Divisio : Gymnospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Ranales
Famili : Lauraceae
Genus : Cinnamomum
Kadar komponen kimia kulit kayu manis, tergantung pada daerah asal, secara rinci
komposisi kimia kayu manis sebagai berikut: kadar air 7,9%, minyak asiri 3,4%, alkohol ekstrak
8,2%, abu 4,5%, abu larut dalam air 2,23%, abu tidak dapat larut 0,013%, serat kasar 29,1%,
karbohidrat 23,3%, eter ekstrak yang tidak menguap 4,2%, nitrogen 0,66%. (Rismunandar dan
Paimin, 2001).
Penelitian terhadap minyak atsiri dari Cinnamomum burmannii yang berasal dari
Guangzhou, China yang dilakukan oleh Wang dkk (2009) melaporkan bahwa komponen mayor
minyak atsiri yang terkandung adalah transsinamaldehid (60,72%), eugenol (17,62%) dan kumarin
(13,39%). Minyak atsiri adalah senyawa organik yan diperoleh dari hasil metabolit sekunder
tanaman yang komposisi kimia minyak atsiri tergantung pada jenis tumbuhan, daerah tempat
tumbuh, iklim, dan bagian yang diambil minyaknya (Guanther, 2006).
Patokan mutu cinnamon bark oil menurut Essential oil Association of USA (EOA) meliputi
sifat alami dan kimiawi terlihat pada tabel berikut:
Sinamaldehid
Rumus: C9H8O
Massa molar: 132,16 g/mol
Titik didih: 248°C
Kepadatan: 1,05 g/cm³
Titik lebur: -7,5°C
CID PubChem: 637511
Harga Rf standar : 0,62 (Wasia et al, 2017).
Eugenol
Rumus: C10H12O2
Nama IUPAC: 4-Allyl-2-methoxyphenol
Titik didih: 254°C
Massa molar: 164,2 g/mol
Kepadatan: 1,06 g/cm³
Indeks bias : 1,5410 (suhu 20oC)
1. Destilasi sederhana
Pada distilasi sederhana, dasar pemisahannya adalah perbedaan titik didih yang
jauhatau dengan salah satu komponen bersifat volatil.Jika campuran dipanaskan maka
komponen yang titik didihnya lebih rendah akan menguap lebih dulu. Selain perbedaan
titik didih, juga perbedaan kevolatilan,yaitu kecenderungan sebuah substansi untuk
menjadi gas. Distilasi ini dilakukan pada tekanan atmosfer. Aplikasi distilasi sederhana
digunakan untuk memisahkan campuran air dan alcohol.
3. Destilasi uap
Distilasi uap digunakan pada campuran senyawa-senyawa yang memiliki titik
didih mencapai 200 °c atau lebih. Distilasi uap dapat menguapkan senyawa-senyawaini
dengan suhu mendekati 100 °c dalam tekanan atmosfer dengan menggunakan uap atau
air mendidih. Sifat yang fundamental dari distilasi uap adalah dapat
mendistilasicampuran senyawa di bawah titik didih dari masing-masing senyawa
campurannya. Selain itu distilasi uap dapat digunakan untuk campuran yang tidak larut
dalam air di semua temperatur, tapi dapat didistilasi dengan air.
4. Destilasi vakum
Destilasi vakum biasanya digunakan jika senyawa yang ingin didistilasi tidak
stabil, dengan pengertian dapat terdekomposisi sebelum atau mendekati titik didihnya
atau campuran yang memiliki titik didih di atas 150 °C. Metode distilasi ini tidak dapat
digunakan pada pelarut dengan titik didih yang rendah jika kondensornya
menggunakan air dingin, karena komponen yang menguap tidak dapat
dikondensasioleh air. Untuk mengurangi tekanan digunakan pompa vakum atau
aspirator. Aspirator berfungsi sebagai penurun tekanan pada sistem distilasi ini.
Salah satu keuntungan dari penyulingan air dan uap apabila dibandingkan dengan
penyulingan langsung bahwa uap yang tidak merata dapat dihindarkan. Uap bergerak
diseluruh permukaan dan dididihkan sehingga penetrasi uap kedalam jaringan-jaringan
bahan berjalan dengan baik dan sempurna. Kecepatan penyulingan dengan sistem
penyulingan air dan uap ini relatif lebih cepat apabila dibandingakan dengan sistem
penyulingan air langsung, dan hasil minyak yang diperoleh lebih banyak jumlahnya serta
mutu lebih baik.
Apabila penyulingan dimulai dengan uap bertekanan tinggi akan terjadi penguraian
dari kandungan bahan. Penyulingan dengan uap sebaiknya dimulai dengan uap bertekanan
rendah kemudian secara berangsur-angsur tekanan dinaikkan. Biasanya tekanan mula-
mula 1 atsmosfer, kemudian secara berangsur-angsur dinaikkan sampai 3 atmosfer.
Apabila kadar minyak dalam bahan dianggap telah menurun sedengkan zat penting yang
mempunyai titk-titik didih tinggi belum tersuling, maka tekanan uap dapat dinaikan lagi.
Selama penyulingan suhu tekanan uap dalam ketel penyuling harus dijaga, karena
ini akan mengakibatkan mengeringnya bahan yang disuling dan merendahkan kadar
minyak yang dihasilkan, sedangkan tekanan uap yang tinggi menyebabkan terjadinya
penguraian komponen-komponen minyak. Oleh sebab itu penyulingan harus dimulai
dengan tekanan rendah, berangsur-angsur tekanan dinaikan.
Cara penyulingan ini cocok sekali digunakan untuk mengekstraksi minyak biji-
bijian, akar dan kayu-kayuan yang mengandung minyak dengan titik didih yang tinggi,
tidak baik untuk serbuk. Jumlah dan mutu minyah lebih tinggi dibandingan dengan cara
penyulingan terdahulu asal saja tidak terjadi atau pengumpulan waktu penyulingan. Air
distilasi yang dipisahkan dengan minyak dapat dibuang langsung.
a. Tidak baik terhadap beberapa jenis minyak yang mengalami kerusakan oleh adanya
panas dan air.
b. Minyak atsiri yang mengandung fraksi ester akan terhidrolisia karena adanya air dan
panas.
c. Komponen minyak yang larut dalam air tidak dapat tersuling.
d. Komponen minyak yang bertitik didih tinggi yang menentukan bau wangi dan
menentukan daya ikat terhadap bau, sebagian tidak ikut tersuling dan tetap tertinggal
dalam bahan (Sastrohamidjojo, 2004).
Destilasi Stahl
Menurut Ketaren (1987) metode destilasi minyak atsiri salah satunya adalah destilasi
Stahl, metode ini pada prinsipnya sama dengan destilasi dengan air dan uap kecuali air
tidak diisikan dalam labu. Uap yang digunakan uap jenuh atau kelewat
panas pada tekanan lebih dari pada 1 atmosfir. Uap dialihkan melalui pipa uap
berlingkar yang berpori yang terletak dibawah bahan dan uap bergerak ke atas melalui
bahan yang terletak di atas saringan.
Keuntungan destilasi stahl adalah
1. Minyak atsiri yang diperoleh dapat langsung diukur pada buret
2. Optimal untuk isolasi bahan alam yang tahan pemanasan secara langsung
3. Pelarut tidak mengalami kekeringan
4. Suhu dapat diatur
5. Minyak atsiri yang dihasilkan tidak berhubungan langsung dengan udara luar
sehingga tidak mudah menguap.
Kontrol kualitas yang dilakukan adalah dengan mengidentifikasi kandungan kimia dalam
minyak atsiri tersebut menggunakan metode kromatografi gas dan spektrofotometri massa.
Gas Chromatography-Mass Spectrometry (GC-MS) merupakan metode pemisahan senyawa
organik yang menggunakan dua metode analisis senyawa yaitu kromatografi gas untuk
menganalisis jumlah senyawa secara kuantitatif dan spektrometri massa untuk menganalisis
kandungan dan struktur molekul senyawa analit (Mcnair, 2009).
Profil GC-MS digunakan untuk mengetahui komponen kimia yang terkandung dalam
sampel melalui bobot molekul dan fragmentasi molekul sehingga dapat diketahui struktur
kimia dari senyawa yang terekam. Komponen kimia dalam minyak kayu manis yang diuji
dapat diketahui jenisnya dengan membandingkan spektra dari spektroskopi massa sampel uji
dengan spectra library yang telah tersimpan dalam peralatan GC-MS.
Pada kromatogram ini terdapat waktu retensi (R.Time) yang menyatakan waktu dimana
komponen ini terpisahkan atau menguap dan terdeteksi oleh detektor pada GC-MS. Setiap
puncak memiliki nilai luas area tertentu, luas area ini berbanding lurus dengan kadar
komponen senyawa yang menyebabkan terbentuknya puncak ini. Oleh karena itu dalam
analisis ini perbandingan kadar bisa dilihat dari luas area yang dibentuk oleh puncak.
Indeks bias minyak atsiri adalah perbandingan sinus sudut jatuh dan sinus sudut bias jika
seberkas cahaya dengan penjang gelombang tertentu jatuh dari udara menuju minyak atsiri.
Pengujian indeks bias sangat penting dalam penentuan kemurnian minyak atsiri. Karena jika
minyak tercampur dengan air atau substansi pemalsu, maka indeks biasnya akan menjadi
rendah. Indeks bias dilakukan dengan menggunakan alat refraktometer. Jika cahaya melewati
media kurang padat (udara) ke media lebih padat (minyak), maka sinar akan membelok atau
membias dari garis normal. Semakin banyak kandungan airnya, maka semakin kecil nilai indek
biasnya. Ini karena sifat dari air yang mudah untuk membiaskan cahaya yang datang, namun
sebaliknya jika terdapat campuran bahan – bahan yang memiliki berat molekul tinggi
(kerapatan tinggi) maka semakin tinggi pula indeks biasnya (Guenther, 2006).
DAFTAR PUSTAKA
Guenther, E., 2006, Minyak Atsiri, Jilid 1, penerjemah Ketaren S., Penerbit UI Press, Jakarta
Rismunandar, 1995, Kayu Manis, Penebar Swadaya, Jakarta.
Rismunandar, Paimin, F.B., 2001, Kayu Manis Budidaya dan Pengolahan, Edisi Revisi,
Penebar Swadaya, Jakarta.
Wang, R., Wang, R., Yang, B., 2009, Extraction of essential oils from five cinnamon leaves and
Identification of their volatile compound compositions, Innovative Food Science and
Emerging Technologies, 10, 289–292 .
Wasia, Nurul, H., Sudarma, I Made., Savalas, Lalu R. T., Hakim, Aliefman., 2017, Isolasi Senyawa
Sinamaldehid dari Batang Kayu Manis (Cinnamomum burmanii) dengan Metode
Kromatografi Kolom, J. Pijar MIPA, Vol. XII No.2, September 2017: 91-94.