Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH AVERTEBRATA AIR

FILLUM ANNELIDA

Oleh :

DELIA PUTRI HEDIANTI 205080500111045


MUHAMMAD DAFFA FAHREZA Y 205080500111049
HAURA NIKEN ALFIONITA 205080500111061

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN

JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan

makalah Avertebrata Air ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari

penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Avertebrata

Air pada Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan Universitas Brawijaya. Penyusunan makalah ini juga bertujuan untuk

menambah wawasan tentang Avertebrata Air bagi para pembaca dan juga bagi

penulis.

Kami sangat berterima kasih kepada Bapak/Ibu dosen Avertebrata

Air yang telah memberikan sebagian ilmunya sehingga dapat menambah

pengetahuan dan wawasan kami guna menyelesaikan makalah ini. Kami juga

mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu secara

langsung maupun secara tidak langsung sehingga kami dapat menyusun

makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah yang kami susun masih jauh dari

kata sempurna. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang

membangun demi kesempurnaan makalah ini kedepannya.

Malang, 20 April 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1
1.1 Latar Belakang............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................2
1.3 TUJUAN......................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................3
2.1 Deskripsi Umum Filum Annelida.................................................................3
2.2 Habitat dari filum annelida...........................................................................3
2.3 Klasifikasi dari filum annelida......................................................................4
1. Kelas Hirudinea.........................................................................................4
2. Kelas Polychaeta.......................................................................................6
3. Kelas Oligochaeta......................................................................................9
2.4 Siklus hidup annelida................................................................................14
2.5 Peranan Annelida dalam kehidupan..........................................................14
BAB III PENUTUP..............................................................................................15
3.1 Kesimpulan...............................................................................................15
3.2 Saran........................................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................16

iii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Annelida yang sering juga disebut Annulata adalah salah satu jenis

cacing yang bersegmen. Jika dilihat dari namanya Annelida yang berasal dari

bahasa latin, Annulus berarti cincin dan Oidos berarti bentuk. Tubuhnya yang

bersegmen menyerupai cincin itu sehingga banyak yang menyebutnya cacing

gelang. Annelida merupakan salah satu filum invertebrata yang memiliki struktur

tubuh yang jauh lebih sempurna dibandingkan filum-filum invertebrata lainnya.

Tubuhnya berongga (celomata) dan tripoblastik.

Beberapa spesies cacing yang termasuk ke dalam filum Annelida hidup di

dalam air tawar, air laut dan juga di darat serta ada juga yang hidup sebagai

parasit. Tubuhnya berkutikula dan licin. Filum Annelida terdiri dari cacing

berbuku-buku seperti cacing tanah. Perkembangan buku-buku badan ini

memungkinkan adanya pembentukan fungsi yang berbeda dalam ruas badan

(segmentasi) yang berbeda. Annelida memiliki coelom yang besar untuk

mengakomodasi organ dalam yang lebih kompleks. Terdapat sekitar 12,000 jenis

di laut, air tawar dan daratan, terbagi menjadi tiga kelas yakni kelas Polychaeta

(cacing berambut banyak), Oligochaeta (cacing berambut sedikit), dan Hirudinea.

1
1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana ciri-ciri umum (morfologi dan anatomi) dari filum annelida?

2. Dimana habitat tempat hidup annelida?

3. Bagaimana klasifikasi dari filum annelida?

4. Bagaimana siklus hidup annelida?

5. Bagaimana peranan annelida bagi kehidupan sehari-hari?

1.3 TUJUAN

1. Mengetahui karakteristik atau ciri umum dari filum annelida

2. Mengetahui habitat dari filum annelida

3. Mengetahui dan memahami pengklasifikasian yang ada dalam filum


annelida

4. Memahami siklus hidup dari filum annelida

5. Mengetahui peranan annelida bagi manusia

2
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Deskripsi Umum Filum Annelida

Annelida berasal dari bahasa latin (kata annulus yang berarti cincin

dan oidos yang berarti bentuk), dari namanya Annelida dapat disebut sebagai

cacing yang bentuk tubuhnya bergelang-gelang atau disebut juga cacing

gelang. Pada Annelida terdapat selom yang oleh septum-septum dibagi

menjadi beberapa kompartemen. Annelida merupakan hewan simetris bilateral,

mempunyai sistem peredaran darah yang tertutup dan sistem saraf yang

tersusun seperti tangga tali. Pembuluh darah yang utama membujur sepanjang

bagian dorsal sedangkan sistem saraf terdapat pada bagian ventral. Annelida

memiliki sistem digesti, saraf, ekskresi dan reproduksi yang bersifat metamerik.

Cacing-cacing yang termasuk dalam Filum Annelida ini, tubuhnya bersegmen-

segmen.

2.2 Habitat dari filum annelida

Mereka hidup di dalam tanah yang lembab, dalam laut, dan dalam air

tawar, pada umumnya Annelida hidup bebas, ada yang hidup dalam liang,

beberapa bersifat komensal pada hewan-hewan aquatik, dan ada juga yang

bersifat parasit pada vertebrata. Filum Annelida merupakan organisme yang

tergolong dalam hewan makrozoobentos yang dimana dengan adanya hewan

Annelida dapat diketahui suatu perairan tercemar atau tidak tercemar.

Annelida hidup relatif menetap di suatu substrat sehingga keberadaan ataupun

ketidak beradaannya dapat memberikan gambaran kondisi perairan tempat

hidupnya. Kelompok hewan ini berperan penting dalam rantai makanan, karena

Annelida salah satu mata rantai proses penguraian bahan organik dan sumber

makanan bagi organisme lain.

3
2.3 Klasifikasi dari filum annelida

Secara Umum, Filum Annelida dibagi menjadi 3 (tiga) kelas, yaitu

Polychaeta, Oligochaeta, dan Hirudinea, pembagian ke dalam kelas terutama

didasarkan pada segmentasi tubuh. seta, parapodium, sistem sirkulasi, ada

tidaknya batil isap, dan sistem reproduksi. Contoh spesies annelida yang terkenal

adalah cacing tanah (Lumbricus sp.) cacing ini hidup di tanah, makanannya

berupa sisa tumbuhan dan hewan. Para ahli biologi menyatakan bahwa cacing

tanah mempunyai peranan yang penting dalam menggemburkan tanah. Karena

hidup di dalam tanah, cacing ini membuat liang-liang sehingga tanah menjadi

berpori dan mudah diolah.

1. Kelas Hirudinea

a. Habitat

Anggota kelas ini hidup parasitis atau bahkan sebagai predator.

Ditemukan dalam air tawar atau di darat. Anggota pada kelas ini tidak

mempunyai parapodia atau setaesetae. Tubuhnya dengan 33 segmen ditambah

lagi dengan prostomium. Mempunyai alat pengisap posterior atau anterior.

Bersifat hermafrodit. Selom reduksi oleh karena terbentuknya jaringan ikat yang

berlebihan. Contoh pada kelas ini adalah Hirudo medicinalis (lintah).

b. Morfologi dan Anatomi

Dalam keadaan biasa, lintah mencapai panjang 5-8 cm, pipih

dorsoventral, dengan 26 metamer tetapi dari luar nampak tiap metamer itu

mempunyai 2-5 anulasi (cicin yang melingkari tubuh). Pada lintah tidak ada setae

dan parapodia. Pada sebelah anterior terdapat sebuah pengisap oral, dan pada

sebelah posterior ada lagi sebuah. Kedua pengisap itu untuk menepel pada

inang sewaktu mengisap darah. Mulut mempunyai 3 buah rahang dari kitin yang

4
tersusun dalam segitiga. Tiap rahang tertutup dengan serasi (gigi kecil seperti

pada gergaji). Segmen 9-11 berfungsi sebagai klitelum.

c. Sistem Digesti

Mulut dari mulut terus ke faring yang berotot (segmen 4-8) dan di kelilingi

dengan kelenjar ludah. Kelenjar ini mengeluarkan secret yang

mengandungbahan anti koagulasi (mencegah mengentalnya darah). Dari faring

terus ke tombolok (crop) yang dilengkapi dengan 11 pasang kantung lateral,

memanjang sampai segmen segmen ke18. Kantung-kantung yang memanjang

itu kemudia bersatu lagi menjadi lambung yang di sebelah dalamnya terdapat

lipatan-lipatan spiral internal, yang berguna untuk mencerna darah yang mengalir

dari tembolok secara berangsur-angsur (gradually). Kantung-kantung tembolok

itu itu berguna untuk menyimpan darah. Jumlah darah yang di simpan dalam

krop dapat mencapai berat 3 kali berat lintah itu sendiri. Untuk mencerna darah

sebanyak itu diperlukan waktu 3 bulan. Dari lambung saluran digesti melanjut ke

usus, rectum, dan berakhir sebagai anus di sebelah posterior.

d. Sistem Respirasi dan Sirkulasi

Pernapasan berlangsung melalui kulit. Darah yang mengandung

hemoglobin (sebagai larutan) mengalir dalam pembuluh-pembuluh longitudinal

yang berotot di sebelah lateral tubuh. Di sebelah dorsal dan ventral tubuh juga

ada sinus-sinus berdinding tipis yang secara tidak langsung menghubungkan

pembuluh-pembuluh longitudinal berotot itu dengan rongga-rongga dalam selom.

Selom pada lintah telah tereduksi menjadi kecil. Beberapa ahli menduga bahwa

rongga-rongga kecil dan sinussinus itu sebenarnya merupakan bagian-bagian

selom yang tereduksi.

5
e. Sistem Ekskresi

Setiap segmen dari segmen ke-7-23 berisis nefridia yang berpasanagan.

Masingmasing nefridia mempunyai ekspansi berupa vesikula yang berbentuk

gelembung dan merupakan muara saluran ekskresi.

f. Sistem Saraf dan Perasa

Sistem saraf pada lintah sama seperti pada cacing tanah, tetapi pada

lintah ganglionganglion ventralnya lebih jelas, sedangkan ganglion serebral lebih

kecil. Lintah bermata 10 buah (5 pasang) dan terdapat pada 5 segmen pertama.

Pada segmen-segmen selanjutnya terdapat organ-organ sensoris.

g. Reproduksi dan Perkembangan

Lintah itu hermafrodit dengan beberapa pasang testes dan satu pasang

ovarium. Untuk reproduksi diperlukan fertilisasi silang. Massa sel sperma

(spermatofor) yang telah mengental (aglutinasi) dimasukkan kedalam vagina

lintah partnernya melalui penis. Fertilisasi berlangsung secara internal dan

perkembangan terjadi dalam kokon seperti pada cacing tanah. Tiap telur yang

dibuahi menjadi zigot dan tumbuh menjadi lintah-lintah kecil dalam kokon. Kokon

di letakkan dalam alam bebas.

h. Nilai Ekonomis

Pengobatan tradisional untuk menyembuhkan bengkak-bengkak, sakit

gigi dengan menggunakan Hiruda medicinalis. Pada jenis Hiruda yaitu

Philobdella dan Macrobdella memiliki habitat di sawah dan merupakan gangguan

kecil pada kerbau dan manusia.

6
2. Kelas Polychaeta

a. Morfologi, Anatomi dan Klasifikasi kelas Polychaeta

Polychaeta mempunyai anggota sekitar 6.000 spesies. Nama lain

Polychaeta adalah Lug worm (cacing bor), Clam worm (cacing kerang), Bristle

worm (cacing rambut/bulu) dan Sea mouse (tikus laut). Umumnya hidup di laut,

beberapa hidup di air tawar atau payau. Polychaeta ini melimpah di zona

intertidal (16.405 kakil 5.000 m). Hidupnya melekat di laut, mengapung dekat

permukaan, di lubang atau terowongan di pasir atau Lumpur. Ukuran tubuhnya

sekitar 2 mm — 10 meter ada yang mencapai 70 cm — 1 meter yaitu Nereis sp

dan Eunice sp. Warna pada umumya cemerlang atau mencolok yang warnanya

sangat dipengaruhi adanya sel pigmen Chromatophore. Sel pigmen ini sel-selnya

memiliki banyak cabang mengandung granula-granula pigmen yang berasosiasi

dengan integumen.

b. Sistem Pencernaan Pada polychaeta

Mempunyai saluran pencernaan berupa tabung lurus dengan urutan

mulut, pharynk, esoph agus, perut dan saluran usus. Pada beberapa kelompok

mempunyai pharink yang menonjol yang dilengkapi dengan rahang (jaw) atau

gigi yang keras atau keduanya, rnernpunyai glandula yang mensekresikan bisa

untuk melumpuhkan mangsanya. Pada saluran pencernaannya juga mempun yai

enzim pencernaan yang membantu propes pencernaan makanan yang

diproduksi oleh glandula saluran usus.

c. Sistem Pernafasan dan Sirkulasi Sistem pernafasan

Polychaeta tidak mempunyai struktur yang nyata. Pada umumnya

permukaan tubuh mempunyai fungsi sebagai pertukaran gas, tetapi ada anggota

dari kelas ini me punyai insang yang jelas. Beberapa insang tersebut terdapat

pada bagian notop odium atau neuropodium yang dilengkapi den gan aliran

7
darah, yang lain berasal d an dinding tubuh bagian dorsal dan pada dasarnya

merupakan bagian dan noto odium juga. Tipe insang ini mempunyai filament-

filament sederhana atau bercabang-cabang seperti sisir, seperti bulu atau seperti

pola semak-semak. Sirkulasi air melalui respirasi permukaan tubuh dihubungkan

denga n aktivitas silia epidermal. Pergeraka menggelombang tubuh atau gerakan

d ari insang merupakan hal yang penting dalam proses respirasi kelas ini. Pada

Polycaeta yang hidup di liang-liang atau di b awah permukaan pasir atau lumpur,

gerakan peristaltik tubuh dan gerakan parapod ia akan menciptakan arus atau

aliran respirasi.

d. Sistem Syaraf

Otak polychaeta terdiri dan 2 lobi yang terletak pada daerah prostom ium

bagian dorsal. Otak ini mengkoordinasikan sistem saraf pada bagian palpus, ante

nna, mata dan organ nuchal yang meru pakan organ perasa. Sepasang jaringan

saraf di daerah pharink (circumpharyngeal) atau di daerah esophagus

(circumesophageal) m engelilingi bagian anterior saluran usus dan

menghubungkan otak dengan tali sar af ventral.

e. Sistem Reproduksi (Siklus hidup)

Sistem reproduksi pada Polychaeta meliputi reproduksi aseksual dan

seksual. Reproduksi aseksual terdapat pada Cirratulids, Syllids, Sabellid dan

spionid. Reproduksi aseksual dengan tumbuh tunas dan bagian tubuh dalam dua

bagian atau sejumlah fragmen. Reproduksi seksual (diocious) terdapat pada

sebagian besar Polychaeta. Pada banyak peristiwa fertilisasi telur oleh sperma

terjadi di luar tubuh. Fertilisasi umumnya terjadi pada malam hari saat bulan

purnama. Pada sebagian Polychaeta meletakan telumya bebas di dalam laut.

dan telur-telur menjadi planktonik. Pada beberapa Polychaeta meletakan telurnya

di dalam lubang atau terowongan.

8
f. Sistem Ekskresi

Organ ekskresi polychaeta adalah Nephridia yang umumnya terdapat

satu pasang tiap segmen. Bagian ujung anterior dan saluran nephridia (nephridia

tubule) pada rongga coelom di tengah segmen dengan saluran nephridia terbuka

keluar (nephridiapore). Kanal nephridia menembus septa pemisah segmen

sampai segmen berikutnya, saluran ini me ggulung dan kemudian terbuka keluar

pada bagian neuropodium. Berdasarkan bentuknya, Polychaeta mempunyai dua

macam sistem ekskresi yaitu Protonephridia atau Metanephridia. Polychaeta

yang mempu nyai sistem pembuluh darah tertutup (pada 9 familia dan semua

larva) mempunyai sistem ekskresi Protonephndia. Anggota familia Polychaeta

yang lain (81 famili) mempunyai system Metanephridia. Sistem Metan ephridia

berupa tabung sekretori yang selalu terbuka ke bagian luar melalui nephridia

hore yang berakhir pada suatu rongga coelom.

g. Nilai Ekonomonis

Cacing laut Polychaeta dikenal memiliki nilai ekonomis yang cukup

potensial. Sebab Polychaeta telah diketahui kegunaan dan nilai ekonomisnya,

yakni sebagai bioindikator pencemaran dan pakan alami tinggi protein bagi ikan

atau udang-udangan.

3. Kelas Oligochaeta

a. Morfologi, Anatomi dan Kiasifikasi Oligochaeta

Anggota kelas Oligochaeta mempunyai panjang antara 0,5 mm — 3 m.

Kepala berbentuk kerucut yang sederhana tanpa alat sensori. Oligochaeta

mempunyai tubuh yang bersegmen, tiap segmen mengandung setae yang

tersusun dalam 4 pasang. Setae pada cacing di air tawar lebih panjang daripada

cacing yang hidup di darat. Setae dan cacing sebagai alat peraba. Jumlah

segmen diantara prostomium (anterior) dan pygidium 100 - 150 segmen. Mulut

9
terdapat pada bagian ventral dan peristomium yang merupakan segmen pertama

dari cacing. Anus terdapat pada ujung dari pygidium. Pada segmen mengandung

delapan setae yang tersusun dalam empat pasang setae, dua pada bagian

ventral dan dua pasang yang terdapat pada bagian ventolateral. Pada segmen

juga terdapat lubang metanephridia (alat ekskresi) yang terdapat pada daerah

rolateral.

b. Sistem Pencernaan Oligochaeta

Saluran makanan (gut) merupakan tabung lurus yang panjang dan mulut

sampai anus dengan differensiasi lubang buccal (mulut), pharink, oesophagus,

crop (tembolok), gizzard (empedu) dan saluran pencernaan (intestinal). Mulut

terletak pada bagian bawah dan kepala, dengan bentuk relatif sederhana.

Lubang buccal pendek dan mulut melalui dua segmen. Pharink berlendir dan

glandular mengandung kelenjar pharyngeal sebagai masa putih. Oesophagus

berupa tabung sempit. Crop merupakan tembolok sebagai modifikasi bagian

belakang oesophagzis, sebagai tempat penyimpanan berdinding tipis. Gizard

membantu pencernaan. Intestinal berupa lubang lurus pada sebagian panjang

tubuhnya, sedikit mengerut pada tiap septum, terdapat lipatan-lipatan longitudinal

sehingga permukaannya menjadi luas (disebut Typhiosol) yang dibangun dan

dinding dorsal.

c. Sistem Sirkulasi dan Pernafasan kelas Oligochaeta

Sistem sirkulasi mempunyai pembuluh darah kontaktil yang disebut

sebagai jantung. Sistem pernafasan pada Oligochaeta mempunyai struktur

khusus dan nggunakan pembuluh kapiler pada dinding tubuhnya untuk

pertukaran respirasi. Oksigen yang larut air tanah masuk secara difusi melalui

epidermis yang basah. Pembuluh darah dorsal yang mengelilingi jaringan

chloragogen di atas usus berfungsi sebagai jantung (heart). Jantung ini dengan

10
gerakan peristaltic muscular untuk memompa Pembuluh darah segmen yang

membesar pada segmen ke-7 sampai 11 juga berfungsi sebagai pengatur

tekanan darah. Darah mengalir melalui pembuluh darah. Pembuluh darah

segmen yang membesar pada segmen ke-7 sampai 11 juga sebagai pengatur

tekanan darah. Darah mengalir melalui pembuluh darah ventral mengelilingi bag

an bawah usus. Pembuluh darah ventral membawa c!arah ke dinding tubuh,

percabangan yang pada daerah kepala.

d. Sistem Saraf kelas Oligochaeta

Bagian-bagian yang nyata terlihat dan system saraf yaitu dua lobus otak

yang terdapat di atas pharink pada segmen ke-tiga, dan otak ini dilanjutkan

simpul saraf (ganglia) subpharingeal pada segmen ke-empat. Pada gambar

menunjukan bahwa pada prostomium terdapat serabut-serabut saraf yang

berasal dan saraf bagian depan ganglia subpharingeal. Tali saraf ventral

merupakan lanjutan dan ganglion subpharingeal ke arah bagian posterior sampai

akhir tubuh cacing. Pada tiap segmen terdapat simpulsimpul saraf yang

membesar (membengkak) dan terdapat tiga serabut-serabut saraf segmen yang

besar yang mengarah ke bagian tengah sampai bagian dorsal. Tiga serabut

saraf segmen terdapat mulai dari ganglion subpharingeal ,dan muncul secara

teratur ke arah dinding lateral. Adanya serabut saraf ini akan meneruskan

(mengirim) impuls secara cepat.

e. Sistem Reproduksi (Embriogenesis)

Semua Oligochaeta bersifat hermaphrodite, dan hampir semua melalui

pembuahan (fertilisasi) internal silang dengan kopulasi. Organ reproduksi jantan

dan betina dan sistem reproduksi terdapat pada beberapa segmen dekat anterior

tubuh. Oligochaeta mempunyai dua pasang testes yang terdapat pada segmen

10 dan 11. Testes memproduksi spermatogonia yang terdapat di dalam tiga

11
pasang kantung yang disebut kantong sperma (seminal vesicle) yang sederhana

di dalam rongga tubuh (coelom) diantara segmen 9 dan 12. Sperma matang

akan dipindah ke kantong sperma. Pada segmen 12 terdapat dua saluran

(pembuluh) yang masing-masing ke arah lubang ventrolateral pada segmen ke-

15. Sistem reproduksi pada yang betina mempunyai dua pasang ovarium yang

terdapat pada segmen ke- 13. Pertumbuhan telur (oogonia) dilepas dan ovarium

masuk ke dalam sepasang kantung telur ,pada segmen ke-14, tetapi kantung

telur ini terbuka pada segmen ke-13. Oogonia menjadi oocyte dan mencapai

oviduct pada segmen ke13, kemudian ke lubang ventrolateral pada segmen 14.

Pada system reproduksi betina kantung sperma pada segmen 9 dan 10.

f. Sikius flidup kelas Oligochaeta

Telur dan cacing tanah terdapat pada kokon (oothecae) yang biasanya

diletakan di bawah dekat permukaan tanah. Jika tanah terlalu basah, maka

cacing tanah ini sering meletakan telurnya di permukaan tanah, tetapi jika tanah

terlalu kering maka telur diletakan di dalam tanah yang Iebih dalam. Pada

umumnya cacing tanah (oligochaeta) menghasilkan telur sepanjang tahun, ketika

temperatur, pH tanah, kelembaban tanah, cadangan makanan dan faktor

lingkungan cukup mendukung kehidupan cacing tanah. Kokon yang dihasilkan

pada masing-masing spesies cacing sangat bervariasi. Perkembangan telur

setelah fertilisasi di dalam ovarium, berubah menjadi oogonia yang kemudian

membelah menjadi bentuk oocytes. Kemudian bertambah besar dan

mengandung kuning telur. Oocytes akan lepas dari ovarium dan masuk ke dalam

ovisacs, dimana akan lepas sampai bagian peritoneum. Ketika oocytes matang,

maka telur akan dilepas dari oviduct ke lubang betina (female apertute) yang

kemudian dalam waktu yang bersamaan kokon disekresikan oleh klitelum.

Cacing mensekresikan kokon pada deposit telur dan sperma, kemudian terjadi

12
pembuahan dan perkembangan telur terjadi di dalam kokon. Ketika cacing muda

muncul mirip seperti cacing dewasa. Kokon disekresikan pada bagian glandular

dan klitelum yang terdiri dan beberapa segmen yang tipis. Klitelum dan cacing

tanah sangat menyolok mata dengan bagian berbentuk pelana dekat bagian

anterior cacing tanah.

g. Peranan bagi Kehidupan Manusia (Manfaat dan Kerugiannya)

Secara umum kelompok Annelida (kelas oligochaeta) mempunyai

peranan yang sangat membantu kehidupan manusia yaitu:

1) Sebagai penghasil pupuk organik

Pupuk organik dihasilkan dan proses pengomposan atau perombakan

bahan organik pada kondisi Iingkungan yang lembab oleh sejumlah mikroba

ataupun organisme pengurai. Salah satu organisme pengurai adalah cacing

tanah.

2) Sebagai pendaur ulang limbah

Akhir-akhir ini masalah limbah menjadi sangat serius dibicarakan setiap

pakar Iingkungan. Limbah ini dapat berupa limbah rumah tangga maupun limbah

industri.

3) Sebagai bahan baku pakan ternak dan ikan

Selama ini sumber protein dalam penyusunan ransum unggas dan ikan

masih berasal dari tepung ikan. Tepung ikan ini kebanyakan diimpor dari luar

negeri karena produksi dalam negeri belum mampu memenuhi kebutuhan yang

ada. Dan basil penelitian diperoleh bahwa tepung ikan dapat digantikan dengan

tepung cacing tanah.

4) Sebagai bahan baku obat dan kosmetik

13
Sudah sejak lama obat tradisional dikenal masyarakat Indonesia. Salah

satu sumber obat tradisional tersebut adalah cacing tanah. Masyarakat telah

menggunakan cacing tanah ini sebagai obat penyakit tifus dengan pengolahan

yang sederhana. Ekstrak cacing tanah mampu menghambat pertumbuhan

bakteri patogen yang menyebabkan penyakit tifus dan diare.

5) Sebagai bahan baku makanan dan minuman

Di Jepang dan beberapa negara Eropa, cacing dijadikan makanan

manusia. Di Australia dilaporkan ada masyarakat yang melahap cacing yang

masih hidup karena dipercaya dapat menyegarkan badan. Di Jepang di kenal

sebagai Vermijuice yang merupakan minuman segar dengan cacing sebagai

bahan baku utama yang berkhasiat menyembuhkan sakit kepala. Makanan yang

lain adalah worm burger, worm spaghetti, crispy earthworm dan verne de terre.

2.4 Siklus hidup annelida

Annelida adalah hewan hemafrodit. Setiap individunya memiliki organ

reproduksi jantan dan betina. Namun, annnelida tidak dapat bereproduksi tanpa

kontribusi dari pasangan. Berikut ini siklus hidup annelida, yaitu:

1. Tahap Telur Peletakan


2. Tahap Larva
3. Tahap Dewasa Habitat

2.5 Peranan Annelida dalam kehidupan

Annelida ada yang bersifat merugikan dan menguntungkan, namun

sebagian besar Annelida bersifat menguntungkan bahkan ada yang dapat

dijadikan sebagai bahan konsumsi di beberapa daerah, contohnya cacing wawo

(Lysidice oele), dan cacing palolo ( Eunice viridis). Kedua cacing tersebut biasa

dikonsumsi oleh manusia di beberapa tempat di Indonesia. Selain itu, beberapa

contoh spesies Annelida yang menguntungkan antara lain: Lumbricus rubella

14
yang memegang peranan penting bagi agroekosistem, cacing tersebut

memproses sampah tanaman dan mengubahnya menjadi permukaan tanah

sehingga kaya nutrisi. Cacing tersebut juga berperan sebagai dekomposer dan

menghasilkan senyawasenyawa bioaktif dan enzim-enzim penghancur benda

mati sehingga tidak mengherankan jika cacing dijadikan bahan pengobatan

contohnya untuk typhus dan bahan pembuat kosmetik. Selain itu ada juga

spesies yang biasa digunakan dalam ilmu kedokteran yaitu Hirudo medicinalis.

Annelida berperan sebagai detritivor dalam ekosistem.

15
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Annelida yang sering juga disebut Annulata adalah salah satu jenis

cacing yang bersegmen. Annelida merupakan hewan simetris bilateral

ceolomata, mempunyai sistem peredaran darah yang tertutup dan sistem syaraf

yang tersusun seperti tangga tali. Annelida memiliki system digesti, saraf,

ekskresi dan reproduksi yang bersifat metamerik. Habitat Annelida umumnya

berada di dasar laut dan perairan tawar, dan juga ada yang sebagian hidup di

tanah atau tempat-tempat lembab. Annelida hidup di berbagai tempat dengan

membuat liang sendiri. Filum Annelida dibagi menjadi 3 (tiga) kelas berdasarkan

segmentasi tubuh, yaitu: Polychaeta, Oligochaeta, dan Hirudinea. Siklus hidup

Annelida adalah telur-larva (trokofor)-dewasa dalam habitat dewasa. Peranan

Annelida bagi Kehidupan manusia, sebagai berikut diantaranya: Untuk

dikonsumsi, Untuk pengobatan sedot lintah, Sebagai decomposer dalam

ekosistem, dll.

3.2 Saran

Penulis menyadari sepenuhnya jika makalah ini masih banyak kesalahan

dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu, untuk memperbaiki makalah tersebut

penulis meminta kritik yang membangun dari para pembaca.

16
DAFTAR PUSTAKA

Azhari, N., dan Nofisulastri. 2018. Identifikasi jenis annelida pAda habitat sungai
Jangkok Kota Maaram. Jurnal Ilmiah Biologi. 6(2).

Kusnadi, A. 2015. Struktur komunitas annelida sebagai bioindikator pencemaran


sungai Ancar Kota Mataram dan upaya pembuatan poster untuk
pendidikan masyarakat. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Biologi.
Halaman 1-8

Mambrasar, R.E., Krey, K., dan Ratnawati, S. 2018. Keanekaragaman,


kerapatan, dan dominansi cacing tanah di bentang alam pegunungan
arfak. Jurnal Biologi. 1(1):22-30.

Soors, Jan et al. 2013. Bratislavia dadayi (Michaelsen, 1905) (Annelida: Clitellata:
Naididae): a new non-indigenous species for Europe, and other non-
native annelids in the Schelde estuary. Journal Aquatic Invasions 8(1):
37-44

Brotodjoyo, Hikayat Djarubito. 1989. Zoologi Dasar. Erlangga: Jakarta

Brusca, RC. and Brusca, G.J. 1990. Invertebrates. Philadelphia: Sinauer


Associated

17

Anda mungkin juga menyukai