Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA

ANALITIK ACARA I
KALIBRASI

Disusun oleh:

Nama : Puspa Salsabila


NIM : 2200033046
Golongan/Kelompok : IIA / 2
Asisten Praktikum : Yulizar Ragilda Putri

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
YOGYAKARTA
2023

I. Pendahuluan
A. Latar Belakang
Menurut (Nurdjanah et al, 2018) Kalibrasi merujuk pada proses
penyesuaian ulang alat ukur atau sistem pengukuran dengan menggunakan
standar atau referensi yang telah ditetapkan baik secara nasional maupun
internasional. Dalam melakukan kalibrasi, tujuannya adalah untuk
memastikan bahwa alat ukur atau sistem pengukuran dapat memberikan
hasil pengukuran yang sesuai dengan kebutuhan dan spesifikasi yang telah
ditentukan. Oleh karena itu, kalibrasi harus dilakukan secara rutin dan
tepat agar dapat menjaga konsistensi dan akurasi hasil pengukuran alat
ukur atau sistem pengukuran.
Dilansir dari berbagai jurnal yang ada, Dalam kalibrasi alat ukur
digunakan standar referensi atau alat ukur yang memiliki akurasi yang
sangat tinggi sebagai acuan untuk membandingkan hasil pengukuran alat
yang akan dikalibrasi. Dengan menggunakan standar referensi, dapat
diketahui seberapa jauh perbedaan hasil pengukuran antara alat yang akan
dikalibrasi dan standar referensi. Dari hasil perbandingan tersebut, dapat
dilakukan penyesuaian atau koreksi pada alat ukur yang akan dikalibrasi
untuk memastikan bahwa alat tersebut memberikan hasil yang akurat
Dalam proses produksi atau pengujian suatu produk, sangat penting
untuk menggunakan alat ukur yang akurat dan konsisten. Contoh alat
ukur seperti timbangan, termometer, pH meter, dan buret perlu dikalibrasi
secara berkala agar hasil pengukuran yang diperoleh dapat diandalkan dan
dapat digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan yang tepat.
Dengan melakukan kalibrasi secara rutin, dapat menjamin bahwa alat
ukur memberikan hasil pengukuran yang akurat dan konsisten. Hal ini
akan membantu meningkatkan kualitas produk atau jasa yang dihasilkan
karena pengukuran yang dilakukan dengan alat yang telah dikalibrasi akan
lebih akurat dan dapat memberikan informasi yang lebih akurat mengenai
produk atau jasa yang dihasilkan. Selain itu, kalibrasi secara rutin juga
dapat mengurangi risiko kesalahan dalam pengambilan keputusan, karena
keputusan yang diambil berdasarkan data yang akurat dan dapat
dipercaya.
B. Tujuan
Tujuan dari praktikum kalibrasi ini adalah :
1. Untuk mengetahui nilai rata-rata dari kalibrasi buret, pipet
seukuran, dan labu ukur
2. Untuk mengetahui nilai standar deviasi dari kalibrasi buret, pipet
seukuran, dan labu ukur
3. Untuk mengetahui nilai akurasi dari kalibrasi buret, pipet
seukuran, dan labu ukur
4. Untuk mengetahui nilai presentase kesalahan dari kalibrasi buret,
pipet seukuran, dan labu ukur
II. Dasar Teori
A. Kalibrasi
Kalibrasi adalah suatu proses di mana dilakukan penentuan nilai
ketidakpastian pengukuran yang terkait dengan nilai yang dihasilkan oleh
suatu alat ukur atau instrumen. Dalam proses kalibrasi, alat ukur tersebut
dibandingkan dengan nilai pengukuran standar yang telah ditetapkan
secara nasional atau internasional. Tujuan utama dari kalibrasi adalah
untuk memastikan bahwa alat ukur memberikan hasil pengukuran yang
akurat dan dapat diandalkan. Melalui proses kalibrasi ini, dapat
diidentifikasi dan diperbaiki setiap kesalahan atau deviasi yang mungkin
terjadi pada alat ukur, sehingga dapat meminimalkan kesalahan
pengukuran dan meningkatkan kualitas hasil pengukuran yang diperoleh.
(Prasetya, D. & Nofita, L., 2018).
B. Jenis – Jenis Kalibrasi
Kalibrasi Buret
Kalibrasi buret merupakan suatu kegiatan pengukuran kapasitas
volumetrik buret dengan menggunakan standar kalibrasi internasional
yang teruji dan terakreditasi. Tujuan dari kalibrasi buret adalah untuk
memastikan keandalan dan ketepatan hasil pengukuran yang dihasilkan
oleh buret. Selain itu, kalibrasi buret juga dapat dilakukan untuk
memperbaiki atau menyesuaikan kesalahan pengukuran pada buret.
Kalibrasi buret bisa dilakukan dengan menggunakan dua metode yaitu
menggunakan larutan standar atau dengan metode gravimetri. Pada
metode gravimetri, buret diisi dengan larutan dan bobot larutan yang
terhisap kemudian diukur. Perbedaan antara bobot yang diukur dan berat
yang diharapkan kemudian digunakan untuk menghitung hasil kalibrasi.
Sedangkan untuk menggunakan larutan standar, buret diisi dengan larutan
standar dan dibaca volume yang terhisap. Hasil kalibrasi dapat dihitung
dengan menggunakan rumus standar deviasi dan koefisien variasi.
(Lubis,A. & Susanto,T.A., 2019)
Kalibrasi Pipet Seukuran
Kalibrasi pipet seukuran adalah suatu proses untuk mengukur dan
menyesuaikan kesalahan pengukuran pada pipet seukuran dengan
menggunakan standar kalibrasi yang telah diakui secara internasional.
Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa pipet seukuran memberikan
hasil pengukuran yang akurat dan konsisten, terutama dalam pengukuran
zat kimia di laboratorium di mana ketelitian dan keakuratan sangat
penting. Kalibrasi pipet seukuran perlu dilakukan secara berkala karena
beberapa faktor dapat mempengaruhi akurasinya, seperti perubahan suhu,
tekanan atmosfer, keausan pipet, dan kesalahan manusia saat
menggunakannya. Hal ini penting untuk memastikan bahwa pipet
seukuran memberikan hasil pengukuran yang akurat dan konsisten dalam
setiap penggunaannya. (Dewi, R. & Ratnawati, N. L. P., 2018)
Kalibrasi Labu Ukur
Kalibrasi labu ukur adalah tindakan pengukuran kembali kapasitas
volumetrik pada labu ukur menggunakan standar kalibrasi yang teruji dan
terakreditasi. Tujuannya adalah agar hasil pengukuran pada labu ukur
dapat diandalkan dan akurat. Kalibrasi labu ukur juga membantu untuk
memperbaiki atau menyesuaikan kesalahan pengukuran pada labu ukur.
(Prasetyaningrum, N. O. K. et al, 2018)
C. Alat Ukur yang Digunakan
Buret adalah perangkat laboratorium yang digunakan untuk mengukur
volume larutan secara akurat dan tepat. Buret memiliki skala graduasi
yang presisi dengan kisaran kapasitas volume yang umumnya antara 10
hingga 100 mL. Buret sering digunakan dalam analisis kuantitatif dalam
kimia dan biologi, serta digunakan dalam proses titrasi. Pada dasarnya,
buret memiliki sistem katup pengatur aliran yang dapat diatur dengan
presisi sehingga memungkinkan penggunaannya dalam titrasi. Buret juga
dapat dipasang pada statif untuk mempermudah penggunaannya dalam
pengukuran volume larutan. Dalam penggunaannya, buret harus
dikalibrasi terlebih dahulu untuk memastikan akurasi pengukuran.
(Budiawan, J. et al, 2015)
Pipet seukuran adalah peralatan laboratorium yang memiliki
kemampuan untuk mengukur volume zat cair secara presisi dan akurat.
Pipet seukuran umumnya digunakan untuk mengukur volume zat cair
dengan kapasitas yang lebih kecil dibandingkan dengan buret. Ada
berbagai jenis ukuran pipet seukuran yang tersedia, mulai dari yang
memiliki kapasitas terkecil yaitu 1 mL hingga yang terbesar dengan
kapasitas 100 mL. Pipet seukuran memiliki tiga bagian utama, yaitu
bagian atas dengan leher ramping yang panjang, bagian tengah dengan
tanda ukur, dan bagian bawah yang berbentuk bulat atau kerucut yang
berfungsi untuk mengalirkan zat cair. Selain itu, ada berbagai jenis pipet
seukuran, seperti pipet tetes, pipet volumetrik, dan pipet serologis, yang
masing-masing memiliki fungsi dan kegunaan yang berbeda. Pipet
seukuran umumnya digunakan dalam analisis kuantitatif di bidang kimia
dan biologi, serta dalam pembuatan larutan dan titrasi. (Astuti, A., &
Suhandi, M., 2020).
Labu ukur merupakan salah satu alat laboratorium yang berfungsi
untuk mengukur volume zat cair secara akurat. Bentuk dari labu ukur
biasanya terdiri dari bola di bagian bawah dan leher yang ramping di
bagian atas. Bahan pembuatan labu ukur ini umumnya menggunakan kaca.
Labu ukur umumnya digunakan untuk mengukur volume zat cair yang
lebih besar dibandingkan pipet, namun kapasitasnya lebih kecil daripada
buret. Labu ukur adalah alat laboratorium yang memiliki tanda ukur yang
tertera jelas pada permukaannya dengan tingkat ketelitian yang sangat
tinggi. Alat ini umumnya digunakan untuk membuat larutan dengan
konsentrasi yang diinginkan atau untuk mengukur volume campuran
reaktan dalam suatu percobaan. (Sari, R. M., & Izzati, M.,2018)
III. Metode Percobaan
A. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini di antaranya adalah, labu
ukur dengan volume 50 mL, pipet ukur seukuran, buret dengan volume
25 mL, thermometer, erlenmeyer, corong kaca, statif dan klem, neraca
analitik, botol semprot,
Bahan yang digunakan pada praktikum alat ukur ini adalah aquades,
dan etanol.

B. Prosedur Kerja
1. Kalibrasi Buret
a. Buret 50ml dibersihkan dan dikeringkan, lalu dipasang pada
statif pada posisi tegak lurus.
b. Aquades dipersiapkan dan suhunya diukur, kemudian
dimasukkan ke dalam buret sampai tanda batas/meniskus
pada angka nol (0).
c. Erlenmeyer 100ml dibersihkan dan dikeringkan sebanyak 3
unit, kemudian ditimbang dengan teliti dan ditempatkan di
bawah buret yang telah diisi dengan aquades
d. Percobaan dilakukan dengan mengeluarkan aquades dari buret
sebanyak 5ml, 10ml, dan 15ml masing-masing dengan
melakukan 3 kali pengulangan. Berat masing-masing
percobaan ditimbang dan dicatat.
e. Volume rata-rata dan berat rata-rata ditentukan, Standar
Deviasi dihitung, serta Nilai Akurasi dan Presentase
Kesalahan dihitung berdasarkan data yang telah dicatat dan
diolah
2. Kalibrasi Pipet Seukuran
a. Pipet 10ml sebanyak 3 unit disiapkan dan dibersihkan.
b. Erlenmeyer 100ml dibersihkan dan dikeringkan dengan teliti,
kemudian ditimbang.
c. Aquadest yang telah diukur suhunya dipipet dengan pipet 10ml
seukuran yang digunakan.
d. Aquadest yang telah diukur kemudian dimasukkan ke dalam
Erlenmeyer 100ml yang telah ditimbang.
e. Berat Erlenmeyer yang telah diisi dengan aquadest dicatat.
f. Pengujian dilakukan sebanyak tiga kali untuk masing-masing
pipet 10ml.
g. Volume rata-rata dan berat rata-rata ditentukan, Standar
Deviasi dihitung, serta Nilai Akurasi dan Presentase Kesalahan
dihitung berdasarkan data yang telah dicatat dan diolah.
3. Kalibrasi Labu Ukur
a. Labu ukur 50ml disiapkan dan dibersihkan, kemudian
ditimbang.
b. Aquadest yang telah diukur suhunya dipersiapkan dan
dimasukkan ke dalam labu ukur 50ml, kemudian ditimbang.
c. Berat labu ukur 50ml yang telah diisi dengan aquadest tersebut
dicatat dan pengujian dilakukan sebanyak 3 kali.
d. Volume rata-rata dan berat rata-rata ditentukan, Standar
Deviasi dihitung, serta Nilai Akurasi dan Presentase Kesalahan
dihitung berdasarkan data yang telah dicatat dan diolah
IV. Hasil dan Pembahasan
Kalibrasi merupakan suatu proses dimana suatu alat ukur diukur ulang
menggunakan standar pengukuran yang telah ditetapkan untuk menentukan
kesalahan pengukuran pada alat ukur tersebut serta memastikan keakuratan
hasil pengukuran yang dilakukan oleh alat tersebut. Tujuannya adalah untuk
meningkatkan keakuratan dan ketepatan hasil pengukuran dan memastikan
kualitas hasil pengukuran yang diperoleh. Saat melakukan kalibrasi, kesalahan
atau deviasi pada alat ukur dapat diidentifikasi dan dikoreksi untuk
mengurangi kesalahan pengukuran. Karenanya, kalibrasi sangat penting
dilakukan pada alat ukur yang sering digunakan dalam pengukuran, terutama
alat ukur yang mempengaruhi kualitas produk atau layanan yang dihasilkan.
Prinsip dasar kalibrasi buret adalah penetapan volume air yang dipindahkan
oleh buret berdasarkan massa yang dipindahkan pada suhu tertentu.
(Supriyanto & Murtikusuma, 2017)

1. Kalibrasi Buret
Hal pertama yang harus dilakukan pada praktikum kalibrasi buret adalah
pencatatan spesifikasi alat yang digunakan saat kalibrasi, namun pada
praktikum ini kami tidak mencatat hal tersebut. Selanjutnya adalah
pengeringan alat yang akan digunakan serta penimbangan alat.
Tabel 1. Hasil data berat wadah yang digunakan

Pertimbangan Pengujian
Berat wadah (Erlenmeyer) I II III
72,7590 69,3920 69,96690
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat perbedaan berat wadah yang beragam.
Hal tersebut terjadi atas berbagai factor. Dilansir dari berbagai jurnal yang
ada, faktor yang mempengaruhi perbedaan tersebut adalah
1. Material pembuatan: Erlenmeyer 1 dan Erlenmeyer 2 mungkin terbuat dari
bahan yang berbeda, misalnya kaca borosilikat atau kaca biasa. Material
yang berbeda dapat mempengaruhi berat dan densitas dari setiap
Erlenmeyer.
2. Ketelitian timbangan: Timbangan yang digunakan untuk menimbang
Erlenmeyer mungkin memiliki ketelitian yang berbeda-beda. Ketelitian
timbangan yang berbeda dapat mempengaruhi hasil pengukuran berat
Erlenmeyer.
3. Kondisi fisik: Erlenmeyer 1 dan Erlenmeyer 2 mungkin memiliki kondisi
fisik yang berbeda, misalnya tingkat kebersihan dan kekeringan. Hal ini
dapat mempengaruhi berat dari setiap Erlenmeyer.

Setelah dilakukan pengeringan dan penimbangan alat, dilanjutkan dengan


melakukan pemipetan aquades 10ml ke dalam Erlenmeyer yang bervolume
100ml. Lakukan sebanyak 3 kali dengan ukuran pipet yang sama

Tabel 2. Hasil data berat aquades

Pertimbangan Pengujian
Berat aquades pada percobaan I II III
volume 5ml 4,3631 4,4301 4,9640
Berat aquades pada percobaan I II III
volume 10ml 9,0854 9,1963 9,8272
Berat aquades pada percobaan I II III
volume 15ml 13,7189 14,7227 14,7461
Setelah dilakukan pengeluaran aquades dari buret dan dilakukan pengurangan
antara [(berat aquades + berat wadah) – berat wadah] diperoleh berat aquades
seperti tabel diatas. Seperti yang kita lihat bahwa berat aquades yang telah
ditimbang tidak sesuai dengan berat aquades yang seharusnya dikeluarkan.
Menurut (Yuliani, S., & Fitriani, L., 2019) ada beberapa faktor yang
mempengaruhi hal tersebut terjadi, yaitu :

1. Adanya kebocoran atau kehilangan air selama proses transfer dari buret ke
gelas penampung atau erlenmeyer.
2. Ketidakakuratan dalam pembacaan skala pada buret atau dalam
mengontrol aliran air yang keluar dari buret.
3. Kondisi lingkungan yang dapat mempengaruhi suhu dan tekanan udara,
sehingga dapat mempengaruhi volume air yang ditransfer.
4. Kemungkinan adanya air yang masih menempel pada dinding buret dan
gelas penampung yang tidak terukur dengan sempurna.
Setelah dilakukan penimbangan wadah dan aquades, dilakukan perhitungan
nilai berat jenis, standar deviasi, nilai akurasi dan presentase kesalahan

Tabel 3. Hasil data perhitungan kalibrasi buret


Kalibrasi Buret volume Buret volume Buret volume
5ml 10ml 15ml
Nilai Rata-rata 0,9171 ml 0.9369 ml 0,9596 ml
Standar Deviasi 0,0658 ml 0,400 ml 0,0392 ml
Nilai Akurasi 0,0804 0,0606 0,03796
Presentase 0,0805% 0,0607% 0,0379%
Kesalahan
Dari data diatas diperoleh nilai yang beragam sesuai perhitungan yang
telah dilakukan. Keakuratan suatu dalam kalibrasi buret tergantung pada
standar deviasi yang diinginkan dalam pengukuran. Semakin kecil standar
deviasi yang diinginkan, semakin akurat nilai yang diharapkan dalam kalibrasi
buret. Nilai seharusnya harus mendekati nilai yang tertera pada buret, namun
juga harus memperhatikan faktor-faktor lain seperti kondisi buret, teknik
pengukuran, dan kualitas kalibrasi yang dilakukan. Idealnya, kalibrasi buret
dilakukan secara berkala untuk memastikan keakuratan pengukuran dan
menghindari kesalahan dalam pengukuran volumetric. (Kardianto,dkk., 2019).
Setelah ditelusuri lebih lanjut, buret yang kami gunakan adalah buret dengan
merek IWAKI Burette CLEAR Class A Cap. 50 mL Glass stopcock Buret
dengan toleransi ±0,05 ml yang berarti bahwa kesalahan dalam pengukuran
volume menggunakan buret ini bisa mencapai ±0,05 ml. Dengan demikian,
berdasarkan standar deviasi yang paling kecil dan mengacu pada toleransi
keakuratan dari buret yang kami gunakan, maka dapat disimpulkan bahwa
kalibrasi buret dengan volume 10ml adalah yang paling akurat
2. Kalibrasi pipet seukuran
Hal pertama yang harus dilakukan pada praktikum kalibrasi pipet
seukuran adalah pencatatan spesifikasi alat yang digunakan saat kalibrasi,
namun pada praktikum ini kami tidak mencatat hal tersebut. Selanjutnya
adalah pengeringan alat yang akan digunakan serta penimbangan alat.
Tabel 4. Hasil data berat wadah yang digunakan

Berat wadah (Erlenmeyer) I II III


72,7590 69,3920 69,96690
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat perbedaan berat wadah yang beragam.
Hal tersebut terjadi atas berbagai factor. Dilansir dari berbagai jurnal yang
ada, faktor yang mempengaruhi perbedaan tersebut adalah

1. Material pembuatan: Erlenmeyer 1 dan Erlenmeyer 2 mungkin terbuat


dari bahan yang berbeda, misalnya kaca borosilikat atau kaca biasa.
Material yang berbeda dapat mempengaruhi berat dan densitas dari
setiap Erlenmeyer.
2. Ketelitian timbangan: Timbangan yang digunakan untuk menimbang
Erlenmeyer mungkin memiliki ketelitian yang berbeda-beda. Ketelitian
timbangan yang berbeda dapat mempengaruhi hasil pengukuran berat
Erlenmeyer.
3. Kondisi fisik: Erlenmeyer 1 dan Erlenmeyer 2 mungkin memiliki
kondisi fisik yang berbeda, misalnya tingkat kebersihan dan kekeringan.
Hal ini dapat mempengaruhi berat dari setiap Erlenmeyer.

Setelah dilakukan pengeringan dan penimbangan alat, dilanjutkan dengan


pemipetan aquades kedalam Erlenmeyer. Lakukan sebanyak 3 kal

Tabel 5. Hasil data berat aquades yang digunakan

Berat aquades I II III


27,5034 ml 27,6121 ml 27,5416 ml
Setelah dilakukan pemipetan aquades dan dilakukan pengurangan antara
[(berat aquades + berat wadah) – berat wadah] diperoleh berat aquades seperti
tabel diatas. Seperti yang kita lihat bahwa berat aquades yang telah ditimbang
tidak sesuai dengan berat aquades yang seharusnya dipipet. Menurut
(Widyaningrum dan Nugroho, 2019) ada beberapa faktor yang mempengaruhi
hal tersebut terjadi, yaitu kesalahan pembacaan volume dapat terjadi karena
posisi pengamat yang tidak tepat saat membaca volume cairan di dalam pipet
atau ketidaktepatan dalam menempatkan skala pengukuran pada tingkat mata.
Kedua, ketidakpresisian saat mengisikan cairan ke dalam pipet, seperti
ketidaksetaraan antara laju pengisian dan laju pembuangan atau
ketidaksetaraan pada temperatur saat mengisikan cairan dapat mempengaruhi
keakuratan pengukuran. Ketiga, pipet yang tidak bersih, rusak, atau cacat
dapat mengakibatkan kesalahan pada pengukuran volume. Terakhir,
perbedaan suhu antara cairan dalam pipet dan lingkungan sekitarnya juga
dapat mempengaruhi keakuratan pengukuran volume.

Setelah dilakukan penimbangan wadah dan aquades, dilakukan perhitungan


nilai berat jenis, standar deviasi, nilai akurasi dan presentase kesalahan

Tabel 6. Hasil perhitungan kalibrasi pipet seukuran

Kalibrasi Nilai Rata - Standar Nilai Presentase


Rata Deviasi Akurasi Kesalahan
Pipet seukuran 1,1020 0,0021 - 0,1045 - 0,1047 %
10ml
Dari data diatas diperoleh standar deviasi pipet seukuran 10ml adalah
0,0021, sedangkan toleransi pipet 10ml berdasarkan standar internasional
seperti ISO (International Organization for Standardization) atau ASTM
(American Society for Testing and Materials) untuk pipet seukuran 10 mL,
toleransi umumnya adalah ±0,02 mL. Artinya, volume yang diukur dengan
pipet tersebut bisa memiliki kesalahan maksimum sebesar ±0,02 mL dari nilai
sebenarnya. Dilihat dari standar deviasi yang mendekati angka keakuratan
toleransi, pipet ini dinyatakan akurat. Namun pada nilai akurasi pipet ini
memiliki nilai negatif. Dilansir dari berbagai jurnal yang ada, Pipet yang
memiliki nilai akurasi negatif dapat dianggap tidak akurat, tetapi hal ini juga
tergantung pada nilai toleransi pipet. Toleransi pipet merupakan rentang nilai
yang dapat diterima sebagai nilai yang akurat untuk pengukuran. Jika nilai
akurasi pipet masih berada dalam rentang toleransi pipet, maka pipet masih
dapat digunakan untuk pengukuran meski tidak memiliki nilai akurasi yang
ideal. Sedangkan dalam perhitungan kami, nilai akurasi pada kalibrasi pipet
seukuran melebihi nilai tolerensi pipet. Dengan demikian, dapat disimpulkan
bahwa pipet seukuran ini tidak cukup akurat

4. Kalibrasi Labu Ukur


Hal pertama yang harus dilakukan pada praktikum kalibrasi labu ukur
adalah pencatatan spesifikasi alat yang digunakan saat kalibrasi, namun pada
praktikum ini kami tidak mencatat hal tersebut. Selanjutnya adalah
pengeringan alat yang akan digunakan serta penimbangan alat.
Tabel 7. Hasil data berat wadah yang digunakan

Berat wadah (Labu ukur) I II III


23,4269 34,3757 33,4273
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat perbedaan berat wadah yang beragam.
Hal tersebut terjadi atas berbagai factor. Dilansir dari berbagai jurnal yang
ada, faktor yang mempengaruhi perbedaan tersebut adalah

1. Material pembuatan: Labu ukur 1 dan labu ukur 2 mungkin terbuat dari
bahan yang berbeda, misalnya kaca borosilikat atau kaca biasa. Material
yang berbeda dapat mempengaruhi berat dan densitas dari setiap labu
ukur.
2. Ketelitian timbangan: Timbangan yang digunakan untuk menimbang labu
ukur mungkin memiliki ketelitian yang berbeda-beda. Ketelitian
timbangan yang berbeda dapat mempengaruhi hasil pengukuran berat labu
ukur.
3. Kondisi fisik: labu ukur 1 dan labu ukur 2 mungkin memiliki kondisi fisik
yang berbeda, misalnya tingkat kebersihan dan kekeringan. Hal ini dapat
mempengaruhi berat dari setiap labu ukur.

Setelah dilakukan pengeringan dan penimbangan alat, dilanjutkan dengan


pemipetan aquades kedalam Erlenmeyer. Lakukan sebanyak 3 kali.

Tabel 8. Hasil data berat aquades yang digunakan

Berat aquades I II III


49,6338 ml 48,685 ml 49,6334 ml
Setelah dilakukan penuangan aquades dan dilakukan pengurangan antara
[(berat aquades + berat wadah) – berat wadah] diperoleh berat aquades seperti
tabel diatas. Seperti yang kita lihat bahwa berat aquades yang telah ditimbang
tidak sesuai dengan berat aquades yang seharusnya dipipet. Menurut
(Sutiman, D. R., & Nurosyid, F., 2016) ada beberapa faktor yang
mempengaruhi hal tersebut terjadi diantara lain :

1. Perbedaan suhu: Perbedaan suhu antara air yang ditimbang dan air yang
terukur di dalam labu ukur dapat menyebabkan perbedaan volume air
yang terukur. Hal ini dikarenakan perubahan suhu dapat mempengaruhi
volume air.
2. Ketidakpresisian pada pengisian labu ukur: Ketidakpresisian saat
mengisikan air ke dalam labu ukur, seperti ketidaksetaraan antara laju
pengisian dan laju pembuangan, atau ketidaksetaraan pada temperatur saat
mengisikan air dapat mempengaruhi keakuratan pengukuran.
3. Kesalahan pada kondisi labu ukur: Labu ukur yang tidak bersih, rusak,
atau cacat dapat mengakibatkan kesalahan pada pengukuran volume.
4. Kesalahan pada pembacaan volume: Kesalahan pembacaan volume dapat
terjadi karena posisi mata pengamat yang tidak tepat saat membaca
volume air di dalam labu ukur, atau karena ketidaktepatan dalam
menempatkan skala pengukuran pada tingkat mata

Setelah dilakukan penimbangan wadah dan aquades, dilakukan perhitungan


nilai berat jenis, standar deviasi, nilai akurasi dan presentase kesalahan

Tabel 9. Hasil perhitungan kalibrasi labu ukur

Kalibrasi Nilai Rata - Standar Nilai Presentase


Rata Deviasi Akurasi Kesalahan
Labu ukur 0,9864 0,01096 0,011 0,011 %
50ml
Keakuratan suatu dalam kalibrasi buret tergantung pada standar
deviasi yang diinginkan dalam pengukuran. Semakin kecil standar deviasi
yang diinginkan, semakin akurat nilai yang diharapkan dalam kalibrasi buret.
Nilai seharusnya harus mendekati nilai yang tertera pada buret, namun juga
harus memperhatikan faktor-faktor lain seperti kondisi buret, teknik
pengukuran, dan kualitas kalibrasi yang dilakukan. Idealnya, kalibrasi buret
dilakukan secara berkala untuk memastikan keakuratan pengukuran dan
menghindari kesalahan dalam pengukuran volumetric. (Kardianto,dkk., 2019).
Dari data diatas diperoleh standar deviasi labu ukur 50ml adalah
0,01096, sedangkan toleransi labu ukur 50ml berdasarkan alat yang kami
gunakan (setelah ditelusuri lebih lanjut) IWAKI VOLUMETRIC FLASK with
Glass Stopper, Class A, Amber Graduation memiliki tolurensi ±0,06 ml.
Dilihat dari standar deviasi yang mendekati angka keakuratan toleransi, labu
ukur ini dinyatakan akurat.
V. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
1. Nilai rata-rata dari kalibrasi buret volume 5ml adalah 0,9171 g/ml, buret
volume 10ml adalah 0,9369 g/ml, buret volume 15ml adalah 0,9596 g/ml.
Nilai rata rata dari kalibrasi pipet seukuran adalah 1,020 g/ml. Nilai Rata –
rata dari kalibrasi labu ukur adalah 0,9864
2. Nilai standar deviasi dari kalibrasi buret volume 5ml adalah 0,0658, buret
volume 10ml adalah 0,400, buret volume 15ml adalah 0,0392. Nilai
kalibrasi pipet seukuran adalah 0,0021, dan nilai standar deviasi kalibrasi
labu ukur adalah 0,0196
3. Nilai akurasi dari kalibrasi buret volume 5ml adalah 0,0804, buret volume
10ml adalah 0,0606, buret volume 15ml adalah 0,03796. Nilai akurasi
kalibrasi pipet seukuran adalah – 0,1045. Nilai akurasi kalibrasi labu ukur
adalah 0,011
4. Nilai akurasi dari kalibrasi buret volume 5ml adalah 0,0805%, buret
volume 10ml adalah 0,0607%, buret volume 15ml adalah 0,0379%. Nilai
akurasi kalibrasi pipet seukuran adalah – 0,1047%. Nilai akurasi kalibrasi
labu ukur adalah 0,011%
VI. Daftar Pustaka
Astuti, A., & Suhandi, M. (2020). Analisis Kesalahan Pengukuran
Volume Cair dengan Menggunakan Pipet Seukuran pada Percobaan
Pembuatan Larutan. Jurnal Pendidikan Kimia. 12(1). 82-91.
Budiawan, J., Darwis, D., & Darmadi, D. (2015). Pengaruh
Penggunaan Buret Terhadap Akurasi Hasil Pengukuran pada Analisis
Kuantitatif. Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi. 18(1). 1-6.
Dewi, R., & Ratnawati, N. L. P. (2018). Pengaruh Kalibrasi Terhadap
Akurasi
dan Ketelitian pada Pengukuran Zat Kimia dengan Menggunakan Pipet
Seukuran. Jurnal Ilmiah Nasional. 3(1). 12-17.
Kardianto., Kristanti, K. H., Tiswati, K. A., & Dwihapsari, Y. (2019).
Analisis Nilai Ketidakpastian dan Faktor Kalibrasi pada Alat Ukur Radiasi di
Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan Surabaya. Jurnal Fisika dan
Aplikasinya. 15(2). 56-61
Lubis, A. & Susanto, T.A. (2018). Jenis-jenis Kalibrasi dan
Pengukuran Ketidakpastian. Jurnal Riset Teknik Elektro. 2(2). 80-87.
Nurdjanah dan Umi Nurhasanah. (2018). Kalibrasi Alat Ukur dalam
Pengujian Mutu Pangan. Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan. 7(2). 52-56.
https://jurnal.poltektegal.ac.id/index.php/atp/article/view/155/131
Prasetya, D., & Nofita, L. (2018). Pengertian dan Fungsi Kalibrasi
Alat Ukur dalam Industri. Jurnal Edukasi Elektro. 3(2). 76-81.
Prasetyaningrum, N. O. K., Muzakky, A., & Muryanto, S. S. (2018).
Pengaruh Frekuensi Kalibrasi Terhadap Ketelitian Pengukuran Volumetri
pada Labu Ukur. Prosiding Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia
(SNKPK).
Sari, R. M., & Izzati, M. (2018). Pengaruh Kalibrasi Terhadap Akurasi
dan Ketelitian pada Pengukuran Zat Kimia dengan Menggunakan Pipet
Seukuran. Jurnal Ilmiah Nasional. 1(1). 24-30.
Supriyanto, & Murtikusuma. (2017). Pengertian dan Fungsi Kalibrasi
Alat Ukur dalam Industri. Jurnal Manajemen, Teknik Industri, dan Logistik.
2(2). 70-79.
Sutiman, D. R., & Nurosyid, F. (2016). Pembuatan Dan Karakterisasi
Prototipe Alat Ukur Volume Cairan. Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi,
2(1), 1-7.sari
Widyaningrum, A. D., & Nugroho, A. (2019). Akurasi dan presisi
pipet tetes pada analisis kualitatif golongan ion dengan metode titrasi
pengendapan. Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi. 22(5). 162-169.
Yuliani, S., & Fitriani, L. (2019). Pengaruh metode dan cara
pembacaan pada hasil pengukuran buret terhadap akurasi dan presisi pada
percobaan kimia dasar. Jurnal Pembelajaran Kimia. 6(2). 61-67.
VII. Lampiran
A. Laporan Sementara
B. Dokumentasi

Gambar 1 Gambar 2
Kalibrasi Buret volume 5ml Kalibrasi Buret volume 10ml

Gambar 3 Gambar 4
Kalibrasi buret volume 15ml Kalibrasi pipet seukuran 10ml
Gambar 5
Kalibrasi Labu Ukur 50ml

Anda mungkin juga menyukai