Anda di halaman 1dari 8

Analisis Kuantitatif Bahan Baku Paracetamol

dengan Metode Titrasi Nitrimetri

Abstrak
Paracetamol merupakan obat golongan analgesik dan antipiretik yang digunakan untuk
melegakan sakit kepala, sakit ringan, dan demam. Metode analisis kuantitatif bahan baku
paracetamol dilakukan menggunakan titrasi nitrimetri. Tujuan dari percobaan ini adalah mampu
menerapkan prinsip titrasi nitrimetri dan mampu menetapkan kadar paracetamol dengan titrasi
nitrimetri. Tahapan percobaan meliputi pembuatan dan pembakuan larutan NaNO 2, pembuatan
pasta kanji iodida, pembuatan larutan HCl, pembuatan indikator tropeolin, MB, pembuatan pasta
kanji iodide, dan penentuan kadar paracetamol. Hasil percobaan menunjukkan bahwa kadar
paracetamol yang diperoleh dari metode titrasi nitrimetri adalah sebesar 39,04%.
Kata kunci : paracetamol, kuantitatif, titrasi nitrimetri

The quantitative analysis raw materials paracetamol


with the methods titration nitrimetri
Abstract
Paracetamol is the cure the an analgesic and antipyretic used to a relief headache, mild pain, and
fever.The method of analysis quantitative raw materials paracetamol carried out using titration
nitrimetri.The purpose of this experiment is capable of apply the principle of titration nitrimetri
and capable of set paracetamol levels by titration nitrimetri.Stage experiment covering the
manufacture and pembakuan NaNO2 solution, making paste kanji iodide, making solution HCl,
making indicators tropeolin, MB, making paste kanji iodide, and the determination of
paracetamol levels.The outcome of the experiment show that the level of paracetamol obtained
of a method of titration nitrimetri is of 39,04 %.
Keywords: paracetamol, quantitative, titration nitrimetri
Pendahuluan

analgetik dan antipiretik. Seperti salisilat,

Parasetamol
aminofenol

yang

merupakan
mempunyai

derivat
aktivitas

parasetamol berefek menghambat sintesa


prostaglandin

di

otak

sehingga

dapat

menghilangkan

atau

mengurangi

nyeri

ringan sampai sedang. Efek antipiretik

(M) karena molaritasnya sama dengan


normalitasnya.7

ditimbulkan oleh gugus amino benzen yang


menurunkan panas saat demam.1

Reaksi ini tidak stabil dalam suhu


kamar, karena garam diazonium yang

Suatu obat dikatakan bermutu jika

terbentu mudah tergedradasi membentuk

obat yang digunakan tersebut mempunyai

senyawa fenol dan gas nitrogen. Sehingga

efek terapi yang baik dan aman dalam

reaksi dilakukan pada suhu dibawah 15o C.

penggunaannya. Agar mutu obat tersebut

Reaksi diazotasi dapat dipercepat dengan

tetap terjamin dan efektif dalam pengobatan,

panambahan garam kalium bromida.

maka diperlukan suatu kadar zat aktif yang


tepat

terkandung

dalam

sediaan

obat

tersebut.2 Untuk mengetahui kadar obat,


perlu suatu metode penetapan kadar yang
menunjukkan hasil yang baik dan terjamin
ketepatan dan ketelitiannya.3

parasetamol adalah dengan titrasi nitrimetri,4


serimetri,5 dan

penetapan

kadar

Nitrogen secara N-Kjehdal.6

metode penetapan kadar secara kuantitatif


dengan menggunakan larutan baku Natrium
Nitrit. Metode ini didasarkan pada reaksi
diazotasi. Dalam Nitrimetri, berat ekivalen
senyawa

sama

dapat

digunakan

untuk: Pertama, penetapan kadar senyawasenyawa yang mempunyai gugus amin


aromatis primer bebas seperti sulfamilamid.
Kedua, penetapan kadar senyawa-senyawa
dengan

gugus

lain

seperti

suksinil

sulfatiazol, ftalil sulfatiazol dan parasetamol.


Pada

penetapan

kadar

senyawa

yang

mempunyai gugus aromatic yang terikat

Metode titrasi Nitrimetri merupakan

suatu

diazotasi

yang mana gugus amin aromatic terikat

Metode resmi untuk analisa kadar


titrasi

Tirtasi

dengan

berat

molekulnya karena 1 mol senyawa bereaksi


dengan 1 mol asam nitrit dan menghasilkan
1 mol garam diazonium. Dengan alasan ini
pula, untuk nitrimetri, konsentrasi larutan
baku sering dinyatakan dengan molaritas

dengan gugus lain seperti suksinil sulfatiazol


harus dihidrolisis lebih dahulu sehingga
diperoleh gugus amin aromatis bebas untuk
selanjutnya bereaksi dengan natrium nitrit
dalam suasana asam membentuk garam
diazonium. Ketiga, senyawa-senyawa yang
mempunyai gugus nitro aromatis seperti
kloramfenikol.

Senyawa-senyawa

nitro

aromatis dapat ditetapkan kadarnya secara


nitrimetri setelah direduksi terlebih dahulu

untuk menghasilkan senyawa amin aromatis

NaCl ditambahkan 1 gram metilen blue dan

primer.

diaduk hingga merata.


Pembuatan indikator tropeolin

Metode

Tropeolin ditimbang 0,1 gram dan

Alat

dilarutkan dalam aquades hingga 100 ml.


Neraca analitik, gelas beaker, gelas

ukur, erlenmeyer, buret dan statif, kaleng

larutan tropeolin diaduk hingga merata.


Pembuatan NaNO2

monde, penangas air dan pipet tetes.

NaNO2 ditimbang sebanyak 15 gram

Bahan

dan dilarutkan dalam 2 Liter aquades.


Paracetamol, NaNO2, sulfanilamide,

HCl, aquades, KBr, pasta kanji iodide,

Kemudian diaduk hingga merata.


Pembakuan NaNO2

indikator tropeolin dan metilen blue

Sulfanilamide ditimbang sebanyak

Pembuatan pasta kanji iodide

500

Amilum ditimbang 500 mg dan


melarutkannya dalam 5 ml aquades, diaduk
dan ditambahkan aquades hingga 100 ml.
larutan amilum dipanaskan beberapa menit
dan didinginkan. Kalium iodide ditimbang
10 gram, dilarutkan dalam aquades 95 ml
dan diaduk. Larutan amilum dicampurkan
dengan larutan kalium iodide, dipanaskan
dan diaduk hingga terbetuk campuran yang
bening.

ditimbang

0,5

gram

dan

dimasukkan

Erlenmeyer. Lalu

ke

ditambahkan

dalam
50

ml

aquades dan 5 ml HCl 4 N dan diaduk


hingga larut. Kemudian ditambahkan KBr
250 mg dan indikator tropeolin 5 tetes dan
metilen

blue

tetes.

Campuran

sulfanilamide dititrasi dengan NaNO2 dalam


kondisi Erlenmeyer beralaskan kaleng berisi
es batu. Titrasi ini dilakukan hingga larutan
di Erlenmeyer berubah menjadi warna hijau
toska.
Penetapan kadar paracetamol

Pembuatan indikator metilen blue


NaCl

mg

dan

dilarutkan dalam 100 ml aquades. Larutan

Paracetamol ditimbang

200 mg

dan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer.


Paracetamol ditambahkan HCl 5 ml dan

aquades 50 ml serta diaduk hingga larut.

N1 = 0,152

Lalu Erlenmeyer direfluks selama 45 menit

Rata-rata N NaNO2 =

pada suhu 90oC dan didinginkan. Kemudian


dilakukan pengecekan pH larutan tersebut
dan ditambahkan 150 mg KBr; indikator
tropeolin 5 tetes dan metilen blue 3 tetes
serta didinginkan hingga suhu mencapai
15oC. Campuran larutan ini dititrasi dengan

= 0,137.
d. Kadar Parasetamol
V titrasi x N NaNO 2 x Be
x 100
=
berat sampel
I.

Kadar Parasetamol (1)

NaNO2 yang telah distandarisasi dalam


=

kondisi Erlenmeyer beralaskan kaleng berisi


es batu. Titrasi ini dilakukan secara triplo
hingga larutan di Erlenmeyer berwarna hijau

0,122+ 0,152
2

2,9 ml x 0,137 x 151,16


x 100
209 mg

= 28,7 %

II.

Kadar Parasetamol (2)

toska.
=

6 ml x 0,137 x 151,16
x 100
205 mg

Hasil
= 60,6 %

a. Berat sampel
No.
1.
2.
3.

III.

Kadar Parasetamol

Berat paracetamol
209 mg
205 mg
201 mg

2,7 ml x 0,137 x 151,16


x 100
201 mg

= 27,8 %

Rata-rata kadar parasetamol


b. pH larutan = 1
c. Pembakuan Sulfanilamid
I.
Volume NaNO2 = 23,7 ml
II.
Volume NaNO2 = 19,1 ml
m
I.
V1 x N1 = Be
23,7 x N1=

II.

500 mg
172,2

28,7 +60,6 +27,8


3

= 39,03 %

Pembahasan
Pada

praktikum

ini

dilakukan

N1 = 0,122
m
V1 x N1 = Be

pembakuan larutan natrium nitrit dengan

500 mg
19,1 x N1= 172,2

pembakuan ini dilakukan karena natrium

menggunakan larutan sulfanilamide. Proses


nitrit merupakan larutan baku sekunder

sehingga harus distandarisasi terlebih dahulu

Sebelum dilakukan proses titrasi,

sebelum dititrasikan ke sampel paracetamol.

larutan sulfanilamide ditambahkan larutan

Tujuannya

KBr,

adalah

untuk

menghindari

dimana

adanya penyimpangan dari normalitas pada

mempercepat

larutan

diazotasi

natrium

berpengaruh

nitrit,

nantinya

yang

akan

terhadap

kadar

paracetamol.
Pada

ini

berfungsi

untuk

reaksi

(katalis).

Reaksi

dapat

dipercepat

panambahan garam kalium bromida. Kalium


bromida juga dapat

proses

titrasi

pembakuan

dengan

berfungsi sebagai

stabilisator.

natrium nitrit, larutan sulfanilamide tidak

Penetesan

pentitran

NaNO2

dari

dipanaskan atau direfluks sebab larutan

buret dianjurkan untuk tidak terlalu cepat

sulfanilamide ini sudah mengandung amin

karena

aromatis primer, sehingga tidak diperlukan

memerlukan

proses pemanasan yang bertujuan untuk

penetesan terlalu cepat HONO yang belum

menghidrolisis

sekunder

bereaksi dengan sampel akan menimbulkan

menjadi amin aromatis primer. Untuk

warna biru secara langsung saat diteteskan

penambahan

dengan indicator luar, sehingga hasil yang

amin aromatis
HCl

ke

dalam

larutan

sulfanilamide bertujuan untuk membantu


pembentukan reaksi diazotasi, sebab reaksi
antara HCl dengan natrium nitrit nantinya
akan membentuk asam nitrit, dimana asam
nitrit ini akan bereaksi dengan amin
aromatis primer (sulfanilamide) membentuk
garam diazoniumnya. Proses pereaksian
natrium nitrit dengan HCl dilakukan karena
asam nitrit sangat tidak stabil. Asam nitrit
sangat mudah teroksidasi menjadi asam
nitrat oleh udara. Reaksi umum diazotasi :

pembentukan
waktu

garam
yang

diazonium
lama.

Bila

diperoleh tidak akurat.


Titik

akhir

titrasi

larutan

sulfanilamide ini ditandai dengan adanya


perubahan warna larutan menjadi warna
hijau toska. Dimana menurut literature
perubahan warna yang seharusnya terjadi
adalah warna ungu menjadi biru hingga
hijau. Hasil yang diperoleh dari percobaan
ini telah mendekati hasil yang sebenarnya.
Diperkirakan perbedaan warna yang sedikit
ini terjadi karena pentitran melebihi batas

12

wajarnya ( 2 tetes ).

Selain

pada

titrasi

pembakuan

natrium nitrit, pada titrasi penentuan kadar


paracetamol titik akhir titrasi yang diperoleh
sama dengan titik akhir titrasi larutan
sulfanilamide. Hal ini disebabkan karena
kondisi atau suasana yang ditempatkan pada
kedua analit tersebut sama. Salah satu
perbedaan dari perlakuannya adalah pada

Kemudian

dibutuhkan

untuk

menghidrolisis

amin

aromatic

sekunder menjadi amin aromatic sekunder,


sebab larutan ini berada dalam suhu yang

untuk

ini

berlangsung pada PH

harus

2, hal ini

mengubah

NaNO2

menjadi HNO, terganggunya pembentukan


garam diazonium, sehingga titik akhir titrasi
tidak jelas karena garam diazonium tidak
stabil pada suasana netral atau basa.
Pada proses pentitrasian baik itu

sampel paracetamol ini dilakukan proses


pemanasan, dimana langkah ini berguna

titrasi

standarisasi

maupun

penentuan

kadar,

dilakukan penambahan indikator luar dan


dalam. Kelebihan dari menggunakan kedua
macam

indikator

ini

adalah

untuk

memperoleh hasil yang lebih spesifik dan

tinggi.

Sebab jika hanya menggunakan indikator


Dalam proses petitrasian ini terdapat

dalam warna yang diberikan tidak akan

banyak persyaratan yang harus diperhatikan

terlalu spesifik karena indikator dalam akan

yaitu: suhu larutan harus rendah, secara

memberikan warna yang berbeda pada

teoritis suhu harus dibawah 15C. Sebab

senyawa yang berbeda. Sedangkan apabila

pada suhu yang lebih tinggi senyawa

hanya dilakukan penambahan indikator luar

diazonium akan menjadi tidak stabil dan

saja, maka akan memerlukan waktu yang

akan terhidrolisa menghasilkan fenol dan

lebih lama dan jumlah pentiran yang lebih

gas nitrogen. Pada suhu kamar asam nitrit

banyak. Sebab pada langkah ini akan

akan lebih cepat terurai sehingga reaksinya

memerlukan perkiraan terhadap jumlah

tidak

pentitran

stiokiometri.

ternyata

titrasi

Walaupun
pada

suhu

demikian
kamar

yang

keuntungan

dari

diperlukan.
indikator

ini

Namun
adalah

memberikan hasil yang tidak berbeda bila

memberikan warna yang spesifik terhadap

dibandingkan dengan suhu yang lebih

larutan ujinya.

rendah, asalkan titrasi dilakukan perlahanlahan.

Oleh

karena

itu

dengan

digunakannya kedua indikator ini, lebih


memberikan kemudahan terhadap praktikan

dalam menentukan volumen pentitran dan

Roth, H., J., Blaschke, G. (1994). Analisis

titik akhir titrasinya. Dimana saat tepat

Farmasi. Cetakan kedua. Penerjemah

titrasi akan dimulai dilakukan penambahan

indikator dalam hingga terbentuk perubahan

Yogyakarta

warna yang mendekati warna hijau. Saat

University Press.

S.

Kisman

dan

S.

Gadjah

Ibrahim,
Mada

warna larutan tepat mendekati warna hijau,

Scunach, W., K., Mayer and Haak, M.

larutan analit tersebut dipipet ke atas plat

(1990). Senyawa Obat. (Ed II).

tetes

luar.

Penerjemah : Wattimena J.R dan

Perubahan warna yang terjadi pada plat tetes

Soebito. Yogyakarta : Gajah Mada

(kuning)

University Press.

dan

ditambahkan

indikator

menunjukkan bahwa titik akhir

titrasi telah tepat bereaksi, sehingga proses

1. Wilmana, P. F. (1995). Farmakologi dan

pentitrasian dapat dihentikan dan dilakukan

Terapi. (Edisi 4). Jakarta : Bagian

penghitungan kadar dari larutan natrium

farmakologi FKUI
2. Fatah, M. A. (1987). Analisis Farmasi

nitrit baku dan paracetamolnya.

Dahulu dan Sekarang. Yogyakarta :


Penerbit UGM.
3. Connors, K. A. (1982). A Textbook of

Simpulan
Prinsip

titrasi

nitimetri

dapat

diterapkan dengan cara mentitrasi amin


aromatic primer dengan NaNO2 dalam
suasana asam membentuk garam diazonium.
Kadar

paracetamol

(sampel

1)

dapat

ditetapkan dengan titrasi nitrimetri yaitu


sebesar 39,04%.

Pharmaceutical Analysis. (3 rd ed). A.


New

York

Wiley

Interscience

Publication John Wiles and Sons


4. Ebel, S. (1992). Obat sintetik.
Penerjemah : Mathilda dan Samhoedi.
Yogyakarta : Gajah Mada University
Press
5. Department

of

Health

and

Social

Security Scotish Home and Health.


(1980). British Pharmacopeiea. Vol I.
Daftar Pustaka

London : Department Welsh Office


6. Departemen
Kesehatan
Republik
Indonesia. (1979). Farmakope Indonesia.
(Edisi

III).

Jakarta

Departemen

Kesehatan Republik Indonesia.

7. Rohman, Abdul. 2007. Kimia Farmasi


Analisis. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
8. Azizah, Fadillah Firda, dkk. 2015.
Optimasi Proses Reduksi Kloramfenikol
Menggunakan Reduktor Zn Dengan
Spektrofotometri

UV-Vis.

UNESA

Journal of Chemistry Vol. 4, No. 2, May


2015 .
9. Mutschler, E. (1991). Dinamika Obat,
Terbitan ke-5. Penerjemah : Mathilda B,
W. Bandung : Penerbit ITB.

10.

Hamdani. 2013. Strategi Belajar

Mengajar. Bandung: CV Pustaka Setia.

11.

Zulfikar. 2010. Pengaruh Katalis

Kalsium Karbonat dan Gliserol Terhadap


Produk Gliserolisis Refined Bleached
Deodoriez Palm Oil. Medan: Skripsi
Jurusan Teknik Kimia - FT. Universitas
Sumatera Utara.
12. Merck Index (13th

Ed.)

[computer

Software]. (2001). USA: Merck & Co.


Inc. Whitehouse Station, New Jersey

Anda mungkin juga menyukai