ACARA I
KALIBRASI
Disusun oleh :
B. DASAR TEORI
1. Kalibrasi
Menurut penelitian oleh Siswanto et al. (2020), kalibrasi
adalah proses penyesuaian kembali atau pengaturan ulang suatu
alat ukur agar sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
Kalibrasi dilakukan untuk memastikan bahwa alat ukur dapat
memberikan hasil yang akurat dan dapat diandalkan. Proses
kalibrasi meliputi pengukuran ulang, pengaturan ulang, dan
verifikasi ulang terhadap standar.
Dalam penelitian ini, digunakan metode gravimetri yang
melibatkan penggunaan timbangan elektronik untuk menimbang
aquades yang dikeluarkan dari buret, pipet seukuran, dan labu ukur.
Selain itu, erlenmeyer digunakan untuk menimbang aquades.
Metode lain yang digunakan adalah dengan menimbang
erlenmeyer kosong dan erlenmeyer yang berisi aquades dengan
kapasitas yang sama antara buret, pipet seukuran, dan labu ukur.
Dengan menggunakan kedua metode tersebut, dapat diperoleh hasil
keakuratan antara buret, pipet seukuran, dan labu ukur dengan
erlenmeyer berkapasitas yang sama (Wiranto, 2017).
2. Jenis-jenis Kalibrasi
Kalibrasi buret
Kalibrasi Buret adalah fungsi untuk mengukur kapasitas
volumetrik buret dengan menggunakan standar kalibrasi yang
diakui dan terakreditasi secara internasional. Tujuan dari kalibrasi
buret adalah untuk memastikan keandalan dan keakuratan hasil
pengukuran yang diberikan oleh buret. Selain itu, kalibrasi buret
juga dapat dilakukan untuk memperbaiki atau menyesuaikan
kesalahan pengukuran buret.
Ada dua cara untuk mengkalibrasi buret yaitu dengan
larutan baku atau dengan metode gravimetri. Dengan metode
gravimetri, buret diisi dengan larutan dan berat larutan yang
disedot kemudian diukur. Selisih antara berat terukur dan berat
yang diharapkan kemudian digunakan untuk menghitung hasil
kalibrasi. Sedangkan untuk menggunakan larutan baku, buret diisi
larutan baku dan dibaca volume aspirasinya. Hasil kalibrasi dapat
dihitung dengan menggunakan rumus standar deviasi dan koefisien
variasi.
(Lubis, A. & Susanto, T.A., 2019)
Kalibrasi pipet
Kalibrasi pipet adalah proses mengukur dan menyesuaikan
kesalahan pengukuran pipet yang telah dikalibrasi menggunakan
standar kalibrasi yang diakui secara internasional. Tujuannya
adalah untuk memastikan bahwa pipet ukuran penuh memberikan
hasil pengukuran yang akurat dan konsisten, terutama untuk
pengukuran bahan kimia di laboratorium yang akurasi dan
presisinya sangat penting. Ukuran pipet harus dikalibrasi secara
teratur karena keakuratannya dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor
seperti: Penting untuk memastikan bahwa pembacaan pipet akurat
dan konsisten dengan setiap penggunaan (Dewi, R. & Ratnawati,
N. LP, 2018).
Kalibrasi labu ukur
Dalam kalibrasi labu ukur, volume labu ukur diukur
menggunakan standar kalibrasi yang teruji dan terakreditasi.
Tujuannya agar hasil pengukuran dari botol takar dapat dipercaya
dan akurat. Mengkalibrasi botol juga membantu memperbaiki atau
menyesuaikan kesalahan pengukuran di dalam botol
(Prasetyaningrum, N. O.K. et al., 2018).
3. Alat ukur yang digunakan
Buret adalah alat laboratorium yang digunakan untuk
mengukur volume suatu larutan secara akurat dan tepat. Buret
memiliki skala yang tepat, volumenya biasanya 10-100 ml. Buret
sering digunakan dalam analisis kuantitatif dalam kimia dan
biologi serta dalam proses titrasi. Pada dasarnya, buret memiliki
katup kontrol aliran yang dapat disesuaikan dengan tepat yang
memungkinkannya digunakan untuk titrasi. Buret juga dapat
dipasang pada dudukan, sehingga mudah digunakan saat mengukur
volume larutan. Dalam penggunaannya, buret harus dikalibrasi
terlebih dahulu untuk memastikan akurasi pengukuran (Budiawan,
J. et al., 2015).
Cara kerja buret yaitu dengan mengalirkan larutan secara
perlahan-lahan dari buret ke dalam wadah lain dengan tujuan untuk
mengukur volume yang ditransfer. Kemudian, hasil yang diperoleh
dari titrasi digunakan untuk menghitung kadar suatu senyawa
dalam sampel (Nugraha et al., 2011).
Menurut Handayani et al. (2018), keakuratan buret harus
dijaga agar tidak melebihi 0,02 mL untuk menghindari kesalahan
dalam analisis kuantitatif. Penggunaan buret dengan kualitas yang
baik dan pengaturan volume yang cermat dapat meningkatkan
keakuratan pengukuran.
Labu ukur adalah jenis peralatan laboratorium termasuk
dalam kategori gelas ukur. Gelas ukur ini biasa digunakan
menyiapkan larutan dengan konsentrasi tertentu dan Encerkan
solusi dengan presisi tinggi. Ada beberapa faktor dapat
mempengaruhi keakuratan pengukuran volume larutan Labu ukur
termasuk: Pertama pastikan botol pengukur bersih dan kering
diperlukan Pastikan posisi gelas sejajar dengan cairan dalam botol
ukur untuk pengukuran yang akurat dan tepat. menghindari
penggunaan dalam labu ukur pada suhu yang sangat tinggi atau
sangat rendah mempengaruhi volume cairan dalam labu ukur.
memastikan tekanan di atmosfir yang sama pada saat pengukuran
volume dengan botol dengan pengukuran. Hindari mengisi botol
takar sampai penuh, isi saja beberapa milimeter di bawah garis
level cairan yang diinginkan mengurangi kesalahan pengukuran
volume (Sari & Kurniawati, 2022).
Perbedaan ketelitian labu ukur dipengaruhi oleh jenis,
ukuran dan kondisi operasi. Produsen biasanya memberikan
Akurasi ±0,05% hingga ±0,2%. faktor seperti suhu, tekanan udara
dan penggunaan yang tidak benar mempengaruhi keakuratan labu
ukur (Simanjuntak & Suryani, 2017).
Cara kerja pipet ukur adalah dengan mengambil sejumlah
volume cairan yang diinginkan dengan mengukur tinggi kolom
cairan dalam pipet ukur. Kemudian, cairan tersebut dituangkan ke
dalam wadah lain untuk dianalisis. Pipet ukur memiliki ketelitian
yang tinggi dalam pengukuran volume cairan, oleh karena itu
penting untuk memahami cara kerja dan menjaga kebersihan pipet
untuk memastikan keakuratannya (Prabowo & Agustina, 2012).
Pipet ukur merupakan alat laboratorium yang digunakan
untuk mengukur volume cairan secara tepat dan akurat. Fungsi
pipet ukur sangat penting dalam analisis kimia karena keakuratan
pengukuran volume cairan sangat diperlukan dalam menentukan
konsentrasi larutan. Pipet ukur memiliki berbagai macam jenis,
antara lain pipet ukur serologis, pipet tetes, dan pipet volumetrik.
Jenis pipet yang digunakan tergantung pada jenis cairan dan tingkat
keakuratan yang dibutuhkan. Penggunaan pipet ukur yang tepat
dan akurat akan menghasilkan data yang lebih akurat dan dapat
diandalkan (Mursidi & Kurniawati, 2013).
Penggunaan standar keakuratan pipet ukur manual
umumnya
adalah ±0,06 mL untuk pipet ukur yang memiliki kapasitas 10 mL
atau lebih rendah, dan ±0,10 mL untuk pipet ukur yang memiliki
kapasitas di atas 10 mL. Walaupun demikian, keakuratan
pengukuran pipet ukur manual juga dipengaruhi oleh faktor-faktor
lain seperti suhu, tekanan, dan kelembaban udara di sekitar pipet,
serta keterampilan pengguna pipet dalam mengikuti prosedur yang
tepat (Nuryono & Utari, 2019).
C. METODE PERCOBAAN
1. Alat dan bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini di antaranya
adalah, labu ukur dengan volume 50 mL, pipet ukur seukuran,
buret dengan volume 25 mL, thermometer, erlenmeyer, corong
kaca, statif dan klem, neraca analitik, botol semprot,
Bahan yang digunakan pada praktikum alat ukur ini adalah
aquades, dan etanol.
%
Kalibrasi Nilai rata-rata Standar deviasi Nilai akurasi
D a r i h a s kesalahan
i l
0,0531296
Buret 5ml 0,99703 g/ml 0,00539008 g/ml 0,00053 g/ml
%
0,485184
Buret 10ml 0,99272 g/ml 0,0123003 g/ml 0,000484 g/ml
%
0,194775
Buret 15ml 0,995617 g/ml 0,00883666 g/ml 0,001943 g/ml
%
Pipet
1,096 g/ml 0,0132 g/ml -0,09844 g/ml -9,96908 %
seukuran
Labu ukur 0,99016 g/ml 0,0019121 g/ml 0,74 g/ml 0,74181 %
Tabel 1. Lembar laporan praktikum sementara
masing pengulangan buret 5ml, 10ml, dan 15ml adalah 0,00053 g/ml, 0,000484
g/ml, dan 0,001943 g/ml. untuk Pipet seukuran dan labu ukur masing-masing
didapatkan nilai akurasi sebesar -0,09844 g/ml dan 0,78 g/ml.
Tidak ada nilai akurasi ideal yang khusus untuk buret, namun
secara umum buret memiliki tingkat akurasi yang tinggi dan dapat
mencapai akurasi hingga 0,05 mL. Tingkat akurasi buret dapat
dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti kualitas bahan pembuat, teknik
penggunaan, dan kondisi lingkungan saat penggunaan. Oleh karena itu,
penggunaan buret perlu dilakukan dengan hati-hati dan sesuai dengan
prosedur yang ditetapkan untuk meminimalkan kesalahan dan
memastikan hasil yang akurat. Sesuai data yang didapat pada Tabel 1.
Nilai akurasi ketiga pengulangan sudah memenuhi syarat dimungkinkan
karena faktor-faktor di atas sudah terpenuhi.
Setiap labu ukur memiliki karakteristik yang berbeda-beda
tergantung pada merek dan kapasitasnya. Namun, umumnya labu ukur
diharapkan memiliki akurasi dengan kesalahan relatif kurang dari 0,5%
atau lebih baik lagi, yaitu kurang dari 0,1%. Dari data hasil praktikum
tabel 1. Didapatkan nilai sebesar 0,074 g/ml yang mana telah memenuhi
syarat ideal nilai akurasi.
Akurasi pipet seukuran dapat dipengaruhi oleh faktor seperti
merek, jenis, dan kondisi penggunaan pipet tersebut. Namun, umumnya
akurasi pipet seukuran yang baik adalah dalam kisaran ±0,03 mL untuk
pipet berkapasitas 10 mL, ±0,04 mL untuk pipet berkapasitas 25 mL, dan
±0,06 mL untuk pipet berkapasitas 50 mL. Namun, batasan akurasi pipet
seukuran ini dapat berbeda-beda tergantung pada standar yang diterapkan
di laboratorium masing-masing. Sebaiknya, setiap laboratorium
menetapkan batas akurasi yang sesuai dengan standar dan metode yang
mereka gunakan. Dari data hasil praktikum tabel 1. Didapatkan nilai
sebesar -0,08844 g/ml nilai tersebut melewati ambang batas idealnya
nilai akurasi, dimunngkinkan karena tidak terpenuhinya faktor-faktor di
atas dan juga karena ketidaktelitian pengukuran dari praktikan.
Dari hasil praktikum sesuai Tabel 1. didapakan presentase
kesalahan masing-masing pengulangan buret 5ml, 10ml, dan 15ml adalah
0,0531296 %, 0,485184% , dan 0,194775 %. Untuk Pipet seukuran dan
labu ukur masing-masing didapatkan presentase kesalahan sebesar -
9,86808 % dan 0,74181 %.
Berdasarkan standar ISO (International Organization for
Standardization), kesalahan maksimal yang diperbolehkan pada
pengukuran dengan buret adalah ±0,05% dari volume yang diukur.
Artinya, presentase kesalahan ideal dalam pengukuran buret adalah
kurang dari atau sama dengan 0,05%. Namun, perlu diingat bahwa
presentase kesalahan yang dapat diterima juga dapat bervariasi
tergantung pada standar dan metode yang digunakan oleh laboratorium.
Dari data hasil praktikum pada tabel 1. Presentase kesalahan dari ketiga
pengulangan tersebut sudah sesuai dengan presentase kesalahan ideal.
Presentase kesalahan ideal dalam pengukuran pipet seukuran
sebaiknya tidak lebih dari 0,1%. Presentase kesalahan dapat dihitung
dengan membandingkan selisih antara volume yang diukur dengan pipet
seukuran dan volume yang sebenarnya dengan mengacu pada standar
yang ditetapkan. Jika presentase kesalahan lebih dari 0,1%, maka pipet
seukuran tersebut dianggap tidak akurat dan perlu dilakukan kalibrasi
kembali agar sesuai dengan standar yang berlaku. Namun, perlu diingat
bahwa standar presentase kesalahan dapat bervariasi tergantung pada
metode analisis dan persyaratan akurasi yang ditetapkan dalam suatu
laboratorium. . Dari data hasil praktikum pada tabel 1. Presentase
kesalahan dari pipet seukuran melebihi ambang batas dikarenakan
ketidaktelitian pengukuran aquades yang melebihi ambang batas
prosedur pada pengulangan pertama dan ketiga yaitu sebesar 11,058 ml
dan 11,026 ml.
Tidak ada presentase kesalahan ideal yang pasti dalam pengukuran
labu ukur 50 mL, karena presentase kesalahan dapat dipengaruhi oleh
berbagai faktor seperti kondisi penggunaan, tingkat keausan, dan
penggunaan yang tepat terhadap labu ukur tersebut. Namun, umumnya
kesalahan dalam pengukuran labu ukur 50 mL harus kurang dari 0,5%
untuk memastikan keakuratannya. Dari data hasil praktikum pada tabel 1.
Presentase kesalahan dari labu ukur melebihi ambang batas ideal
presentase kesalahan dikarenakan tidak ketelitian dalam pengukuran
berat aquades yang terlalu jauh dari prosedur.
E. PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
1. Nilai rata-rata dari kalibrasi buret volume 5ml adalah 0,9171
g/ml, buret volume 10ml adalah 0,9369 g/ml, buret volume
15ml adalah 0,9596 g/ml. Nilai rata rata dari kalibrasi pipet
seukuran adalah 1,020 g/ml. Nilai Rata – rata dari kalibrasi
labu ukur adalah 0,9864
2. Nilai standar deviasi dari kalibrasi buret volume 5ml adalah
0,0658, buret volume 10ml adalah 0,400, buret volume 15ml
adalah 0,0392. Nilai kalibrasi pipet seukuran adalah 0,0021,
dan nilai standar deviasi kalibrasi labu ukur adalah 0,0196
3. Nilai akurasi dari kalibrasi buret volume 5ml adalah 0,0804,
buret volume 10ml adalah 0,0606, buret volume 15ml adalah
0,03796. Nilai akurasi kalibrasi pipet seukuran adalah –
0,1045. Nilai akurasi kalibrasi labu ukur adalah 0,011
4. Nilai akurasi dari kalibrasi buret volume 5ml adalah 0,0805%,
buret volume 10ml adalah 0,0607%, buret volume 15ml adalah
0,0379%. Nilai akurasi kalibrasi pipet seukuran adalah –
0,1047%. Nilai akurasi kalibrasi labu ukur adalah 0,011%
2. Saran
Berikut adalah beberapa saran praktikum kalibrasi yang dapat
dilakukan untuk mendapatkan hasil yang lebih baik :
Budiawan, J., Darwis, D., & Darmadi, D. (2015). Budiawan, J., Darwis,
Pengaruh Penggunaan Buret Terhadap Akurasi Hasil Pengukuran
pada Analisis Kuantitatif. Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi, 18(1),
1-6.
Hidayat, A., & Wijayanti, Y. (2014). Analisis keakuratan pipet ukur pada
penentuan konsentrasi asam sitrat dalam minuman ringan. Jurnal
Ilmiah Kimia, 2(2), 19-26.
Nuryono, N., & Utari, P. D. (2019). Evaluasi kinerja pipet ukur manual
pada pengukuran volumetrik. Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-
Biruni, 8(1), 85-92.