Anda di halaman 1dari 23

Mekanika Benda Langit adalah ilmu yang mempelajari tentang gerak dan lintasan benda langit,

misalnya pergerakan planet, satelit (alamiah maupun buatan), asteroid, komet, bintang dan galaksi.
Mekanika Benda Langit berkembang pesat setelah Newton menunjukkan bahwa kaidah hukum
Kepler yang dahulu diturunkan dari pengamatan dapat dijelaskan dengan hukum gravitasi. Itulah
sebabnya kenapa ilmu ini disebut juga Mekanika Newton. Posisi benda langit pada saat yang akan
datang dapat diprediksi, namun untuk benda yang bergerak cepat Mekanika Newton tidak dapat
memberikan jawaban yang memuaskan. Saat ini Mekanika Benda Langit merupakan pengetahuan
dasar dalam merancang perjalanan wahana ke angkasa luar.

Di dalam astronomi, tiga Hukum Gerakan Planet Kepler adalah:

 Setiap planet bergerak dengan lintasan elips, Matahari berada di salah satu fokusnya.
 Luas daerah yang disapu pada selang waktu yang sama akan selalu sama.
 Perioda kuadrat suatu planet berbanding dengan pangkat tiga jarak rata-ratanya dari Matahari.
Ketiga hukum di atas ditemukan oleh ahli matematika dan astronomi Jerman: Johannes
Kepler (1571–1630), yang menjelaskan gerakan planet di dalam tata surya. Hukum di atas
menjabarkan gerakan dua benda yang saling mengorbit.
Karya Kepler didasari oleh data pengamatan Tycho Brahe, yang diterbitkannya sebagai 'Rudolphine
tables'. Sekitar tahun 1605, Kepler menyimpulkan bahwa data posisi planet hasil pengamatan Brahe
mengikuti rumusan matematika cukup sederhana yang tercantum di atas.
 Hukum Newton Pertama: setiap benda akan memiliki kecepatan yang konstan kecuali ada gaya
yang resultannya tidak nol bekerja pada benda tersebut. Berarti jika resultan gaya nol, maka
pusat massa dari suatu benda tetap diam, atau bergerak dengan kecepatan konstan (tidak
mengalami percepatan).
 Hukum Newton Kedua: sebuah benda dengan massa M mengalami gaya resultan sebesar F
akan mengalami percepatan a yang arahnya sama dengan arah gaya, dan besarnya berbanding
lurus terhadap F dan berbanding terbalik terhadap M. atau F=Ma. Bisa juga diartikan resultan
gaya yang bekerja pada suatu benda sama dengan turunan dari momentum linear benda tersebut
terhadap waktu.
 Hukum Newton Ketiga: gaya aksi dan reaksi dari dua benda memiliki besar yang sama, dengan
arah terbalik, dan segaris. Artinya jika ada benda A yang memberi gaya sebesar F pada benda B,
maka benda B akan memberi gaya sebesar –F kepada benda A. F dan –F memiliki besar yang
sama namun arahnya berbeda. Hukum ini juga terkenal sebagai hukum aksi-reaksi, dengan F
disebut sebagai aksi dan –F adalah reaksinya.
 Radiasi Benda Hitam
 Dalam fisika, benda hitam (bahasa ingris black body) adalah obyek yang menyerap seluru
radiasi elektromagnetik yang jatuh padanya. Tidak ada radiasi yang dapat keluar atau
dipantulkannya.
 alam istilah astronomi dan navigasi, bola langit adalah bola khayal dengan radius tak
hingga yang tampak berotasi, konsentrik dan koaksial dengan Bumi, dan semua objek langit
dibayangkan berada pada kulit bola sebelah dalam. Sebanding dengan yang dimiliki bola
Bumi, ekuator langit dan kutub-kutub langit merupakan proyeksi ekuator Bumi dan kutub-
kutub Bumi pada bola langit. Bola langit merupakan "alat bantu" sangat penting
dalam astrometri.
 Bola langit dapat digunakan secara geosentrik maupun toposentrik. Geosentrik berarti bola
tersebut berpusat pada pengamat khayal yang berada di pusat bumi dan efek paralakstidak
diperhitungkan. Sementara toposentrik berarti bola tersebut berpusat pada pengamat di
permukaan Bumi dan paralaks horizontal tidak dapat selalu diabaikan.

SATUAN WAKTU

 Satuan waktu merupakan dasar dari penentuan selang waktu. Tentunya agar
perhitungan menjadi mudah, satuan-satuan waktu ini didasarkan pada
perhitungan peristiwa-peristiwa kosmis yang sering terjadi yakni, rotasi dan
revolusi Bumi dan Bulan.

 ROTASI BUMI
 Kita telah tahu bahwa bergesernya posisi bintang tiap menitnya merupakan
akibat dari rotasi Bumi. Jika kita mau mengukur periode dari suatu bintang
berada di zenit sampai kembali ke zenit lagi, maka akan didapatkan periodenya
sekitar 23 jam 56 menit 4,1 detik atau disebut satu hari bintang (sideral time).

 Pergerakan semu bintang-bintang ini dari timur ke barat, sehingga berdasarkan


arah rotasi relatif yang akan dibahas pada bab 3, maka gerak rotasi Bumi
pastilah dari barat ke timur (direct). Namun jika yang kita amati adalah Matahari,
maka periode semu harian Matahari bukanlah 23 jam 56 menit 4,1 detik,
melainkan 24 jam. Perbedaan ini diakibatkan periode sinodis antara rotasi Bumi
dan revolusi Bumi terhadap Matahari yang searah, sehingga periode semu
harian Matahari menjadi lebih lambat sekitar 4 menit.

 Periode ini disebut satu hari Surya Benar. Sebenarnya panjang satu hari Surya
Benar ini tidak sama dari hari ke hari akibat orbit Bumi yang elips, sehingga satu
hari Surya Benar lebih singkat saat Bumi di perihelium (22 Desember) dibanding
saat Bumi di aphelium (21 Juni). Rata-rata panjang hari Surya dalam satu tahun
disebut waktu surya rerata. Nah, dari dua macam periode harian ini didapatkan
dua definisi hari yakni

 Satu hari bintang (sideral day) = 23h56m04s,0905 mean second


 Satu hari Surya rerata (mean solar day) = 24h00m00s mean second

 Satu mean second didefinisikan sebagai satu hari surya rerata dibagi 3600,
sedangkan satu sideral second didefinisikan sebagai satu hari bintang dibagi
3600, sehingga satu sideral second = 0,997269565972 mean second.
Perhitungan waktu astronomis menggunakan standar waktu mean second, dan
jika satu hari surya rerata dinyatakan dalam sideral second didapatkan


 REVOLUSI BUMI
 Bumi bergerak mengelilingi Matahari, sehingga posisi Matahari cenderung tetap
dari hari ke hari, sedangkan posisi bintang berubah hampir satu derajat per hari.
Kita telah sepakat bahwa periode rotasi Bumi sama dengan satu hari Surya
rerata sama dengan 24 sideral hour. Sehingga dengan membandingkan periode
revolusi Bumi dengan periode rotasinya, maka satu kali periode gerak tahunan
bintang dinamakan satu tahun bintang (sideral year) yang sama dengan 365 hari
6 jam 9 menit 10 detik mean second.

 Perhitungan satu tahun dalam kalender tidak mengikuti periode semu tahunan
bintang, melainkan periode semu tahunan Matahari, yaitu periode Matahari dari
titik Aries kembali ke titik Aries. Pada tata koordinat kita telah mengetahui titik
Aries bergerak retrograde akibat presesi orbit Bumi sebesar .


 Sehingga satu tahun menurut sistem ini sama dengan 365 hari 5 jam 48 menit
46 detik mean second.

 Perhitungan berdasarkan gerak Matahari dari titik Aries ke titik Aries ini disebut
tahun tropik yang kemudian dijadikan patokan kalender Surya moderen
(Syamsiah, Solar calender) Contoh dari kelender Surya adalah kalender Masehi.

 KALENDER SURYA (JULIAN DAN GREGORIAN)


 Telah diketahui penentuan kalender Masehi didasarkan pada tahun tropik.


Kalender Masehi Sebelumnya, yaitu kalender Julian, panjang tahun dihitung
365,25 hari, sehingga panjang hari dalam satu tahun adalah 365 hari dan dalam
empat tahun ada tahun dengan jumlah hari 366 (penambahan 1 hari pada bulan
Februari), tahun ini disebut tahun kabisat, yang disepakati terjadi tiap tahun yang
habis dibagi empat.

 Namun, karena siklus tahun tropik tidak tepat 365,25 hari melainkan 365 hari 5
jam 48 menit 46 detik, maka terdapat ketidak cocokan sebesar
 1 tahun Julian = 365 hari 6 jam
 1 tahun tropik = 365 hari 5 jam 48 menit 46 detik
 ___________________________________________________
 Selisih dalam 1 tahun = 11 menit 14 detik

 Jadi selisih dalam 100 tahun adalah 1.100 menit 1.400 detik atau 18 jam 43
menit dan dalam 128 tahun selisih itu menjadi 23,96 jam atau mendekati 1 hari.
Akibat kesalahan satu hari itu, penanggalan menjadi tidak sesuai lagi dangan
tanggal takwim.

 Usaha perbaikan yang pernah dilakukan ialah sebagai berikut:


 1. Pada tahun 625 M Concili di Nicea mengadakan perbaikan 3 hari, angka itu
diperoleh berdasarkan perhitungan dari 46 SM sampai 325 M lamanya 371
tahun, yaitu dari 371/128 = 2,8 atau hampir 3 hari.

 2. Pada tahun 1582 M dilakukan perbaikan lagi oleh Paus Gregorius XIII
sebanyak 10 hari. Pada tanggal 4 Oktober 1582 diumumkan, bahwa besok
bukan tanggal 5, melainkan tanggal 15 Oktober. Sepuluh hari itu berasal dari
(1582 – 325)/128 = 9,8 hari.

 Sejak tahun 1582 berlakulah tarikh baru yaitu tarikh Gregorian. Karena tiap 128
tahun terdapat kelebihan 1 hari, maka tiap 400 tahun terdapat kelebihan sekitar 3
hari. Jadi tiap empat abad harus ada tiga hari yang dihilangkan, dan hari-hari itu
adalah tanggal 29 Februari pada tahun abad yang tidak habis dibagi 400.
Misalkan tahun abad 1700, 1800, 1900, dan 2000, maka yang jumlah harinya
366 hanyalah tahun 2000. Tahun 1700, 1800 dan 1900 bukan merupakan tahun
kabisat meskipun habis dibagi 4, namun tidak habis dibagi 400. Adapun tahun-
tahun yang bukan tahun abad tetap mengikuti ketentuan kalender Julian.

 KALENDER BULAN
 Selain penentuan berdasarkan Matahari, kalender dapat pula didasarkan pada
pergerakan Bulan. Kalender/tarikh ini dinamakan kalender Bulan (Lunar
calendar), contohnya kalender Hijriyah, Imlek dan Saka. Jika kalender Surya
menghitung satu bulan dengan membagi tahun menjadi dua belas, maka
sebaliknya kalender Bulan menentukan panjang tahun dengan menjumlah dua
belas bulan (bulan dengan huruf awal kecil = month). Jadi kalender Bulan lebih
berpatokan pada panjang bulan, tidak seperti kalender Surya yang lebih
berpatokan pada panjang tahun.

 Satu bulan pada kalender Bulan sama dengan satu bulan sinodis, lamanya 29,5
hari, tepatnya 29 hari 12 jam 44 menit 3 detik. Satu tahun Kamariyah lamanya
12 ´ 29,5 hari = 354 hari. Banyaknya hari dalam satu tahubn pada Tarikh
Kamariyah berganti-ganti 29 hari dan 30 hari.

 Pada Tarikh Kamariyah dilakukan pembulatan panjang tahun biasa, yaitu tidak
memperhitungkan waktu di bawah satu jam. Akibatnya dalam sebulan terbuang
44 menit 3 detik dari satu bulan Kamariyah. Jadi dalam setahun akan terbuang 8
jam 48 menit 36 detik atau dalam 30 tahun Kamariyah terbuang waktu 10 hari 22
jam 38 menit atau hampir 11 hari.

 Untuk mencocokkan tarikh Kamariyah maka dilakukan penambahan 11 hari


selama 30 tahun, sehingga dalam tiga puluh tahun terdapat 11 tahun kabisat
yang panjangnya 355 hari. Urutan kesebelas tahun itu ditetapkan sebagai
berikut. Pada tahun ke 31 kembali lahi ke 1 dan seterusnya.

1 9 17 25
2* 10* 18* 26*
3 11 19 27
4 12 20 28*
5* 13* 21* 29
6 14 22 30
7* 15 23
8 16* 24*
Tahun kabisat (dengan tanda asterisk) dalam kalender Kamariyah.

 ZONA WAKTU

 Perputaran Bumi pada porosnya mengakibatkan peristiwa siang dan malam, dan
tentunya jika suatu daerah mengalami siang, maka daerah lain mengalami
malam. Karena rotasi Bumi adalah 24 jam, maka di Bumi ini terdapat 24 daerah
waktu. Standar daerah waktu di Bumi ialah bujur yang melalui kota Greenwich,
Inggris, yang ditetapkan sebagai bujur (longitude) 0°. Karena keliling Bumi 360°,
maka tiap selisih 15° terjadi selisih waktu 1 jam. Perbedaan waktu antara suatu
daerah terhadap Greenwich dinyatakan dalam selisihnya denganGreenwich Mean
Time atau GMT, misalkan zona waktu Makassar adalah WITA tidak lain adalah
GMT+8.

 Zona waktu GMT+8 berpatokan pada bujur 8 ´ 15 = 120° BT. Jadi dari bujur
112,5 BT sampai dengan 127,5 BT merupakan zona waktu GMT+8. Namun
rumus ini hanya dapat digunakan secara teori, karena secara hukum, garis-garis
waktu dapat saja dibelokkan dengan alasan-alasan tertentu, misalkan agar suatu
negara memiliki zona waktu sesedikit mungkin.

 Meskipun dalam berbagai kebutuhan praktis metode zana waktu seperti ini
sudah cukup baik, namun dalam beberapa urusan zona waktu ini tidak teliti.
Misalkan kota A pada bujur 112,5 BT , kota B pada bujur 120 BT dan kota C
pada bujur 127,5 BT yang keduanya terletak di dekat ekuator, zona waktu
keduanya adalah GMT+8. Bagi pengamat di kota B, Matahari terbit tepat pukul
06.00 waktu lokal sedangkan bagi pengamat di kota A Matahari baru akan terbit
pukul 06.30 waktu lokal dan kota C Matahari telah terbit setengah jam yang lalu
pada pukul 05.30 waktu lokal. Dapat dilihat juga bahwa kota A dan kota C yang
sebenarnya memiliki selisih waktu satu jam ternyata memiliki zona waktu yang
sama. Karena alasan ini, penentuan waktu shalat harus ditentukan berdasarkan
bujurnya agar lebih teliti.

Waktu di Bumi dibagi menjadi 24 zona waktu.


(Sumber: IPBA)

 GARIS PENANGGALAN INTERNASIONAL


 Garis penanggalan Internasional terletak di bujur 180° atau GMT+12. Walaupun


kedengarannya aneh, sebelah barat garis ini merupakan daerah timur dan
sebelah timur garis ini merupakan daerah barat (buktikan!) Jadi jika di sebelah
barat garis ini bertanggal 26 Januari 1991, maka di sebelah timur garis ini
bertanggal 25 Januari 1991. Selang beda tanggal ini diukur dari zona waktu yang
mengalami waktu lokal 00.00 ke timur hingga garis tanggal internasional memiliki
tanggal yang sama dan satu hari lebih maju dibanding daerah dari garis tanggal
internasional ke timur sampai zona waktu yang mengalami waktu lokal 00.00.

 Misalkan kota A (GMT+2) saat ini pukul 23.00 dan kota B(GMT+4) saat ini pukul
01.00. Meskipun waktunya hanya berselang dua jam, namun tanggalnya
berselang satu hari. Agak berbeda dengan garis tanggal internasional, pada
garis tanggal internasional, pada jam berapa saja, misalkan pada daerah
GMT+11 saat ini pukul 13.00 tanggal 21 Maret 2010, maka pada daerah GMT-11
mengalami pukul 15.00 bukan pada tanggal 21 Maret, melainkan 20 Maret 2010.
Jadi, waktunya berselang 2 jam dan tanggalnya berselang satu hari. Jika Anda
berdiritepat di atas garis penanggalan internasional maka saat itu pukul 14.00
waktu setempat tanggal 20 Maret dan 21 Maret bersamaan. Bingung? (saya
juga)
Perhitungan Waktu dan Kalender

KONSEP WAKTU
Sebelum kita memulai lebih jauh, mula-mula kita harus menjawab suatu pertanyaan
praktis yakni, apakah yang dimaksud dengan waktu itu? Walaupun kedengarannya mudah,
namun ternyata jawabannya sulit juga, namun setidaknya kita tahu waktu tidak hanya memiliki
satu makna. Waktu dalam konsep kalender atau penanggalan dapat didefinisikan sebagai
selang lamanya dua kejadian berlangsung dibandingkan terhadap satuan-satuan waktu yang
telah disepakati secara universal.

Astronomi adalah cabang ilmu alam yang meneliti benda langit (seperti bintang, planet, komet, dll)
serta fenomena-fenomena alam yang terjadi di luar atmosferBumi (misalnya radiasi latar belakang
kosmik). Ilmu ini secara pokok mempelajari berbagai sisi dari benda-benda langit seperti asal usul,
sifat fisika/kimia, meteorologi, dan gerak dan bagaimana pengetahuan akan benda-benda tersebut
menjelaskan pembentukan dan perkembangan alam semesta.
Astronomi sebagai ilmu adalah salah satu yang tertua, sebagaimana diketahui dari artifak-artifak
astronomis yang berasal dari era prasejarah; misalnya monumen-monumen dari Mesir dan Nubia,
atau Stonehenge yang berasal dari Britania. Orang-orang dari peradaban-peradaban awal
semacam Babilonia, Yunani, Cina, India, dan Maya juga didapati telah melakukan pengamatan yang
metodologis atas langit malam. Akan tetapi meskipun memiliki sejarah yang panjang, astronomi
baru dapat berkembang menjadi cabang ilmu pengetahuan modern melalui penemuan teleskop.
Cukup banyak cabang-cabang ilmu yang pernah turut disertakan sebagai bagian dari astronomi,
dan apabila diperhatikan, sifat cabang-cabang ini sangat beragam: dari astrometri, pelayaran
berbasis angkasa, astronomi observasional, sampai dengan penyusunan kalender dan astrologi.
Meski demikian, dewasa ini astronomi profesional dianggap identik dengan astrofisika.
Pada abad ke-20, astronomi profesional terbagi menjadi dua cabang, yaitu :

 astronomi observasional
 astronomi teoretis.
 TATA SURYA – Tata surya adalah susunan benda-benda langit yang
berputar mengelilingi matahari sebagai pusatnya. Benda-benda langit
tersebut terdiri dari 8 planet dengan orbit berbentuk elips, satelit alami,
komet, asteroid, dan meteroid. Planet-planet tersebut senantiasa bergerak
memutari matahari dikarenakan adanya pengaruh dari gaya gravitasi
matahari.
 Pernahkah Anda melihat ke arah langit pada malam hari? Anda pasti
melihat langit berwarna hitam dengan bintang yang berkelap-kelip. Bintang
merupakan sebuah benda langit yang mengeluarkan cahaya. Bintang di
langit terlihat seperti titik-titik cahaya dengan jumlahnya yang sangat
banyak.
 Di tata surya juga terdapat bintang yang biasa kita sebut matahari. Agar
lebih memahami apa yang dimaksud dengan tata surya, berikut
InformaZone.com berikan penjelasan lengkapnya. Pada tulisan di bawah
ini juga dijelaskan mengenai susunan dan anggota tata surya, matahari
sebagai pusat tata surya, dan planet di tata surya.
 Tata surya (solar system) termasuk dalam bagian alam semesta yang
sangat luas. Tata surya terletak di dalam salah satu galaksi dari sekian
banyak galaksi yang ada di ruang angkasa, yaitu galaksi Bimasakti (Milky
Way). Kata Bimasakti berasal dari tokoh pewayangan yang memiliki kulit
berwarna hitam. Hal itu dikarenakan orang jawa kuno menganggap
bintang-bintang di langit membentuk gambar Bima yang dililit ular naga.
 Sistem tata surya tersusun menjadi beberapa bagian yaitu matahari, 4
planet luar, 4 planet dalam, sabuk asteroid (main asteroid belt), dan
dibagian terluar terdapat sabuk Kuiper. Hanya enam dari delapan planet
itu yang memiliki satelit alami sedangkan 2 lainnya yaitu Venus dan
Merkurius tidak mempunyai satelit alami.
ara ilmuwan membagi 8 planet di tata surya menjadi beberapa kelompok
berdasarkan berbagai faktor yang dimiliki oleh setiap planet. Berikut 3 susunan
atau urutan planet yang dibuat oleh para ahli astronomi.
1. Pertama, pengelompokan berdasarkan posisi planet yang dilihat dari orbit
bumi dapat dibagi menjadi planet inferior dan planet luar superior. Planet
inferior adalah planet yang terletak di dalam orbit bumi, yaitu Merkurius
dan Venus. Sedangkan, planet superior adalah planet yang berada di luar
orbit bumi, yaitu planet Mars, Yupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus.
2. Kedua, pengelompokan berdasarkan material penyusunnya yang dapat
dibagi menjadi 2, yaitu planet terrestial dan planet jovian. Planet terrestial
adalah planet dengan ukuran yang relatif kecil, berbatu, dan memiliki
atmosfer yang tipis. Planet yang tergabung adalah Merkurius, Venus,
Bumi, dan Mars. Sedangkan, sisanya termasuk planet jovian. Yaitu planet
dengan permukaan yang tersusun dari gas, cairan, es tebal, dan
ukurannya relatif besar.
3. Ketiga, pengelompokan berdasarkan letaknya yang dilihat dari orbit
asteroid. Planet dapat dibagi menjadi palnet luar dan planet dalam. Planet
dalam adalah planet yang berada didalam orbit asteroid, yaitu Merkurius,
Venus, Bumi dan Mars. Sedangkan sisanya termasuk planet luar
Kristalografi merupakan ilmu yang mempelajari tentang gambaran-gambaran dari kristal. Setiap jenis
mineral tidak saja terdiri dari unsur-unsur tertentu, tetapi juga mempunyai bentuk tertentu yang disebut
bentuk kristal. Bentuk kristal beraneka corak tetapi selalu polieder atau bidang banyak.

Di alam jarang dijumpai mineral yang berbentuk kristal ideal, kemungkinan dijumpa tidak dalam
bentuk kristal akan tetapi dinamakan kristal; sebab susunan atomnya teratur. Pembuktian hal
itu, dapat dilakukan dengan sinar x. Mineral yang akan diselidiki diberikan sinar x dan di
belakang mineral dipasang kertas potret sensitive. Dengan demikian lembaran kertas potret
tersebut akan memberikan gambaran-gambaran. Apabila gambaran tersebut teratur dan
simetris maka mineral tersebut berbentuk kristal, tetapi apabila tidak demikian dikatakan bukan
kristal.

Kristal adalah suatu benda atau zat padat yang homogen dengan permukaan terdiri dari bidang-
bidang datar yang dibentuk oleh atom-atom maupun molekul-molekul yang tersusun secara teratur. Sifat
keteraturan susunan tersebut tercermin oleh wajah luar kristal yang terdiri dari bidang-bidang datar.
Wajah kristal yang lengkap merupakan suatu polieder, dan selalu dibatasi oleh bidang-bidang datar yang
disebut bidang-bidang kristal dengan jumlah tertentu.

Mineral yang mengkristal dibatasi oleh bidang-bidang yang secara bersama-sama membentuk
bidang banyak yang khas untuk suatu jenis mineral. Mengenai besar kristal ataupun bangun bidang
batas kristal yang ada dapat berupa segi tiga, segi empat, segi enam, dan lain-lainya tidak begitu penting.
Namun yang terpenting adalah sudut bidang dua atau sudut tumpu polieder kristal tersebut. Ternyata
sudut bidang dua dari setiap jenis kristal selalu tetap, hukum ini kita sebut sebagai Hukum Steno (hukum
ketetapan sudut bidang dua). Contohnya adalah kristal apatit dimana sudut antara bidang x dan m selalu
sebesar 130º 18”. Pengukuran sudut bidang dua antara x dan m tersebut menggunakan goniometer atau
contact goniometer (reflectie goniometer).

Gambar 2.1 Apatit

x x Sudut x-m = 130º 18”.

x x
m

m m

Susunan Sumbu Kristal


Di samping menentukan atau mengukur besar sudut bidang dua, maka untuk dapat
membayangkan bentuk kristal kita harus menentukan pula kedudukan bidang-bidangnya
terhadap koordinat susunan sumbu.

Di dalam kristal dikenal ada tujuh macam susunan sumbu yang berbeda-beda mengingat tiga hal,
yaitu :

1. Jumlah sumbu.
Dilihat dari umlah sumbunya ada 2 macam yaitu :
a. Terdiri dari 3 sumbu yaitu sumbu a, b, dan c.

b.Terdiri dari 4 sumbu yaitu sumbu a, b, c, dan d.

2. Sudut yang dibentuk sumbu.


Dilihat dari sudut yang dibentuk sumbu-sumbunya, ada 4 macam, yaitu :
a. Tiga buah sumbu yang saling tegak lurus (90º).

b.Empat sumbu, dimana 3 sumbu terletak dalam satu bidang datar dan saling menyudut 120º, sedang
sumbu ke empat tegak lurus pada ke tiga sumbu tadi.

c. Tiga sumbu, dimana satu sumbu tegak lurus pada dua sumbu yang lain. Sedang ke dua sumbu yang
terakhir ini saling menyudut antara 90º dan 120º serta terdapat dalam satu bidang datar.

d. Tiga sumbu yang saling berpotongan membuat sudut lebih dari 90º.
3. Parameter/satuan panjang sumbu-sumbunya.
Dilihat dari parameternya, dikenal ada 3 macam, yaitu :
a. Tiga buah sumbu dengan parameter yang sama.

b.Tiga buah sumbu dengan parameter yang berbeda-beda.

c. Satu buah sumbu dengan parameter yang berbeda dengan dua atau tiga sumbu yang lain.

Sistim Kristal

Berdasarkan susunan sumbu kristal yang sudah diuraikan di atas, maka dalam dunia kristal
dikenal 6 (enam) sistim kristal, yaitu :

1. Sistim reguler/isometris/kubik.

Sistim ini susunan sumbunya terdiri dari tiga sumbu yang mempunyai panjang sama dan ketiga-
tiganya saling tegak lurus (a = b = c dan a ┴ b ┴ c ).

2. Sistim tetragonal.

Terdiri dari tiga sumbu dimana dua sumbu dengan panjang yang sama dan saling tegak
lurus satu terhadap yang lain, sedang sumbu ketiga atau sumbu c tegak lurus terhadap kedua
sumbu tadi dengan panjang yang berbeda (a = b ≠ c dan a ┴ b ┴ c ).

3. Sistim heksagonal.

Terdiri dari empat sumbu dimana tiga sumbu mempunyai panjang yang sama dan saling
membentuk sudut 120º terletak pada satu bidang datar, sedang sumbu ke empat sebagai
sumbu vertical dan tegak lurus terhadap ketiga sumbu yang lain tadi dengan panjang yang
berbeda. Sumbu ke empat sering disebut sumbu c (a = b = d ≠ c dan a, b, d ┴ c).

4. Sistim ortorombis.

Terdiri dari tiga sumbu dengan panjang berlainan tetapi ketiga sumbu tersebut saling
tegak lurus (a ≠ b ≠ c dan a ┴ b ┴ c ).

5. Sistim monoklin.

Terdiri dari tiga sumbu dengan panjang berlainan, sedangkan sumbu b tegak lurus
terhadap dua sumbu yang lain tetapi sumbu a tidak tegak lurus terhadap c (a ≠ b ≠ c dan a ┴ b
dan b ┴ c ).

6. Sistim triklin
Terdiri dari tiga sumbu dengan panjang berlainan, sedangkan sudut yang dibentuk ketiga
sumbu tersebut juga berlainan tidak tegak lurus.

Simbol Bidang Kristal

Sumbu-sumbu kristal merupakan garis-garis lurus yang menembus pusat kristal. Posisinya
ditentukan oleh simetri kristal. Sumbu-sumbu kristal tersebut mempunyai parameter (satuan
panjang) yang dapat sama ataupun berbeda. Parameter ini diperlukan untuk perhitungan posisi
suatu bidang kristal.

Untuk memudahkan gambaran, bidang kristal yang ada diberi symbol yang terdiri dari
sederetan angka bulat dan angka itu menunjukkan bagaimana perpotongan relatif bidang
tersebut terhadap sumbu-sumbu kristal.

Di dalam literature terdapat berbagai macam cara penulisan symbol bidang kristal, seperti :
Weiss, Miller, Nauman, Dana, dan Goldschmidt.

Gambar 2.2 di samping,


memperlihatkan bidang satuan ABC
yang memotong sumbu-sumbu positif
kristal a, b, dan c masing-masing pada
1 satuan panjang sumbu yaitu
OA:OB:OC

Perbandingan koefisien Weiss adalah


1a:1b:1c.

Bidang lainnya adalah ALM memotong


masing-masing sumbu pada 1a : 1½ b :
3c

c+ M
C

O B L b+

a+ A

Menurut Weiss dalam simbolisasi tidak boleh ada angka pecahan, maka dibulatkan menjadi 2a
: 3b : 6c. Sedangkan menurut Miller (indeces Miller) untuk bidang ALM akan menjadi :

1/1 a : 1/1½ b : 1/3 c kemudian disamakan penyebutnya, menjadi : 3/3 a : 2/3 b : 1/3 c.
Sehingga yang ditulis menurut Miller adalah pembilangnya yaitu (321).

Unsur-unsur Simetri

Banyaknya unsur-unsur simetri yang terdapat pada kristal dapat untuk menentukan suatu kristal
itu termasuk dalam klas mana. Unsur-unsur simetri suatu kristal dapat dibedakan atas 3
yaitu bidang simetri, sumbu simetri, dan titik pusat simetri.

Bidang simetri merupakan bidang pencerminan atau pengertiannya adalah bidang yang
menembus titik pusat kristal dan membagi dua bagian yang sama, dimana bagian yang satu
merupakan pencerminan dari bagian yang lain. Bidang simetri dapat dibedakan menjadi bidang
simetri pokok (axial) menunjukkan bidang yang melalui dua sumbu utama pada
kristal, dan bidang simetri intermedier yaitu bidang simetri yang hanya melalui sebuah sumbu
utama kristal.

J
E I F

D C

A B

H
K G

Gambar 2.3 Kedudukan bidang simetri axial (ABCD, EFGH dan IJKL).

Sumbu simetri adalah sumbu kristal dimana bila kristal diputar 360º pada sumbu tersebut,
pada kedudukan-kedudukan tertentu memberikan bentuk yang sama seperti sebelum diadakan
pemutaran. Sumbu simetri dapat dibedakan atas :

1. Sumbu simetri biasa (gyre), apabila kita putar sebuah kristal melalui sumbu simetri maka akan
terdapat keadaan dimana terdapat gambaran yang sama seperti sebelum diadakan
pemutaran. Sumbu mempunyai nilai bila terdapat gambaran sama pada pemutaran sebesar
sudut tertentu (360º/n). Pada bidang-bidang kristal, n hanya mempunyai nilai 2, 3, 4, dan 6.
Sehingga pada kristal hanya dapat dilakukan dalam pemutaran sebesar sudut 180º, 120º, 90º,
dan 60º.

Nama dan simbol gyre.

a. Digyre, berarti sumbu simetri bernilai 2 karena jika kristal diputar dengan sudut 180º
memberikan gambaran seperti keadaan semula. Simbolnya : ()

b. Trigyre, berarti sumbu simetri bernilai 3 karena jika kristal diputar dengan sudut 120º
memberikan gambaran seperti keadaan semula. Simbolnya :

c. Tetragyre, berarti sumbu simetri bernilai 4 karena jika kristal diputar dengan sudut 90º
memberikan gambaran seperti keadaan semula. Simbolnya :

d. Hexagyre, berarti sumbu simetri bernilai 6 karena jika kristal diputar dengan sudut 60º
memberikan gambaran seperti keadaan semula. Simbolnya :

2. Sumbu simetri cermin putar, didapatkan dari suatu pemutaran yang dikombinasikan dengan
sebuah pencerminan melalui bidang cermin yang tegak lurus terhadap sumbu tersebut. Secara
teoritis dapat dibedakan menjadi 4 macam, yaitu :
a. Digyroida, sumbu cermin putar diagonal dan mempunyai arti = C (titik pusat).

b. Trigyroida, mempunyai arti = + BS (bidang simetri)

c. Tetragyroida, membunyai arti =

d. Hexagyroida, mempunyai arti =

3. Sumbu simetri inversi putar merupakan kombinasi dari pemutaran melalui sebuah sumbu dan
inversi melalui sebuah titik pada sumbu tersebut yaitu titik pusat inversi juga disebut titik pusat
simetri. Untuk pemberian simbol dinyatakan dengan memberi-kan garis di atas nilai sumbu. Ada
5 macam kemungkinan inversi putar ini, yaitu :

a. 1 = diperoleh dengan pemutaran sebesar 360º dan sebuah inversi, hasilnya C. Jadi 1 = C

b. 2 = diperoleh dengan pemutaran sebesar 180º dan sebuah inversi, hasilnya bidang simetri =
BS = 2

c. 3 = diperoleh dengan pemutaran sebesar 120º dan sebuah inversi, hasilnya hexagyroida = ∆
+C=3=

d. 4 = diperoleh dengan pemutaran sebesar 90º dan diikuti inversi, hasilnya tetragyroida =
4=

e. 6 = diperoleh dari kombinasi pemutaran sebesar 60º dan inversi, hasilnya = ∆ + BS = 6

Titik pusat simetri atau C merupakan suatu titik pusat kristal melalui suatu garis dapat dilukis
sedemikian rupa sehingga pada sisi yang satu dengan yang lain pada jarak yang sama terdapat
gambaran yang sama. Titik ini biasanya berimpit dengan titik pusat kristal. Belum tentu suatu
pusat kristal merupakan titik pusat simetri (C).

Klasifikasi kristal dan unsur simetrinya.

Ada beberapa ahli dalam menentukan kelas kristal, misalnya Schoenflies danHerman-
Mauguin.

Menurut Schoenflies caranya sederhana yaitu masing-masing kelas diberi singkatan notasi
symbol yang mudah diingat dan dimengerti. Menurutnya ada 32 kelas terdiri dari kelas holo-
axial yaitu kelas-kelas yang hanya mempunyai unsur-unsur simetri berupa sumbu-sumbu
simetri saja. Kelas ini terdiri dari kelas siklis disingkat C, kelas didris atau D, kelas tetraeder
atau T dan kelas oktaeder atau O. Sedangkan kelas di luar holo-axial adalah kelas S yaitu
kelas yang hanya mempunyai sebuah unsur simetri saja berupa sumbu bernilai 4.
Menurut Herman-Mauguin dikenal sebagai symbol internasional. Simbolisasi kelas kristal
berupa kelompok angka yang menunjukkan ada tidaknya bidang simetri tegak lurus sumbu
tersebut. Menurutnya ada 4 kelompok symbol, yaitu :

a. Sistim isometris, terdiri dari 3 kelompok yaitu kelompok pertama menunjukkan nilai sumbu a;
kelompok kedua menunjukkan nilai sumbu simetri yang tegak lurus terhadap bidang (111), dan
ketiga menunjukkan sumbu diagonal yang bernilai dua atau adanya bidang diagonal.

Contohnya : 4 3 2 ; 43 2

m m

b. Sistim tetragonal, hexagonal dan trigonal simbolisasi terdiri dari 3 kelompok yaitu kelompok
pertama menunjukkan nilai sumbu a; kelompok kedua menunjukkan besarnya nilai sumbu a
dan bidang simetri yang tegak lurus terhadap bidang tersebut, kelompok ketiga menunjukkan
sumbu intermedier antara sumbu a dan b yang menembus sumbu c (bagi tetragonal), dan
sumbu yang terletak antara sumbu a dan d-, atau d- dan b bagi hexagonal dan trigonal.

Contohnya : 4 2 2 ; 6mm ; 62m

m m m

c Sistim ortorombis atau rombis, trdiri dari 3 kelompok, kelompok pertama menunjukkan nilai
sumbu a, kelompok kedua menunjukkan nilai sumbu b dan ketiga menunjukkan nilai sumbu c.

Contohnya : 2 2 2

m m m

d. Sistim monoklin dan triklin. Untuk sistim monoklin hanya terdiri dari satu kelompok yang
menunjukkan sifat sumbu b, dapat bernilai 2 atau tidak sama sekali dan ada tidaknya bidang
simetri yang tegak lurus terhadap sumbu tersebut. Untuk sistim triklin adalah 1 yang artinya
terdapat titik pusat atau 1 artinya tidak ada unsur simetri.

Mengingat adanya perbedaan dalam jumlah dan macam unsur simetri pada kristal-kristal, maka
tujuh sistim kristal yang ada dibagi lagi dalam 32 kelas kristal, yaitu :

1. Sistim isometris/reguler terdiri atas 5 klas, yaitu :

a. Hexoktahedral (0h)

b. Pentagonal ikositetrahedral (0)

c. Hextetrahedral (Td)

d. Dyaxisdodekahedral (Th)

e. Tetrahedral pentagonal dodekahedral (T)


2. Sistim tetragonal terdiri atas 7 klas, yaitu :

a. Ditetragonal bipiramidal (D4h)

b. Tetragonal trapezohedral (D4)

c. Ditetragonal pyramidal (C4v)

d. Tetragonal skalenohedral (D2id)

e. Tetragonal bipiramidal (C4h)

f. Tetragonal bisfenoidal (S4)

g. Tetragonal pyramidal (C4)

3. Sistim hexagonal terdiri atas 6 klas, yaitu :

a. Dihexagonal bipiramidal (D6h)

b. Hexagonal trapezohedral (D6)

c. Dihexagonal pyramidal (C6v)

d. Ditrigonal bipiramidal (D3h)

e. Hexagonal bipiramidal (C6h)

f. Hexagonal pyramidal (C6)

4. Sistim trigonal terdiri atas 6 klas, yaitu :

a. Trigonal pyramidal (C3)

b. Trigonal rombohedral (C3i)

c. Trigonal bipiramidal (C3h)

d. Trigonal trapezohedral (D3)

e. Ditrigonal skalenohedral (D3d)

f. Ditrigonal pyramidal (C3v)

5. Sistim rombis/orthorombis terdiri atas 3 klas, yaitu :

a. Rombis bipiramidal (D2h)

b. Rombis bisfenoidal (D2)

c. Rombis pyramidal (C2v)


6. Sistim monoklin terdiri atas 3 klas, yaitu :

a. Monoklin prismatis (C2h)

b. Monoklin domatis (C1h / Cs)

c. Monoklin sfenoidal (C2)

7. Sistim triklin terdiri atas 2 klas, yaitu :

a. Triklin pinakoidal (C1 / S2)

b. Triklin asimetris / pedial (C1)

Bentuk-bentuk Kristal

Bentuk dari setiap kristal tidak samasatu terhadap yang lain, melainkan kristal mempunyai
bentuk yang beraneka macam. Bentuk kristal merupakan perwujutan semua bidang kristal yang
mempunyai letak relatif sama terhadap bidang-bidang simetri atau sumbu-sumbu simetri.

Ada 3 bentuk kristal, yaitu :

1. Bentuk dasar (tunggal), adalah suatu bentuk kristal dimana semua bidang yang ada
mempunyai hubungan yang sama terhadap sumbu kristal, kecuali pada prisma-prisma dimana
bidang tegak lurus sumbu c ; bidang basis tidak diperhitungkan.

2. Bentuk kombinasi adalah bentuk gabungan satu atau lebih dari bentuk-bentuk dasar yang
berlainan sehingga akan membentuk bentuk yang baru. Bentuk baru ini hasil kombinasi.

3. Bentuk kembar merupakan bentuk kristal yang terdiri dari dua atau lebih dari bentuk yang sama
yang akan menjadi bentuk baru.

Bentuk dasar
Bentuk kombinasi
Bentuk kembaran

Gambar 2.4 Bentuk-bentuk kristal

Perawakan Kristal

Banyak mineral yang mempunyai bentuk kristal sempurna, apabila dalam pembentukannya
tidak terdapat gangguan apapun. Di alam bebas jarang ditemukan bentuk-bentuk kristal yang
sempurna, untuk itu digunakan istilah perawakan kristal.Perawakan kristal berarti bentuk khas
dari suatu kristal yang ditentukan oleh bidang-bidang yang membangunnya, termasuk ukuran
kristal tersebut. Bentuk bangun suatu kristal yang benar-benar terlihat bukanlah bentuk yang
sempurna yang dimiliki kristal itu karena di alam bebas dalam keadaan berkelompok yang
kristalin maupun amorf.

Seperti yang telah disebutkan di atas, perawakan kristal bukan merupakan cirri kristal yang
tetap, karena bentuknya sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan sewaktu pembentukan
kristal terjadi. Namun demikian telah dapat diketahui bahwa perawakan kristal sering terlihat
pada jenis mineral tertentu, sehingga perawakan kristal juga merupakan suatu cirri yang dapat
digunakan dalam penentuan jenis mineral.

Istilah-istilah untuk penentuan perawakan kristal yang banyak dipakai dibagi dalam 3 bagian
antara lain :

1. Istilah untuk kristal-kristal yang menyendiri :

a. Capillary (merambut), seperti rambut.

b. Filliform (membenang), seperti benang.

c. Acicular (menjarum), seperti jarum.

d. Bladed (membilah), seperti pisau.


e. Tabular (memapan), seperti buku; pipih.

f. Lamellar (melapis), seperti berlapis.

g. Foliated (mendaun), seperti daun ;lembaran-lembaran tipis.

h. Plumose (membulu), seperti bulu.

i. Blocky (membata), seperti batu bata.

j. Columnar (meniang), seperti tiang; kolom/pilar.

2. Istilah untuk kristal-kristal yang mengelompok :

a. Columnar (meniang), berkelompok seperti tiang-tiang.

b. Bladed (membilah), seperti sekelompok bilah-bilah kayu.

c. Fibrous (menyerat), seperti sekelompo serat-serat.

d. Recticulated (menjaring), seperti suatu jaring atau jaringan.

e. Divergent (memencar), seperti kipas.

f. Radiated (menjari), seperti jari-jari.

g. Stellated (membintang), seperti bintang.

h. Dendritic (mendendrit) seperti pohon.

i. Collorm (membulat-bulat).

3. Istilah untuk kristal yang berbentuk bulat-bulat.

a. Batryoidal, seperti buah menteng/anggur.

b. Reniform, seperti buah ginjal.

c. Mammillary, seprti buah dada.

d. Globular, seperti bola.

e. Granular, seperti butiran-butiran.

f. Pisolitic, seperti butiran kacang.

g. Oolitic, sperti telur ikan.


Disamping istilah-istilah di atas, tentunya masih ada istilah-istilah lain yang serupa, atau
pembagian berdasarkan kategori yang lain. Hal tersebut masih dimungkinkan karena
sumbernya tentu berbeda.

Soal Latihan.

1. Jelaskan pengertian kristal ?

2. Gambarkan dengan baik dan lengkap, macam-macam sistim kristal ?

3. Jelaskan dengan contoh perhitungan didalam menentukan simbolisasi oleh Weiss dan Miller ?

4. Apakah yang dimaksud kristal positif dan kristal negatif, berikan contoh kristalnya ?

5. Jelaskan mengapa dapat terjadi bermacam-macam bentuk maupun perawakan kristal ?

Anda mungkin juga menyukai