Anda di halaman 1dari 10

PENETAPAN KADAR NATRIUM BENZOAT DALAM SIRUP MELALUI

EKSTRAKSI DALAM SUASANA ASAM DENGAN PELARUT ETER


SECARA KCKT DAN ALKALIMETRI
ASSAY OF SODIUM BENZOATE IN SYRUP THROUGH
EXTRACTION UNDER ACID CONDITION WITH ETHER AS SOLVENT
USING HPLC AND ALKALIMETRY METHODE
Elina Hartono
Fakultas Farmasi, Universitas Setia Budi
Jl. Let. Jen. Sutoyo, Mojosongo, Surakarta 57127
ABSTRAK
Natrium benzoat merupakan salah satu jenis bahan pengawet yang digunakan dalam
pengolahan makanan/minuman. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan kadar
pengawet yang sebenarnya dengan kadar yang diteliti. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah KCKT dan ALKALIMETRI. Natrium benzoat yang dimasukkan dalam
sirup yang dibuat berdasarkan SII diekstraksi dengan eter. Eter hasil ekstraksi dicuci
dengan aquadest dan diuapkan. Residu dilarutkan dengan fase gerak yang terpilih,
kemudian disuntikkan ke alat KCKT meggunakan detektor UV-Vis dengan panjang
gelombang 228 nm, kolom C18Rp(fase balik), dan fase geraknya metanol-air (1:3) dengan
kecepatan alir 1,2 ml/menit. Secara alkalimetri hasil residu dilarutkan dengan alkohol netral
dan ditambahkan air bebas CO 2 dan 2 tetes PP 1%, kemudian dititrasi dengan larutan
standar NaOH hingga berwarna merah muda. Hasil penelitian kadar natrium benzoat dalam
sirup dengan metode KCKT sebesar (80,77 2,8010 mg/kg) dan kadar natrium benzoat
dengan metode alkalimetri sebesar (83,45 0,3394 mg/kg). Uji statistik dilakukan dengan uji
U, dimana hasil U hitung KCKT = 1,94 dan hasil U hitung alkalimetri = 1,833 lebih kecil dari
harga U teoritis = 1,960 dengan taraf kepercayaan 95 %, sehingga dapat disimpulkan
bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan dengan kadar sebenarnya yaitu 83,9 mg/kg.
Kedua metode dinyatakan teliti dengan uji t, dimana diperoleh t hitung sebesar 1,826 lebih
kecil dari t kritik sebesar 2,776.
Kata kunci : natrium benzoat, sirup, alkalimetri, KCKT
ABSTRACT
Sodium benzoate is a kind of preservative that is used in food and drink production. The aim
of this research is to compare the actual preservative dose and the dose which is analyzed.
The methods used in this research are HPLC and ALKALIMETRY. Sodium benzoate added
in syrup which is made based on SII is extracted with ether. The ether extraction is washed
by aquadest and is evaporated. Residue is dissolved with a selective mobile phase, then it
is injected to the HPLC using a UV-Vis with a lambda of 228 nm, column C18Rp (turn fase)
and the mobile phase of methanol-water (1:3) with current velocity 1,2ml per minute. By
using alkalimetry, the residue which is resulted is dissolved with neutral alcohol and it is
added by carbondioxide free water and two drops of 1 % PP and then it is titrated with NaOH
standard until it gets the pink color. The result of this experiment is that sodium benzoate in
syrup by using HPLC is (80,77 2,8010) mg/kg and containt by using alkalimetry is (83,45
0,3394) mg/kg. The statistic test is done with U test, where the result of U HPLC = 1,94 and
the result of the alkalimetry U =1,833 is smaller than the U theorities=1,960 with validity rate
95%,so it can be concluded that there is no significant differences with the real dose, which

is 83,9 mg/kg. Both methods is carefully stated with the t test, where the result of t test =
1,826 is smaller than the t critic i=2,776
Key words : sodium benzoate, syrup, alkalimetry, HPLC

PENDAHULUAN
Sirup adalah larutan gula pekat yang
digunakan sebagai bahan minuman dengan
atau tanpa ditambah asam ( antara lain
asam sitrat, asam tartat, atau asam laktat )
juga aroma, bahan pewarna, dan bahan
pengawet.
Pemerintah
telah
memberikan
wewenang pengawasan terhadap peredaran
dan jual beli makanan dan minuman
khususnya untuk makanan hasil pengolahan,
kepada Departemen Kesehatan Republik
Indonesia,
untuk
pelaksanaan
tugas
pengawasan ditunjuk Direktorat Jendral
Pengawasan Obat dan Makanan (Tranggono
dkk, 1990). Peraturan Menteri Kesehatan RI
No. 722 tahun 1987 tentang bahan
tambahan makanan, yang dimaksud bahan
pengawet adalah
bahan tambahan
makanan yang mencegah atau menghambat
fermentasi, pengasaman, atau penilaian lain
terhadap makanan yang disebabkan oleh
mikroorganisme (Anonim, 1988).
Natrium benzoat, merupakan salah
satu jenis bahan pengawet dari sekian
banyaknya bahan pengawet yang digunakan
dalam pengolahan makanan ataupun
minuman ringan. Natrium benzoat dapat
menyebabkan alergi pada penderita asma
dan menyebabkan hiperaktif pada anak yang
mengkonsumsinya,
sehingga
dengan
melihat bahaya yang timbul bagi kesehatan
akibat penggunaan natrium benzoat maka
perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui
kadar natrium benzoat yang digunakan
dalam sirup tersebut.
Ekstraksi cairan merupakan suatu
larutan (biasanya dalam air) yang dibuat
bersentuhan dengan pelarut (biasanya
organik), sehingga dapat menimbulkan
perpindahan satu atau lebih zat terlarut ke
dalam pelarut organik. Teknik pemisahan ini
pH sangat berperan penting dalam suatu
ekstraksi, selain itu pemisahan ini bersifat
sederhana, bersih cepat dan mudah (Basset,
J.,1994).
Ekstraksi dengan pelarut juga
merupakan suatu hal yang penting dalam
urutan menuju ke suatu produk yang murni
(Day, R.A.,dan Underwood, A.L., 1999).

Natrium benzoat dapat ditetapkan


kadarnya secara KCKT dan alkalimetri,
sebab
metode
KCKT
mempunyai
keuntungan cepat, daya pisah baik, peka,
detektor unik, kolom dapat dipakai kembali,
ideal untuk molekul besar dan mudah
memperolah kembali cuplikan. Sedangkan
alkalimetri merupakan metode paling
sederhana, biaya murah, serta diperoleh
hasil yang diteliti, metode ini berdasarkan
penetralan asam basa dengan indikator
fenolftalein atau pp akan terlihat perubahan
warna dari tidak berwarna menjadi merah
muda.
Penelitian
ini
bertujuan
untuk
mengetahui kadar pengawet natrium
benzoat dalam sirup secara KCKT dengan
alkalimetri dan untuk mengetahui ketelitian
kedua metode tersebut.
METODE PENELITIAN
Bahan
Bahan untuk KCKT : sirup yang dibuat
berdasarkan SII, natrium benzoat, metanol
p.a, eter p.a, aquabidestilata, dan larutan
dapar sitrat pH 4.
Bahan untuk alkalimetri : sirup yang
dibuat berdasarkan SII, eter p.a, HCl (1:3),
alkohol 95%, fenolftalin (PP), larutan NaOH
0,05 N, H2C2O4 0,05 N, larutan NaOH 10%.
Alat
Alat untuk KCKT : pipet volume 1, 2,
5, 10 dan 25 ml, labu takar 50,0 ml; 100,0
ml. Beaker glass 500 ml. HPLC shimadzu
model LC-10AS yang dilengkapi dengan
detektor UV-VIS, SPDA-10A, kolom C18RP
(Fase balik) panjang 30 cm dan pemroses
data class C-R10 alat penyuntik dengan
ujung tumpul.
Alat untuk alkalimetri : neraca
analitik Libror AEG-300 (Shimadzu), labu
ukur 250 ml, kertas lakmus, kertas saring,
corong
pisah,
batang
pengaduk,
Erlenmayer, pipet volume 10 ml, 30 ml, 50
ml, corong, pipet tetes, cawan penguap,
makro buret, mikro buret, klem, statif,
Syringe.
Prosedur:

Pembuatan sirup glukosa


Menimbang gula pasir sebanyak 650 g,
kemudian menimbang seksama natrium
benzoat 135,1 mg, dan asam sitrat

secukupnya. Lalu mendididihkan air bersih


yang biasa digunakan untuk minum diatas
kompor listrik sampai mendidih, setelah itu
gula pasir tersebut dimasukkan sedikit demi
sedikit sambil diaduk-aduk supaya tidak
terjadi karamel. Kemudian natrium benzoat
yang sudah diperhitungkan dimasukkan
dalam larutan gula dan zat pewarna
secukupnya, selain itu ditambahkan juga
asam sitrat hingga menjadi pH 4. Setelah
tercampur semua dan menjadi larutan kental
(sirup), lalu sirup tersebut didinginkan dan
setelah dingin ditambahkan essense/aroma
secukupnya, cek pH dengan pH stick yang
awalnya mempunyai pH 6 kemudian dibuat
pH 4 dengan penambahan asam sitrat.
Kemudian larutan sirup yang sudah jadi
dimasukkan secara kuantitatif dalam labu
takar 1000,0 ml, ditambah dengan aquadest
sampai 1000,0 ml.
1.
a.

b.

KCKT
Penentuan
panjang
gelombang
maksimum
Membuat larutan standar dari bahan
baku pembanding dengan kadar asam
benzoat
501
ppm
menggunakan
metanol dengan cara menimbang baku
sebanyak 50,1 mg, kemudian di
masukkan labu takar 100,0 ml dan di
larutkan dengan aquabidest, setelah
larut ditepatkan volumenya sampai
tanda batas dengan aquabidest.
Penetapan
panjang
gelombang
maksimum yaitu, larutan campuran baku
pembanding asam benzoat konsentrasi
20 ppm diukur absorbansinya dengan
spektrofotometri UV-VIS pada panjang
gelombang 200-260 nm dengan interval
2 nm. Dipilih panjang gelombang yang
memberikan absorbansi paling tinggi.
Pemilihan komposisi fase gerak.
Larutan campuran baku pembanding
asam benzoat konsentrasi 20 ppm
disuntikan 10l ke alat KCKT, kemudian
di elusi dengan fase gerak metanol-air
dengan perbandingan 1:1; 1:2 dan 1:3.
Dipilih fase gerak yang memberikan
pemisahan terbaik, berdasarkan waktu

c.

d.

e.

f.

g.

tambat (tR), HETP, dan jumlah pelat


teoritis (N).
Pemilihan kecepatan fase gerak.

Larutan
campuran
bahan
baku
pembanding asam benzoat dengan
konsentrasi 20 ppm disuntikan 10l ke
alat KCKT, kemudian dielusi dengan
fase gerak metanol-air (1:3) dengan laju
alir 0,8 ml/menit, 1,0 ml/menit, 1,2
ml/menit.
Dipilih laju alir yang
memberikan
pemisahan
terbaik,
berdasarkan waktu tambat (tR), HETP
dan jumlah pelat teoritis (N).
Uji kualitatif.
Larutan baku pembanding dengan
konsentrasi 20 ppm disuntikan ke
dalam alat KCKT sebanyak 10l. Alat
dikondisikan pada kondisi percobaan
analisis terpilih.
Kemudian dicatat
waktu tambat baku pembanding.
Penentuan limit deteksi (LOD) dan limit
kuantitasi (LOQ).
Larutan campuran pembanding asam
benzoat dalam pelarut fase gerak
metanol-air (1:3) dengan konsentrasi
asam benzoat 20,04 ppm; 30,06 ppm;
40,08 ppm; 50,10 ppm; 60,12 ppm;
70,14 ppm dan 80,16 ppm disuntikan
10l ke dalam kolom dengan kondisi
analisis terpilih. Hasil yang didapat
kemudian dihitung LOD dan LOQ.
Pembuatan kurva kalibrasi.
Larutan baku pembanding asam benzoat
dalam pelarut fase gerak metanol-air
(1:3) dengan konsentrasi asam benzoat
20,40 ppm; 30,06 ppm; 40,08 ppm; 50,10
ppm; 60,12 ppm; 70,14 ppm; 80,16 ppm
disuntikkan 10l ke dalam kolom dengan
kondisi analisis terpilih.
Hasil yang
didapatkan dibuat kurva kalibrasinya
antara konsentrasi dengan luas puncak.
Penetapan kadar benzoat dalam sampel.
50 ml sirup dimasukkan dalam Beaker
glass 100 ml ditambahkan beberapa
tetes larutan asam sitrat hingga pH 4.
Kemudian sampel ditimbang dengan
seksama 10 g dan dimassukkan dalam
labu takar 50 ml lalu diadkan dengan
aquabidestillata, dan dipipet 10 ml
dimasukkan di corong pemisah secara
kuantitatif. Sampel sirup tadi diekstraksi
hati-hati dengan 20 ml eter dilakukan
sebanyak 3 kali. Hasil ekstraksi

dipisahkan antara fase air dengan fase


eter, Hasil ekstraksi eter yang telah

dikumpulkan
dan
dicuci
dengan
aquabidestillata, lalu dimasukkan ke
dalam cawan penguap dan fase eter
diuapkan hingga didapatkan residu asam
benzoat. Residu asam benzoat kemudian
dilarutkan dengan fase gerak dan
dimasukkan ke dalam labu takar 10 ml.
Sampel tersebut kemudian diambil
sebanyak 10l untuk diinjekkan ke alat
KCKT sebanyak 3 kali, sehingga
didapatkan hasil kromatogram. Kemudian
hasil
kromatogram
yang
diperoleh
dibandingkan dengan kromatrogram baku
pembanding dan kadar dihitung dengan
menggunakan kurva kalibrasi.
2. Alkalimetri
a. Standarisasi NaOH dengan H2C2O4
Dipipet 5 ml larutan standar H2C2O4 0,05
N dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 100
ml, tambahkan 2 tetes indikator PP 1 %
kemudian dititrasi dengan larutan
standar NaOH 0,05 N sampai didapat
warna merah muda yang konstan.
b. Kemurnian natrium benzoat.
Menimbang dengan seksama 0,5 g
dilarutkan dalam 50 ml air, ditambahkan
50 ml eter P dan 2 tetes larutan metil
orange, kemudian dititrasi dengan asam
klorida 0,5 N sambil terus-menerus
diaduk sampai warna indikator berubah
dari kuning menjadi jingga. Pisahkan
lapisan bawah, cuci lapisan eter dengan
10 ml air. Pada lapisan air tambahkan
cairan cucian, 20 ml eter P. Lanjutkan
titrasi dengan asam klorida 0,5 N sambil
terus menerus diaduk.
c. Penetapan kadar benzoat dengan
menggunakan pelarut eter. Menimbang
dengan seksama 200 g sirup,
dimasukkan dalam Beaker glass 300 ml,
dibuat menjadi alkalis terhadap kertas
lakmus dengan penambahan larutan
NaOH 10%, setelah itu sampel tersebut
dinetralkan terhadap kertas lakmus
dengan menggunakan larutan HCl (1:3)
kemudian dilakukan penambahan 5 ml
larutan HCl (1:3) berlebihan, kemudian
sampel dimasukkan dalam corong
pemisah secara kuantitatif. Diekstraksi

hati-hati dengan 20 ml eter sebanyak


3x. Hasil ekstraksi dipisahkan antara
fase

d.

air dengan fase eter, ekstraksi


dilakukan sebanyak 3 kali. Hasil
ekstraksi eter yang telah dikumpulkan
dan dicuci dengan aquabidestillata,
kemudian dimasukkan ke dalam cawan
penguap dan fase eter diuapkan hingga
didapatkan residu asam benzoat.
Residu asam benzoat dilarutkan
dengan menggunakan alkohol netral
terhadap fenolftalein, kemudian larutan
residu tersebut dimasukkan dalam
Erlenmeyer 100 ml dan ditambahkan
aquabidest
bebas
CO2.
Larutan
tersebut kemudian dititrasi dengan
menggunakan larutan standar NaOH
0,05 N hingga berwarna merah muda.

3.
a.

Analisis Data
Menggunakan metode baku luar, yang
menghasilkan
kurva
baku
yang
merupakan
hubungan
antara
konsentrasi (X) dengan perbandingan
luas area asam benzoat (Y), sehingga
diperoleh persamaan garis linier Y = a +
bX.
Menggunakan SD untuk menunjukkan
apakah terjadi suatu penyimpangan
hasil akhir dari suatu perhitungan kadar.
Menggunakan uji U untuk menunjukkan
apakah terjadi suatu perbedaan yang
signifikan antara kadar yang diperoleh
dari hasil penelitian dengan hasil
sebenarnya.
Menggunakan uji t untuk menunjukkan
apakah terjadi suatu perbedaan yang
signifikan antara penetapan kadar
natrium benzoat melalui ekstraksi
dalam suasana asam dengan pelarut
eter secara KCKT dan alkalimetri.

b.

c.

d.

HASIL DAN PEMBAHASAN


1.
a.

KCKT
Panjang gelombang () maksimum
Panjang gelombang maksimum yang
diperoleh dari baku pembanding asam
benzoat dengan konsentrasi 501 ppm
dengan rentang panjang gelombang
200 260 nm, interval 2 nm
mempunyai serapan terbesar pada

maksimum 228 nm dengan nilai serapan


0,776 (Gambar 1).
3.
b.

c.

d.

e.

f.

2.
a.
b.

c.

d.

Kondisi analisa
Kondisi analisa yang terbaik dari fase
gerak adalah campuran metanol air
(1:3) dan kecepatan alir 1,2 ml/menit,
karena nilai N yang paling besar yaitu
251,888 dan HETP paling kecil yaitu
0,119 (Tabel 1).
Kurva kalibrasi
Hasil kurva kalibrasi diperoleh Y = 120379,0357 + 27719,53593 X karena
mempunyai
nilai r = 0,997623146
(Gambar 2).
Batas deteksi (LOD) dan batas kuantitas
(LOQ)
Hasil LOD = 4,913313675 ppm, LOQ =
16,37771225
Hasil kadar natrium benzoat dalam sirup
Uji statistik untuk membandingkan
ketepatan antara kadar yang satu
dengan yang lainnya didapatkan hasil
SD = 2,8010, sehingga didapatkan
kadar natrium benzoat dalam sirup =
(80,77 2,8010) mg/kg (Tabel 2).
Uji U
Hasil uji U hitung = 1,94 dan U tabel =
1,96 pada taraf kepercayaan 95%,
sehingga kadar natrium benzoat dalam
sirup tidak terdapat perbedaan yang
signifikan dengan kadar sebenarnya.
Alkalimetri
Standarisasi NaOH dengan H2C2O4
Hasil normalitas NaOH = 0,0383 N.
Kemurnian natrium benzoat
Hasil kemurnian natrium benzoat = 83,9
mg/kg
Hasil kadar natrium benzoat dalam sirup
Uji statistik untuk membandingkan
ketepatan antara kadar yang satu
dengan yang lainnya didapatkan hasil
SD = 0,3394, sehingga didapatkan
kadar natrium benzoat dalam sirup =
(83,46 0,3394) mg/kg (Tabel 3).
Uji U
Hasil uji U hitung = 1,83 dan U tabel =
1,96 pada taraf kepercayaan 95%,
sehingga kadar natrium benzoat dalam
sirup tidak terdapat perbedaan yang
signifikan dengan kadar sebenarnya.

Uji t
Harga t tabel pada taraf kepercayaan
95% dan derajat kebebasan 4 adalah 2,776.
Harga uji t hitung = 1,826, harga ini
dibandingkan dengan t tabel lebih kecil.
Hasil ini menunjukkan bahwa ketelitian
metode KCKT dan metode alkalimetri tidak
berbeda
secara
signifikan
untuk
menetapkan kadar natrium benzoat dalam
sirup.
KESIMPULAN
Kesimpulan yang diperoleh dalam
penelitian ini adalah :
1. Kadar natrium benzoat dalam sirup
yang dibuat berdasarkan SII yang
diektraksi dengan pelarut eter, secara
KCKT =
(80,77 2,8010) mg/kg,
secara Alkalimetri = (83,46 0,3394)
mg/kg
2. Uji U dengan metode KCKT didapatkan
harga U hitung sebesar 1,94 dan
dengan metode alkalimetri didapatkan
harga U hitung sebesar 1,833 lebih
kecil dari harga U teoritis pada P 0,95
sebesar 1,960, sehingga keduanya
tidak ada perbedaan yang signifikan
dengan kadar sebenarnya.
3. Metode
KCKT
dan
alkalimetri
dinyatakan teliti, dengan perolehan
harga t hitung sebesar 1,826 lebih kecil
dari pada t kritik untuk P 0,95 sesesar
2,776.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi
III, Dep. Kes. R. I., Jakarta, 395-396.
______, 1983, Petunjuk Teknis Manuskrip
Standart SII, Dir. Jend. Industri Kecil,
Jakarta, 5-8, 11-12.
______,
1988, Peraturan Menteri
Kesehatan
No.722/MENKES/Per/IX/1988,
Tentang Bahan Tambahan Makanan,
Dep. Kes. R. I., Jakarta, 81-82.
______, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi
IV, Dep. Kes. R. I., Jakarta, 47.
Bassett, J., Denney C., Jeffery, G. H.,
Mendham, J., Kimia Analisa Kuantitatif
Anorganik, diterjemahkan oleh

Handyana
Pudjaatmaka,
Buku
Kedokteran EGC, Jakarta, 17, 165.
Day, R.A., Soedoro, R., dan Underood A.L.,
1999, Analisa Kimia Kuantitatif, Edisi V,
diterjemahkan
oleh
A
Laysius
Handyana Pudjaatmaka, Erlangga,
Jakarta, 461.
Deman, J.M., 1997, Kimia Makanan, Edisi II,
diterjemahkan
oleh
Kosasih
Padmawinata, ITB, Bandung, 529.
Fatah, A.M., dan Mursyidi, A., 1978,
Pengantar Kimia Farmasi Analitik
Volumetri dan Gravimetri , Fakultas
Farmasi UGM, Yogyakarta, 34-38.

Gritter, R.J., Bobbit, J.M., dan Schwarting,


A.E.,
1985,
Introduction
to
Chromatography, diterjemahkan oleh
Kosasih Padmawinata, edisi II, ITB,
Bandung, 10.
Mulya, M., dan Suharman, 1995, Analisis
Instrumental, Airlangga University
Press, Surabaya, 145, 236, 241, 243244, 249-250.
Tranggono, Setiaji, B., Suparno, Sarjono,
Gandjar, I.G., 1990, Bahan Tambahan
Pangan (Food Additives), Antar
University Pangan dan Gizi, UGM,
Yogyakarta, 38, 43-45, 49-54, 72.

Tabel 1. Kondisi analisa


Variabel
Kecepatan alir

0,8 ml/menit

1,0 ml/menit

1,2 ml/menit

Perhitungan

Fase gerak

Waktu retensi

HETP

metanol-air
(1:1)
metanol-air
(1:2)
metanol-air
(1:3)
metanol-air
(1:1)
metanol-air
(1:2)
metanol-air
(1:3)
metanol-air
(1:1)
metanol-air
(1:2)
metanol-air
(1:3)

3,185

138,4083

0,2167

3,145

177,778

0,1687

3,022

225

0,133

2,614

196

0,1534

2,461

149,538

0,201

2,476

190,667

0,157

2,141

212,066

0,1415

2,018

197,603

0,152

2,023

251,888

0,119

Tabel 2. Hasil kadar natrium benzoat dalam sirup secara KCKT


Penginjekkan

Luas puncak kromato-

sampel pada pH 4

gram(v/det)

241738

78,24

II

251243

80,29

III

267384

83,78

Kadar (mg/kg)

Tabel 3. Hasil kadar natrium benzoat dalam sirup secara alkalimetri


No.

Sirup (g)

Volume titran (ml)

Kadar (mg/kg)

1.

202,9518

3,060

83,22

2.

205,7356

3,120

83,70

3.

207,7816

3,180

84,47

2.000

ABSORBANSI

1.800
1.600
1.400
1.200
1.000
0.800

Series1

0.600
0.400
0.200

26
0

25
4

24
8

24
2

23
6

23
0

22
4

21
8

21
2

20
6

20
0

0.000

PANJANG GELOMBANG

Gambar 1. Spektrum serapan asam benzoat 501 ppm


dari 200-260 nm, interval 2 nm.

2500000
2000000

Luas area

1500000
1000000

Series1
Series2

500000
0
0

20

40

60

80

100

-500000
Konsentrasi (ppm)

Gambar 2. Kurva kalibrasi asam benzoat pada maks 228 nm Kondisi


analisa: fase gerak metanol : air ( 1:3), kolom C18 RP panjang
30 cm, detektor UV- Vis (= 228 nm), kecepatan alir 1,2 ml/
menit, volume penginjekan 10,0 L

Gambar 3. Kromatogram sampel 1 pada pH 4. Kondisi analisa : Kolom C 18 RP panjang 30


cm, detektor UV-Vis (=228 nm), kecepatan alir 1,2 ml/menit, volume
penginjekan 10,0 l.

Gambar 4. Kromatogram sampel 2 pada pH 4. Kondisi analisa : Kolom C 18 RP panjang 30


cm, detektor UV-Vis (=228 nm),kecepatan alir 1,2 ml/menit, volume penginjekan
10,0 l.

Gambar 5. Kromatogram sampel 3 pada pH 4. Kondisi analisa : Kolom C 18 RP panjang 30


cm, detektor UV-Vis (=228 nm),kecepatan alir 1,2 ml/menit, volume penginjekan
10,0 l.

Anda mungkin juga menyukai