman yang enam, sedangkan ilmu dan amal berorientasi pada rukun Islam
yaitu tentang tata cara ibadah dan pengamalanya. Akidah merupakan landasan pokok dari
setiap amal seorang muslim dan sangat menentukan sekali terhadap nilai amal, karena akidah
itu berurusan dengan hati. Akidah sebagai kepercayaan yang melahirkan bentuk keimanan
terhadap rukun iman, yaitu iman kepada Allah, malaikat-malaikat Allah, kitab-kitab Allah,
Rosul-rosul Allah, hari qiamat, dan takdir. Meskipun hal yang paling menentukan adalah
akidah/iman, tetapi tanpa integritas ilmu dan amal dalam perilaku kehidupan muslim, maka
keislaman seorang muslim menjadi kurang utuh, bahkan akan mengakibatkan penurunan
keimanan pada diri muslim, sebab eksistensi prilaku lahiriyah seseorang muslim
melambangkan batinnya. Beriman berarti meyakini kebenaran ajaran Allah SWT dan
Rasulullah SAW. Serta dengan penuh ketaatan menjalankan ajaran tersebut.
5
Untuk dapat menjalankan perintah Allah SWT dan Rasul kita harus memahaminya
terlebih dahulu sehingga tidak menyimpang dari yang dikehendaki Allah dan Rasulnya. Cara
memahaminya adalah dengan selalu mempelajari agama (Islam). Iman dan Ilmu merupakan
dua hal yang saling berkaitan dan mutlak adanya. Dengan ilmu keimanan kita akan lebih
mantap. Sebaliknya dengan iman orang yang berilmu dapat terkontrol dari sifat sombong dan
menggunakan ilmunya untuk kepentingan pribadi bahkan untuk membuat kerusakan. Amal
Sholeh merupakan wujud dari keimanan seseorana. Artinya orang yang beriman kepada
Allah SWT harus menampakan keimanannya dalam bentuk amal sholeh. Iman dan Amal
Sholeh ibarat dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Mereka bersatu padu dalam
suatu bentuk yang menyebabkan ia disebut mata uang. Iman tanpa Amal Sholeh juga dapat
diibaratkan pohon tanpa buah. Hubungan ilmu dan amal dapat difokuskan pada dua hal.
Pertama, ilmu adalah pemimpin dan pembimbing amal perbuatan. Amal boleh lurus dan
berkembang bila didasari dengan ilmu. Dalam semua aspek kegiatan manusia harus disertai
dengan ilmu baik itu yang berupa amal ibadah atau amal perbuatan lainnya. Kedua jika orang
itu berilmu maka ia harus diiringi dengan amal. Amal ini akan mempunyai nilai jika dilandasi
dengan ilmu. Begitu juga dengan ilmu akan mempunyai nilai atau makna jika diiringi dengan
amal. Keduanya tidak dapat dipisahkan dalam perilaku manusia. Sebuah perpaduan yang
saling melengkapi dalam kehidupan manusia yaitu setelah berilmu lalu beramal. Ajaran Islam
sebagai mana tercermin dari Al-qur'an sangat kental dengan nuansa–nuansa yang berkaitan
dengan ilmu, ilmu menempati kedudukan yang sangat penting dalam ajaran Islam.
Keimanan yang dimiliki oleh seseorang akan jadi pendorong untuk menuntut ilmu,
sehingga posisi orang yang beriman dan berilmu berada pada posisi yang tinggi dihadapan
Allah yang berarti juga rasa takut kepada Allah akan menjiwai seluruh aktivitas kehidupan
manusia untuk beramal shaleh. Dengan demikian nampak jelas bahwa keimanan yang
dibarengi dengan ilmu akan membuahkan amal–amal shaleh. Maka dapat disimpulkan bahwa
keimanan dan amal perbuatan beserta ilmu membentuk segi tiga pola hidup yang kokoh.
Ilmu, iman dan amal shaleh merupakan faktor menggapai kehidupan bahagia.Tentang
hubungan antara iman dan amal, demikian sabdanya, “Allah tidak menerima iman tanpa amal
perbuatan dan tidak pula menerima amal perbuatan tanpa iman” [HR. Ath-Thabrani] .
Kemudian dijelaskan pula bahwa, “Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim” [HR. Ibnu
Majah dari Anas, HR. Al Baihaqi] . Selanjutnya, suatu ketika seorang sahabat Rasululah
SAW, Imran, berkata bahwasanya ia pernah bertanya, "Wahai Rasulullah, amalan-amalan
apakah yang seharusnya dilakukan orang-orang?". Beliau Saw. menjawab: "Masing-masing
dimudahkan kepada suatu yang diciptakan untuknya" [HR. Bukhari] “Barangsiapa
6
mengamalkan apa yang diketahuinya, niscaya Allah mewariskan kepadanya ilmu yang belum
diketahuinya.” [HR. Abu Na’im] . ”Ilmu itu ada dua, yaitu ilmu lisan, itulah hujjah Allah
Ta’ala atas makhlukNya, dan ilmu yang di dalam qalb, itulah ilmu yang bermanfaat.” [HR.
At Tirmidzi] .

C. Iman, Ipteks, dan Amal sebagai Kesatuan

Iman menurut arti bahasa adalah membenarkan dalam hati dengan mengandung ilmu
bagi orang yang membenarkan itu. Sedangkan pengertian iman menurut syari’at adalah
membenarkan dan mengetahui adanya Allah dan sifat-sifat-Nya disertai melaksanakan segala
yang diwajibkan dan disunahkan serta menjauhi segala larangan. Para sarjana muslim
berpandangan bahwa yang disebut ilmu itu tidak hanya terbatas pada pengetahuan
(knowledge) dan ilmu (science) saja, melainkan ilmu oleh Allah dituliskan dalam lauhil
mahfudz yang disampaikan kepada kita melalui Alquran dan As-Sunnah (segala sesuatu yang
bersumber dari Nabi Muhammad berupa perkataan, perbuatan, atau persetujuannya). Ilmu
Allah itu melingkupi ilmu manusia tentang alam semesta dan manusia sendiri. Jadi bila
diikuti jalan pikiran ini, maka dapatlah kita pahami, bahwa Alquran itu merupakan sumber
pengetahuan dan ilmu pengetahuan manusia (knowledge and science).  Dalam pandangan
Islam, antara agama, ilmu pengetahuan, teknologi dan seni terdapat hubungan yang harmonis
dan dinamis yang terinteraksi ke dalam suatu sistem yang disebut dinul Islam, didalamnya
terkandung tiga unsur pokok yaitu akidah, syariah, dan akhlak dengan kata lain iman, ilmu
dan amal shaleh.

Seandainya penggunaan satu hasil teknologi telah melalaikan seseorang dari zikir dan
tafakur serta mengantarkannya kepada keruntuhan nilai-nilai keagamaan maka ketika itu
bukan hasil teknologinya yang mesti disalahkan, melainkan kita harus memperingatkan dan
mengarahkan manusia yang menggunakan teknologi itu. Jika hasil teknologi sejak semula
diduga dapat mengalihkan manusia dari jati diri dan tujuan penciptaan sejak dini pula
kehadirannya ditolak oleh islam.

Islam merupakan ajaran agama yang sempurna, karena kesempurnaannya dapat


tergambar dalam keutuhan inti ajarannya. sebagaimana yang dinyatakan dalam Al-Qur’an
S.Ibrahim/14:24-25:

7
ۡ َ‫ب ٱهَّلل ُ َمثَاٗل َكلِ َم ٗة طَيِّبَ ٗة َك َش َج َر ٖة طَيِّبَ ٍة أ‬
‫ت َوفَ ۡر ُعهَا فِي ٱل َّس َمٓا ِء‬ٞ ِ‫صلُهَا ثَاب‬ َ َ‫أَلَمۡ ت ََر َك ۡيف‬
َ ‫ض َر‬

24. Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan


kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang)
ke langit,

ۡ َ‫ين بِإِ ۡذ ِن َربِّهَ ۗا َوي‬


ِ َّ‫ض ِربُ ٱهَّلل ُ ٱأۡل َمۡ ثَا َل لِلن‬
َ ‫اس لَ َعلَّهُمۡ يَتَ َذ َّكر‬
‫ُون‬ ِ ۢ ‫تُ ۡؤتِ ٓي أُ ُكلَهَا ُك َّل ِح‬
25. pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya.
Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu
ingat.

Didalamnya disebutkan   “Ayat di atas mengibaratkan  bangunan Dienul Islam


bagaikan sebatang pohon yang baik, iman diidentikkan dengan akar dari sebuah pohon
yang menopang tegaknya ajaran Islam. Ilmu diidentikkan dengan batang pohon yang
mengeluarkan dahan-dahan/cabang-cabang yang berupa ilmu pengetahuan. Sedangkan
amal ibarat buah dari pohon itu identik dengan teknologi dan seni.  ”.

Dari penjelasan tersebut di atas menggambarkan keutuhan antara iman, ilmu dan amal
atau syariah dan akhlak dengan dinul Islam (perumpamaan yang baik)  bagaikan sebatang
pohon yang baik. Ini merupakan gambaran bahwa antara iman, ilmu dan amal merupakan
suatu kesatuan yang utuh tidak dapat dipisahkan antara satu sama lain. Iman diidentikkan
dengan akar dari sebuah pohon yang menupang tegaknya ajaran Islam, ilmu bagaikan batang
pohon yang mengeluarkan dahan. Sedangkan amal ibarat buah dari pohon itu ibarat dengan
teknologi dan seni. IPTEKS yang dikembangkan di atas nilai-nilai iman dan ilmu akan
menghasilkan amal shaleh bukan kerusakan alam

D. Kewajiban Menuntut dan Mengamalkan Ilmu

Kewajiban menuntut ilmu telah diterangkan dalam Al-Quran dan Hadits. Belajar
merupakan sebuah kewajiban bagi setiap manusia, karena dengan belajar manusia bisa
meningkatkan kemampuan dirinya. Dengan belajar, manusia juga dapat mengetahui hal-hal
yang sebelumnya tidak ia ketahui. Selanjutnya, kita khususnya sebagai umat muslim haruslah
lebih memperhatikan lagi dalam hal belajar, karena di dalam agama Islam sudah dijelaskan
keutamaan bagi para penuntut ilmu.

Allah menerangkan anjuran untuk menuntut ilmu di dalam Al-Quran Q.S. Al-Mujadalah ayat
11:

8
۟ ‫ُوا يَ ْف َسح ٱهَّلل ُ لَ ُك ْم ۖ َوإ َذا قِي َل ٱن ُش ُز‬
‫وا‬ ۟ ‫ٰيَٓأَيُّهَا ٱلَّ ِذينَ َءامنُ ٓو ۟ا إ َذا قِي َل لَ ُك ْم تَفَ َّسح‬
۟ ‫ُوا فِى ْٱلم ٰ َجلِس فَٱ ْف َسح‬
ِ ِ ِ َ ِ َ
ُ ‫هَّلل‬
‫ت ۚ َوٱ ُ بِ َما تَ ْع َملونَ َخبِي ٌر‬ ٰ ْ ْ ۟ ُ ُ َّ ُ ۟
ٍ ‫وا يَرْ فَ ِع ٱهَّلل ُ ٱل ِذينَ َءا َمنوا ِمنك ْم َوٱل ِذينَ أوتوا ٱل ِعل َم د ََر َج‬
ُ َّ ۟ ‫فَٱن ُش ُز‬

Artinya: “Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah


dalam majlis”, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan
apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan
orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan
beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

Kutipan ayat tersebut menerangkan bahwa betapa Allah akan mengangkat derajat mereka
yang menuntut ilmu beberapa kali lebih tinggi daripada yang tidak menuntut ilmu. Isyarat ini
menandakan bahwa dengan ilmu lah manusia bisa menjadi lebih mulia, tidak dengan
hartanya apalagi nasabnya. Dalam sebuah Hadis pun disebutkan tentang keutamaan
mempelajari ilmu pengetahuan dalam Islam, Rasulullah SAW bersabda:

‫ك طَ ِريقًا يَ ْلتَ ِمسُ ِفي ِه ِع ْل ًما َسه ََّل هَّللا ُ لَهُ بِ ِه طَ ِريقًا إِلَى ْال َجنَّ ِة‬
َ َ‫َو َم ْن َسل‬
Artinya: “Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan
baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim, no. 2699)

Dari kedua dalil di atas menerangkan bahwa umat Islam diwajibkan untuk menuntut ilmu,
karena Allah telah berjanji di dalam Al-Qur’an bahwa barang siapa yang pergi untuk
menuntut ilmu maka Allah akan mengangkat derajatnya, dan Rasulullah juga menjelaskan
bahwa dengan belajar atau berjalan untuk mencari ilmu maka Allah akan memudahkan
jalannya menuju surga.

Kewajiban mencari ilmu dibebankan oleh setiap Muslim sebagaimana sabda Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam:

َ ‫طَلَبُ ْال ِع ْل ِم فَ ِري‬


‫ْضةٌ َعلَى ُكلِّ ُم ْسلِ ٍم‬
Artinya : “Menuntut ilmu itu wajib atas setiap Muslim” (HR. Ibnu Majah no. 224, dari
sahabat Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, dishahihkan Al Albani dalam Shahiih al-
Jaami’ish Shaghiir no. 3913).
Menuntut ilmu itu wajib bagi muslim maupun muslimah. Ketika sudah turun perintah Allah
SWT yang mewajibkan suatu hal, yang harus dilakukan setiap Muslim adalah sami’na wa
atha’na (kami dengar dan kami taat).

Ilmu dan amal dua sisi yang saling menyempurnakan.Ilmu tidak dicari kecuali untuk
diamalkan. Yang demikian ilmu terwujud dalam tingkah laku, pemikiran dan sikap
seseorang.Banyak nash yang memerintahkan wajibnya beramal setelah berilmu. Dan banyak
pula ancaman bagi yang tidak mengamalkan ilmunya.Fudhail ibn Iyadh mengatakan
“Seseorang masih dikatakan bodoh selama ia tidak mengamalkan ilmunya. Seseorang

9
mengamalkan ilmunya barulah dikatakan dia seorang yang alim.”Ungkapan ini berarti
apabila seseorang memiliki ilmu tapi tidak diamalkan berarti hakikatnya dia masih bodoh.
Karena tidak ada perbedaan antara dia dengan orang bodoh. Berdasarkan uraian
tersebuttidaklah dikatakan seseorang itu benar-benar alim, hingga ia mengamalkan ilmunya.

Dari Abu Mas’ud Uqbah bin Amir Al Anshari radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ِ َ‫َم ْن َد َّل َعلَى َخي ٍْر فَلَهُ ِم ْث ُل أَجْ ِر ف‬


‫اعلِ ِه‬
“Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti
pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893).

Kebaikan yang dimaksudkan dalam hadits ini adalah kebaikan agama maupun kebaikan
dunia. Berarti kebaikan yang dimaksudkan bukan hanya termasuk pada kebaikan agama saja.

Termasuk dalam memberikan kebaikan di sini adalah dengan memberikan wejangan, nasehat,
menulis buku dalam ilmu yang bermanfaat.

Bentuk pengajaran ilmu yang bisa diberikan ada dua macam:

 Dengan lisan seperti mengajarkan, memberi nasehat dan memberikan fatwa.


 Dengan perbuatan atau tingkah laku yaitu dengan menjadi qudwah hasanah, memberi
contoh kebaikan.

Khusus dakwah dengan qudwah hasanah, yaitu langsung memberikan teladan, maka jika ada
orang yang mengikuti suatu amalan atau meninggalkan suatu amalan karena mencontoh kita,
itu sama saja dengan bentuk dakwah pada mereka. Hal ini termasuk pada ayat,

‫ُوف َوتَ ْنهَ ْو َن َع ِن ْال ُم ْن َك ِر‬ َ ‫اس تَأْ ُمر‬


ِ ‫ُون ِب ْال َم ْعر‬ ْ ‫ُك ْنتُ ْم َخي َْر أُ َّم ٍة أُ ْخ ِر َج‬
ِ َّ‫ت لِلن‬
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang
ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar.” (QS. Ali Imran: 110).

Keutamaan Mengamalkan Ilmu

 Ia akan mendapatkan pahala semisal pahala orang yang ia ajarkan.


 Orang yang mengajarkan ilmu berarti telah melakukan amar ma’ruf nahi munkar,
demi baiknya tatanan masyarakat lewat saling menasehati.
 Termasuk bentuk saling tolong menolong dalam kebaikan dan takwa.
 Akan membimbing dan mewujudkan kehidupan bahagia pada tiap individu
masyarakat dengan adanya adab dan hukum Islam yang tersebar.

Semaksimal tingkatan seorang yang berilmu adalah mengamalkannya. Sungguh orang yang
menagamalkan ilmunya dia sungguh telah benar-benar menjaga ilmunya. Menjaga ilmunya

10
dari kepunahan, karena akan dikaji oleh murid-muridnya. Sekaligus amal jariyah bagi yang
mengamalkan ilmunya.

Sebagaimana yang dikatakan dalam Hadist:

“Jika seseorang meninggal dunia maka terputuslah semua amalnya kecuali tiga perkara
yaitu sodaqoh jariyah, ilmu yang diamalkan dan anak yang sholeh”. (H.R. Muslim no. 1631)

Intinya, ajarkanlah ilmu yang dimiliki walau satu ayat. Dari ‘Abdullah bin ‘Amr, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ً‫بَلِّ ُغوا َعنِّى َولَ ْـو آيَة‬


“Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat” (HR. Bukhari no. 3461).

Yang dimaksud dengan hadits ini adalah sampaikan kalimat yang bermanfaat, bisa jadi dari
ayat Al Qur’an atau hadits (Lihat Tuhfatul Ahwadzi, 7: 360).

E. Tanggung Jawab Ilmuwan dan Seniman


Rasulullah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan bahwa seorang
ilmuwan muslim mempunyai tanggung jawab, dan ia akan dimintai pertanggung jawaban atas
ilmu yang dimilikinya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

‫ «اَل تَ ُزو ُل قَ َد َما َع ْب ٍد يَوْ َم‬:‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬


َ ِ ‫ال َرسُو ُل هَّللا‬
َ َ‫ ق‬:‫ال‬ َ َ‫ ق‬،‫ع َْن أَبِي بَرْ َزةَ األَ ْسلَ ِم ِّي‬
‫ َوع َْن َمالِ ِه ِم ْن أَ ْينَ ا ْكتَ َسبَهُ َوفِي َم‬،‫ َوع َْن ِع ْل ِم ِه فِي َم فَ َع َل‬،ُ‫القِيَا َم ِة َحتَّى يُسْأ َ َل ع َْن ُع ُم ِر ِه فِي َما أَ ْفنَاه‬
ٌ ‫ هَ َذا َح ِد‬: ‫ وقال‬،‫ َوع َْن ِج ْس ِم ِه فِي َم أَ ْباَل هُ» (رواه الترمذي‬،ُ‫أَ ْنفَقَه‬
َ ‫يث َح َس ٌن‬
2417[ ‫ص ِحي ٌح‬

            Dari Abu Barzah Al-Aslami, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda: “Tidak bergeser kedua telapak kaki seorang hamba pada hari kiamat sehingga ia
ditanya tentang umurnya; dalam hal apa ia menghabiskannya,  tentang ilmunya; dalam hal
apa ia berbuat, tentang hartanya; dari mana ia mendapatkannya dan dalam hal apa ia
membelanjakannya, dan tentang pisiknya; dalam hal apa ia mempergunakannya”. (HR At-
Tirmidzi, dan ia berkata: “Ini hadits hasan shahih”, hadits no. 2417).

             DR. Yusuf Al-Qaradawi menjelaskan ada tujuh sisi tanggung jawab seorang ilmuwan
muslim, yaitu: 1) Bertanggung jawab dalam hal memelihara dan menjaga ilmu, agar ilmu
tetap ada (tidak hilang), 2) Bertanggung jawab dalam hal memperdalam dan meraih

11
hakekatnya, agar ilmu itu menjadi meningkat, 3) Bertanggung jawab dalam
mengamalkannya, agar ilmu itu berbuah, 4) Bertanggung jawab dalam mengajarkannya
kepada orang yang mencarinya, agar ilmu itu menjadi bersih (terbayar zakatnya), 5)
Bertanggung jawab dalam menyebarluaskan dan mempublikasikannya agar manfaat ilmu itu
semakin luas, 6) Bertanggung jawab dalam menyiapkan generasi yang akan mewarisi dan
memikulkan agar mata rantai ilmu tidak terputus, lalu, terutama, bahkan pertama sekali, 7)
Bertanggung jawab dalam mengikhlaskan ilmunya untuk Allah SWT semata, agar ilmu itu
diterima oleh Allah SWT.
Tidak saja ilmuan, seniman juga memiliki tanggung jawab untuk mengembangkan
dan mengajarkan seni yang diketahui dan dimilikinya. Ia juga beretanggung jawab bahwa
seorang seniman dengan seninya tidak akan mengajarkan kesenian yang justru menentang
Allah.
Seni adalah bagian kebutuhan manusia yang bertujuan untuk melembutkan perasaan
dan rasa kemanusiaan manusia. Rasa itu tidak hanya berhenti pada tatanan humanitas semata
tetapi juga harus mempertajam loyalitas dan kepekaan diri manusia kepada kebutuhan dan
teologisnya.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

12
DAFTAR PUSTAKA
https://pdfcoffee.com/iman-ilmu-dan-amal-sebagai-kesatuan-pdf-free.html

http://riakapuas.blogspot.com/2011/10/ipteksiman-dan-amal-sebagai-kesatuan.html

http://puspytaindrian.blogspot.com/2011/01/tugas-agama-iman-iptek-dan-amal-sebaasi.html

https://www.gontor.ac.id/berita/kewajiban-menuntut-ilmu-dalil-dari-al-quran-dan-hadits
https://kumparan.com/berita-hari-ini/hadist-menuntut-ilmu-perintah-dan-keutamaannya-bagi-
umat-islam-1ughI7xmK2J/full
https://rumaysho.com/9641-keutamaan-mengajarkan-ilmu.html
https://dppai.uii.ac.id/adab-orang-berilmu/
http://malianarajalan.blogspot.com/2017/02/tanggungjawab-muslim-terhadap.html
Tim MPK Pendidikan Agama Islam UNIMED, ISLAM KAFFAH (Pendidikan Agama Islam
Untuk Perguruan Tinggi), Medan: Perdana Publishing, 2021.

13

Anda mungkin juga menyukai