Anda di halaman 1dari 11

2.

7 Sistem Reproduksi Protozoa

Sistem reproduksi pada Protozoa dibedakan menjadi dua, yaitu:

a. Seksual antara gamet jantan dan betina

b. Aseksual, meliputi:

 Binary Fission, yaitu pembelahan menjadi 2 inti dengan proses mitosis

dan pembelahan sitoplasma dengan proses sitogenesis.

 Multiple Fission, yang menghasilkan beberapa individu yang identik

dengan proses Schizogony dan Sporogony (seperti Schizogony tetapi

terjadilah setelah penggabungan gamet).

2.8 Klasifikasi Protozoa

Berdasarkan klasifikasi menurut pergerakaannya, Protozoa dibagi menjadi 4

kelompok kelas yakni:

a. Sarcodina atau Rhizopoda (Sarcodines atau Amoeboids): pergerakan

dengan kaki dengan Pseudopodia dan mengerutkannya kembali.

b. Ciliopora (Ciliates atau Infusoria): lokomosi dengan cilia.

c. Zoomastigina (Zooflagellates/Flagellates): pergerakan dengan flagella.

d. Sporozoa (Sporozoans): pergerakan tidak terdapat pada dewasa.

2.8.1 Kelas Sarcodina atau Sarcodines atau Rhizopoda

Hewan ini biasanya bergerak dilakukan dengan mengeluarkan badan

semunya atau Pseudopodium (Pseudopodia). Ordo yang termasuk ke dalam

kelas ini adalah ordo Foraminifera dan Radiolaria, serta satu sub ordo yakni

Heliozoa. Contoh dari Sarcodina bagian sitoplasmanya memanjang:

Amoeba, heterotrophic; beberapa parasit, dijumpai hampir di seluruh tempat,

dan mempunyai Pseudopodia.


a. Ordo Foraminifera

Semua Foraminifera mempunyai cangkang, terdiri atas kitin atau kapur,

beberapa cangkang terbentuk dari gelatin dan silika, dan lainnya berasal dari

bahan dari luar tubuh yang dijadikan satu. Foraminifera terdapat 2 tipe yakni:

(1) yang tidak berlubang-lubang, mempunyai lubang tunggal melalui lubang

ini menjulur kaki-semu, dan (2) yang berlubang-lubang, yakni sebagai

tambahan mempunyai banyak lubang dan melalui lubang-lubang ini suatu

jaringan kaki-semu menjulur. Melalui lubang-lubang tersebut, protoplasma

menjulur keluar dan mengerut kembali. Gerakan ini disebut dengan

streaming yang menciptakan kaki-semu yang selalu bergerak.

Gambar Amoeba dan Foraminifera

Foraminifera juga mempunyai cangkang lebih dari satu ruang. Jika hewan ini

tumbuh, maka jumlah ruang tubuh akan bertambah, dimana antara ruang

satu dengan yang lain terdapat lubang kecil yang disebut saluran geragih

atau stolon. Protoplasma yang terdapat dalam tubuh hewan ini dapat

mengalir melalui saluran geragih. Saluran geragih ini lebih kecil daripada

lubang tempat kaki-semu lewat yang terletak di ruang yang terluar. Ukuran

Foraminifera mendekati 1 mm, memangsa Protozoa kecil dan diatom. Ada

yang bersimbiosis dengan suatu jenis alga (zooxanthellae), yang hidup di


dalam sitoplasma dan membantu menghasilkan zat asam serta

menghabiskan kotoran yang dihasilkan oleh hewan tuan rumah.

Biasanya Foraminifera merupakan hewan laut, dan hidup di lumpur, dalam

area yang luas dan jumlah yang besar membentuk nenes atau lumpur

(ooze), dan jumlahnya lebih dari 15.000 jenis, dikenal juga sebagai fosil.

Contoh: Globigerina, merupakan plankton yang hidup di dalam lumpur, sifat

planktonik, dan juga hidup pada kedalaman 5400 m. Fungsi Foraminifera

adalah untuk memastikan suhu air laut dari waktu ke waktu dari sejarah

bumi.

b. Ordo Radiolaria

Ordo ini memiliki jenis lebih dari 4000, ditemukan di laur, berbentuk

cangkang terdiri dari silika dan berbentuk bulat, kerangkanya berupa jejaring

halus yang indah, berukuran kecil, kurang dari 2 mm, tetapi kadang-kadang

mengelompok membentuk gumpalan 2.54 cm lebarnya. Kaki semu dan

kebiasaan makannya sama seperti Foraminifera, ada yang bersimbiosis

dengan zooxanthellae.

Gambar Radiolaria

Radiolaria termasuk ke dalam eksklusif laut dan memiliki kapsul pusat, yang

merupakan struktur membran yang membagi tubuh protoplasma dalam


wilayah intrakapsuler dan ekstrakapsuler. Wilayah ekstrakapsuler dibagi

menjadi tiga lapisan, yakni:

 Lapisan asimilatif berisi makanan, yang diambil oleh axopodia,

dan berbagai butiran metaplastic.

 Calymma mengandung banyak vakuola dan memiliki fungsi

hidrostatik. Dalam beberapa spesies lapisan ini juga berisi

beberapa dinoflagelata simbiosis kuning.

 Lapisan eksternal mengelilingi tubuh yang akan menimbulkan

axopodia. Pada sebagian reproduksi spesies dikaitkan dengan

pembentukan spora swarm flagellated, yang timbul oleh proses

beberapa fisi di wilayah intrakapsuler.

2.8.2 Ciliophora (Ciliates atau Insuforia)

Sifat khas adalah mempunyai bulu-bulu getar seperti rambut di sekujur

badannya digunakan untuk bergerak, mencari makanan, atau terkadang

hanya digunakan menimbulkan arus air untuk bernapas. Beberapa kelompok

mempunyai bulu getar di sepanjang hidupnya. Bersifat hidup bebas, di air

tawar maupun laut. Ciliophora dibagi 2 sub kelas yakni Ciliata dan Suctoria.

 Ciliata: mempunyai bulu-getar, baik yang muda maupun dewasa,

bulu getar hanya terdapat pada yang muda saja, dewasanya

dilengkapi dengan tentakel.

 Suctoria: merupakan kelompok kecil, melekat pada tangkai pada

substrat, dan makan dengan menggunakan tentakel, mereka

sebenarnya menyedot protoplasma, atau cairan hidup dari Protozoa

lainnya yang ditangkap. Contoh Suctoria yang hidup di laut adalah

Tintinnidae, membentuk kantong yang disebut lorika (lorica), yakni


penutup luar pelindung yang dihasilkan dari sekresi sekujur tubuh.

Beberapa di antaranya bertindak sebagai hospes dinoflagelata

parasitik, yakni parasit yang mempunyai nukleus yang terdapat

dalam sitoplasma.

Gambar Paramecium

Ciliata mempunyai bentuk ciliate yang khas, dengan ciri-air sebagai berikut:

 Mempunyai 2 tipe dari nukleus: makronukleus dan mikronukleus.

Makronukleus membutuhkan berhari-hari untuk tetap ada.

 Mikronukleus mempunyai peranan dalam kekhususan yang spesifk

untuk konjugasi ciliate.

 Mayoritas dari ciliata mempunyai rongga perut yang dikenal dengan

sitostom, tempat dimana makanan diterima. Rongga tersebut

terhubung dengan cilia.

 Permukaan tubuh ditutup dengan cilia dengan sebuah pola yang

tepat. Cilia tersusun dalam baris yang disebut Kinety.

 Sistem Kinety bergabung dengan bentuk tubuh dasar.

 Kinetodesma mempunyai sebuah peranan penting sebagai petunjuk

untuk menentukan pergerakan cilia.


 Ditentukan dengan menguji strain mutan dari Paramaeciun yang

masih berenang. Dengan menggunakan SEM dapat dilihat bahwa

cilia bergabung dengan beberapa kinetis bergerak dalam petunjuk

yang berbeda.

2.8.3 Zoomastigina (Flagellata atau Mastigophora)

Kelas ini merupakan Protozoa renik yang sangat besar jumlahnya sehingga

sulit untuk diklasifikasikan. Zoomastigina merupakan hewan, dapat bergerak

ke sana kemari dan menunjukkan kegiatan seperti hewan, yakni “makan”

hewan lain atau tumbuh-tumbuhan. Selain hewan mereka juga tumbuhan

karena mempunyai pigmen untuk fotosintesis seperti tumbuh-tumbuhan,

mensekresikan bahan serupa pada tumbuhan yang biasanya disebut

selulosa sebagai pelindung, dapat dimasukkan dalam kelas Dinophyceae,

sebagai alga. Definisi yang khas dari biota ini adalah:

 Organisme yang khas mempunyai satu atau lebih flagela, juga

terdapat beberapa yang tidak mempunyai flagela.

 Soliter atau berkoloni.

 Perkembangan aseksual, dengan membelah biner (binary fission)

yakni pembelahan plasma dan inti menjadi dua sama, atau kelamin

dengan penggabungan dua gamet atau dua hewan.

 Bersifat autotrof, heterotrof, atau miksotrof.

Zoomastigina dibagi menjadi 2 sub kelas yaitu Phytomastigina dan

Zoomastigina. Sedangkan Phytomatigina merupakan phytoplankton terdiri

dari 4 ordo, yakni:

 Chrysomonadida

 Cryptomonadida
 Dinoflagellida atau Dinoflagelata

 Euglenoidida

Sebagai contoh adalah dinoflagelata, sangat penting untuk perekonomian

laut, selain juga hidup di air tawar dan air laut, bersifat hetero dan autotropik,

dan beberapa parasit, mempunyai flagela yang panjang, strukturnya seperti

rambut digunakan untuk bergerak. Contohnya yaitu Euglena yang

mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

 Mempunyai pelikel.

 Perubahan bentuk tidak seperti Amoeba.

 Memiliki dua flagela dan yang satu pendek.

 Mengandung kloroplas.

 Berenang dengan bagian depan dapat mendeteksi cahaya dengan

baik.

 Dua stigma mengandung pigmen penyaringan dan bagian gembung

pada flagela sebagai penerima cahaya. Jika ada titik sumber cahaya

maka pigmen akan menyaring dan flagela akan menggembung.

 Cilium yang banyak mempunyai rambut yang kecil sekali disebut

Mastigonemata, contoh morfologi dari Euglena.

Gambar Euglena

a. Ordo Dinofllagellata (Red tide-Dinofagellata)


Hewan ini dikelompokkan sebagai tumbuh-tumbuhan, sifat khasnya adalah

mempunyai cangkang (shell) dan flagela, terdiri dari 2 flagela. Cangkangnya

terdiri dari selulosa atau sulkus (sulcus) dan sebuah gelang (girdle).

Mempunyai 2 cambuk yang keluar dari pori lorika dan terletak di dalam alur

tersebut. Sebagian besar bersifat holofitik dan mempunyai kromatofor yang

dapat berwarna coklat, hijau pucat, atau kuning. Cara makan bersifat

holozoik dan dapat mencerna makanannya dengan kaki-semu,

perkembangbiakan secara aseksual terjadi melalui pembelahan.

Dinoflagelata sebagian besar hidup di laut, sebagai hewan kecil, sejumlah

besar bersifat parasitik dan lainnya hidup di air tawar. Merupakan bagian

penting dalam rantai makanan dasar atau sistem perpindahan energi,

beberapa hewan ini di antaranya menghasilkan racun alkaloid yang

dipekatkan pada kerang-kerangan seperti kerang hijau, dan berbahaya bagi

manusia.

Multiplikasinya bersifat masif, terdapat di perairan pantai untuk

reproduksinya, dan biasanya terbawa air pada bagian organ dan

menghasilkan racun. Contoh adalah oyster, clams, dan mussels di dalam

organnya terdapat racun. Orang yang mengkonsumsinya dapat mengalami

keracunan makanan. Contoh lain dinoflagelata adalah Noticula miliaris,

berbentuk bulat, ukuran diameter 50-100 mikron, mempunyai sebuah

cambuk kecil dan tentakel, dan mempunyai sitoplasma yang banyak

berongga-rongga. Terdapat dalam jumlah besar di laut sehingga

menyebabkan warna laut menjadi merah pada siang hari dan bercahaya

pada malam hari. Contoh lain Gonyaulx polyhedra dan Gymnodium breve,

terdapat banyak di dalam laut dan mengeluarkan warna merah yang

ditimbulkan oleh pigmen yang dikandungnya. Gejala ini disebut dengan “red
tide" yakni menghasilkan racun ke dalam air laut dan menghasilkan zat

asam terlarut. Kombinasi kedua sifat ini bersama-sama membunuh banyak

ikan yang hidup di lingkungan red tide tersebut.

Gambar Dinoflagellates

2.8.4 Sporozoa

Sporozoa ialah suatu Protozoa yang bersifat parasitik yang hidup berpindah

dari satu inang ke inang lainnya dalam tingkatan spora. Berbentuk seperti biji

yang terbungkus yang disebut Sporosista (Sporogyst). Umumnya dapat

menginfeksi inang pada kelompok hewan-hewan Vertebrata, Artropoda,

Mollusca.

Sebagai contoh adalah Plasmodium dan toksoplasma, tidak mempunyai alat

gerak, sebagain merupakan Spores (Spora) yang membentuk parasit,

transmisi di antara cairan di antara hospes, dan sebagai contoh adalah

plasmodium, trypanosoma. Beberapa sifat negatif Trypanosoma adalah:

 Penyebab kantuk.
 Penyebab penyakit trypanosomiasis pada laki-laki dan Nagana pada

ternak.

 Pada manusia, ada dua tipe, yaitu T.gambiense dan T.rhodiense,

penyebabnya adalah lalat Tsetse.

 Bentuk khusus:

- Bentuk berubah selama hidup.

- Memungkinkan untuk mengubah metabolisme dalam fase insekta

dengan mengubah fungsi mitokondria.

- Permukaan antigen berubah untuk menyesuaikan diri dengan

lingkungan.

- Binary Fission- membagi vertikal atau horizontal, yang khas dari

flagellate.

Gambar Trypanosome
DAFTAR PUSTAKA

Yanuhar, Y. (2018). Avertebrata. Malang, Indonesia. UB Press. Tersedia dari

https://books.google.co.id/books?

id=qZuFDwAAQBAJ&lpg=PT19&ots=JPLVAgp_b4&dq=ciri%20dan%20habitat

%20protozoa&lr&hl=id&pg=PT4#v=onepage&q=ciri%20dan%20habitat

%20protozoa&f=false

Anda mungkin juga menyukai