is 83,9 mg/kg. Both methods is carefully stated with the t test, where the result of t test =
1,826 is smaller than the t critic i=2,776
Key words : sodium benzoate, syrup, alkalimetry, HPLC
PENDAHULUAN
Sirup adalah larutan gula pekat yang
digunakan sebagai bahan minuman dengan
atau tanpa ditambah asam ( antara lain
asam sitrat, asam tartat, atau asam laktat )
juga aroma, bahan pewarna, dan bahan
pengawet.
Pemerintah
telah
memberikan
wewenang pengawasan terhadap peredaran
dan jual beli makanan dan minuman
khususnya untuk makanan hasil pengolahan,
kepada Departemen Kesehatan Republik
Indonesia,
untuk
pelaksanaan
tugas
pengawasan ditunjuk Direktorat Jendral
Pengawasan Obat dan Makanan (Tranggono
dkk, 1990). Peraturan Menteri Kesehatan RI
No. 722 tahun 1987 tentang bahan
tambahan makanan, yang dimaksud bahan
pengawet adalah
bahan tambahan
makanan yang mencegah atau menghambat
fermentasi, pengasaman, atau penilaian lain
terhadap makanan yang disebabkan oleh
mikroorganisme (Anonim, 1988).
Natrium benzoat, merupakan salah
satu jenis bahan pengawet dari sekian
banyaknya bahan pengawet yang digunakan
dalam pengolahan makanan ataupun
minuman ringan. Natrium benzoat dapat
menyebabkan alergi pada penderita asma
dan menyebabkan hiperaktif pada anak yang
mengkonsumsinya,
sehingga
dengan
melihat bahaya yang timbul bagi kesehatan
akibat penggunaan natrium benzoat maka
perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui
kadar natrium benzoat yang digunakan
dalam sirup tersebut.
Ekstraksi cairan merupakan suatu
larutan (biasanya dalam air) yang dibuat
bersentuhan dengan pelarut (biasanya
organik), sehingga dapat menimbulkan
perpindahan satu atau lebih zat terlarut ke
dalam pelarut organik. Teknik pemisahan ini
pH sangat berperan penting dalam suatu
ekstraksi, selain itu pemisahan ini bersifat
sederhana, bersih cepat dan mudah (Basset,
J.,1994).
Ekstraksi dengan pelarut juga
merupakan suatu hal yang penting dalam
urutan menuju ke suatu produk yang murni
(Day, R.A.,dan Underwood, A.L., 1999).
b.
KCKT
Penentuan
panjang
gelombang
maksimum
Membuat larutan standar dari bahan
baku pembanding dengan kadar asam
benzoat
501
ppm
menggunakan
metanol dengan cara menimbang baku
sebanyak 50,1 mg, kemudian di
masukkan labu takar 100,0 ml dan di
larutkan dengan aquabidest, setelah
larut ditepatkan volumenya sampai
tanda batas dengan aquabidest.
Penetapan
panjang
gelombang
maksimum yaitu, larutan campuran baku
pembanding asam benzoat konsentrasi
20 ppm diukur absorbansinya dengan
spektrofotometri UV-VIS pada panjang
gelombang 200-260 nm dengan interval
2 nm. Dipilih panjang gelombang yang
memberikan absorbansi paling tinggi.
Pemilihan komposisi fase gerak.
Larutan campuran baku pembanding
asam benzoat konsentrasi 20 ppm
disuntikan 10l ke alat KCKT, kemudian
di elusi dengan fase gerak metanol-air
dengan perbandingan 1:1; 1:2 dan 1:3.
Dipilih fase gerak yang memberikan
pemisahan terbaik, berdasarkan waktu
c.
d.
e.
f.
g.
Larutan
campuran
bahan
baku
pembanding asam benzoat dengan
konsentrasi 20 ppm disuntikan 10l ke
alat KCKT, kemudian dielusi dengan
fase gerak metanol-air (1:3) dengan laju
alir 0,8 ml/menit, 1,0 ml/menit, 1,2
ml/menit.
Dipilih laju alir yang
memberikan
pemisahan
terbaik,
berdasarkan waktu tambat (tR), HETP
dan jumlah pelat teoritis (N).
Uji kualitatif.
Larutan baku pembanding dengan
konsentrasi 20 ppm disuntikan ke
dalam alat KCKT sebanyak 10l. Alat
dikondisikan pada kondisi percobaan
analisis terpilih.
Kemudian dicatat
waktu tambat baku pembanding.
Penentuan limit deteksi (LOD) dan limit
kuantitasi (LOQ).
Larutan campuran pembanding asam
benzoat dalam pelarut fase gerak
metanol-air (1:3) dengan konsentrasi
asam benzoat 20,04 ppm; 30,06 ppm;
40,08 ppm; 50,10 ppm; 60,12 ppm;
70,14 ppm dan 80,16 ppm disuntikan
10l ke dalam kolom dengan kondisi
analisis terpilih. Hasil yang didapat
kemudian dihitung LOD dan LOQ.
Pembuatan kurva kalibrasi.
Larutan baku pembanding asam benzoat
dalam pelarut fase gerak metanol-air
(1:3) dengan konsentrasi asam benzoat
20,40 ppm; 30,06 ppm; 40,08 ppm; 50,10
ppm; 60,12 ppm; 70,14 ppm; 80,16 ppm
disuntikkan 10l ke dalam kolom dengan
kondisi analisis terpilih.
Hasil yang
didapatkan dibuat kurva kalibrasinya
antara konsentrasi dengan luas puncak.
Penetapan kadar benzoat dalam sampel.
50 ml sirup dimasukkan dalam Beaker
glass 100 ml ditambahkan beberapa
tetes larutan asam sitrat hingga pH 4.
Kemudian sampel ditimbang dengan
seksama 10 g dan dimassukkan dalam
labu takar 50 ml lalu diadkan dengan
aquabidestillata, dan dipipet 10 ml
dimasukkan di corong pemisah secara
kuantitatif. Sampel sirup tadi diekstraksi
hati-hati dengan 20 ml eter dilakukan
sebanyak 3 kali. Hasil ekstraksi
dikumpulkan
dan
dicuci
dengan
aquabidestillata, lalu dimasukkan ke
dalam cawan penguap dan fase eter
diuapkan hingga didapatkan residu asam
benzoat. Residu asam benzoat kemudian
dilarutkan dengan fase gerak dan
dimasukkan ke dalam labu takar 10 ml.
Sampel tersebut kemudian diambil
sebanyak 10l untuk diinjekkan ke alat
KCKT sebanyak 3 kali, sehingga
didapatkan hasil kromatogram. Kemudian
hasil
kromatogram
yang
diperoleh
dibandingkan dengan kromatrogram baku
pembanding dan kadar dihitung dengan
menggunakan kurva kalibrasi.
2. Alkalimetri
a. Standarisasi NaOH dengan H2C2O4
Dipipet 5 ml larutan standar H2C2O4 0,05
N dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 100
ml, tambahkan 2 tetes indikator PP 1 %
kemudian dititrasi dengan larutan
standar NaOH 0,05 N sampai didapat
warna merah muda yang konstan.
b. Kemurnian natrium benzoat.
Menimbang dengan seksama 0,5 g
dilarutkan dalam 50 ml air, ditambahkan
50 ml eter P dan 2 tetes larutan metil
orange, kemudian dititrasi dengan asam
klorida 0,5 N sambil terus-menerus
diaduk sampai warna indikator berubah
dari kuning menjadi jingga. Pisahkan
lapisan bawah, cuci lapisan eter dengan
10 ml air. Pada lapisan air tambahkan
cairan cucian, 20 ml eter P. Lanjutkan
titrasi dengan asam klorida 0,5 N sambil
terus menerus diaduk.
c. Penetapan kadar benzoat dengan
menggunakan pelarut eter. Menimbang
dengan seksama 200 g sirup,
dimasukkan dalam Beaker glass 300 ml,
dibuat menjadi alkalis terhadap kertas
lakmus dengan penambahan larutan
NaOH 10%, setelah itu sampel tersebut
dinetralkan terhadap kertas lakmus
dengan menggunakan larutan HCl (1:3)
kemudian dilakukan penambahan 5 ml
larutan HCl (1:3) berlebihan, kemudian
sampel dimasukkan dalam corong
pemisah secara kuantitatif. Diekstraksi
d.
3.
a.
Analisis Data
Menggunakan metode baku luar, yang
menghasilkan
kurva
baku
yang
merupakan
hubungan
antara
konsentrasi (X) dengan perbandingan
luas area asam benzoat (Y), sehingga
diperoleh persamaan garis linier Y = a +
bX.
Menggunakan SD untuk menunjukkan
apakah terjadi suatu penyimpangan
hasil akhir dari suatu perhitungan kadar.
Menggunakan uji U untuk menunjukkan
apakah terjadi suatu perbedaan yang
signifikan antara kadar yang diperoleh
dari hasil penelitian dengan hasil
sebenarnya.
Menggunakan uji t untuk menunjukkan
apakah terjadi suatu perbedaan yang
signifikan antara penetapan kadar
natrium benzoat melalui ekstraksi
dalam suasana asam dengan pelarut
eter secara KCKT dan alkalimetri.
b.
c.
d.
KCKT
Panjang gelombang () maksimum
Panjang gelombang maksimum yang
diperoleh dari baku pembanding asam
benzoat dengan konsentrasi 501 ppm
dengan rentang panjang gelombang
200 260 nm, interval 2 nm
mempunyai serapan terbesar pada
c.
d.
e.
f.
2.
a.
b.
c.
d.
Kondisi analisa
Kondisi analisa yang terbaik dari fase
gerak adalah campuran metanol air
(1:3) dan kecepatan alir 1,2 ml/menit,
karena nilai N yang paling besar yaitu
251,888 dan HETP paling kecil yaitu
0,119 (Tabel 1).
Kurva kalibrasi
Hasil kurva kalibrasi diperoleh Y = 120379,0357 + 27719,53593 X karena
mempunyai
nilai r = 0,997623146
(Gambar 2).
Batas deteksi (LOD) dan batas kuantitas
(LOQ)
Hasil LOD = 4,913313675 ppm, LOQ =
16,37771225
Hasil kadar natrium benzoat dalam sirup
Uji statistik untuk membandingkan
ketepatan antara kadar yang satu
dengan yang lainnya didapatkan hasil
SD = 2,8010, sehingga didapatkan
kadar natrium benzoat dalam sirup =
(80,77 2,8010) mg/kg (Tabel 2).
Uji U
Hasil uji U hitung = 1,94 dan U tabel =
1,96 pada taraf kepercayaan 95%,
sehingga kadar natrium benzoat dalam
sirup tidak terdapat perbedaan yang
signifikan dengan kadar sebenarnya.
Alkalimetri
Standarisasi NaOH dengan H2C2O4
Hasil normalitas NaOH = 0,0383 N.
Kemurnian natrium benzoat
Hasil kemurnian natrium benzoat = 83,9
mg/kg
Hasil kadar natrium benzoat dalam sirup
Uji statistik untuk membandingkan
ketepatan antara kadar yang satu
dengan yang lainnya didapatkan hasil
SD = 0,3394, sehingga didapatkan
kadar natrium benzoat dalam sirup =
(83,46 0,3394) mg/kg (Tabel 3).
Uji U
Hasil uji U hitung = 1,83 dan U tabel =
1,96 pada taraf kepercayaan 95%,
sehingga kadar natrium benzoat dalam
sirup tidak terdapat perbedaan yang
signifikan dengan kadar sebenarnya.
Uji t
Harga t tabel pada taraf kepercayaan
95% dan derajat kebebasan 4 adalah 2,776.
Harga uji t hitung = 1,826, harga ini
dibandingkan dengan t tabel lebih kecil.
Hasil ini menunjukkan bahwa ketelitian
metode KCKT dan metode alkalimetri tidak
berbeda
secara
signifikan
untuk
menetapkan kadar natrium benzoat dalam
sirup.
KESIMPULAN
Kesimpulan yang diperoleh dalam
penelitian ini adalah :
1. Kadar natrium benzoat dalam sirup
yang dibuat berdasarkan SII yang
diektraksi dengan pelarut eter, secara
KCKT =
(80,77 2,8010) mg/kg,
secara Alkalimetri = (83,46 0,3394)
mg/kg
2. Uji U dengan metode KCKT didapatkan
harga U hitung sebesar 1,94 dan
dengan metode alkalimetri didapatkan
harga U hitung sebesar 1,833 lebih
kecil dari harga U teoritis pada P 0,95
sebesar 1,960, sehingga keduanya
tidak ada perbedaan yang signifikan
dengan kadar sebenarnya.
3. Metode
KCKT
dan
alkalimetri
dinyatakan teliti, dengan perolehan
harga t hitung sebesar 1,826 lebih kecil
dari pada t kritik untuk P 0,95 sesesar
2,776.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi
III, Dep. Kes. R. I., Jakarta, 395-396.
______, 1983, Petunjuk Teknis Manuskrip
Standart SII, Dir. Jend. Industri Kecil,
Jakarta, 5-8, 11-12.
______,
1988, Peraturan Menteri
Kesehatan
No.722/MENKES/Per/IX/1988,
Tentang Bahan Tambahan Makanan,
Dep. Kes. R. I., Jakarta, 81-82.
______, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi
IV, Dep. Kes. R. I., Jakarta, 47.
Bassett, J., Denney C., Jeffery, G. H.,
Mendham, J., Kimia Analisa Kuantitatif
Anorganik, diterjemahkan oleh
Handyana
Pudjaatmaka,
Buku
Kedokteran EGC, Jakarta, 17, 165.
Day, R.A., Soedoro, R., dan Underood A.L.,
1999, Analisa Kimia Kuantitatif, Edisi V,
diterjemahkan
oleh
A
Laysius
Handyana Pudjaatmaka, Erlangga,
Jakarta, 461.
Deman, J.M., 1997, Kimia Makanan, Edisi II,
diterjemahkan
oleh
Kosasih
Padmawinata, ITB, Bandung, 529.
Fatah, A.M., dan Mursyidi, A., 1978,
Pengantar Kimia Farmasi Analitik
Volumetri dan Gravimetri , Fakultas
Farmasi UGM, Yogyakarta, 34-38.
0,8 ml/menit
1,0 ml/menit
1,2 ml/menit
Perhitungan
Fase gerak
Waktu retensi
HETP
metanol-air
(1:1)
metanol-air
(1:2)
metanol-air
(1:3)
metanol-air
(1:1)
metanol-air
(1:2)
metanol-air
(1:3)
metanol-air
(1:1)
metanol-air
(1:2)
metanol-air
(1:3)
3,185
138,4083
0,2167
3,145
177,778
0,1687
3,022
225
0,133
2,614
196
0,1534
2,461
149,538
0,201
2,476
190,667
0,157
2,141
212,066
0,1415
2,018
197,603
0,152
2,023
251,888
0,119
sampel pada pH 4
gram(v/det)
241738
78,24
II
251243
80,29
III
267384
83,78
Kadar (mg/kg)
Sirup (g)
Kadar (mg/kg)
1.
202,9518
3,060
83,22
2.
205,7356
3,120
83,70
3.
207,7816
3,180
84,47
2.000
ABSORBANSI
1.800
1.600
1.400
1.200
1.000
0.800
Series1
0.600
0.400
0.200
26
0
25
4
24
8
24
2
23
6
23
0
22
4
21
8
21
2
20
6
20
0
0.000
PANJANG GELOMBANG
2500000
2000000
Luas area
1500000
1000000
Series1
Series2
500000
0
0
20
40
60
80
100
-500000
Konsentrasi (ppm)