Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK

ACARA IV

TITRASI REDOKS : PENENTUAN KADAR ASAM ASKORBAT

Disusun oleh :

Nama : Ananda Prastika Anggara


NIM : 2200033078
Golongan/Kelompok : IB/3
Asisten Praktikum : Ella Prasyeta Ningrum

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN

YOGYAKARTA

2023
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Praktikum titrasi redoks asam askorbat umumnya dilakukan sebagai
bagian dari pelajaran kimia. Praktikum ini bertujuan untuk mengajarkan
mahasiswa tentang konsep redoks dan metode titrasi redoks, serta untuk
memperkenalkan asam askorbat (vitamin C).
Asam askorbat adalah senyawa organik yang dikenal sebagai vitamin
C. Vitamin C merupakan nutrisi penting bagi tubuh manusia karena
memiliki banyak manfaat, seperti membantu sistem kekebalan tubuh dan
meningkatkan penyerapan zat besi. Asam askorbat juga memiliki sifat
reduktor yang kuat, sehingga dapat digunakan dalam titrasi redoks.
Dalam praktikum titrasi redoks ini, mahasiswa akan melakukan titrasi
dengan menggunakan larutan asam askorbat yang telah diketahui
konsentrasinya dan larutan oksidator yang diketahui konsentrasinya pula.
Larutan oksidator yang sering digunakan dalam praktikum ini adalah
larutan iodin.
Dalam titrasi redoks asam askorbat, asam askorbat dioksidasi oleh
larutan iodin, dan reaksi ini dapat dimonitor dengan menggunakan
indikator amilum. Saat iodin bereaksi dengan amilum, akan terbentuk
kompleks biru yang menandakan akhir titrasi.

2. Tujuan
Tujuan praktikum titrasi redoks ini adalah
a. Mengetahui konsentrasi larutan Na 2 S2 O3 yang sebenarnya pada
standarisasi larutan Na2 S2 O3.
b. Mengetahui konsentrasi larutan I 2 yang sebenarnya pada
standarisasi larutan I 2.
c. Mengetahui konsentrasi vitamin C (C 6 H 8 O6) pada sampel air
jeruk.
B. DASAR TEORI
1. Titrasi redoks
Titrasi redoks adalah teknik analisis kimia yang didasarkan pada proses
yang melibatkan reaksi antara suatu zat oksidator dan reduktor. Dalam
titrasi redoks, suatu larutan reduktor yang diketahui ditambahkan ke dalam
larutan oksidator yang tidak diketahui atau sebaliknya. Pada titik tertentu,
yang disebut titik ekivalen, jumlah oksidator dan reduktor akan sama.
Metode titrasi redoks dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi
larutan yang tidak diketahui atau untuk menentukan massa atau
konsentrasi larutan yang diketahui (Brown et al., 2018).

2. Jenis titrasi redoks


Titrasi redoks yang umum digunakan dapat dibagi menjadi beberapa
jenis seperti Titrasi Iodometri, Titrasi Iodimetri, Titrasi Permanganometri,
Titrasi Bikromatometri, Titrasi Bromometri, Titrasi dikromatometri, Titrasi
Serimetri, dan Titrasi Nitrimetri.
a. Titrasi iodometri
Titrasi iodometri dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu titrasi langsung
(iodimetri) merupakan oksidator yang relatrif kuat dengan nilai potensial
oksidator sebesar +0,533 V, pada saat reaksi oksidasi iodium akan
direduksi menjadi iodin sesuai dengan reaksi. Dan titrasi tidak langsung
(iodometri) digunakan untuk menetapkan senyawa-senyawa yang
memepunyai potensial oksidasi yang lebih kecil dari pada sistem iodium-
iodida atau senyawa-senyawa yang bersifat oksidator. Pada Iodometri,
sampel yang bersifat oksidator direduksi dengan kalium iodida berlebihan
dan akan menghasilkan iodium yang selanjutnya dititrasi dengan larutan
baku natrium tiosulfa (Saputra et al., 2014)
b. Titrasi iodimetri
Titrasi Iodimetri adalah adalah metode titrasi atau volumetri yang pada
penentuannya berdasarkan pada jumlah iodium ( I 2) yang bereaksi dengan
sampel (asam askorbat) atau terbentuk dari hasil reaksi antara sampel
dengan ion iodide. Titrasi Iodimetri merupakan contoh analisis volumetri,
yaitu, suatu cara atau metode, yang menggunakan larutan yang disebut
titran dan dilepaskan dari perangkat gelas yang disebut buret (Nurmastika
et al., 2018)
c. Titrasi Permanganometri
Titrasi Permanganometri adalah salah satu jenis titrasi yang digunakan
untuk menentukan konsentrasi suatu zat kimia, di mana titrasi dilakukan
dengan menggunakan kalium permanganat ( KMn O 4) dalam suasana asam.
Dalam titrasi ini, reaksi yang terjadi didasarkan pada transfer elektron
antara pereduksi dan pengoksidasi. Proses oksidasi terjadi ketika pereduksi
melepaskan elektron, sementara proses reduksi terjadi ketika pengoksidasi
menerima elektron yang dilepaskan oleh pereduksi. Oleh karena itu, titrasi
permanganometri dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi zat
kimia yang memiliki sifat oksidator atau reduktor (Hasanah et al., 2019).
d. Titrasi bikromatometri
Bikromatometri ialah suatu teknik analisis kimia yang digunakan untuk
mengukur konsentrasi suatu zat dalam suatu sampel yang memiliki sifat
sebagai agen reduktor. Metode ini melibatkan penggunaan larutan standar
K 2 Cr2 O7 sebagai oksidator dalam suasana asam, di mana HCl atau H 2 S O4
digunakan sebagai agen asam. Dalam proses ini, larutan K 2 Cr2 O7 bereaksi
dengan zat yang akan diukur untuk menghasilkan produk oksidasi yang
dapat ditentukan konsentrasinya. Teknik bikromatometri dapat digunakan
dalam berbagai aplikasi analisis kimia, seperti dalam pengukuran
kandungan logam dalam sampel logam atau dalam pengukuran kadar gula
dalam cairan seperti air tebu (Hasanah et al., 2019).
e. Titrasi bromometri
Titrasi bromometri adalah suatu metode analisis titrasi redoks yang
menggunakan larutan standar yang mengandung ion bromat sebagai agen
oksidator untuk menentukan konsentrasi suatu senyawa reduktor. Pada
titrasi bromometri, senyawa reduktor akan bereaksi dengan ion bromat
membentuk ion bromida sebagai produk. Perubahan warna pada titrasi
bromometri sering diketahui dengan menggunakan indikator yang bereaksi
dengan ion bromida, seperti larutan tiosulfat atau larutan iodida. Metode
ini sering digunakan untuk menentukan konsentrasi sulfida atau hydrogen
sulfida dalam sampel (Harris, 2015).
f. Titrasi serimetri
Titrasi serimetri adalah jenis metode titrasi yang memanfaatkan prinsip
reaksi redoks dalam pelaksanaannya. Salah satu kelebihan dari metode ini
adalah bahwa larutannya yang terdiri dari serium(IV) sulfat cenderung
lebih stabil dalam penyimpanan, sekaligus menjadi oksidator yang sangat
baik. Selain itu, larutan serium(IV) sulfat tersebut kurang berwarna,
sehingga memudahkan dalam pembacaan titik akhir dengan indikator.
Walaupun metode serimetri ini merupakan metode yang baik, namun
sayangnya metode ini jarang digunakan karena bahan-bahannya yang
tergolong mahal (Putra & Sugiarso, 2016).
g. Titrasi nitrimetri
Titrasi nitrimetri adalah suatu metode titrasi redoks yang digunakan
untuk menentukan konsentrasi senyawa reduktor yang mengandung gugus
amin atau amida dengan menggunakan larutan standar yang mengandung
ion nitrat ( NO 3−¿ ¿) sebagai oksidator. Pada titrasi ini, ion nitrat akan
bereaksi dengan senyawa reduktor yang dititrasi untuk membentuk produk
oksidasi seperti nitrogen oksida ( NO ) atau nitrogen dioksida ( N O2).
Perubahan warna yang terjadi pada titrasi nitrimetri biasanya disebabkan
oleh penambahan indikator seperti sulfanilamide atau N-(1-naphtyl)-
ethylenediamine. Titrasi nitrimetri sering digunakan untuk menentukan
konsentrasi senyawa organik seperti amin dan amida dalam sampel
(Harris, 2015).
h. Titrasi dikromatometri
Titrasi dikromatometri adalah suatu metode titrasi redoks yang
digunakan untuk menentukan konsentrasi suatu senyawa reduktor dengan
menggunakan larutan standar yang mengandung ion dikromat (Cr 2 O72−¿¿ )
sebagai oksidator. Pada titrasi ini, ion dikromat akan bereaksi dengan
senyawa reduktor yang dititrasi untuk membentuk ion kromium (Cr 3+¿ ¿
sebagai produk. Perubahan warna yang terjadi pada titrasi dikromatometri
biasanya disebabkan oleh penambahan indikator seperti diphenylamine
sulfonate atau diphenylcarbazone. Titrasi dikromatometri sering digunakan
untuk menentukan konsentrasi senyawa organik seperti asam askorbat atau
asam oksalat dalam sampel (Rouessac & Rouessac, 2022).

3. Karakteristik Bahan
a. Jeruk
Jeruk adalah buah berdaging tebal dengan kulit yang mudah
dikupas, biasanya memiliki rasa yang manis atau sedikit asam, dan
kaya akan vitamin C dan antioksidan (Sofyan, 2019). Buah jeruk
mengandung sekitar 30-50 mg/100 ml asam askorbat dalam bentuk
bebas atau terikat (Suleria et al., 2018). Buah jeruk memiliki
kandungan antioksidan yang tinggi, terutama dalam bentuk flavonoid
dan vitamin C, yang dapat membantu mengurangi risiko terjadinya
berbagai penyakit degeneratif seperti Alzheimer, Parkinson, dan
diabetes tipe 2 (Esfahani et al., 2017).
b. Natrium Tiosulfat ( Na 2 S2 O3)
Natrium tiosulfat ( Na2 S2 O3 ¿ , adalah senyawa anorganik yang
larut dalam air dan memiliki rasa sedikit asin. Senyawa ini memiliki
struktur kristal ortorombik dengan dua molekul natrium tiosulfat
dalam setiap unit sel. Natrium tiosulfat merupakan senyawa reduktor
yang kuat dan dapat digunakan sebagai agen pereduksi dalam berbagai
reaksi kimia. Senyawa ini juga digunakan dalam fotografi sebagai
fiksatif untuk membantu menghilangkan sisa-sisa perak dari film dan
kertas foto. Selain itu, natrium tiosulfat juga digunakan dalam
pengolahan limbah untuk menghilangkan klorin dari air limbah
sebelum dibuang ke lingkungan."
Sifat-sifat lain dari natrium tiosulfat meliputi: Titik leleh: 48
°C, Titik didih: 100 °C (zeropresion), Massa molar: 158,11 g/mol,
Warna: putih (bentuk padat), tidak berwarna (dalam larutan),
Kelarutan: larut dalam air, tidak larut dalam etanol, Reaktivitas: reaktif
terhadap asam klorida dapat bereaksi dengan logam seperti tembaga
dan timah.
(Zumdahl et al., 2017)
c. Kalium Iodida ( KI )
Kalium iodide (KI) memiliki massa molar 166.00 g/mol,
berbentuk kristal padat berwarna putih, memiliki titik leleh pada
681°C (954 K), memiliki titik didih sebesar 1330°C (1600K). KI
bertindak sebagai sumber iodida dalam sintesis organic (Stwertka,
2002). Kalium iodida merupakan garam yang terdiri dari kalium dan
iodin. Ia sering digunakan sebagai bahan pengawet makanan dan obat,
serta sebagai bahan baku dalam produksi iodin ( Cotton & Wilkinson,
2014).
d. Iodium ( I 2)
Iodium adalah elemen kimia dalam tabel periodik yang
memiliki simbol I dan nomor atom 53. Iodium ditemukan dalam
bentuk padatan hitam-keunguan yang mudah menguap pada suhu
kamar dan berbau menyengat (Sánchez-López & Gómez-González,
2021). Iodium adalah elemen esensial untuk kesehatan manusia karena
dibutuhkan untuk sintesis hormon tiroid yang mengatur metabolisme.
Iodium juga digunakan dalam industri makanan, farmasi, dan
elektronik (Zimmermann, 2018).
e. Kalium Dikromat ( K 2 Cr2 O7)
Kalium dikromat adalah suatu senyawa yang mempunyai
kegunaan luas bagi kehidupan manusia. Contoh dari penggunaaan
kalium dikromat yang umum dijumpai yaitu pada industry
penyamakan kulit, bahan celup untuk lukisan, hiasan pada porselin,
percetakan, photolithography, warna print, bahan untuk petasan, bahan
pembuatan korek api, penjernihan minyak kelapa, jalan, spon, dan
untuk baterai serta depolarisator pada sel kering.Kalium dikromat ini
merupakan garam kalium tidak stabil dalam bentuk bebas dan juga
merupakan oksidator kuat, khususnya dalam larutan asam.
Sifat-sifat kalium dikromat :
Rumus : K 2 Cr2 O7; Massa molar : 294.19 gr/mol; Warna : oranye-
merah; Titik didih : ~5000C; Titik leleh : 3970C; Kelarutan : 123 gr/lt
pada 200C
Kegunaan kalium dikromat yaitu antara lain :
1) Larutan kalium dikromat yang diasamkan dengan asam sulfat
encer digunakan untuk :
a) Mengoksidasi alkohol sekunder menjadi keton
b) Mengoksidasi alkohol primer menjadi aldehid
c) Mengoksidasi alkohol primer menjadi asam karboksilat
2) Sebagai pengoksidasi dalam titrasi. Kalium dikromat sering kali
digunakan untuk menentukan konsentrasi ion besi (II) dalam
larutan. Hal ini dilakukan sebagai alternatif pergunaan larutan
kalium permanganat.
(Miskah et al., 2015)
f. Amilum
Amilum, atau disebut juga pati, adalah jenis karbohidrat
polisakarida yang dihasilkan melalui proses fotosintesis pada tanaman
yang disimpan dalam beberapa organ tanaman, seperti akar, batang,
dan biji sebagai tempat penyimpan cadangan makanan (Kumalawati et
al., 2018). Amilum merupakan kelebihan karbohidrat yang disimpan
oleh tanaman sebagai cadangan makanan yang memiliki warna putih
tidak berasa serta berbentuk serbuk amorf lunak (Sakinah &
Kurniawansyah, 2018). Amilum mengandung dua komponen, yakni
amilosa dan amilopektin. Amilosa merupakan komponen dalam
amilum yang memiliki struktur linier tanpa cabang dengan 200 – 300
satuan D-glukosa yang terhubung melalui ikatan α-(1,4)-glikosida.
Sementara itu, amilopektin merupakan komponen dalam amilum yang
memiliki struktur linier bercabang dengan 1.000 bahkan lebih satuan
D-glukosa yang terhubung melalui ikatan α-(1,4)-glikosida pada rantai
lurusnya dan ikatan α-(1,6)-glikosida pada rantai cabangnya (Pramesti
et al., 2015). Amilosa memiliki sifat yang keras dan mudah menyerap
air, sedangkan amilopektin memiliki sifat yang lengket dan sulit
menyerap air (Rosmawati, 2013).
g. Asam Sulfat ( H 2 S O 4 )
Asam sulfat dengan rumus molekul H 2 S O4 dan massa molar
98,078 g/mol adalah bahan yang sangat banyak dibutuhkan oleh
berbagai industri. Asam sulfat merupakan cairan yang agak kental,
tidak berbau, berat jenis sebesar 1,839 g cm−3, tidak berwarna dan
bersifat korosif. Titik leleh 10°C, titik didih 290°C, (asam murni. 98%
larutan mendidih pada 338°C), viskositas 26,7 cp pada 20°C.
Asam sulfat Dapat bercampur dengan air dalam segala
perbandingan dengan mengeluarkan panas (eksotermik). Semua
perusahaan produsen asam sulfat memproduksi asam sulfat teknis,
yang umumnya dipakai sebagai bahan baku industri hilir. Kadar asam
sulfat yang dipasarkan bervariasi dari 93% - 98%.
Data-data tersebut di atas berlaku pada keadaan standar (25°C,
100 kPa). Asam sulfat seperti halnya asam nitrat adalah oksidator kuat.
Artinya bisa menghancurkan jaringan kulit. Asam kuat ini sering
dipakai jika ingin menganalisa mineral dari bahan organik. Bahan
organik (kulit termasuk di dalamnya) akan terurai menjadi penyusun-
penyusunnya seperti C, H, O, N, P dan mineral lain. Reaksi hidrasi
asam sulfat adalah reaksi eksoterm yang kuat. Jika air ditambah
kepada asam sulfat pekat, langsung mendidih. Selalu tambah asam
kepada air dan bukan sebaliknya. Sebagian dari masalah ini
disebabkan perbedaan berat jenis kedua cairan. Berat jenis air lebih
kecil dibanding asam sulfat dan cenderung untuk terapung di atas
asam.
(Panjaitan, 2019)
C. METODE PERCOBAAN
1. ALAT BAHAN
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah
2. PROSEDUR KERJA
D. HASIL DAN PEMBAHASAN
Titrasi redoks adalah suatu metode kimia yang digunakan untuk
menentukan konsentrasi suatu zat kimia (analit) dengan cara menentukan
jumlah zat kimia yang diperlukan untuk mereduksi atau mengoksidasi zat
kimia tersebut. Proses titrasi melibatkan penggunaan agen reduktor atau
oksidator, biasanya disebut sebagai titran, untuk mereduksi atau
mengoksidasi zat kimia yang dianalisis. Selama proses ini, titran
ditambahkan secara bertahap ke dalam larutan sampel, sampai titik
ekivalen tercapai, di mana jumlah titran yang ditambahkan sama dengan
jumlah analit yang dioksidasi atau direduksi. Pada praktikum ini sampel
jeruk direaksikan dengan larutan I2 yang telah distandarisasi dengan
menggunakan Na2S2O3 menggunakan metode titrasi iodimetry.
Metode titrasi redoks yang digunakan pada praktikum ini adalah titrasi
iodimetri dan titrasi dikromatometri yang digunakan untuk
menstandarisasi Na 2 S2 O3, menstandarisasi larutan I 2, dan menentukan
kadar asam askorbat (C 6 H 3 O6).
Titrasi iodimetri merupakan titrasi redoks yang menggunakan larutan
standar I 2 sebagai titran dalam suasana netral atau sedikit asam. Titrasi
tersebut juga dapat dikatakan dengan titrasi langsung karena dalam proses
titrasi ini I 2 berfungsi sebagai pereaksi. Dalam proses reaksi redoks harus
selalu ada oksidator dan reduktor, karena jika suatu unsur bertambah
bilangan oksidasinya (melepaskan elektron), maka harus ada suatu unsur
yang digunakan untuk menangkap elektron yang terlepas. Sehingga dalam
proses reaksi redoks tidak mungkin hanya ada oksidator saja ataupun
reduktor saja. Titrasi iodimetri dilakukan dalam keadaan netral atau dalam
kisaran asam lemah sampai basa lemah. Pada pH tinggi (basa kuat) I2 dapa
mengalami reaksi disproporsionasi menjadi hipoiodat (Erwanto et al.,
2018).
Titrasi dikromatometri adalah suatu metode titrasi redoks yang
digunakan untuk menentukan konsentrasi suatu senyawa reduktor dengan
menggunakan larutan standar yang mengandung ion dikromat (Cr 2 O72−¿¿ )
sebagai oksidator. Pada titrasi ini, ion dikromat akan bereaksi dengan
senyawa reduktor yang dititrasi untuk membentuk ion kromium (Cr 3+¿ ¿)
sebagai produk. Perubahan warna yang terjadi pada titrasi dikromatometri
biasanya disebabkan oleh penambahan indikator seperti diphenylamine
sulfonate atau diphenylcarbazone. Titrasi dikromatometri sering digunakan
untuk menentukan konsentrasi senyawa organik seperti asam askorbat atau
asam oksalat dalam sampel (Rouessac & Rouessac, 2022).
Tabel 1. Hasil Praktikum Penentuan Konsentrasi Sampel

Titran Na 2 S2 O3 Titrat K 2 Cr2 O7


Standarisasi
Vol. (mL) Kons. (N) Vol. (mL) Kons. (N)
Na 2 S2 O3
12.15 0,082 10 0.01
N Na2 S2 O3 0.082 N
Titran I 2 Titrat Na 2 S2 O3
Standarisasi
Vol. (mL) Kons. (N) Vol. (mL) Kons. (N)
larutan I 2
40.35 0.2 10 0.002
N I2 0.2 N
Penentuan N Titran I 2 Sampel air jeruk
C 6 H 8 O6 Vol. (mL) Kons. (N) Vol. (mL) Kons. (N)
dalam sampel
23.6 0.2 25 0.02
jeruk
N C 6 H 8 O6 0.02 N

Prinsip dasar dari titrasi redoks adalah bahwa reaksi redoks terjadi
antara analit dan titran, di mana analit akan teroksidasi atau direduksi oleh
titran. Ketika jumlah titran yang ditambahkan mencapai titik ekivalen, di
mana jumlah analit yang dioksidasi atau direduksi sama dengan jumlah
titran yang ditambahkan, maka titik akhir titrasi akan tercapai.
Titik akhir titrasi dapat ditentukan dengan berbagai cara, seperti
menggunakan indikator redoks atau elektroda potensiometri. Indikator
redoks akan berubah warna saat terjadi perubahan potensial, yang
menandakan titik akhir titrasi. Sedangkan, elektroda potensiometri akan
merekam perubahan potensial listrik selama penambahan titran, yang akan
menunjukkan titik akhir titrasi sebagai perubahan tiba-tiba dalam potensial
listrik.
(Skoog et al., 2021)
1. BAHAS HASIL DIKAITKAN DENGAN TEORI

E. PENUTUP
1. KESIMPULAN
a. Konsentrasi Na 2 S2 O3 pada larutan Na 2 S2 O3 adalah 0.082 N.
b. Konsentrasi I 2 pada larutan I 2 adalah 0.2 N.
c. Konsentrasi C 6 H 8 O6 pada sampel air jeruk adalah 0.02 N.

F. DAFTAR PUSTAKA
Brown, T. L., LeMay Jr., H. E., Bursten, B. E., & Murphy, C. J. (2018). Chemistry: The Central Science
(14th ed.). Pearson.

Erwanto, D., Utomo, Y. B., Fiolana, F. A., & Yahya, M. (2018). Pengolahan citra digital untuk
menentukan kadar asam askorbat pada buah dengan metode titrasi iodimetri. Multitek
Indonesia: Jurnal Ilmiah, 12(2), 73-84.

Esfahani, Z. H., Sharifi-Rad, J., Iriti, M., & Saboora, A. (2017). Citrus fruit peels: from waste to valuable
resources for food and pharmaceutical industries. International Journal of Food Properties,
20(2), 1659-1674.

Harris, D. C. (2015). Quantitative Chemical Analysis 9th Edition . W. H. Freeman.

Hasanah, U., Mukaromah, A. H., & Sitomurni, D. H. (2019). Perbandingan Metode Analisis
Permanganometri dan Bikromatometri pada Penentuan Kadar Chemical Oxygen Demand
(COD). Prosiding seminar nasional mahasiswa unimus, 2(1), 59-62.

Kumalawati, H., Izzati, M., & Suedy, S. W. (2018). Bentuk, Tipe, dan Ukuran Amilum Umbi Gadung,
Gembili, Uwi Ungu, Porang, dan Rimpang Ganyong. Anatomi dan Fisiologi, 3(1), 56-61.

Miskah, S., Tumanggor, B., & Sinambela, F. P. (2015). Penambahan K2Cr2O7 terhadap waktu awal
penyalaan pada biobriket dari campuran batu bara dan tongkol jagung. Jurnal Teknik Kimia,
21(3), 34-46.

Nurmastika, A., Erwanto, D., Rosanti, A. D., & Fiolana, F. A. (2018). Rancang bangun alat pengukur
kadar asam askorbat pada buah dengan metode titrimetri iodmetri. Jurnal SETRUM (Sistem
Kendali Tenaga Elektronika Telekomunikasi Komputer), 7(1), 147-157.

Panjaitan, R. R. (2019). Research of chloride test in sulphate acid comodity. Jurnal Standardisas,
11(1), 20-26.

Pramesti, H. A., Siadi, K., & Cahyono, E. (2015). Analisis Rasio Kadar Amilosa/Amilopektin dalam
Amilum dari Beberapa Jenis Umbi. Indonesian Journal of Chemical Science, 4(1), 26-30.

Putra, F. A., & Sugiarso, R. D. (2016). Perbandingan metode analisis permanganometri dan serimetri
dalam penentuan kadar besi (II). Jurnal Sains dan Seni ITS, 5(1), 10-13.

Rosmawati, T. (2013). Isolasi Kapang Pendegradasi Amilum pada Ampas Sagu (Metroxylon sago)
Secara in Vitro. Jurnal Biology Science & Education, 2(1), 20-18.
Rouessac, F., & Rouessac, A. (2022). Chemical Analysis: Modern Instrumentation Methods and
Techniques 3rd Edition. Wiley.

Sakinah, A. R., & Kurniawansyah, I. S. (2018). Isolasi, Karakterisasi Sifat Fisikokimia,dan Aplikasi Pati
Jagung dalam Bidang Farmasetik. Farmaka, 16(2), 430-442.

Sánchez-López, C., & Gómez-González, S. (2021). Iodine: An Essential Trace Element. Journal of
Medicinal Chemistry, 64(8), 4212-4225.

Saputra, P. K., A.P, I. M., & Sudarma, N. (2014). Pengaruh pemanasan karbon aktif dalam penurunan
kadar klor dalam air. Jurnal Chemistry Laboratory, 1(2), 69-168.

Skoog, D. A., West, D. M., Holler, F. J., & Crouch, S. R. (2021). Fundamentals of Analytical Chemistry.
Cengage Learning.

Sofyan, A. (2019). Kajian kandungan nutrisi dan manfaat jeruk. Jurnal Kesehatan, 12(1), 47-53.

Suleria, H., Osborne, S., & Sultanbawa, Y. (2018). itamin C content of citrus fruit and their products: A
review. Journal of Food Composition and Analysis, 66(1), 71-83.

Zimmermann, M. B. (2018). The role of iodine in human growth and development. Seminars in cell &
developmental biology, 86, 88-96.

Zumdahl, S. S., Zumdahl, S. A., & DeCoste, D. J. (2017). Chemistry 10th Edition . Cengage Learning.

G. DAFTAR PUSTAKA
Brown, T. L., LeMay Jr., H. E., Bursten, B. E., & Murphy, C. J. (2018).
Chemistry: The Central Science (14th ed.). Pearson.
Erwanto, D., Utomo, Y. B., Fiolana, F. A., & Yahya, M. (2018). Pengolahan citra
digital untuk menentukan kadar asam askorbat pada buah dengan metode
titrasi iodimetri. Multitek Indonesia: Jurnal Ilmiah, 12(2), 73-84.
Esfahani, Z. H., Sharifi-Rad, J., Iriti, M., & Saboora, A. (2017). Citrus fruit peels:
from waste to valuable resources for food and pharmaceutical industries.
International Journal of Food Properties, 20(2), 1659-1674.
Harris, D. C. (2015). Quantitative Chemical Analysis 9th Edition . W. H.
Freeman.
Hasanah, U., Mukaromah, A. H., & Sitomurni, D. H. (2019). Perbandingan
Metode Analisis Permanganometri dan Bikromatometri pada Penentuan
Kadar Chemical Oxygen Demand (COD). Prosiding seminar nasional
mahasiswa unimus, 2(1), 59-62.
Kumalawati, H., Izzati, M., & Suedy, S. W. (2018). Bentuk, Tipe, dan Ukuran
Amilum Umbi Gadung, Gembili, Uwi Ungu, Porang, dan Rimpang
Ganyong. Anatomi dan Fisiologi, 3(1), 56-61.
Miskah, S., Tumanggor, B., & Sinambela, F. P. (2015). Penambahan K2Cr2O7
terhadap waktu awal penyalaan pada biobriket dari campuran batu bara
dan tongkol jagung. Jurnal Teknik Kimia, 21(3), 34-46.
Nurmastika, A., Erwanto, D., Rosanti, A. D., & Fiolana, F. A. (2018). Rancang
bangun alat pengukur kadar asam askorbat pada buah dengan metode
titrimetri iodmetri. Jurnal SETRUM (Sistem Kendali Tenaga Elektronika
Telekomunikasi Komputer), 7(1), 147-157.
Panjaitan, R. R. (2019). Research of chloride test in sulphate acid comodity.
Jurnal Standardisas, 11(1), 20-26.
Pramesti, H. A., Siadi, K., & Cahyono, E. (2015). Analisis Rasio Kadar
Amilosa/Amilopektin dalam Amilum dari Beberapa Jenis Umbi.
Indonesian Journal of Chemical Science, 4(1), 26-30.
Putra, F. A., & Sugiarso, R. D. (2016). Perbandingan metode analisis
permanganometri dan serimetri dalam penentuan kadar besi (II). Jurnal
Sains dan Seni ITS, 5(1), 10-13.
Rosmawati, T. (2013). Isolasi Kapang Pendegradasi Amilum pada Ampas Sagu
(Metroxylon sago) Secara in Vitro. Jurnal Biology Science & Education,
2(1), 20-18.
Rouessac, F., & Rouessac, A. (2022). Chemical Analysis: Modern
Instrumentation Methods and Techniques 3rd Edition. Wiley.
Sakinah, A. R., & Kurniawansyah, I. S. (2018). Isolasi, Karakterisasi Sifat
Fisikokimia,dan Aplikasi Pati Jagung dalam Bidang Farmasetik.
Farmaka, 16(2), 430-442.
Sánchez-López, C., & Gómez-González, S. (2021). Iodine: An Essential Trace
Element. Journal of Medicinal Chemistry, 64(8), 4212-4225.
Saputra, P. K., A.P, I. M., & Sudarma, N. (2014). Pengaruh pemanasan karbon
aktif dalam penurunan kadar klor dalam air. Jurnal Chemistry
Laboratory, 1(2), 69-168.
Skoog, D. A., West, D. M., Holler, F. J., & Crouch, S. R. (2021). Fundamentals of
Analytical Chemistry. Cengage Learning.
Sofyan, A. (2019). Kajian kandungan nutrisi dan manfaat jeruk. Jurnal Kesehatan,
12(1), 47-53.
Suleria, H., Osborne, S., & Sultanbawa, Y. (2018). itamin C content of citrus fruit
and their products: A review. Journal of Food Composition and Analysis,
66(1), 71-83.
Zimmermann, M. B. (2018). The role of iodine in human growth and
development. Seminars in cell & developmental biology, 86, 88-96.
Zumdahl, S. S., Zumdahl, S. A., & DeCoste, D. J. (2017). Chemistry 10th Edition
. Cengage Learning.
H. LAMPIRAN
1. DOKUMMENTASI
a. Foto sebelum titrasi 3
b. Foto sebelum ditambah amilum untuk percobaan 1 NaS2O3
c. Foto setelah ditambah amilum untuk perccobaan 1 NaS2O3
d. Foto sesudah titrasi 3
2. LAPORAN SEMENTARA

Anda mungkin juga menyukai