Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN SEMENTARA PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI-FITOKIMIA

PRAKTIKUM I. MAKROSKOPI, MIKROSKOPI, DAN MIKROKIMIAWI


SIMPLISIA KULIT JERUK BALI (Citrus maxima Merr )

Disusun oleh :
Luthfiah Eka Sulistyaningrum 17/411930/FA/11359
Maria Novia Puspita N 17/411931/FA/11360
Marina Elsaida H 17/411932/FA/11361

Kelas : B-2017
Golongan : IV
Kelompok :D

DEPARTEMEN BIOLOGI FARMASI


LABORATORIUM FARMAKOGNOSI FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA
2019
PRAKTIKUM I
MAKROSKOPI, MIKROSKOPI, DAN MIKROKIMIAWI
KULIT JERUK BALI (Citrus maxima Merr.)

Sampel kulit jeruk bali (B IV/ D/ P1)

1. Deskripsi Hasil

Gambar 1. Sampel kulit buah jeruk bali Gambar 2. Buah jeruk bali
(Vijaylakshmi dan Radha, 2015)

 Klasifikasi
Divisi : Spermatophyta
Sub- divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Bangsa : Rutales
Suku : Rutaceae
Marga : Citrus
Spesies : Citrus máxima (Burm.) Merr (Van Steenis, 2008)

 Pengamatan Makroskopi
Jeruk bali merupakan salah satu jenis jeruk yang terdapat di Indonesia. Berbentuk
bulat dengan diameter kurang lebih 15 cm. Jeruk bali memliki kulit tebal kurang
lebih 1-2 cm dengan tekstur kulit kasar. Bau kulit jeruk bali adalah asam dan
rasanya pahit. Kulit jeruk bali mudah dikupas. Kulit jeruk bali memiliki 2 bagian.
Bagian luar berwarna hijau kekuningan sedangkan pada bagian dalam berwarna
putih semburat merah muda. . Flavedo merupakan bagian kulit luar yang terletak
dibawah bagian lapisan epidermis sedangkan kulit bagian dalam yang disebut
albedo merupakan lapisan jaringan busa (Ting dan Attaway, 1971).
2. Irisan melintang kulit jeruk bali

Studi literature

(Sari,2010)

Hasil Praktikum

Pada hasil praktikum mikroskopi berupa preparat basah kulit jeruk bali,
ditemukan bahwa kulit jeruk bali memiliki kelenjar minyak atsiri yang cukup besar
dan banyak. Selain itu dapat terlihat bagian flavedo dan albedo dari kulit jeruk bali.
Dibagian atas terdapat lapisan kutikula dan epidermis sebagai pelindung sel.

3. Mikrokimiawi

a. Direaksikan dengan NaOH

Sebelum ditambahkan Sesudah + NaOH


Hasil : Setelah direaksikan dengan NaOH terjadi perubahan warna menjadi kuning
pada bagian jaringan parenkim flavedo dan pada jaringan parenkim albedo. Selain itu
di bagian jaringan epidermis juga terjadi perubahan warna sehingga dapat diketahui di
seluruh bagian kulit jeruk bali memiliki kandungan senyawa flavonoid. Fungsi dari
reagen NaOH adalah untuk membuktikan adanya kandungan senyawa flavonoid.
NaOH akan bereaksi dengan gugus OH pada senyawa flavonoid sehingga
menyebabkan perubahan warna menjadi kuning (Markham,1988).
b. Direaksikan dengan AlCl3

Sebelum ditambahkan sesudah + AlCl3


Hasil : setelah ditambahkan reagen AlCl3 terjadi perubahan warna menjadi kuning
pada bagian jaringan parenkim flavedo dan jaringan parenkim. Dari hasil tersebut
dapat diketahui bahwa seluruh bagian kulit jeruk bali memiliki kandungan senyawa
flavonoid. Senyawa AlCl3 digunakan untuk mendeteksi adanya gugus hidroksi pada
senyawa flavonoid (Markham,1988).
c. Direaksikan dengan sitroborat

Sebelum ditambahkan sesudah + sitroborat

Hasil : setelah direaksikan dengan sitroborat terjadi perubahan warna menjadi kuning
pada bagian jaringan epidermis dan jaringan parenkim sehingga dapat disimpulkan
kulit jeruk bali memiliki kandungan senyawa flavonoid. Senyawa sitroborat digunakan
untuk gugus dihidroksi pada senyawa flavonoid. Selain itu digunakan juga untuk
mendeteksi adanya senyawa flavonoid khas pada kulit jeruk yaitu hesperidin
(Evans,2002).

d. Direaksikan dengan anisaldehid

Sebelum ditambahkan saat ditambahkan anisaldehid sesudah dipanaskan


Hasil : setelah ditambahkan anisaldehid belum terjadi perubahan kemudian setelah
dipanaskan terjadi perubahan warna menjadi merah pada bagian Jaringan epidermis dan
jaringan parenkim. Hal ini menunjukkan bahwa kulit jeruk bali memiliki kandungan
senyawa terpenoid. Stahl (1985) menyatakan penggunaan pereaksi anisaldehida asam sulfat
untuk mengetahui adanya senyawa terpenoid dengan perubahan warna menjadi berwarna ungu,
biru, merah, abu-abu atau hijau.

e. Direaksikan dengan FeCl3

Sebelum ditambahkan sesudah + FeCl3


Hasil : setelah ditambahkan FeCl3 terjadi perubahan warna menjadi merah muda pada
bagian jaringan parenkim. Pereaksi FeCl3 digunakan untuk mendeteksi senyawa tannin
dan akan memberikan uji positif berupa perubahan warna menjadi hijau-hitam (Jork
dkk., 1990). Sehingga dari hasil praktikum dapat diketahui kulit jeruk bali tidak
mengandung senyawa tannin.

Daftar Pustaka
Evans, W.C., 2002, Trease and Evans Pharmacognosy, 14 th Ed., 297, 344, Saunders,
Toronto.
Jork, H., Funk, W., Fischer, W., and Wimmer, H., 1990, Thin Layer Chromatography
Reagent and Detection Methods, Vol. 1 a, 148, 152., 16 207, 289. VCH publishers,
USA
Markham, K.R., 1988, Cara Mengidentifikasi Flavonoid, ITB Press, Bandung.
Sari, Nanda, 2010, Karakterisasi Simplisia dan Isolasi serta Analisis Komponen Minyak
Atsiri Secara GC-MS dari Kulit Buah Jeruk Bali (Citrus maxima pericarpium),
Skripsi, Universitas Sumatera Utara.
Stahl, E., 1985, Analisis Obat Secara Kromatografi dan Mikroskopi, diterjemahkan oleh
Kosasih Padmawinata, 1-17, Penerbit ITB, Bandung
Ting, V.S. dan J. A. Attaway, 1971, Citrus Fruits, Academic Press, London.
Van Steenis, C.G.G.J., 2008, Flora, Cetakan ke-12, PT Pradnya Paramita, Jakarta Pusat.

Vijaylakshmi P, Radha R. An overview: Citrus maxima. The Journal of


Phytopharmacology 2015;4(5):263-267.

Anda mungkin juga menyukai