Kepada Yth.
Panitia Skripsi FORM – 4 A
Program Studi Farmasi FIKES UMM LAPORAN
Jl. Bendungan sutami 188 A, Malang KEMAJUAN PROPOSAL
Prosentase
No Kegiatan
20 % 40% 60% 80% 100%
1. Konsultasi dengan Dosen Pembimbing I √
2. Konsultasi dengan Dosen Pembimbing II √
3. Penulisan Naskah Proposal Skripsi √
4. Pengecekan plagiasi √
Kendala :
Levvy Sandy
Mengetahui,
Pembimbing I, Pembimbing II,
N. I. M : 201710410311093
Dengan ini mengajukan untuk melakukan Ujian Usulan Skripsi dengan judul :
Uji Aktivitas Antioksidan Dan Uji Stabilitas Sediaan Sheet Mask Krim Ekstrak Biji Alpukat
(Persea americana Mill.)
Dengan melampirkan :
1. 1 eksemplar proposal skripsi
2. Form P1 lolos plagiasi
3. Form 8A selesai pembimbingan usulan skripsi
Levvy Sandy
Mengetahui
Berdasarkan proses pembimbingan yang telah dilakukan, maka mahasiswa tersebut dinyatakan
BOLEH / TIDAK BOLEH* mengajukan seminar usulan skripsi tanpa / dengan catatan* :
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
Mengetahui,
Dosen Pembimbing I
Berdasarkan proses pembimbingan yang telah dilakukan, maka mahasiswa tersebut dinyatakan
BOLEH / TIDAK BOLEH* mengajukan seminar usulan skripsi tanpa / dengan catatan* :
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
Mengetahui,
Dosen Pembimbing II
Konsultasi formula
4. 24 Februari 2021
FORM
PERGANTIAN JUDUL SKRIPSI
Penguji I 1.
Penguji II 2.
Levvy Sandy
201710410311148
USULAN SKRIPSI
LEVVY SANDY
USULAN SKRIPSI
Dibuat untuk memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Farmasi pada Program Studi
Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan
2021
Oleh:
LEVVY SANDY
201710410311093
Disetujui Oleh:
Pembimbing 1 Pembimbing 2
i
DAFTAR ISI
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
(Sutriningsih & Uji Antioksidan Mengetahui aktivitas Jakarta Eksperimental 1. Pembuatan ekstrak Pengamatan
Astuti, 2017) dan Formulasi antioksidan dari ekstrak etanol 70% biji langsung
Sediaan Masker biji alpukat dan alpukat dengan
Peel-off Dari memperoleh formulasi 2. Pengujian menggunakan
Ekstrak Biji masker peel-off ekstrak Antioksidan alat
Alpukat (Persea biji alpukat yang 3. Formulasi Sediaan
americana Mill) mempunyai aktivitas Masker Peel-Off
Dengan antioksidan, serta dari Ekstrak Biji
Perbedaan berpenampilan menarik Alpukat
Konsentrasi dan memiliki stabilitas
PVA (Polivinil fisik yang baik dengan
Alcohol) polivinil alkohol (PVA)
sebagai pembentuk
film
6
(Suhaenah et al., Potensi Ekstrak Menentukan nilai Sun Makasar Eksperimental Biji alpukat memiliki Studi
2019) Etanol Biji Protection Factor (SPF) nilai SPF tertinggi Literature
Alpukat (Persea ekstrak etanol biji sehingga dapat
americana Mill.) alpukat (Persea mengansorbsi sinar
sebagai Tabir americana Mill.) UV karena
Surya kandungannya
sebagai antioksidan
(Efriana, 2019) Formulsi Memformulasi sediaan Medan Eksperimental 1. Pembuatan ekstrak Pengamatan
Sediaan Masker masker sheet yang kulit buah alpukat langsung
Sheet dari mengandung ekstrak 2. Penentuan mutu dengan
Ekstrak Kulit kulit buah alpukat serta fisik serta evaluasi menggunakan
Buah Alpukat mengamati kulit sediaan Masker alat
(Persea menjadi lebih baik Sheet dari Ekstrak
gratissima selama empat minggu Kulit Buah
Gaertn) sebagai perawatan dan Alpukat (Persea
pelembab mengukur kadar air gratissima Gaertn)
kulit sebagai pelembab
7
Buah Alpukat merupakan salah satu buah yang digemari oleh masyarakat. Buah
ini berasal dari dataran tinggi maupun dataran rendah Amerika Tengah dan telah
menyebar ke negara sub-tropis maupun tropis. Orang pertama yang memperkenalkan
buah alpukat kepada penduduk Eropa yaitu Martín Fernández de Enciso, salah
seorang pemimpin pasukan Spanyol (Noorul et al., 2016). Dia memperkenalkan buah
ini pada tahun 1519 kepada orang-orang Eropa. Diperkirakan buah alpukat masuk ke
Indonesia pada tahun 1920-1930. Di Indonesia buah alpukat mempunyai banyak
nama daerah misalnya alpuket (Jawa Barat), alpokat (Jawa Timur/Jawa Tengah),
boah pokat, jamboo pokat (Batak), advokat, jamboo mentega, jamboo pooan, pookat
(Lampung) dan lain-lain (Bappenas, 2000).
2.1.1 Morfologi Buah Alpukat
Pohon alpukat memiliki tinggi 3-10 m, berakar tunggang, berbatang
kayu dengan bentuk bulat dan berwarna coklat. Daun pada pohon alpukat
berbentuk jorong samapai bundar telur dengan panjang 10-20 cm, lebar 3-10
cm, daun muda berwarna kemerahan, daun tua berwarna hijau serta memiliki
rasa pahit. Berbunga majemuk dengan bentuk bintang berwarna kuning
kehijauan (Sarinastiti N, 2018). Buahnya berbentuk seperti buah pear dan ada
juga yang berbentuk bundar serta lonjong tergantung jenis pohon alpukatnya,
warnanya hijau kekuningan. Bila sudah masak daging buahnya berwarna
kuning kehijauan bertekstur lunak dan rasanya gurih. Biji bulat seperti bola,
diameter 2,5-5 cm, keping biji berwarna putih kemerahan (Bappenas, 2000).
8
9
4. Tanin
Kulit merupakan organ tubuh yang terletak paling luar serta paling sering
terpapar zat-zat asing yang terdapat di lingkungan luar. Luas kulit orang dewasa
sekitar 1.5 𝑚2 dengan berat sekitar 15% berat badan. Kulit merupukan organ
essensial dan vital yang mencerminkan Kesehatan. Kulit juga sangat kompleks,
elastis dan sensitive, serta bervariasi pada keadaan iklim, umur, jenis kelamin, ras dan
lokasi tubuh (Anwar., 2012).
14
1. Epidermis
2. Dermis
kulit. Penyerapanya dapat melalui celah antar sel, saluran kelenjar atau saluran
keluar rambut (Anwar., 2012).
3. Fungsi Eksresi
Kelenjar pada kulit mengeluarkan zat-zat sisa metabolisme dari dalam
tubuh misalnya NaCl, urea, asam urat, ammonia, serta lemak. Pada fase eksresi
kulit akan mengeluarkan sebum. Sebum merupakan campuran dari kolesterol,
trigliserida, elektrolit dan protein. Sebum berfungsi untuk melindungi kulit,
menahan penguapan, menghambat pertumbuhan bakteri, melumasi dan
memproteksi keratin (Mescher, 2013).
4. Fungsi Pengaturan Suhu Tubuh (Termoregulasi)
Kulit akan mengeluarkan keringat dan mengerutkan otot dinding
pembuluh darah kulit. Bila suhu tubuh meningkat, kelenjar kulit akan
mengeluarkan keringat ke permukaan kulit dan degan adanya penguapan
tersebut terbuang pula panas tubuh. Mekanisme ini diatur oleh sistem saraf
simoatis yang mengeluarkan asetilkolin (Anwar, 2012)
2.2.3 Penuaan Kulit
Aging atau penuaan adalah proses fisiologis yang secara alami dapat
terjadi satunya pada kulit. Proses penuaan pada kulit dapat ditandai dengan
kulit kasar, keriput, bersisik, kering serta timbul noda hitam atau proses
penuaan dapat disebabkan oleh 2 faktor yaitu faktor intrinsik dan faktor
ekstrinsik (Ahmad & Damayanti, 2018). Penuaan kulit intrinsik merupakan
proses penuaan kulit yang alami karena bertambahnya usia. Pada proses ini
akan terjadi perubahan pada lapisan epidermis berupa morfologi atau struktur
kulit, sedangkan pada lapisan dermis terjadi perubahan biokimiawi. Manifestasi
klinis penuaan kulit intrinsik yaitu kulit tampak lebih pucat, timbul kerutan-
kerutan halus (fine wrinkle), lapisan epidermis dan dermis menjadi atrofi
sehingga kulit tampak lebih tipis, transparan, serta tampak lebih rapuh. Kulit
juga menjadi lebih kering dan terasa gatal (Maiti & Bidinger, 1981). Penuaan
kulit intrinsik juga diikuti dengan menipisnya jaringan lemak subkutan. Selain
faktor usia, faktor intrinsik juga berhubungan dengan ras, variasi anatomi kulit
19
Radikal Bebas adalah senyawa atau molekul yang mengandung satu atau lebih
elektron yang tidak berpasangan pada bagian orbital luarnya sehingga relatif tidak
stabil. Adanya elektron yang tidak berpasangan itulah yang mengakibatkan senyawa
tersebut sangat reaktif sehingga harus mencari pasangannyadengan mengikat
elektron molekul yang ada disekitarnya seperti lipid, protein dan DNA (Kesuma,
2015). Reaksi pembentukan radikal bebas melalui tiga tahapan yaitu tahap inisiasi
(tahapan pembentukan radikal bebas), tahap propagasi (tahap pemanjangan rantai
radikal) dan tahap terminasi (tahap bereaksinya senyawa radikal dengan radikal lain).
Faktor yang menyebabkan timbulnya radikal bebas dalam tubuh antara lain sinar
matahari, asap mobil, bahan kimia dalam makanan (pengawet, pewarna sintetik,
residu pestisida, dan bahan tambahan makanan lainnya), bahan kimia termasuk obat-
obatan (Irianti et al., 2017). Kerusakan sel akibat reaktivitas senyawa radikal
menyebabkan timbulnya berbagai penyakit seperti kanker, infeksi, penyakit jantung
koroner, rematik, pemyakit respiratorik, katarak, liver dan aging. Pada sel kulit
radikal bebas akan merusak senyawa lemak pada membran sel sehingga kulit
kehilanya elastisitanya dan timbulah lipitan-lipatan halus pada kulit (keriput)
(Silallahi, 2006). Terjadinya kerusakan protein akibat serangan radikal bebas
termasuk oksidasi protein yang mengakibatkan kerusakan jaringan tempat protein
berada. Radikal bebas dapat dipicu melalui 2 sumber yaitu berasal dari dalam tubuh
(endogen) dan dari luar tubuh (eksogen). Radikal bebas endogen terbentuk dari sisa
proses metabolisme (proses pembakaran) karbohidrat, lemak dan protein yang kita
konsumsi. Radikal bebas eksogen berasal dari polusi udara karena asap kendaraan,
20
berbagai bahan kimia, makanan yang telah hangus (carbonated) dan sinar ultra violet
(Irianti et al., 2017).
2.4 Antioksidan
Secara kimia senyawa antioksidan adalah senyawa pemberi elektron (elektron
donor). Namun secara biologis, pengertian antioksidan yaitu senyawa yang dapat
meredam dampak negatif oksidan, termasuk enzim-enzim dan protein-protein
pengikat logam (Irianti et al., 2017). Antioksidan bekerja dengan mendonorkan satu
elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga ada aktivitas penghambatan oksidan
tersebut (Khaira, 2010). Antioksidan dibutuhkan tubuh untuk melindungi tubuh dari
serangan radikal bebas. Keseimbangan antara antioksidan dan oksidan dalam tubuh
sangat penting terutama untuk menjaga fungsi membran lipid, protein sel, dan asam
nukleat. Antioksidan dapat diperoleh dalam bentuk sintesis maupun alami.
Antioksidan sintetis seperti Butylated hydroxyl anisole (BHA), Butylated
hydroxyrotoluene (BHT), Propyl gallate (PG) dan metal chelating agent (EDTA),
Tertiary butyl hydroquinone (TBHQ), Nordihydro guaretic acid (NDGA).
Antioksidan sintetis efektif untuk menghambat reaksi oksidasi. Penggunaan
antioksidan sintetik sebaiknya dibatasi karena bila digunakan secara berlebih dapat
bersifat karsiogenik, sehingga dibutuhkan antioksidan alami yang lebih aman. Salah
satu sumber antioksidan alami adalah sayuran, buah-buahan segar, beberapa jenis
tumbuhan dan rempah-rempah yang mengandung senyawa flavonoid, klorofil dan
tannin (Kesuma, 2015). Antioksidan berdasarkan mekanisme reaksinya dibagi
menjadi tiga macam, yaitu antioksidan primer, antioksidan sekunder dan antioksidan
tersier.
2.4.1 Antioksidan Primer
Antioksidan primer adalah antioksidan yang sifatnya sebagai pemutus
reaksi berantai dan mengubahnya menjadi produk-produk yang lebih stabil.
Mekanisme kerja antioksidan primer adalah pemutusan rantai reaksi radikal
yaitu dengan mendonorkan atom hidrogen secara cepat pada suatu lipid yang
radikal sehingga produk yang dihasilkan lebih stabil. Contoh antioksidan
21
terekstraksi pada fasa aqueous atau methanol (Wabula et al., 2019). FRAP
mendeskripsikan hasil pengujian sebagai reaksi kinetik dan hubungannya
dengan dosis dari larutan yang diuji, serta menunjukkan aktivitas antioksidan
setara dengan yang terjadi dalam plasma tubuh. Kelebihan dari penggunaan
FRAP adalah cepat, cocok untuk sampel plasma (baik hanya dalam bentuk 41
satu jenis antioksidan atau ketika bercampur dengan plasma), mudah, dan
reagen mudah didapat. Berhubungan dengan karakteristik dosis (dose
dependent) dari antioksidan yang akan berbeda bergantung dari aktivitas
antioksidan dan jenisnya (Karadag et al., 2009).
2.5.3 Metode Analisis ABTS (2,2-azinobis (3-ethylbenzothiazoline-6-
sulfonate)
ABTS merupakan senyawa radikal kation organik yang digunakan untuk
mengukur aktivitas antioksidan yang bereaksi pada pH 7,4 berdasarkan waktu
dan persentase diskolorasi sebagai bagian dari fungsi konsentrasi. Aktivitas dari
ABTS ditandai dengan perubahan warna yang terjadi dari biru atau hijau,
menjadi tidak berwarna. Pengukuran ABTS dilakukan, untuk mengukur
kemampuan antioksidan dalam mendonorkan radikal proton, sehingga tercapai
kestabilan. Kalorimeter digunakan untuk menghitung secara kuantitatif
kemampuan antioksidan tersebut pada panjang gelombang 734nm. Sama seperti
pengukuran lain, pengukuran metode ini menggunakan antioksidan
pembanding sebagai kurva standar, seperti alpha-tocopherol, glutathione, dan
uric acid. Kelebihan pada penggunaan metode ABTS atau biasa disebut sebagai
TEAC dianggap sebagai metode yang mudah, cepat, dapat digunakan baik pada
fasa aqueous ataupun lipid (Karadag et al., 2009).
2.5.4 Metode Analisis TRAP ( Total radical-trapping antioxidant
parameter)
Pengujian TRAP atau Total radical-trapping antioxidant parameter
bekerja berdasarkan pengukuran konsumsi oksigen selama reaksi oksidasi Lipid
terkontrol yang diinduksi oleh dekomposisi ternal dari AAPH (2,2- Azobis (2-
aminidopropana) hidroklorida) untuk mengukur total aktivitas antioksidan.
24
Hasil uji diekspresikan sebagai jumlah (dalam mikromol) radikal peroksil yang
terperangkap oleh 1 liter plasma. Pengukuran serum TRAP berdasarkan
penentuan lamanya waktu yang diperlukan oleh serum uji untuk dapat bertahan
dari oksidasi buatan (Antolovich et al., 2002).
2.6 Krim
Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan
obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai (Kemenkes, 2014).
Dalam pengertian lain krim juga didefinisikan sebagai sediaan setengah padat berupa
emulsi kental, mengandung tidak kurang dari 60% air, dimaksudkan untuk pemakaian
luar. Krim terdiri dari emulsi minyak dalam air sehingga dapat dicuci dengan air serta
lebih ditujukan untuk pemakaian kosmetik dan estetika (Murtini, 2016).
2.6.1 Tipe-Tipe Sediaan Krim
1. Tipe A/M
Krim tipe A/M yaitu krim dengan fase terdispersi air dalam fase
pendispersi minyak. Krim tipe ini dapat distabilkan dengan menggunakan ion-
ion polivalen seperti magnesium kalsium dan alummunium dengan membuk
ikatakan silang dengan gugus polar. Krim tipe A/M memiliki bentuk yang lebih
berminyak serta memiliki viskositas yang lebih besar. Contoh sediaan krim tipe
A/M yaitu cold cream. Cold cream adalah sediaan kosmetika yang digunakan
untuk memberi rasa dingin dan nyaman pada kulit (Murtini, 2016).
2. Tipe M/A
Krim tipe M/A yaitu krim dengan fase terdispersi minyak dan fase
pendispersi air. Krim tipe ini memiliki beberapa keuntungan yaitu mudah
dicuci, penyerapanya cepat. Contoh sediaan krim tipe M/A yaitu vanishing
cream. Vanishing cream adalah sediaan kosmetik yang digunakan untuk
membersihkan, melembabkan dan sebagai alas bedak (Kurniasih, 2016).
25
2.9.1 Propilenglikol
dalam minyak mineral tetapi akan larut dalam beberapa minyak esensial.
Propilenglikol berfungsi sebagai humektan, desinfektan, palsicizer, pelarut, zat
penstabil dan cosolvent yang larut dalam air. Pada bidang teknologi farmasi
propilenglikol banyak digunakan sebagai pelarut dan pengawet dalam berbagai
sediaan parenteral dan nonparenteral. Propilenglikol dapat melarutkan berbagai
bahan seperti fenol, kortikosteroid, barbiturat, obat sulfa, sebagian besar
alkaloid anestesi lokal, serta vitamin A dan D. Selain itu propilenglikol juga
digunakan sebagai plasticizer dalam industri kosmetik(Rowe et al, 2009).
Tabel II.2. Konsentrasi pemakaian propilenglikol
Penggunaan Konsentrasi(%)
Humektan = 15
Pengawet 15-30
Pelarut(Topikal) 5 – 80
2.9.2 Gliserin
cenderung tidak teroksidasi bila disimpan pada suhu kamar, tetapi mengalami
dekomposisi pada pemanasan kimia. Pada konsentrasi lebih dari 20%, gliserin
efektif sebagai antimikroba. Namun gliserin dapat mengkristal jika disimpan
pada temperatur rendah dan kristal tersebut tidak akan meleleh sampai
temperatur mencapai 20OC (Rowe et al, 2009).
Tabel II.3 Konsentrasi pemakaian gliserin
Penggunaan Konsentrasi(%)
Humektan ≤ 30
Emollient ≤ 30
Antimicrobial
20
preservative
2.9.4 Na EDTA
KERANGKA KONSEPTUTUAL
Ekstrak biji alpukat mengandung Masker sheet mask salah satu sediaan dengan
senyawa fenolat yang tinggi dan memiliki keuntungan yaitu memiliki penyerapan dan
nilai IC50 44,48 ppm dan 15,39 ppm yang penetrasi yang baik, tidak mengiritasi kulit,
termasuk antioksidan sangat kuat praktis dalam penggunaanya.
Variasi kadar ekstrak etanol biji Variasi kadar ekstrak etanol biji
alpukat (Persea Americana Mill) alpukat (Persea Americana Mill)
mempengaruhi aktivitas antioksidan mempengaruhi stabilitas sediaan
sediaan sheet mask krim sheet mask krim
32
33
mempunyai aktivitas antioksidan dengan nilai 𝐼𝐶50 sebesar 15,39 ppm. Nilai tersebut
menunjukkan bahwa aktivitas antioksidan dari ekstrak daun sirsak termasuk
antioksidan sangat kuat. Nilai antioksidan sangat kuat tersebut berkisar <50 ppm
(Tristantini et al., 2016).
Salah satu bentuk sediaan kosmetik yang sedang tren saat ini adalah sheet
mask. Masker Kertas (Sheet Mask) merupakan lembaran kain berbentuk wajah yang
direndam dalam larutan nutrisi. sheet mask biasanya terbuat dari bahan non-wofen,
bahan kertas, bio selulosa, dan sebagainya. Sheet mask memiliki profil penyerapan
dan penetrasi yang baik, kemasan yang efisien dan higienis serta tidak perlu
dibersihkan setelah penggunaanya (Reveny et al., 2017). Sheet mask yang
diaplikasikan dapat membantu melembabkan kulit dengan baik, menghilangkan
sebum, dan meremajakan kulit atau mencegah hiperpigmentasi pada kulit
(Nilforoushzadeh et al., 2018). Cara penggunaan sheet mask yaitu menempelkan
bagain kertas masker ke dalam wajah lalu ditunggu 15-20 menit atau sampai serum
pada masker sudah terserap oleh kulit.
Salah satu metode yang digunakan untuk menguji senyawa antioksidan secara
in-vitro adalah metode DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil) (Kesuma, 2015). Metode
DPPH merupakan metode yang sederhana, cepat, dan mudah untuk mendeteksi
aktivitas penangkap radikal beberapa senyawa, selain itu metode ini terbukti akurat,
efektif dan praktis. Serta mengetahui aktivitas antioksidan dari sediaan.
Sheet mask krim ekstrak biji alpukat dibuat dengan 3 konsentrasi formula yaitu
3% 4% dan 5% hal itu dilakukan untuk melihat formula mana yang terbaik dengan
konsentrasi antioksidan tertinggi. Sheet mask krim dilakukan uji stabilitas untuk
mengetahui kesetabilan sediaan selama masa penyimpanan dan penggunaanya, serta
melihat pengaruh peningkatan serta penurunan suhu penyimpanan terhadap aktivitas
antioksidan sheet mask krim ekstrak biji alpukat. Uji stabilitas yang digunakan dalam
penelitian ini menggunakan metode freeze thow dimana pengujian dilakukan selama
14 hari.
BAB IV
METODE PENELITIAN
35
36
Penelitian ini diawali dengan pembuatan ektrak biji buah alpukat, dilanjutkan
dengan pembuatan sediaan sheet mask dengan menggunakan ekstrak biji buah
alpukat (Persea americana Mill) sebagai bahan aktif dengan berbagai konsentrasi.
Formula I mengandung ekstrak biji buah alpukat ( 3%), Formula II mengandung
ekstrak biji buah alpukat ( 4%), Formula III mengandung ekstrak biji buah alpukat (
5%). Setelah itu dilakukan pengujian aktivitas antioksidan dari ekstrak biji buah
alpukat (Persea americana Mill)
Pembuatan sediaan masker sheet mask dengan menggunakan ekstrak biji buah
alpukat (Persea americana Mill) sebagai bahan aktif dengan berbagai konsentrasi
Analisis Data
Dalam penelitian ini terdapat 3 formula masker sheet mask yang mengandung
ekstrak biji buah alpukat (Persea americana Mill) dapat dilihat pada tabel IV.I.
4.6.1 Rancangan Formula Masker Sheet Mask
Tabel IV.I Formula Basis Sheet Mask Ekstrak Biji Buah Alpukat
Bahan Fungsi FI F II F III
Propilenglikol Humektan 15 15 15
Gliserin Humektan 15 15 15
TIO2 Pigment 2 2 2
Homogenitas Homogen
Viskositas 4.000-40.000 cPs
Daya Sebar 5-7 cm
pH 4,5-6,5
39
Timbang DPPH 10 mg +
metanol P.A ad 50 ml
Larutkan ad homogen
0.5 ml BI2 + 1.0 ml BI2 + 1.5 ml BI2 + 2.0 ml BI2 + 2.5 ml BI2 +
2.0 ml DPPH 2.0 ml DPPH 2.0 ml DPPH 2.0 ml DPPH + 2.0 ml DPPH
+ metanol P.A + metanol P.A + metanol P.A metanol P.A ad + metanol P.A
ad 10 ml ad 10 ml ad 10 ml 10 ml ad 10 ml
BK 1 BK 2 BK 3 BK 4 BK 5
1 ppm 2 ppm 3 ppm 4 ppm 5 ppm
BK 1 BK 2 BK 3 BK 4 BK 5
5 ppm 10 ppm 15 ppm 20 ppm 25 ppm
BK 1 BK 2 BK 3 BK 4 BK 5
10 ppm 20 ppm 40 ppm 60 ppm 80 ppm
Keterangan :
Pi : Persen Inhibisi (%)
Ab : absorbansi DPPH
As : Absorbansi dari DPPH setelah diberi perlakuan sampel (Tristantini et
al., 2016)
4.8.10 Perhitungan IC50
IC50 adalah konsentrasi sampel dapat meredam radikal DPPH sebanyak
50% (Studi et al., 2013). Suatu senyawa dikatakan mempunyai antioksidan
sangat kuat apabila nilai IC50 kurang dari 0,05 mg/ml. Nilai IC50 dihitung
dengan cara memasukkan angka 50 sebagai Y dalam persamaan regresi y = bx
+ a. Regresi tersebut nilai abr diambil dari log konsentrasi sampel (ppm) dan
diambil dari % inhibisi. Nilai IC50 diperoleh dari antilog dari X yang
didapatkan
44
Uji stabilitas dilakukan metode freeze thaw. Uji stabilitas dengan metode freeze
thaw dilakukan dengan suhu ekstrim yaitu untuk melihat stabilitas sediaan krim
yang disimpan dengan jangka waktu 2 minggu pada suhu yang berbeda yaitu suhu
rendah 4°C selama 24 jam dan kemudian suhu tinggi 40°C selama 24 jam.
Kemudian dilakukan evaluasi hasil terhadap pengujian Freeze thaw dengan
pemeriksaan melalui uji stabilitas (Mulawarman,et al 2013).
4.10.1 Hipotesis
1. Ho : Tidak ada perbedaan bermakna antara peningkatan kadar bahan aktif
ekstrak biji alpukat terhadap peningkatan aktivitas antioksidan. Ho diterima
jika signifikansi > 0,05.
H1 : ada perbedaan bermakna antara peningkatan kadar bahan aktif
ekstrak biji alpukat terhadap peningkatan aktivitas antioksidan. H1 diterima
jika signifikansi < 0,05.
2. Ho : Tidak ada perbedaan bermakna antara aktivitas antioksidan sheet mask
krim ekstrak biji alpukat sebelum dan sesudah dilakukan uji stabilitas
metode freeze thaw Ho ditererima jika signifikansi < 0,05..
H1 : Ada ada perbedaan bermakna antara aktivitas antioksidan sheet mask
krim ekstrak biji apukat sebelum dan sesudah dilakukan uji stabilitas
metode freeze thaw H1 diterima jika signifikansi < 0,05.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Z., & Damayanti. (2018). Penuaan Kulit : Patofisiologi dan Manifestasi
Klinis. Berkala Ilmu Kesehatan Kulit Dan Kelamin – Periodical of Dermatology
and Venereology, 30(03), 208–215.
Alam, M. S., Ali, M. S., Alam, M. I., Anwer, T., & Safhi, M. M. A. (2015). Stability
testing of beclomethasone dipropionate nanoemulsion. Tropical Journal of
Pharmaceutical Research, 14(1), 15–20.
Arifin, B., & Ibrahim, S. (2018). Struktur, Bioaktivitas Dan Antioksidan Flavonoid.
Jurnal Zarah, 6(1), 21–29.
Atmaja, N. S., Marwiyah, & Setyowati, E. (2012). Pengaruh Kosmetika Anti Aging
Wajah Terhadap Hasil Perawatan Kulit Wajah. Journal of Beauty and Beauty
Health Education, 1(1), 1–7.
Barel, A. O., Paye, M., & Maibach, H. I. (2009). Handbook of cosmetic science and
technology. In Handbook of Cosmetic Science and Technology, Third Edition.
Baud, G. S., Sangi, M. S., & Koleangan, H. S. J. (2014). Analisis Senyawa Metabolit
Senkunder Dan Uji Toksisitas Ekstrak Etanol Batang Tanaman Patah Tulang
(Euphorbia tirucalli L.) Dengan Mrtode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT).
Jurnal Ilmiah Sains, 14(2), 106.
46
47
Bintoro, A., Ibrahim, A. M., & Situmeang, B. (2017). Analisis dan Identifikasi
Senyawa Saponin dari Daun Bidara (Zhizipus mauritania L.). Jurnal Intekimia,
2(1), 84–94.
Efriana, N. (2019). Formulasi Sediaan Masker Sheet Mask Dari Ekstrak Kulit Buah
Alpukat (Persea gratissima Gaertn) Sebagai Pelembab.
Ernawati, & Sari, K. (2015). Kandungan senyawa kimia dan aktivitas antibakteri
ekstrak kulit buah alpukat (Persea americana P.Mill) terhadap bakteri Vibrio
alginolyticus. Jurnal Kajian Veteriner.
Erwiyani, A. R., Desitani, D., & Kabelen, S. A. (2018). Pengaruh Lama Penyimpanan
Terhadap Sediaan Fisik Krim Daun Alpukat (Persea Americana Mill) dan daun
sirih hijau (Piper betle Linn). Indonesian Journal of Pharmacy and Natural
Product, 01(01), 23–29.
Haerani, A., Chaerunisa, A., Yohana, & Subarnas, A. (2018). Artikel Tinjauan:
Antioksidan Untuk Kulit. Farmaka, Universitas Padjadjaran, Bandung, 16(2),
135–151.
Irianti, T., Mada, U. G., Ugm, S., Mada, U. G., Nuranto, S., Mada, U. G., Kuswandi,
K., & Mada, U. G. (2017). Antioksidan. October.
48
Isfardiyana, S. H., & Safitri, S. R. (2014). Pentingnya melindungi kulit dari sinar
ultraviolet dan cara melindungi kulit dengan sunblock buatan sendiri. Jurnal
Inovasi Dan Kewirausahaan, 3(2), 126–133.
Karadag, A., Ozcelik, B., & Saner, S. (2009). Review of methods to determine
antioxidant capacities. Food Analytical Methods, 2(1), 41–60.
https://doi.org/10.1007/s12161-008-9067-7
Kikuzaki, H., Hisamoto, M., Hirose, K., Akiyama, K., & Taniguchi, H. (2002).
Antioxidant properties of ferulic acid and its related compounds. Journal of
Agricultural and Food Chemistry, 50(7), 2161–2168.
https://doi.org/10.1021/jf011348w
Maiti, & Bidinger. (1981). In Journal of Chemical Information and Modeling (Vol.
53, Issue 9).
49
Malangngi, L., Sangi, M., & Paendong, J. (2012). Penentuan Kandungan Tanin dan
Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Biji Buah Alpukat (Persea americana Mill.).
Jurnal MIPA, 1(1), 5. https://doi.org/10.35799/jm.1.1.2012.423
Mescher, A. L. (2013). Chapter 18. Skin. In Junqueira’s Basic Histology Text and
Atlas.
Middleton, E., Kandaswami, C., & Theoharides, T. C. (2000). The effects of plant
flavonoids on mammalian cells: Implications for inflammation, heart disease,
and cancer. Pharmacological Reviews, 52(4), 673–751.
Murtini, G. (2016). Farmestika Dasar. Kemenkes RI, Bahan Ajar Cetak Kebidanan,
168.
Mustopa, H. L. (2015). Uji Potensi Antioksidan Ekstrak Etanol Biji Alpukat (Persea
americana Mill.) Dan pengembangan Formulasi Krim Antioksidanya
Noorul, H., Nesar, A., Zafar, K., Khalid, M., Zeeshan, A., & Vartika, S. (2016).
International Journal of Research in Health benefits and pharmacology of Persea
americana mill . ( Avocado ). International Journal of Research in
Pharmacology & Pharmacotherapeutics, 5(2), 132–141.
Reveny, J., Tanuwijaya, J., & Stanley, M. (2017). Formulation and Evaluating Anti-
Aging Effect of Vitamin E in Biocellulose Sheet Mask. International Journal of
ChemTech Research, 10(1), (322-330).
50
Rijayanti, R. P., Luliana, S., & Trianto, H. F. (2014). In vitro Antibacterial Activity
test Of Ethanol Extracts Bacang mango (Mangifera foetida L.) Leaves Against
Staphylococcus aureus. Naskah Publikasi Universitas Tanjungpura, 1(1), 10–12.
Sayogo, W. (2017). Potensi +Dalethyne Terhadap Epitelisasi Luka pada Kulit Tikus
yang Diinfeksi Bakteri MRSA. Jurnal Biosains Pascasarjana, 19(1), 68.
Soong, Y. Y., & Barlow, P. J. (2004). Antioxidant activity and phenolic content of
selected fruit seeds. Food Chemistry, 88(3), 411–417.
Studi, P., Kelautan, I., Diponegoro, U., & Tembalang, K. (2013). Uji Aktivitas
Antioksidan Ekstrak Kasar Keong Bakau (Telescopium telescopium) dengan
Pelarut yang Berbeda terhadap Metode DPPH (Diphenyl Picril Hidrazil).
Diponegoro Journal of Marine Research, 2(4), 36–45.
Suhaenah, A., Widiastuti, H., & Arafat, M. (2019). Potensi Ekstrak Etanol Biji
Alpukat (Persea americana Mill.) sebagai Tabir Surya. Ad-Dawaa’ Journal of
Pharmaceutical Sciences, 2(2), 88–94.
Sutriningsih, & Astuti, I. W. (2017). Uji Antioksidan Dan Formulasi Sediaan Masker
Peel -Off Dari Ekstrak Biji Alpukat (Persea americana Miil.) Dengan Perbedaan
Konsentrasi PVA (Polivinil Alkohol). Indonesi Natural Research
Pharmaceutichal Journal, 1(9), 67–75.
51
Tengo, N. A., Bialangi, N., & Suleman, N. (2013). Isolasi Dan Karakterisasi Senyawa
Alkaloid Dari Daun Alpukat ( Persea Americana Mill ). Jurnal Sainstek, 7(1),
71–82.
Tristantini, D., Ismawati, A., Pradana, B. T., & Gabriel, J. (2016). Pengujian
Aktivitas Antioksidan Menggunakan Metode DPPH pada Daun Tanjung (
Mimusops elengi L ). Universitas Indonesia, 2.
Wang, T. yang, Li, Q., & Bi, K. shun. (2018). Bioactive flavonoids in medicinal
plants: Structure, activity and biological fate. Asian Journal of Pharmaceutical
Sciences, 13(1), 12–23.
Wulansari, A. N., Farmasi, F., Padjadjaran, U., & Ungu, C. (n.d.). 17574-46968-1-
Pb. 16, 419–429.
LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Levvy Sandy
Nim 201710410311093
Tempat, Tanggal lahir : Tulungangung, 08 Agustus 1998
Alamat : Ds. Sumberingin Kidul Rt.02 Rw.03 Kec. Ngunt Kab.
Tulungangung, Jawa Timur
Email : Levvysandy58@gmail.com
Levvy Sandy
52
53
Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul
1. Penyusunan
Proposal Skripsi
2. Seminar Proposal
Skripsi
3. Pengambilan Data
penelitian
4. Analisa Data
Penelitian
5. Penyusunan
Naskah Skripsi
6. Seminar Hasil
Skripsi
7. Penyusunan
Naskah Publikasi
8. Pengecekan
Plagiasi
54
Pembuatan Naskah
Praktikum