Anda di halaman 1dari 59

STUDI TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT

YANG MEMBELI OBAT DI APOTEK TIKI FARMA MAKASSAR


TERHADAP PENGGUNAAN OBAT KORTIKOSTEROID

ARBIATI RAHMAN

10.201.696

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR
MAKASSAR
2011
STUDI TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT
YANG MEMBELI OBAT DI APOTEK TIKI FARMA MAKASSAR
TERHADAP PENGGUNAAN OBAT KORTIKOSTEROID

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana

Program Studi

Farmasi

Disusun dan Diajukan Oleh

ARBIATI RAHMAN

10.201.696

Kepada

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR

MAKASSAR

2011
SKRIPSI

STUDI TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT


YANG MEMBELI OBAT DI APOTEK TIKI FARMA MAKASSAR
TERHADAP PENGGUNAAN OBAT KORTIKOSTEROID

Yang disusun dan diajukan oleh

ARBIATI RAHMAN

10.201.696

Telah Dipertahankan di Depan Panitia Ujian Skripsi

Pada tanggal ……………………

Dan Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat

Menyetujui

Drs. H. ASYHARI ASYIKIN S.Farm M.Kes


Pembimbing Utama

Hj. MUKRIANI, S.Si., M.Kes., Apt AJENG KURNIATI R., S.Si., M.Kes., Apt
Pembimbing Pertama Pembimbing Kedua

SYAFRUDDIN, S.Si AJENG KURNIATI R., S.Si. M.Kes., Apt


Ketua Program Studi Farmasi Dekan Fakultas Farmasi
PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berkat bimbingan dan petunjuk-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan penulisan skripsi ini sebagai salah satu syarat dalam

menyelesaikan program studi Strata Satu (S1) di Fakultas Farmasi

Universitas Indonesia Timur.

Terima kasih yang tak terhingga penulis sampaikan kepada kedua

orang tua yang tercinta Drs. H. Abd. Rahman, M.Si dan Hj. ST. Badariah,

S.Pd., serta kakak dan adikku, yang telah memberikan dorongan, doa dan

bantuan baik secara moril dan material selama penulis menuntut ilmu.

Terima kasih yang tak terhingga pula kepada Bapak Drs. H. Asyhari

Asyikin, S.Fam. M.Kes selaku pembimbing utama; Ibu Hj. Mukriani, S.Si,

M.Kes, Apt selaku pembimbing pertama dan Ibu Ajeng Kurniati R., S.Si.

M.Kes. Apt selaku pembimbing kedua, yang telah memberikan penulis

petunjuk, menyumbangkan pikiran dan membimbing penulis mulai saat

perencanaan penelitian hingga selesainya skripsi ini.

Ucapan terima kasih yang sama penulis sampaikan kepada :

1. Rektor Universitas Indonesia Timur

2. Ibu Dekan Fakultas Farmasi Universitas Indonesia Timur

3. Ketua Jurusan Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Indonesia Timur.

4. Seluruh Staf dan Karyawan Fakultas Farmasi Universitas Indonesia

Timur.

5. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Farmasi Fakultas Farmasi Universitas

Indonesia Timur.
6. Kanda Syawaluddin, A.Ma. yang telah memberikan dukungan dan

semangatnya sampai penyusunan skripsi ini selesai.

7. Teman- temanku, Kasmawati, Hajrah, Musriani, ST. Maisyarah dan

semua teman-teman kelas S10 yang tidak dapat saya sebutkan satu

persatu.

Semoga bagi semua yang telah membantu penulis baik secara

langsung maupun tidak langsung mendapat berkat dari Allah SWT.

Skripsi ini disusun dengan kemampuan dan keterbatasan yang ada

pada penulis, namun masih banyak dijumpai kekurangan dalam penulisan

skripsi ini, dengan senang hati penulis menerima berupa saran dan

arahan untuk kesempurnaannya.

Harapan penulis, semoga hasil penelitian yang sangat sederhana

ini dapt bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dalam bidang

farmasi.

Makassar, Juli 2011

Arbiati Rahman
ABSTRAK

ARBIATI RAHMAN, “Studi Tingkat Pengetahuan Masyarakat Yang


Membeli Obat Di Apotek Tiki Farma Makassar Terhadap Penggunaan
Obat Kortikosteroid“ (dibimbing oleh Asyhari Asyikin, Mukriani dan Ajeng
Kurniati R.)

Telah dilakukan penelitian tentang studi tingkat pengetahuan masyarakat


terhadap penggunaan obat kortikosteroid di Apotek Tiki Farma Makassar,
yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana tingkat pengetahuan
masyarakat yang membeli obat di Apotek Tiki Farma Makassar terhadap
penggunaan obat kortikosteroid. Jenis penelitian ini adalah penelitian
deskriptif dengan teknik pengumpulan data melalui kuisioner. Kuisioner
yang diberikan terdiri dari 4 sub variabel yaitu pengetahuan dasar,
Indikasi, efek samping, dan cara pakai. Sampel diambil 10 % dari populasi
yaitu sebanyak 50 responden dan dilakukan menggunakan teknik
sampling Accidental. Data diperoleh dengan menggunakan skala
Guttman, yaitu jawaban ya atau positif diberi nilai 1, dan jawaban tidak
atau negatif diberi nilai 0. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat
pengetahuan masyarakat terhadap penggunaan obat kortikosteroid di
Apotek Tiki Farma Makassar tinggi yaitu dengan persentase 58. 50 %.

Kata Kunci : Pengetahuan, Obat Kortikosteroid, Apotek Tiki Farma


Makassar
ABSTRACT

ARBIATI RAHMAN, " Study of The Level of Public Knowledge That


Buying Drugs at Pharmacies Tiki Farma Makassar Against The Use of
Corticosteroid Medications " (guided by Asyhari Asyikin, Mukriani and
Ajeng Kurniati R.)

Has done research on the study of the level of public knowledge on the
use of corticosteroid medication in the pharmacy Tiki Farma Makassar,
which aims to determine how the level of public knowledge that buying
drugs at pharmacies Tiki Farma Makassar on the use of corticosteroid
drugs. This type of research is a descriptive study with technique collecting
through a questionnaire. Administered questionnaires consisting of four
sub variables, such as basic knowledge, indications, side effects, and how
to use. Samples taken 10% of the population as many as 50 respondents
and conducted using sampling techniques is Accidental Sampling. The
result obtained using Guttman scale, that is score 1 for a yes or a
positively rated , and given score 0 for a negative response or no
response. The results showed that the level of public knowledge on the
use of corticosteroids medication in the pharmacy Tiki Farma Makassar is
high with the percentage of 58.50 %.

Keywords: Knowledge, Corticosteroids, Pharmacy Tiki Farma Makassar.


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................... i

HALAMAN PENGAJUAN ..................................................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................ iii

PRAKATA ............................................................................................ iv

ABSTRAK ............................................................................................ vi

ABSTRACT .......................................................................................... vii

DAFTAR ISI ......................................................................................... viii

DAFTAR TABEL .................................................................................. x

DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xi

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Obyek Penelitian ................................................................. 4

B. Pengetahuan ....................................................................... 7

C. Kortikosteroid ...................................................................... 11

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ................................................................... 25

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................... 25

C. Populasi dan Sampel .......................................................... 25

D. Jenis dan Sumber Data ....................................................... 26

E. Metode Pengumpulan Data ................................................ 26

F. Analisis dan Pengolahan Data ............................................ 26

G. Defenisi Operasional ........................................................... 27


BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ................................................................... 29

B. Pembahasan ..................................................................... 33

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ........................................................................ 39

B. Saran ............................................................................... 39

DARTAR PUSTAKA
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Skema kerja studi tingkat pengetahuan masyarakat yang


membeli obat di Apotek Tiki Farma Makassar terhadap
penggunaan obat kortikosteroid ......................................... 41
DAFTAR TABEL

Tabel I. Data berdasarkan tingkat pendidikan responden .............. 29

Tabel II. Data hasil kuisioner terhadap pengetahuan responden

tentang pengetahuan dasar .............................................. 30

Tabel III. Data hasil kuisioner terhadap pengetahuan responden

tentang indikasi ................................................................. 30

Tabel IV. Data hasil kuisioner terhadap pengetahuan responden

tentang efek samping........................................................ 31

Tabel V. Data hasil kuisioner terhadap pengetahuan responden

tentang cara pakai… ......................................................... 31

Tabel VI. Tingkat pengetahuan masyarakat terhadap penggunaan

obat kortikosteroid… ......................................................... 32


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I. Kuisioner Penelitian ....................................................... 42

Lampiran II. Data obat golongan kortikosteroid yang tersedia di

Apotek Tiki Farma Makassar .......................................... 44

Lampiran III. Data pembelian bebas obat golongan kortikosteroid di

Apotek Tiki Farma Makassar .......................................... 45

Lampiran IV. Tabulasi Data Kuisioner Studi Tingkat Pengetahuan

Masyarakat yang Membeli Obat Di Apotek Tiki Farma

Makassar Terhadap Penggunaan Obat Kortikosteroid ... 46


BAB I

PENDAHULUAN

Kesehatan adalah keadaan sejahtera badan, jiwa, dan sosial yang

memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia. Jika mereka

sakit maka akan segera mengatasinya dengan melakukan pengobatan

(Departemen Kesehatan, 2010).

Dalam pengobatan, hal-hal yang berhubungan dengan aturan

pakai, indikasi, kontra indikasi dan masalah lain yang tentang obat harus

selalu diperhatikan, begitu pula masalah efek samping. Hal tersebut sering

diabaikan oleh masyarakat. Mereka cenderung melakukan pengobatan

sendiri (swamedikasi) dan menganggap bahwa efek yang mereka rasakan

adalah efek terapi dari obat yang mereka konsumsi. Pengetahuan

merupakan faktor internal yang mempengaruhi sikap dan prilaku

seseorang dalam menentukan suatu keputusan. Begitu halnya dalam

penggunaan obat (Saputro P., 2011).

Dalam bidang farmasi, obat-obat yang disintesis sehingga memiliki

efek seperti hormon kortikosteroid pasti memiliki manfaat yang sangat

penting. Misalnya obat-obat golongan kortikosteroid yang mempunyai efek

sebagai antiinflamasi, antihistamin, asma, hepatitis, dermatitis, sistemic

lupus erythematosus, sarcoidosis dan digunakan pada keadaan-keadaan

yang memerlukan terapi kortikosteroid. Manfaat dari preparat ini cukup

luas tetapi efek samping yang ditimbulkan juga cukup banyak, maka

dalam penggunaannya dibatasi (Sukandar, dkk., 2008).


Beberapa efek samping obat kortikosteroid dapat menimbulkan

masalah-masalah kesehatan yang cukup serius seperti glaukoma,

gangguan mental, euphorbia, peningkatan tekanan darah, Sindrom

Cushing yang sifatnya berpulih, osteoporosis, peningkatan kerentangan

terhadap infeksi, penekanan pertumbuhan pada anak-anak serta efek

samping lain yang sangat berbahaya. Efek yang seperti ini bukanlah efek

yang mudah untuk diabaikan tetapi kenyataan di lapangan, masih banyak

masyarakat yang sering menggunakan obat-obat kortikosteroid secara

tidak benar misalnya pada penggunaan dexamethasone yang seharusnya

diindikasikan sebagai antiinflamasi tetapi digunakan untuk menambah

berat badan (Sukandar, dkk. 2008).

Tubuh dalam keadaan normal memproduksi kortikosteroid alami

dalam jumlah yang cukup. Fungsinya, untuk membantu metabolisme

tubuh dan melawan stress. Konsumsi obat kortikosteroid dari luar tubuh

dalam waktu yang lama akan direspon oleh tubuh dengan

menghentikan produksi kortikosteroid alami. Jika sewaktu-waktu konsumsi

obat kortikosteroid dihentikan, tubuh akan segera kekurangan

kortikosteroid (tubuh kita perlu waktu untuk memproduksi kortikosteroid

alami). Akibatnya, metabolisme tubuh akan kacau balau (rebound

phenomenon). Bahkan pada beberapa kasus dapat berakhir dengan

kematian (Wahl, 2010).

Berdasarkan penelitian Srimurniati (2011) menunjukkan bahwa

penggunaan obat golongan kostikosteroid di puskesmas atau dari segi

penggunaan obat di dalam resep rata-rata 27 % dari keseluruhan resep

setiap bulannya. Hal itu karena banyaknya dan beragamnya efek terapi
atau indikasi dari preparat kortikosteroid. Selain itu, observasi langsung

yang dilakukan di Apotek Tiki Farma membuktikan bahwa setiap bulan

tingkat penjualan obat golongan kortikosteroid secara bebas tanpa resep

sangat tinggi.

Begitu banyaknya khasiat dan efek samping dari obat golongan

kortikosteroid serta penggunaannya yang cukup tinggi baik

dengan resep maupun tanpa resep, maka penelitian ini dilakukan

untuk melihat dan menganalisis pengetahuan masyarakat atau

pasien sebagai user (pengguna) terhadap penggunaan obat

kortikosteroid.

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah

penelitian ini adalah bagaimana tingkat pengetahuan masyarakat yang

membeli obat di Apotek Tiki Farma Makassar terhadap penggunaan obat

kortikosteroid?

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan

masyarakat yang membeli obat di Apotek Tiki Farma Makassar terhadap

penggunaan obat kortikosteroid.

Manfaat penelitian ini diharapkan dapat memberikan data tentang

pengetahuan masyarakat terhadap penggunaan obat kortikosteroid

sehingga dapat meminimalkan terjadinya efek samping yang berbahaya

bagi masyarakat itu sendiri dan sebagai masukan bagi pihak Apotek Tiki

Farma Makassar dalam Mengoptimalkan farmasis sebagai drug informer

(pemberi informasi obat kepada pasien).


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Obyek Penelitian

1. Uraian Apotek secara Umum

Apotek adalah suatu tempat tertentu dilakukan pekerjaan

kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan

lainnya kepada masyarakat. Sediaan farmasi yang dimaksud adalah

obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetik (Syamsuni,2006).

Pengelolaan apotek menurut Permenkes, meliputi:

a. Pembuatan, pengolahan, peracikan, pengubahan bentuk,

pencampuran, penyimpanan, dan penyerahan obat/bahan obat.

b. Pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan penyerahan

perbekalan farmasi lainnya.

c. Pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi, meliputi:

1. Pelayanan informasi tentang obat dan perbekalan farmasi

2. diberikan baik kepada dokter dan tenaga kesehatan lainnya

maupun kepada masyarakat.

3. Pengamanan dan pelaporan mengenai keamanan, bahaya

atau mutu suatu obat dan perbekalan farmasi lainnya.

Pelayanan informasi tersebut di atas wajib didasarkan pada

kepentingan masyarakat.

Standar Pelayanan Kefarmasian di apotek disusun bertujuan

sebagai pedoman praktek apoteker dalam menjalankan profesi,

untuk melindungi masyarakat dari pelayanan yang tidak


profesional, dan melindungi profesi dalam menjalankan praktik

Kefarmasian (Syamsuni,2006).

Perkembangan apotek ini sangat ditentukan oleh

pengelolaan sumber daya dan pelayanan di apotek tersebut. Oleh

sebab itu, standar pelayanan farmasi sangat diperlukan dalam

menjalankan suatu apotek. Jika suatu apotek tidak menggunakan

standar pelayanan farmasi dalam menjalankan apotek maka tidak

akan tercapai derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat.

Karena pelayanan farmasi adalah bentuk pelayanan dan tanggung

jawab langsung profesi apoteker dalam pekerjaan kefarmasian

untuk meningkatkan kualitas hidup pasien/masyarakat.

Sarana yang harus dimiliki apotek yaitu sebagai berikut

(Syamsuni, 2006):

a. Ruang tunggu yang nyaman bagi pasien

b. Tempat untuk mendisplai informasi bagi pasien, termasuk

penempatan brosur/materi informasi

c. Ruangan tertutup untuk konseling

d. Ruang racikan

e. Tempat pencucian alat

Sarana tersebut seharusnya dimiliki oleh setiap apotek.

Tetapi kenyataan di lapangan masih banyak apotek yang kurang

memperhatikan dan mengedepankan pelayanan informasi obat bagi

pasien. Tidak terdapat ruang atau tempat khusus untuk memberikan

informasi obat, bahkan terkadang petugas kesehatan di apotek tidak

sama sekali memberikan informasi obat kepada pasien.


2. Uraian Apotek Tiki

Sejak beberapa tahun yang lalu pemilik apotek yang

memang seorang dokter spesialis memiliki tempat praktek di

beberapa instansi. Selain di rumah sakit, Dr. Julius Roma, Sp.A juga

praktek di rumahnya di kompleks Wesabbe No. D30. Sebagai dokter

spesialis, pasien yang datang tentunya sangat banyak. Pada

awalnya praktek berjalan lancar, tetapi lambat laun pasien mulai

mengeluhkan masalah penebusan resep yang diberikan oleh dokter.

Hal tersebut menjadi alasan pemilik sarana untuk membangun

sebuah apootek untuk mempermudah pasien mendapatkan obat.

Dengan bantuan Ibu Sry Ningsiwaty, S.Si, Apt sebagai apoteker

maka pada tanggal 1 Maret 2008 berdirilah apotek yang bernama

Apotek Tiki Farma.

Awalnya apotek hanya menjual obat-obat generik dan obat

yang sering diresepkan oleh dokter. Seiring berjalannya waktu,

apotek Tiki semakin ada kemajuan. Yang dulunya hanya menjual

sebagian obat sekarang menjual berbagai macam obat serta

perbekalan farmasi lainnya seperti kosmetika dan alat kesehatan.

Apotek ini juga sekarang sudah memiliki gudang obat tersendiri dan

gudang penyimpanan vaksin. Selain itu, tersedia juga perlengkapan

bayi dan anak seperti dot, pakaian, popok, serta perlengkapan lain.

Apotek Tiki adalah apotek yang terletak di jalan Bung No. 2.

Apotek ini mempunyai 3 orang asisten apoteker dan satu orang

apoteker. Melayani Pembelian bebas dan praktek dokter spesialis

anak. Apotek yang sudah tiga tahun berdiri ini merupakan apotek
yang berada di kawasan padat penduduk. Masyarakat yang

berdomisili di sekitar apotek mayoritas mahasiswa/ pelajar dan

pekerja. Dengan masyarakat yang berpendidikan tinggi tentunya

apotek lebih menjadi sarana penting untuk memperoleh pengobatan

dan perawatan tubuh kesehatan dibandingkan dengan toko atau

tempat-tempat lain.

Apotek Tiki Farma merupakan apotek pertama yang yang

terdapat di sekitar jalan Bung. Hal ini tentunya menjadi salah satu

faktor sehingga apotek sudah dikenal oleh masyarakat terutama

yang sudah lama berdomisili di sekitar apotek. Selain itu, apotek-

apotek yang menjadi kompetiter berada beberapa kilometer dari

Apotek Tiki Farma sehingga apotek menjadi tempat yang paling

strategis bagi masyarakat sekitar dalam memperoleh pengobatan.

B. Pengetahuan

Pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan

diperoleh manusia melalui pengamatan akal. Pengetahuan muncul

ketika seseorang menggunakan akal budinya untuk mengenali benda

atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan

sebelumnya (Erfandi, 2009).

Menurut Notoatmojo, ada beberapa faktor yang mempengaruhi

pengetahuan, yaitu sebagai berikut:

a. Pendidikan

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan

kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan


berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses

belajar, makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang

tersebut untuk menerima informasi.

Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung

untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari

media massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin

banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan.

Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana

diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang

tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya.

Pengetahuan seseorang tentang sesuatu obyek juga

mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan negatif. Kedua

aspek inilah yang akhirnya akan menentukan sikap seseorang

terhadap obyek tertentu (Erfandi, 2009).

b. Media / informasi.

Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun

non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate

impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan

pengetahuan. Majunya teknologi akan tersedia bermacam-macam

media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat

tentang inovasi baru.

Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media seperti

televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai

pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayan

orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya,


media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang

dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru

mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi

terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut.

Dalam penentuan pemilihan obat, informasi baik dari media

maupun dari orang lain juga sangat berpengaruh terhadap opini

masyarakat terhadap obat. Informasi yang jelas dan benar sangat

dibutuhkan oleh pengguna karena obat yang penggunaannya salah

akan menjadi racun bagi pemakainya (Erfandi, 2009).

c. Sosial budaya dan ekonomi.

Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa

melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk.

Dengan demikian seseorang akan bertambah pengetahuannya

walaupun tidak melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan

menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk

kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan

mempengaruhi pengetahuan seseorang.

d. Lingkungan.

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar

individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan

berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam

individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi

karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan

direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu (Erfandi, 2009).


e. Pengalaman.

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu

cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara

mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam

memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu.

Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan

memberikan pengetahuan dan keterampilan professional serta

pengalaman belajar selama bekerja akan dapat mengembangkan

kemampuan mengambil keputusan yang merupakan manifestasi

dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak

dari masalah nyata dalam bidang kerjanya (Erfandi, 2009).

Dalam hal pengobatan, pengalaman dari masyarakat sangat

mempengaruhi mereka untuk ,menggunakan suatu obat. Misalnya,

setelah mereka menggunakan obat tertentu dan ia merasakan

suatu efek yang baik dan mereka inginkan mereka akan terus

menggunakan obat tersebut walaupun penggunaannya tidak benar.

Obat kortikosteroid misalnya, mempunyai efek yang dapat

menaikkan berat badan dianggap sebagai suplemen atau vitamin

yang memang memiliki efek penambah bobot tubuh.

f. Usia.

Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir

seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang

pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang

diperolehnya semakin membaik. Pada usia madya, individu akan

lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta


lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya

menyesuaikan diri menuju usia tua, selain itu orang usia madya

akan lebih banyak menggunakan banyak waktu untuk membaca.

Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan

kemampuan verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada

usia ini. Dua sikap tradisional mengenai jalannya perkembangan

selama hidup (Erfandi, 2009).

Di masa sekarang, masyarakat terkadang lebih mendengarkan

pendapat dan pengalaman dari teman atau orang orang yang ada

disekitarnya. Mereka cenderung sulit mempercayai atau bahkan

enggan untuk bertanya mengenai informasi-informasi obat kepada

petugas kesehatan. Penggunaan obat kortikosteroid misalnya. Mereka

sangat sering menggunakan obat tersebut secara bebas dan

sembarangan.

Efek yang mereka peroleh memang instan. Itulah yang

menyebabkan pemikiran mereka menjadi sempit sebatas efek cepat

dari obat kortikosteroid. Efek samping yang ditimbulkan seakan

menjadi efek ringan dan biasa yang ditimbulkan oleh suatu obat.

C. Kortikosteroid

1) Uraian Umum Kortikosteroid

1) Pengertian

Kortikosteroid adalah suatu kelompok hormon steroid

yang dihasilkan di bagian korteks kelenjar adrenal sebagai

tanggapan atas hormon adrenokortikotropik (ACTH) yang


dilepaskan oleh kelenjar hipofisis, atau atas angiotensin II.

Hormon ini berperan pada banyak sistem fisiologis pada tubuh,

misalnya tanggapan terhadap stres, tanggapan sistem kekebalan

tubuh, dan pengaturan inflamasi, metabolisme karbohidrat,

pemecahan protein, kadar elektrolit darah, serta tingkah laku.

Secara umum terdapat beberapa jenis obat golongan

kortikosteroid misalnya Aldosteron, betametason, beklometason

dipropionat, budesonida, dexamethasone, desoximetason,

diflukortolon valerat, fludrokortisone acetat, fluokortolon

pivalat,flumetason pivalat, fluosinolon asetonida, flupredniden

asetat, flutikason propionate, halsinonida, hydrocortisone,

kortison, klobetasol propionate, methylprednisolon, mometasone

furoat, phenylbutazone, prednisone, dan triamsinolon asetonida

(Anonim, 2006).

Berdasarkan khasiatnya, kortikosteroid dibagi menjadi dua

yaitu:

a. Glukokortikoid yang berperan mengendalikan metabolisme

karbohidrat, lemak, dan protein, juga bersifat anti inflamasi

dengan cara menghambat pelepasan fosfolipid, serta dapat

pula menurunkan kinerja eosinofil, misalnya dexamethasone

dan turunannya.

b. Mineralokortikoid yang berfungsi mengatur kadar elektrolit

dan air, dengan cara penahanan garam di ginjal. Beberapa

kortikosteroid menunjukkan kedua jenis aktivitas tersebut

dalam beberapa derajat, dan lainnya hanya mengeluarkan


satu jenis efek, misalnya prednison dan turunannya.

2) Biosintesis Dan Kimia

Korteks adrenal mengubah asetat menjadi kolesterol,

yang kemudian dengan bantuan berbagai enzim diubah lebih

lanjut menjadi kortikosteroid dengan 21 atom karbon dan

androgen lemah dengan 19 atom karbon. Androgen ini juga

merupakan sumber estradiol. Sebagian besar kolesterol yang

digunakan untuk steroidogenesis ini berasal dari luar (eksogen),

baik pada keadaan basal maupun setelah pemberian ACTH.

Sedangkan sumber steroid farmaseutik biasanya disintesis dari

cholic acid (diperoleh dari hewan ternak) atau steroid sapogenin

dalam diosgenin dan hecopenin tertentu yang ditemukan dalam

tumbuhan.

Dalam korteks adrenal kortikosteroid tidak disimpan

sehingga harus disintesis terus menerus. Bila biosintesis

berhenti, meskipun hanya untuk beberapa menit saja, jumlah

yang tersedia dalam kelenjar adrenal tidak cukup untuk

memenuhi kebutuhan normal. Oleh karenanya kecepatan

biosintesisnya disesuaikan dengan kecepatan sekresinya.

3) Mekanisme Kerja

Kortikosteroid bekerja dengan mempengaruhi kecepatan

sintesis protein. Molekul hormon memasuki sel melewati

membran plasma secara difusi pasif. Hanya di jaringan target

hormon ini bereaksi dengan reseptor protein yang spesifik dalam

sitoplasma sel dan membentuk kompleks reseptor-steroid.


Kompleks ini mengalami perubahan konformasi, lalu bergerak

menuju nucleus dan berikatan dengan kromatin Ikatan ini

menstimulasi transkripsi RNA dan sintesis protein spesifik.

Induksi sintesis protein ini yang akan menghasilkan efek

fisiologik steroid.

Pada beberapa jaringan, misalnya hepar, hormon steroid

merangsang transkripsi dan sintesis protein spesifik. pada

jaringan lain, misalnya sel limfoid dan fibroblast hormon steroid

merangsang sintesis protein yang sifatnya menghambat atau

toksik terhadap sel-sel limfoid, hal ini menimbulkan efek

katabolik.

a. Farmakokinetik

Metabolisme kortikosteroid sintetis sama dengan

kortikosteroid alami. Kortisol (juga disebut hydrocortison)

memiliki berbagai efek fisiologis, termasuk regulasi

metabolisme perantara, fungsi kardiovaskuler, pertumbuhan

dan imunitas. Sintesis dan sekresinya diregulasi secara ketat

oleh sistem saraf pusat yang sangat sensitif terhadap umpan

balik negatif yang ditimbulkan oleh kortisol dalam sirkulasi dan

glukokortikoid.

b. Farmakodinamik

Kortikosteroid mempengaruhi metabolisme

karbohidrat, protein dan lemak, dan mempengaruhi juga

fungsi sistem kardiovaskular, ginjal, otot lurik, sistem saraf,

dan organ lain. Korteks adrenal berfungsi homeostatik, artinya


penting bagi organisme untuk dapat mempertahankan diri

dalam menghadapi perubahan lingkungan (Sukandar, 2008).

4) Kortikosteroid Alami

Di dalam tubuh sebenarnya diproduksi kortikosteroid alami

yang berasal dari tubuh kita sendiri. Salah satunya adalah

kortisol. Kortisol merupakan hormon steroid golongan

glukokortikoid yang berasal dari kolesterol. Hormon tsb

mempunyai fungsi yang sangat penting dalam tubuh, termasuk

kemampuan seseorang untuk menghadapi stressor (gangguan

/tekanan /pengaruh dari luar) yang dapat menyebabkan stres.

Dengan kata lain, jumlah hormon kortisol dapat berpengaruh

terhadap tubuh. Jumlah kortisol dalam tubuh meningkat pada

pagi hari dan rendah pada malam hari (Samuraithief, 2011).

Beberapa efek negatif peningkatan kortisol dalam tubuh

adalah sebagai berikut (Samuraithief, 2011):

a. Gangguan kinerja kognitif

b. Menekan fungsi tiroid

c. Ketidakseimbangan gula darah seperti hiperglikemia

d. Penurunan kepadatan tulang

e. Penurunan jaringan otot

f. Tekanan darah

g. Menurunkan kekebalan dan respon peradangan di dalam

tubuh, memperlambat penyembuhan luka, dan konsekuensi

kesehatan lainnya
h. Peningkatan lemak perut yang dapat mengakibatkan adalah

serangan jantung, stroke, pengembangan metabolik sindrom,

peningkatan LDL, penurunan HDL.

2. Indikasi
1) Pengaruh kortikosteroid

Terdapat beberapa pengaruh kortikosteroid terhadap

fungsi dan organ tubuh yaitu sebagai berikut:

a. Metabolisme karbohidrat dan protein

Glukokortikoid meningkatkan kadar glukosa darah

sehingga merangsang pelepasan insulin dan menghambat

masuknya glukosa ke dalam sel otot. Glukokortikoid juga

merangsang lipase yang sensitive dan menyebabkan lipolisis.

Peningkatan kadar insulin merangsang lipogenesis dan sedikit

menghambat lipolisis sehingga hasil akhirnya adalah

peningkatan deposit lemak, peningkatan pelepasan asam

lemak, dan gliserol ke dalam darah. Efek ini paling nyata pada

kondisi puasa, dimana kadar glukosa otak dipertahankan

dengan cara glukoneogenesis, katabolisme protein otot

melepas asam amino, perangsangan lipolisis, dan

hambatan ambilan glukosa di jaringan perifer.

Hormon ini menyebabkan glukoneogenesis di perifer

dan di hepar. Di perifer steroid mempunyai efek katabolik.

Efek katabolik inilah yang menyebabkan terjadinya atrofi

jaringan limfoid, pengurangan massa jaringan otot, terjadi

osteoporosis tulang, penipisan kulit, dan keseimbangan


nitrogen menjadi negatif. Asam amino tersebut dibawa ke

hepar dan digunakan sebagai substrat enzim yang berperan

dalam produksi glukosa dan glikogen.

b. Metabolisme lemak

Pada penggunaan glukokortikoid dosis besar jangka

panjang atau pada sindrom cushing, terjadi gangguan

distribusi lemak tubuh yang khas. Lemak akan terkumpul

secara berlebihan pada depot lemak; leher bagian belakang

(buffalo hump), daerah supraklavikula dan juga di muka (moon

face), sebaliknya lemak di daerah ekstremitas akan

menghilang.

c. Keseimbangan air dan elektrolit

Mineralokortikoid dapat meningkatkan reabsorpsi Na+

serta ekskresi K+ dan H+ di tubuli distal. Dengan dasar

mekanisme inilah, pada hiperkortisisme terjadi: retensi Na

yang disertai ekspansi volume cairan ekstrasel, hipokalemia,

dan alkalosis. Pada hipokortisisme terjadi keadaan sebaliknya:

hiponatremia, hiperkalemia, volume cairan ekstrasel

berkurang dan hidrasi sel.

d. Sistem kardiovaskular

Kortikosteroid dapat mempengaruhi sistem

kardiovaskular secara langsung dan tidak langsung. Pengaruh

tidak langsung ialah terhadap keseimbangan air and elektrolit,

misalnya pada hipokortisisme, terjadi pengurangan volume

yang diikuti peningkatan viskositas darah. Bila keadaan ini


didiamkan akan timbul hipotensi dan akhirnya kolaps

kardiovaskular. Pengaruh langsung steroid terhadap sistem

kardiovaskular antara lain pada kapiler, arteriol, dan miokard. \

2) Prinsip terapi kortikosteroid (Mikhael, 2010):

Terdapat beberapa prinsip terapi yang harus

diperhatikan dalam menggunakan obat golongan kortikosteroid

yaitu sebagai berikut:

a. Untuk tiap penyakit pada tiap pasien, dosis efektif harus

ditetapkan dengan trial and error, dan harus dievaluasi dari

waktu ke waktu sesuai dengan perubahan penyakit. Suatu

dosis tunggal besar kortikosteroid umumnya tidak

berbahaya. Penggunaan kortikosteroid untuk beberapa hari

tanpa adanya kontraindikasi spesifik, tidak membahayakan

kecuali dengan dosis sangat besar.

b. Bila pengobatan diperpanjang sampai 2 minggu atau lebih

hingga dosis melebihi dosis substitusi, insidens efek

samping dan efek letal potensial akan bertambah. Kecuali

untuk insufisiensi adrenal, penggunaan kortikosteroid bukan

merupakan terapi kausal ataupun kuratif tetapi hanya

bersifat paliatif karena efek anti- inflamasinya.

c. Penghentian pengobatan tiba-tiba pada terapi jangka

panjang dengan dosis besar, mempunyai resiko insufisiensi

adrenal yang hebat dan dapat mengancam jiwa pasien.

Secara ringkas dapat dikatakan bahwa bila kortikosteroid

akan digunakan untuk jangka panjang, harus diberikan


dalam dosis minimal yang masih efektif. Kemudian dalam

periode singkat dosis harus diturunkan bertahap sampai

tercapai dosis minimal dimana gejala semula timbul lagi.

d. Bila terapi bertujuan mengatasi keadaan yang mengancam

pasien, maka dosis awal haruslah cukup besar. Bila dalam

beberapa hari belum terlihat efeknya, dosis dapat

dilipatgandakan.

e. Untuk keadaan yang tidak mengancam jiwa pasien,

kortikosteroid dosis besar dapat diberikan untuk waktu

singkat selama tidak ada kontraindikasi spesifik.

f. Untuk mengurangi efek supresi hipofisis-adrenal ini, dapat

dilakukan modifikasi cara pemberian obat, misalnya dosis

tunggal selang 1 atau 2 hari, tetapi cara ini tidak dapat

diterapkan untuk semua penyakit.

3) Penggunaan preparat kortikosteroid

Beberapa kasus penggunaan preparat kortikosteroid yaitu:

a. Fungsi paru pada fetus. Penyempurnaan fungsi paru fetus

dipengaruhi sekresi kortisol pada fetus. Betametason atau

deksametason selama 2 hari diberikan pada minggu ke 27-

34 kehamilan. Dosis terlalu banyak akan mengganggu berat

badan dan perkembangan kelenjar adrenal fetus.

b. Artriris. Kortikosteroid hanya diberikan pada pasien arthritis

rheumatoid yang sifatnya progresif, dengan pembengkakan

dan nyeri sendi yang hebat sehingga pasien tidak dapat

bekerja, meskipun telah diberikan istirahat, terapi fisik dan


obat golongan anti-inflamasi nonsteroid.

c. Penyakit ginjal. Kortikosteroid dapat bermanfaat pada

sindrom nefrotik yang disebabkan lupus eritematus

sistemik atau penyakit ginjal primer, kecuali amiloidosis.

d. Penyakit kolagen. Pemberian dosis besar bermanfaat untuk

eksaserbasi akut, sedangkan terapi jangka panjang hasilnya

bervariasi. Untuk scleroderma umumnya obat ini kurang

bermanfaat.

e. Asma bronchial dan penyakit saluran napas.

f. Penyakit alergi, hepar, leukemia, syok, edema serebral, dan

trauma sumsum tulang belakang.

g. Penyakit mata (konjungtivitis alergika, uveitis akut, neuritis

optika, koroiditis).

3. Efek Samping

Sampai saat ini ratusan produk kortikosteroid tersedia di

pasaran. Layaknya obat lainnya, kortikosteroid juga beresiko

menimbulkan efek samping yang tidak diharapkan, bahkan

beberapa efek sampingnya dapat menimbulkan masalah kesehatan

yang cukup serius. Ketika anda mengetahui efek samping yang

mungkin terjadi dari obat ini, diharapkan anda bisa mengambil

langkah untuk mengontrolnya.

a. Efek samping jangka pendek.

1. Peningkatan tekanan cairan di mata (glaukoma)

2. Banyak ekimosis
3. Kulit tipis

4. Retensi cairan yang menyebabkan pembengkakan di tungkai

5. Peningkatan tekanan darah (Hipertensi)

6. Tonjolan kerbau (buffalo hump).

7. Wajah bulan (moon face)

b. Efek samping jangka panjang (Neal, 2006).

1. Supresi adrenal

Supresi adrenal dapat terjadi pada penggunaan jangka

lama dan bertahan beberapa tahun setelah pengobatan

dihentikan. Pengurangan dosis yang tiba-tiba setelah

penggunaan lama (lebih dari 7 hari) dapat menyebabkan

insufisiensi adrenal akut, hipotensi dan kematian. Oleh karena

itu penghentian harus bertahap. Efek Supresi adrenal ini

paling kecil bila obat diberikan pagi hari. Untuk mengurangi

efek ini lebih lanjut, dosis total dua hari sebaiknya diberikan

sebagai dosis tunggal berselang sehari. Cara ini cocok untuk

terapi atritis rheumatoid, tetapi tidak cocok untuk terapi asma

bronkial. Efek supresi ini juga dapat dikurangi dengan

pemberian intermitten (Sukandar, 2008).

2. Pengurangan produksi cortisol sendiri.

Selama dan setelah pengobatan steroid, maka kelenjar

adrenal memproduksi sendiri sedikit cortisol, yang dihasilkan

dari kelenjar di bawah otak-hypopituitary-adrenal (HPA)

penindasan axis. Untuk sampai dua belas bulan setelah

steroids dihentikan, kurangnya respon terhadap steroid atau


terhadap stres seperti infeksi atau trauma maka dapat

mengakibatkan sakit parah.

3. Meningkatkan kerentanan terhadap infeksi

Pemberian obat steroid dapat menurunkan fungsi

jaringan limfa sehingga menyebabkan berkurangnya dan

mengecilnya sel limfosit. Efek ini menyebabkan menurunnya

kekebalan tubuh atau imunosupresan pada seseorang

sehingga mudah terkena infeksi. Oleh karena itu, penggunaan

obat kortikosteroid sebaiknya diberikan tambahan suplemen

penambah daya tahan tubuh.

4. Diabetes

Kortikosteroid dengan efek glukokortikoid dapat

meningkatkan glukoneogenesis, yaitu pembentukan glukosa

dari protein, sehingga beresiko meningkatkan kadar gula

darah. Karena itu, orang dengan resiko diabetes dapat

mengalami kenaikan kadar gula darah yang nyata.

5. Penekanan pertumbuhan pada anak-anak

Penggunaan glukokortikoid dalam waktu lama dapat

menghambat pertumbuhan anak, karena efek antagonisnya

terhadap kerja hormon pertumbuhan di perifer. Terhadap

tulang, glukokortikoid dapat menghambat maturasi dan proses

pertumbuhan memanjang.

Penghambatan pertumbuhan pada pemakaian

kortikosteroid disebabkan oleh kombinasi berbagai faktor

hambatan somatomedin oleh hormon pertumbuhan, hambatan


sekresi hormon pertumbuhan, berkurangnya proliferasi sel

di kartilago epifisis dan hambatan aktivitas osteoblas di tulang.

6. Osteoporosis

Pengguanaan kortikosteroid secara terus menerus

akan meningkatkan penguraian protein sehingga mengurangi

pembentukan protein, termasuk protein yang diperlukan untuk

pembentukan tulang. Akibatnya terjadi osteoporosis atau

keropos tulang, karena matriks protein tulang menyusut.

7. Psikosis

Psikosis adalah ketidakmampuan untuk menilai

realitas, ditandai dengan kelainan berfikir dan ide-ide aneh,

sering kali berupa delusi dan halusinasi. Sebagian besar

psikosis terjadi akibat terapi steroid.

8. Ulserasi peptik

Penggunaan kortikosteroid dapat meningkatkan kadar

asam lambung, sehingga akan terjadi ulserasi peptik yang

hebat. Oleh karena itu, penggunaan obat golongan

kortikosteroid sebaiknya setelah makan atau tidak dalam

keadaan perut kosong.

9. Hipokalemia

Kelenjar adrenal menghasilkan sejumlah besar hormon

kostikosteroid termasuk aldosteron. Sama seperti aldosteron

di dalam tubuh, penggunaan obat kortikosteroid dari luar

secara berlebihan dan dalam waktu yang lama juga

menyebabkan ginjal mengeluarkan kalium dalam jumlah besar


sehingga seseorang menderita hipokalemia yaitu suatu

keadaan dimana konsentrasi kalium dalam darah kurang dari

3.8 mEq/L darah.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian Ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Apotek Tiki Farma Makassar pada

bulan Mei sampai dengan bulan Juni 2011.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh masyarakat yang

membeli obat kortikosteroid di Apotek Tiki Farma Makassar dan

telah berulang menggunakan obat-obat tersebut.

Berdasarkan observasi awal di Apotek Tiki Farma Makassar

diketahui bahwa jumlah rata-rata masyarakat yang datang membeli

obat golongan kortikosteroid di Apotek Tiki Farma setiap bulan

adalah sebesar kurang lebih 500 orang.

2. Sampel

Sampel penelitian ini menggunakan Accidental sampling

berjumlah 50 orang yakni 10% dari keseluruhan populasi (Saryono.

2008) dengan kriteria yaitu berumur 17 tahun ke atas, telah

berulang menggunakan obat kortikosteroid (lebih dari 1 kali beli),

dan bersedia menjadi responden.


Sampel tersebut diperoleh selama penelitian berlangsung

dengan kriteria tersebut di atas hingga jumlahnya mencukupi.

D. Jenis dan Sumber Data

Data penelitian ini berupa data primer yang sumber datanya

dikumpulkan dengan membagikan kuisioner kepada sampel atau

responden yang terambil.

E. Metode Pengumpulan Data

Kuesioner yang dijawab oleh responden ini digunakan sebagai

metode untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat terhadap

penggunaan obat kortikosteroid di Apotek Tiki Farma Makassar.

Kuisioner ini terdiri dari empat subvariabel dengan lima pertanyaan

untuk setiap subvariabel. Subvariabel dalam hal ini adalah

pengetahuan dasar, indikasi, efek samping, dan cara pakai. Format

kuisioner yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada

lampiran I.

F. Analisis dan Pengolahan Data

Data yang diperoleh ditabulasi dalam bentuk nilai skor, dihitung

total skor untuk pertanyaan dari setiap variabel lalu dipersentasekan.

Skoring untuk setiap jawaban dari kuisioner dinyatakan menggunakan

Skala Guttman (Sugiyono, 2005).

Pengukuran Skor : Untuk Jawaban Positif :1

: Untuk jawaban negatif :0


Persentase untuk setiap sub variabel dihitung menggunakan

rumus sebagai berikut (Sugiyono, 2005):

Jumlah skor perolehan


Persentase Skor = x 100 %
Skor ideal

Skor ideal = Jumlah responden x 1 x 5

Data yang diperoleh dengan memberikan penilaian terhadap

setiap jawaban responden pada kuisioner kemudian dibagi dalam 2

kategori yaitu:

a. Rendah bila persentase skor responden ≤ 50 %

b. Tinggi bila persentase skor responden > 50 %

G. Definisi Operasional

1. Pengetahuan adalah sejumlah apa yang diketahui masyarakat

tentang penggunaan obat kortikosteroid terkait pengetahuan dasar

indikasi, efek samping dan cara pakai. Adapun tingkat pengetahuan

adalah persentase jumlah skor responden yaitu rendah (persentase

skor responden ≤ 50%) dan tinggi (persentase skor responden

> 50 %).

2. Masyarakat adalah orang atau pasien yang datang membeli obat

golongan kortikosteroid di Apotek Tiki Farma Makassar pada saat

penelitian berlangsung dan telah berulang menggunakan obat

tersebut.

3. Obat kortikosteroid adalah semua jenis obat golongan

kortikosteroid yang terdapat di Apotek Tiki Farma Makassar yaitu:

a. Betametason
b. Dexamethasone

c. Desoximetason

d. Fludrocortisone acetat

e. Flumetason pivalat

f. Fluosinolon asetonida

g. Hydrocortisone

h. Klobetasol propionate

i. Methylprednisolon

j. Mometasone furoat

k. Phenylbutazone

l. Prednisone

m. Triamsinolon asetonida
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Dari hasil penelitian yang dilakukan di Apotek Tiki Farma Makassar

pada bulan Mei sampai dengan bulan Juni berdasarkan data primer dari

kuisioner yang dibagikan kepada responden untuk mengetahui tingkat

pengetahuan masyarakat terhadap penggunaan obat kortikosteroid di

Apotek Tiki Farma Makassar dengan jumlah responden sebanyak 50

orang maka diperoleh hasil penelitian sebagai berikut.

Tabel I. Data Berdasarkan tingkat pendidikan responden


No Pendidikan Jumlah Persentase (%)
1 SD 9 18
2 SMP 15 30
3 SMA ke atas 26 52
Jumlah Responden 50 100
Sumber: Data Primer, 2011.

Data di atas menunjukkan penggunaan obat kortikosteroid oleh

responden berdasarkan tingkat pendidikannya. Responden yang

berpendidikan SD sebanyak 9 orang atau sebanyak 18 %, SMP

sebanyak 15 orang atau sebanyak 30 %, dan yang paling banyak

menggunakan obat kortikosteroid adalah responden yang

berpendidikan SMA ke atas sebanyak 26 orang atau 52 %.


Tabel II. Data hasil kuisioner terhadap pengetahuan responden tentang
pengetahuan dasar
Persentase (%)
Skor Skor
No Pendidikan Skor Perolehan
Ideal Perolehan
terhadap skor ideal
1 SD 45 29 64.44
2 SMP 75 58 77.33
3 SMA ke atas 130 114 87.69
Jumlah 250 201 -
% total skor
perolehan terhadap 80.40
total skor ideal
Sumber: Data Primer, 2011.
Data di atas menunjukkan hasil kuisioner terhadap pengetahuan

responden tentang pengetahuan dasar. Berdasarkan data tersebut

maka diketahui bahwa responden yang berpendidikan SD memiliki

pengetahuan tinggi terhadap pengetahuan dasar dengan persentase

64.44%. Responden yang berpendidikan SMP dan SMA juga memiliki

pengetahuan tinggi dengan persentase masing-masing 77.33% dan

87.69%.

Tabel III. Data hasil kuisioner terhadap pengetahuan responden


tentang Indikasi
Persentase (%)
Skor Skor
No Pendidikan Skor perolehan
Ideal Perolehan
terhadap skor ideal
1 SD 45 14 31.11
2 SMP 75 45 60.00
3 SMA ke atas 130 85 65.38
Jumlah 250 144 -
% total skor
perolehan terhadap 57.60
total skor ideal
Sumber: Data Primer, 2011.
Data di atas menunjukkan hasil kuisioner terhadap pengetahuan

responden tentang Indikasi obat. Berdasarkan data tersebut maka

diketahui bahwa responden yang berpendidikan SD memiliki

pengetahuan rendah dengan persentase sebesar 31.11 %. Sedangkan


responden yang berpendidikan SMP dan SMA memiliki pengetahuan

yang tinggi tentang indikasi obat dengan persentase masing-masing

60.00 % dan 65.38 %.

Tabel IV. Data hasil kuisioner terhadap pengetahuan responden


tentang efek samping
Persentase (%)
Skor Skor
No Pendidikan Skor perolehan
Ideal Perolehan
terhadap skor ideal
1 SD 45 12 26.67
2 SMP 75 39 52.00
3 SMA ke atas 130 69 53.08
Jumlah 250 120 -
% total skor
perolehan terhadap 48.00
total skor ideal
Sumber: Data Primer, 2011
Data di atas menunjukkan hasil kuisioner terhadap pengetahuan

responden tentang efek samping obat. Berdasarkan data tersebut maka

diketahui bahwa responden yang berpendidikan SD memiliki

pengetahuan rendah dengan persentase sebesar 26.67 %. Sedangkan

responden yang berpendidikan SMP dan SMA memiliki pengetahuan

yang tinggi tentang efek samping obat dengan persentase masing-

masing 52.00 % dan 53.08 %.

Tabel V. Data hasil kuisioner terhadap pengetahuan responden tentang


cara pakai
Persentase (%)
Skor Skor
No Pendidikan Skor perolehan
Ideal Perolehan
terhadap skor ideal
1 SD 45 14 31.11
2 SMP 75 37 49.33
3 SMA ke atas 130 69 53.08
Jumlah 250 120 -
% total skor
perolehan terhadap 48.00
total skor ideal
Sumber: Data Primer, 2011.
Data di atas menunjukkan hasil kuisioner terhadap pengetahuan

responden tentang cara pakai obat. Berdasarkan data tersebut maka

diketahui bahwa responden yang berpendidikan SD dan SMP memiliki

pengetahuan rendah dengan persentase masing-masing sebesar 31.11

% dan 49.33 %. Sedangkan responden yang berpendidikan SMA ke

atas memiliki pengetahuan yang tinggi tentang cara pakai obat dengan

persentase sebesar 53.08 %.

Tabel VI. Tingkat pengetahuan masyarakat terhadap penggunaan obat


kortikosteroid
% skor perolehan
Skor Skor
No Pendidikan terhadap skor
ideal Perolehan
ideal
1 SD 180 69 38.33
2 SMP 300 179 59.67
3 SMA ke atas 520 337 64.81
Jumlah 1000 585 -
% total skor perolehan
terhadap total skor 58.50
ideal
Sumber: Data Primer, 2011.

Data di atas menunjukkan persentase perolehan skor responden

terhadap tingkat pengetahuan masyarakat tentang obat kortikosteroid.

Berdasarkan data maka diketahui bahwa tingkat pengetahuan

masyarakat yang berpendidikan SD terhadap obat kortikosteroid

rendah dengan persentase 38.33 %. Sedangkan masyarakat yang

berpendidikan SMP dan SMA ke atas memiliki tingkat pengetahuan

tinggi terhadap obat kotikosteroid yaitu dengan persentase masing-

masing sebesar 59.67 % dan 64.81 %.


B. Pembahasan

Begitu beragamnya kegunaan dari obat kortikosteroid, sehingga

banyak digunakan oleh masyarakat, baik dalam resep maupun secara

bebas tanpa menggunakan resep. Dalam hal ini akan dibahas

mengenai bagaimana tingkat pengetahuan masyarakat terhadap

penggunaan obat kortikosteroid, Hal ini dikarenakan masyarakatlah

yang menjadi user atau pengguna sehingga seyogianya mereka

mampu memahami obat yang mereka gunakan dalam kehidupannya.

Pengetahuan masyarakat sangat dipengaruhi oleh tingkat

pendidikan. Hal tersebut juga sangat berpengaruh terhadap

penggunaan obat kortikosteroid di kalangan masyarakat khususnya

yang digunakan secara bebas tanpa menggunakan resep.

Pada table I diperoleh data berdasarkan penggunaan obat

kortikosteroid terhadap tingkat pendidikan seseorang. Untuk

masyarakat yang berpendidikan SD terlihat hanya sebanyak 9 orang,

SMP sebanyak 15 orang dan yang paling banyak menggunakan obat

kortikosteroid adalah masyarakat yang berpendidikan SMA ke atas

yaitu sebanyak 26 orang.

Tingkat pengetahuan sangat berpengaruh terhadap tindakan dan

pilihan seseorang. Salah satu yang dimaksud dalam hal ini adalah

penggunaan obat. semakin banyak pengetahuan tentang sesuatu

maka semakin tertarik pula seseorang terhadap sesuatu itu.

Dari hasil penelitian diperoleh data untuk masing-masing sub

variabel yaitu pengetahuan dasar, indikasi, efek samping, dan cara

pakai. Berdasarkan tabel II maka dapat dilihat bahwa masyarakat yang


berpendidikan SD, SMP, maupun SMA ke atas semuanya memilki

pengetahuan terhadap pengetahuan dasar penggunaan obat

kortikosteroid tinggi dengan perolehan di atas 50 % yaitu masing-

masing 64.44 %, 77.33 %, dan 87.69 %.

Menurut Notoatmojo, tingkat pendidikan seseorang sangat

mempengaruhi pengetahuannya. Dan ternyata jika dilihat dari tabel

menunjukkan bahwa masyarakat yang berpendidikan SMA ke atas lah

yang memiliki pengetahuan terhadap pengetahuan dasar penggunaan

obat kortikosteroid yang paling tinggi dibandingkan masyarakat yang

berpendidikan SD dan SMP.

Untuk sub variabel indikasi obat, diperoleh data bahwa

masyarakat yang berpendidikan SD memiliki pengetahuan yang rendah

dengan hanya memperoleh persentase sebesar 31.11%, sedangakan

masyarakat yang berpendidikan SMP dan SMA ke atas memiliki

pengetahuan yang tinggi dengan persentase masing-masing sebesar

60.00 % dan 65.38 %.

Sebagian masyarakat mengetahui jelas bahwa obat

kortikosteroid digunakan sebagai antihistamin dan sebagai

antiinflamasi. Walaupun demikian, masih ditemukan di lapangan

adanya penggunaan obat kortikosteroid yang tidak rasional atau tidak

sesuai indikasi obat.

Masyarakat cenderung menggunakan obat kortikosteroid

sebagai obat yang dapat menambah nafsu makan. Kemungkinan hal

tersebut karena masyarakat melihat efek instan dan efek yang dapat

mereka lihat secara nyata setelah menggunakan obat kortikosteroid.


Berat badan yang bertambah adalah salah satu dari efek yang mereka

rasakan.

Hal itu mendoktrin mereka sehingga pola pikir masyarakat

menjadi berubah. Mereka beranggapan bahwa nafsu makan bertambah

dan berat badan yang meningkat merupakan efek terapi dari obat

kortikosteroid, padahal itu hanya merupakan efek samping dari obat

tersebut di luar dari efek samping lain yang berbahaya, terlebih lagi

kurangnya informasi obat dari petugas kesehatan.

Lain halnya data pada tabel III yaitu pengetahuan masyarakat

tentang efek samping obat. Berdasarkan data tersebut maka dapat

diketahui bahwa hanya masyarakat yang berpendidikan SMA ke atas

saja yang memiliki pengetahuan yang tinggi terhadap efek samping

obat kortikosteroid dengan persentase sebesar 50.08 %. Sedangkan

yang berpendidikan SD dan SMP rendah dengan persentase masing-

masing sebesar 31.11 % dan 49.33%.

Hal tersebut sebenarnya disebabkan oleh ketidakhati-hatian

masyarakat dengan pengetahuan yang sangat minim. Efek samping

obat seolah menjadi urutan kesekian bagi mereka yang harus

diperhatikan setiap kali menggunakan obat. Terutama untuk

masyarakat yang cenderung meniru prilaku orang lain yang belum tentu

kebenarannya.

Berbagai efek samping yang dapat ditimbulkan seperti

hipertensi, moonface, kerentanan terhadap infeksi, penghambatan

pertumbuhan pada anak-anak, sampai terjadi osteoporosis tentunya

bukan hal yang gampang untuk dihiraukan. Perlu pemahaman tinggi


dan pengetahuan yang cukup untuk menggunakan obat golongan ini.

Beberapa efek samping yang ditimbulkan bukan tidak dapat

untuk dihindari. Dengan pemakaian yang benar serta kepatuhan

terhadap peraturan dalam menggunakan obat ini dapat meminimalkan

timbulnya efek samping. Misalnya tidak menggunakan preparat ini jika

masih ada obat lain yang dapat digunakan, jika harus digunakan maka

penggunaannya dengan dosis sekecil mungkin. Selain itu kombinasi

dengan obat lain juga sangat diperlukan untuk menghindari efek

samping yang mungkin terjadi misalnya dengan mengkonsumsi

kalsium.

Sama seperti pada tabel II, III, dan IV , pada tabel V juga

menggambarkan tingkat pendidikan sangat mempengaruhi

pengetahuan seseorang terhadap penggunaan obat kortikosteroid. Hal

tersebut dibuktikan dengan persentase yang diperoleh hanya

masyarakat yang berpendidikan SMA ke atas saja yang memiliki

pengetahuan tinggi terhadap cara pakai obat dibanding SD dan SMP.

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan

kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan

berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar,

makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut untuk

menerima informasi baik dari orang lain maupun dari media massa.

Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula

pengetahuan yang diperoleh.

Cara pakai dari obat kortikosteroid ini harus selalu diperhatikan.

Penggunaannya yang salah membuat konsistensi dari efek samping


obat tersebut juga menjadi meningkat. Misalnya untuk penggunaan

pada malam hari.

Hal tersebut sangat tidak dianjurkan karena pada malam hari

kadar kortisol sebagai kortikosteroid alami di dalam tubuh sangat

rendah, sehingga apabila pada saat yang bersamaan dikonsumsi

kortikosteroid dari luar maka akan mengakibatkan siklus pembentukan

kortikosteroid terhenti sehingga kadarnya mrnjadi berkurang dan tidak

mencukupi kebutuhan tubuh secara normal.

Peningkatan kadar kortikosteroid di dalam tubuh dapat

mengakibatkan berbagai masalah seperti penekanan fungsi tiroid,

hiperglikemia, penurunan kepadatan tulang dan jaringan otot,

peningkatan tekanan darah, penurunan kekebalan dan respon

peradangan di dalam tubuh, peningkatan LDL dan penurunan HDL,

serta konsekuensi kesehatan lainnya.

Data pada tabel VI menunjukkan persentase tingkat

pengetahuan masyarakat terhadap penggunaan obat kortikosteroid.

Data ini di bedakan berdasarkan tingkat pendidikan responden yaitu

SD, SMP, dan SMA ke atas.

Masyarakat yang berpendidikan SD memperoleh persentase

sebesar 38.33 % yang menyatakan bahwa tingkat pengetahuan

masyarakat tersebut masih rendah, begitu pula pada persentase

perolehan masyarakat yang berpendidikan SMP. Sedangkan untuk

masyarakat yang berpendidikan SMA ke atas memiliki persentase

sebesar 64.81% yang menandakan bahwa pengetahuannya terhadap

penggunaan obat kortikosteroid tinggi.


Dari hasil analisis maka diperoleh data bahwa obat-obat

kortikosteroid banyak digunakan oleh masyarakat yang berpendidikan

SMA ke atas. Terutama di kalangan masyarakat usia muda karena

masyarakat tersebut sudah tahu efek dan bahaya penggunaan obat

kortikosteroid dan bagaimana cara meminimalisirnya. Tetapi ternyata

fenomena di masyarakat masih ada yang menggunakan obat

kortikosteroid secara tidak rasional yaitu untuk mendapatkan efek yang

lain seperti menambah nafsu makan dan menaikkan berat badan di luar

dari efek terapi yang sebenarnya sebagai anti inflamasi dan anti

histamin.

Data tersebut membuktikan bahwa pendidikan sangat

berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang dalam

menggunakan obat golongan kortikosteroid yaitu masyarakat yang

berpendidikan SD hanya memperoleh persentase sebesar 38.33 %,

SMP sebesar 59.67 % dan yang berpendidikan SMA ke atas sebesar

64.81 %.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat

disimpulkan bahwa:

1. Tingkat pengetahuan masyarakat terhadap penggunaan obat

kortikosteroid tinggi yaitu dengan persentase 58,50 %.

2. Dilihat dari masing-masing tingkat pendidikan responden maka

yang memiliki pengetahuan yang paling tinggi adalah responden

dengan tingkat pendidikan SMA ke atas yaitu dengan persentase

sebesar 64.81%, kemudian dilanjutkan dengan responden

berpendidikan SMP sebesar 59.67 %, dan yang paling rendah

adalah responden yang berpendidikan SD sebesar 38.33%.

B. Saran

Sebaiknya untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat

terhadap penggunaan obat kortikosteroid, diharapkan pada pihak

farmasis sebaiknya perlu dilakukan penyuluhan secara intensif di

sarana pelayanan kefarmasian dalam bentuk Pelayanan Informasi Obat

(PIO).
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2006. Obat Dermatitis. http://medicastore.com. Diakses tanggal


26 April 2011.

Erfandi, 2009. Pengetahuan dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi.


http://forbetterhealth.wordpress.com. Diakses tanggal 29
Maret 2011.

Departemen Kesehatan, 2010. UU RI tentang Kesehatan dan RS.


Bandung: Citra Umbara. hal 2

Mikhael. 2010. Kortikosteroid dan efek sampingnya.


http://sectiocadaveris.wordpress.com. Diakses tanggal 5 Mei
2011.

Neal, M.J., 2005. At a Glance Farmakologi Medis Edisi 5 terjemahan


oleh Juwalita Surapsari. 2006. Penerbit Erlangga.

Samuraithief. 2011. Perkuliahan fakultas kedokteran gigi.


http://samuraithief.wordpress.com. Diakses tanggal 5 Mei
2011.

Saputro P., 2011. Definisi dan Faktor Penyebab Perilaku Konsumen.


http://pandji99.wordpress.com. Diakses tanggal 6 Mei 2011.

Saryono, 2008. Metodologi Penelitian Kesehatan Penuntun


Praktek Bagi Pemula. Jakarta: Mitra Cendikia Offset.

Sugiyono, 2005. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta.


Hal 96,111

Sukandar, E.Y. dkk., 2008. ISO Farmakoterapi. Jakarta: PT ISFI


Penerbitan. Hal 636

Srimurniati, 2011. Analisis Penggunaan Oral Kortikosteroid di


Puskesmas Layang Makssar. Skripsi Universitas Indonesia
Timur.

Syamsuni Drs. 2006. Farmasetika dasar dan hitungan farmasi. Penerbit


buku kedokteran EGC. 7

Wahl T., 2010. Bagaimana Cara Menaikkan Berat badan dengan Cepat.
http://tomywahl.blogspot.com. Diakses tanggal 26 April 2011.
UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR
FAKULTAS FARMASI

APOTEK TIKI FARMA MAKASSAR

MASYARAKAT/ PASIEN

KUESIONER

PENGUMPULAN DATA

ANALISIS DATA

PEMBAHASAN

KESIMPULAN

Gambar I. Skema kerja studi tingkat pengetahuan masyarakat yang


membeli obat di Apotek Tiki Farma Makassar terhadap
penggunaan obat kortikosteroid
Lampiran I. Kuisioner Penelitian

KUISIONER PENELITIAN
Saya mengucapkan banyak terima kasih atas keikhlasan dan waktu
Anda untuk menjawab kuesioner ini sebagai syarat dalam menyelesaikan
skripsi saya. Besar harapan saya, Anda menjawab pertanyaan ini sesuai
dengan apa yang Anda ketahui dan tanpa perasaan tertekan.

Identitas Responden:
Nama :
Umur :
Alamat :
Jenis Kelamin :
Pendidikan :

Petunjuk pengisisan:

Baca dan jawablah pertanyaan di bawah ini dengan memberi tanda silang
(X) pada salah satu jawaban yang tersedia.

A. Pengetahuan Dasar
1. Adakah obat golongan kortikosteroid yang Anda ketahui?
a. YA b. TIDAK
2. Apakah Anda menggunakan obat kortikosteroid karena anda
mengetahui efeknya?
a. YA b. TIDAK
3. Apakah Anda membeli obat kortikosteroid dengan resep dokter?
a. YA b. TIDAK
4. Apakah Anda mengetahui bahwa obat kortikosteroid memiliki
banyak kegunaan?
a. YA b. TIDAK
5. Apakah anda sering membeli obat kortikosteroid secara bebas?
a. YA b. TIDAK

B. Indikasi
1. Menurut Anda Obat kortikosteroid dapat menyembuhkan
radang?
a. YA b. TIDAK
2. Apabila Anda gatal Anda bisa menggunakan obat kortikosteroid?
a. YA b. TIDAK
3. Rematik atau nyeri tulang dapat disembuhkan oleh obat
kortikosteroid?
a. YA b. TIDAK
4. Setelah meminum obat kortikosteroid, apakah nafsu makan
Anda menjadi bertambah?
a. YA b. TIDAK
5. Menurut Anda berat badan dapat bertambah jika menggunakan
obat kortikosteroid?
a. YA b. TIDAK
C. Efek Samping
1. Apakah obat golongan kortikosteroid dapat menyebabkan kadar
gula darah meningkat ?
a. YA b. TIDAK
2. Menurut Anda apakah tulang bisa kuat dengan menggunakan
obat kortikosteroid?
a. YA b. TIDAK
3. Benarkah obat kortikosteroid dapat meningkatkan asam
lambung?
a. YA b. TIDAK
4. Apakah obat kortikosteroid dapat menimbulkan kegemukan?
a. YA b. TIDAK
5. Menurut Anda obat kortikosteroid aman digunakan pada saat
perut kosong?
a. YA b. TIDAK

D. Cara Pakai
1. Obat kortikosteroid dapat digunakan terus-menerus dalam
jangka yang lama
a. YA b. TIDAK
2. Ketika Anda hendak meminum obat kortikosteroid, apakah Anda
makan terlebih dahulu?
a. YA b. TIDAK
3. Apakah penggunaan obat kortikosteroid dapat dihentikan secara
tiba-tiba?
a. YA b. TIDAK
4. Menurut Anda obat kortikosteroid dapat dikonsumsi kapanpun
kita inginkan?
a. YA b. TIDAK
5. Ibu hamil dan ibu menyusui aman menggunakan obat
kortikosteroid?
a. YA b. TIDAK
Lampiran II Data obat golongan kortikosteroid yang tersedia di Apotek
Tiki Farma Makassar

No Jenis Kortikosteroid Nama Obat Sediaan


Betametasone Salep
Benoson G Salep
Benoson-N Salep
Betason Salep
1. Betametason
Betason-N Salep
Celestamin Tablet
Celestone Tablet
Ocuson Tablet
Cortidex Tablet
Dexa-M Tablet
Dexametasone Tablet
2. Dexamethasone Etason Salep
Kalmetasone Tablet
Polidemisin Tts Mata
Polofar Tablet
Esperson Salep
3. Desoximetason
Inerson Salep
4. Fludrocortisone acetat Ottopain Tts Telinga
5. Flumetason pivalat Locasalen Salep
Cinolon Salep
6. Fluosinolon asetonida
Cinolon-N Salep
Hydrocortisone Tablet
7. Hydrocortisone
Hydrocortisone 1 % Krim
Ikaderm Salep
8. Klobetasol propionate
Kloderma Salep
Methylprednisolon Tablet
Prednicort Tablet
9. Methylprednisolon
Sanexon Tablet
Urbason Tablet
10. Mometasone furoat Elox Krim
Irgapan Tablet
11. Phenylbutazone
Phenylbutazone Tablet
12. Prednisone Prednisone Tablet
Kenacort Tablet
13. Triamsinolon asetonida
Kenacort-A Salep

Tabel di atas memperlihatkan jenis sediaan yang termasuk golongan

obat kortikosteroid yang terdapat di Apotek Tiki Farma Makassar


Lampiran III. Data pembelian bebas obat golongan kortikosteroid di
Apotek Tiki Farma Makassar

No Nama Obat Sediaan Pembelian


1. Betametasone Salep 5
2. Benoson G Salep 1
3. Benoson-N Salep 2
4. Betason Salep -
5. Betason-N Salep 1
6. Celestamin Tablet -
7. Celestone Tablet -
8. Ocuson Tablet 47 biji
9. Cortidex Tablet -
10. Dexa-M Tablet 20 biji
11. Dexametasone Tablet 650 biji
12. Etason Salep -
13. Kalmetasone Tablet 20 biji
14. Polidemisin Tts Mata -
15. Polofar Tablet -
16. Esperson Salep 2
17. Inerson Salep 3
18. Ottopain Tts Telinga 2
19. Locasalen Salep -
20. Cinolon Salep 2
21. Cinolon-N Salep -
22. Hydrocortisone Tablet -
23 Hydrocortisone 1 % Krim 5
24. Ikaderm - -
25. Kloderma - -
26. Methylprednisolon Tablet 30 biji
27. Prednicort Tablet -
28. Sanexon Tablet -
29. Urbason Tablet -
30. Elox Krim 1
31. Irgapan Tablet 20 biji
32. Phenylbutazone Tablet 100 biji
33. Prednisone Tablet 880 biji
34. Kenacort Tablet -
35. Kenacort-A Salep -

Tabel di atas merupakan data pembelian obat golongan kortikosteroid

oleh masyarakat secara bebas di Apotek Tiki Farma Makassar.


Lampiran IV. Tabulasi Data Kuisioner Studi Tingkat Pengetahuan
Masyarakat yang Membeli Obat Di Apotek Tiki Farma
Makassar Terhadap Penggunaan Obat Kortikosteroid

Sub Variabel I Sub Variabel II Sub Variabel III Sub Variabel IV


No Jml Jml Jml Jml
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1 1 1 0 0 1 3 1 1 0 0 0 2 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1
2 1 1 0 0 1 3 1 1 0 0 0 2 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 2
3 1 1 0 1 1 4 1 1 0 0 0 2 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 2
4 1 1 0 1 1 4 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1
5 1 0 0 1 1 3 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 2 0 1 0 0 0 1
6 1 0 0 1 1 3 1 1 0 0 0 2 0 0 0 1 1 2 0 1 0 0 0 1
7 1 0 0 1 1 3 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 2 1 1 0 0 0 2
8 1 1 0 0 1 3 1 0 1 0 0 2 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 2
9 1 0 0 1 1 3 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 2
10 1 1 1 0 1 4 1 1 1 1 0 4 1 1 0 0 1 3 0 1 0 0 1 2
11 1 1 1 1 1 5 1 1 1 1 0 4 1 1 1 1 0 4 0 1 0 0 1 2
12 1 1 1 0 1 4 1 1 1 0 0 3 0 0 1 0 1 2 0 1 1 1 0 3
13 1 0 1 0 1 3 0 1 1 0 0 2 1 1 1 1 0 4 0 1 1 1 0 3
14 1 1 1 0 1 4 0 1 1 0 0 2 1 0 0 0 1 2 0 0 1 1 1 3
15 1 1 0 1 1 4 1 1 1 0 0 3 1 0 0 0 1 2 1 1 0 0 1 3
16 1 1 1 1 1 5 1 1 1 0 0 3 1 0 0 1 1 3 0 1 0 0 1 2
17 1 1 1 0 1 4 1 1 1 0 0 3 1 0 1 1 0 3 1 1 0 0 1 3
18 1 1 1 1 1 5 1 1 1 0 0 3 0 1 1 0 1 3 1 1 0 0 0 2
19 1 1 1 0 1 4 1 1 1 0 0 3 1 0 0 0 1 2 0 1 0 1 1 3
20 1 1 0 1 1 4 1 1 1 0 0 3 1 0 0 0 1 2 0 1 1 0 1 3
21 1 1 0 1 1 4 1 0 1 1 0 3 1 0 0 0 1 2 1 1 0 0 0 2
22 1 0 1 0 1 3 1 1 1 1 0 3 0 1 1 0 1 3 0 1 0 0 1 2
23 1 0 1 0 1 3 1 1 1 0 0 3 0 1 1 0 0 2 0 1 0 1 1 3
24 1 0 0 0 1 2 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 2 0 1 0 0 0 1
25 1 1 1 1 1 5 1 1 1 0 0 3 1 1 1 1 0 4 0 1 0 0 1 2
26 1 1 1 1 1 5 0 1 0 1 1 3 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 1 3
27 1 1 1 1 1 5 1 0 1 1 1 4 1 0 0 1 1 3 1 1 1 0 0 3
28 1 1 1 1 1 5 1 1 1 0 1 4 1 1 0 0 1 3 0 0 1 0 1 2
29 1 1 1 1 1 5 0 1 0 0 1 2 0 1 1 0 1 3 0 1 0 0 1 2
30 1 1 0 1 1 4 0 1 0 0 1 2 1 1 1 0 1 4 0 1 1 0 1 3
31 1 1 0 1 1 4 1 0 1 1 1 4 1 0 0 0 1 2 1 1 1 0 1 4
32 1 1 1 1 1 5 1 1 1 0 1 4 0 1 1 0 1 3 1 1 0 0 1 3
33 1 1 0 1 1 4 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 3 0 1 1 0 0 2
34 1 1 0 1 1 4 1 0 1 0 1 3 1 1 0 0 0 2 1 1 1 0 0 3
35 1 1 1 1 1 5 1 1 0 0 1 3 1 0 0 0 1 2 0 1 1 0 0 2
36 1 1 1 1 1 5 1 1 0 0 0 2 0 0 1 0 1 2 1 1 1 0 0 3
37 1 1 0 1 1 4 1 1 1 0 1 4 0 1 1 0 1 3 1 1 0 0 1 3
38 1 1 0 1 1 4 1 1 1 0 1 4 0 1 1 0 0 2 1 1 1 0 1 4
39 1 1 1 1 1 5 1 1 0 1 1 4 0 0 1 0 1 2 0 1 1 0 0 2
40 1 1 1 1 1 5 1 1 0 0 1 3 0 0 1 0 1 2 1 1 1 0 1 4
41 1 0 1 1 1 4 1 1 1 1 1 5 0 0 1 1 0 2 0 0 1 0 1 2
42 1 1 0 1 1 4 1 1 1 0 0 3 1 0 0 0 1 2 0 1 0 0 1 2
43 1 0 0 1 1 3 1 1 1 0 0 3 1 0 1 0 1 3 0 1 0 0 1 2
44 1 1 0 1 1 4 1 1 1 1 1 5 1 0 1 0 1 3 0 1 1 0 0 2
45 1 1 0 1 1 4 0 1 0 0 1 2 1 1 1 0 0 3 1 1 1 0 1 4
46 1 1 0 1 1 4 0 0 0 1 1 2 1 1 1 0 0 3 0 1 0 0 1 2
47 1 1 0 1 1 4 1 1 1 0 0 3 1 1 1 1 0 4 0 1 0 0 0 1
48 1 1 0 1 1 4 1 1 1 0 0 3 1 1 0 0 1 3 0 1 1 0 1 3
49 1 1 1 1 1 5 1 1 1 1 1 5 1 1 1 0 1 4 0 1 1 0 1 3
50 1 1 0 1 1 4 0 1 1 1 1 4 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 3
Jumlah 201 Jumlah 144 Jumlah 120 Jumlah 120

Anda mungkin juga menyukai