Anda di halaman 1dari 35

JURNAL PRAKTIKUM PRESKRIPSI II

NAMA : AFIFAH ZAIDA ROSHANDA NIM : 185070507111006 TANGGAL : 12/11/21

I. ANALISIS KELENGKAPAN RESEP


Bagian Resep Kelengkapan
Nama Dokter Ada
Alamat Dokter Ada
Surat Ijin Praktek Dokter Ada
No. Telp Dokter Tidak Ada
Tempat Penulisan Resep Ada
Tanggal Penulisan Resep Tidak Ada
Tanda R/ Ada
Nama Obat Ada
Nama Obat, Ada
Narkotika/Psikotropika,
Kekuatan sediaan Ada
Jumlah Obat, Ada
Aturan Pakai, Ada
Iter/perintah lain Tidak Ada
Paraf Dokter, Ada
Nama Pasien, Ada
Umur/BB Pasien Tidak Ada
Alamat Pasien Ada

II. ANALISIS TERAPI


Nama Obat Kekuatan Obat Jumlah yang Diminta Aturan Pakai
Cefadroxyl 500 mg 3 kali sehari 1 kapsul
Parasetamol 250 mg 3 kali sehari 1 kapsul
Codein 10 mg 3 kali sehari 1 kapsul
Loratadine 5 mg 3 kali sehari 1 kapsul
Guaifenesin 50 mg 3 kali sehari 1 kapsul

III. INFORMASI OBAT (termasuk perhitungan dosis & penetapan harga)


1. Cefadroxil

Indikasi : Antibiotik alternatif untuk pengobatan infeksi


orofasial/tenggorokan, saluran kencing, dan kulit pada pasien yang
alergi terhadap penisilin; oleh bakteri aerob gram positif dan
anaerob

Kandungan : Cefadroxil 500 mg

Golongan Obat : Obat Keras


Bentuk Sediaan : Kapsul-Oral

Dosis : Oral: 250-500 mg setiap 8 jam

Perhitungan : -
Dosis

Cara : Diminum setelah makan


Pemberian

Kontraindikasi : Hipersensitivitas terhadap cefadroxil, antibiotik sefalosporin


generasi lainnya, ataupun komposisi formulasi pada sediaan.

Efek Samping : 1% -10% : Diare


<1% : Anafilaksis, ruam (makulopapular dan eritematosa),
artralgia, dispepsia, mual, muntah, kolestasis.

Penyimpanan : Simpan pada suhu kamar 15°C hingga 30°C (59°F hingga 86°F).
Jauhkan dari sinar matahahari dan jangkauan anak-anak (Lacy et
al., 2009).

BUD 180 hari

Harga : Rp 2.000/tablet

Gambar Obat :
dan Etiket

2. Paracetamol

Indikasi : untuk mengatasi nyeri ringan hingga sedang dan demam sebagai
antipiretik/antianalgesik (BNF, 2018)

Kandungan : Paracetamol 250 mg

Golongan Obat : Obat Bebas

2
Bentuk Sediaan : Tablet

Dosis : Dewasa: 0,5-1 g setiap 4-6 jam; maksimal 4 gram per hari
Anak <12 tahun : 10-15 mg/kg/dosis setiap 4-6 jam sesuai
kebutuhan; jangan melebihi 5 dosis (2,6 g) dalam 24 jam
● Anak 3-5 bulan: 60 mg setiap 4-6 jam; maksimum 4 dosis
per hari
● Anak 6 bulan-1 tahun: 120 mg setiap 4-6 jam; maksimal 4
dosis per hari
● Anak 2-3 tahun: 180 mg setiap 4-6 jam; maksimum 4 dosis
per hari
● Anak 4-5 tahun: 240 mg setiap 4-6 jam; maksimum 4 dosis
per hari
● Anak 6–7 tahun: 240–250 mg setiap 4–6 jam; maksimal 4
dosis per hari
● Anak 8–9 tahun: 360–375 mg setiap 4–6 jam; maksimal 4
dosis per hari
● Anak 10–11 tahun: 480–500 mg setiap 4–6 jam; maksimal
4 dosis per hari
● Anak 12–15 tahun: 480–750 mg setiap 4–6 jam; maksimal
4 dosis per hari
● Anak 16-17 tahun: 0,5-1 g setiap 4-6 jam; maksimum 4
dosis per hari
(BNF, 2018)

Perhitungan :
Dosis

Cara : Oral 3 kali sehari 1 kapsul diminum bersama dengan makanan


Pemberian

Kontraindikasi : hipersensitivitas terhadap paracetamol dan komponen lainnya pada


formulasi (Lacy et al., 2009)

3
Efek Samping : Ruam, anemia, nefrotoksisitas jika overdosis (Lacy et al., 2009)

Penyimpanan : Simpan pada suhu kamar 15°C hingga 30°C (59°F hingga 86°F).
Jauhkan dari sinar matahahari dan jangkauan anak-anak (Lacy et
al., 2009).

BUD : 180 hari

Harga : Rp.400/tablet

Gambar Obat

3. Codein

Indikasi : antitusif untuk meredakan batuk tidak produktif

Kandungan : Codein 10 mg

Golongan Obat : Obat Keras

Bentuk Sediaan : tablet

Dosis : ● Anak-anak: 1-1,5 mg/kg/hari dalam dosis terbagi setiap 4-6


jam sesuai kebutuhan: Dosis alternatif sesuai dengan
● usia:
➔ 2-6 tahun: 2,5-5 mg setiap 4-6 jam sesuai kebutuhan;
maksimum: 30 mg/hari
➔ 6-12 tahun: 5-10 mg setiap 4-6 jam sesuai kebutuhan;
maksimum: 60 mg/hari
● Dewasa: Oral (untuk batuk non produktif): 10-20 mg/dosis
setiap 4-6 jam sesuai kebutuhan; maksimum: 120 mg/hari
(Lacy et al., 2009).

4
Perhitungan : -
Dosis

Cara : Dikonsumsi sebelum atau sesudah makan


Pemberian

Kontraindikasi : Hipersensitivitas terhadap kodein atau komponen formulasi apa


pun; kehamilan (penggunaan jangka panjang atau dosis tinggi
sesuai ketentuan) (Lacy et al., 2009).

Efek Samping : >10%: Sistem saraf pusat: Mengantuk, Gastrointestinal: Sembelit


(Lacy et al., 2009).

Penyimpanan : Simpan pada suhu kamar 15°C hingga 30°C (59°F hingga 86°F).
Jauhkan dari sinar matahahari dan jangkauan anak-anak (Lacy et
al., 2009).

BUD : 180 hari

Harga : Rp. 1.000/tablet

Gambar Obat

4. Loratadine

Indikasi : obat anti alergi untuk meredakan gejala alergi (antihistamin


generasi kedua)

Kandungan : Loratadine 5 mg

Golongan Obat : Obat Keras

Bentuk Sediaan : Tablet

Dosis : ● Anak-anak 2-5 tahun: Rinitis alergi musiman, urtikaria


idiopatik kronis: Oral: 5 mg sekali sehari
● Anak-anak 6 tahun dan dewasa. Oral: 10 mg/hari
(Lacy et al., 2009)

Anak 2–11 tahun (berat badan hingga 31 kg): 5 mg sekali sehari

5
Anak 2–11 tahun (berat badan 31 kg ke atas): 10 mg sekali sehari
Anak 12-17 tahun: 10 mg sekali sehari
Dewasa: 10 mg sekali sehari

Perhitungan : -
Dosis

Cara : Dikonsumsi sebelum atau sesudah makan


Pemberian

Kontraindikasi : Hipersensitivitas terhadap loratadine atau komponen formulasi


lainnya

Efek Samping : Sakit kepala, mulut kering, gugup (4% usia 6-12 tahun),
kelelahan (3% usia 6-12 tahun, 2% hingga 3% usia 2-5 tahun),
malaise (2% usia 6-12 tahun), mengi (4% usia 6-12 tahun) (Lacy
et al., 2009).

Penyimpanan : Simpan pada suhu kamar 15°C hingga 30°C (59°F hingga 86°F).
Jauhkan dari sinar matahahari dan jangkauan anak-anak (Lacy et
al., 2009).

BUD : 180 hari

Harga : Rp1.000/tablet

Gambar Obat

5. Guafenesin

Indikasi : Membantu melonggarkan dahak dan sekret bronkus yang encer


(Lacy, 2009)

Kandungan : Guaifenesin 50 mg

Golongan Obat : Obat bebas terbatas

6
Bentuk Sediaan Tablet

Dosis : Batuk (expectorant): Oral: Anak-anak:


● 6 bulan hingga 2 tahun: 25-50 mg setiap 4 jam, tidak
melebihi 300 mg/hari
● 2-5 tahun: 50-100 mg setiap 4 jam, tidak melebihi 600
mg/hari
● 6-11 tahun: 100-200 mg setiap 4 jam, tidak melebihi 1,2
g/hari
● >12 tahun: Lihat dosis dewasa.

Batuk (expectorant): Oral: Dewasa:


● 200-400 mg setiap 4 jam hingga maksimum 2,4 g/hari.
● Extended release tablet: 600-1200 mg setiap 12 jam,tidak
melebihi 2,4 g/hari
(Lacy et al., 2009)

Perhitungan : -
Dosis

Cara : Oral 3 kali sehari 1 kapsul


Pemberian

Kontraindikasi : Hipersensitivitas terhadap guaifenesin atau komponen formulasi


lainnya (Lacy et al., 2009)

Efek Samping : Pusing, mengantuk, sakit kepala, ruam, mual, muntah, dan sakit
perut (Lacy et al., 2009)

Penyimpanan : Simpan pada suhu kamar 15°C hingga 30°C (59°F hingga 86°F).
Jauhkan dari sinar matahahari dan jangkauan anak-anak (Lacy et
al., 2009).

BUD : 180 hari

Harga : Rp 200,-/tablet

Gambar Obat

KAPSUL

Kandungan : 1. Cefadroxil 500 mg : mengatasi infeksi bakteri

7
dan Indikasi 2. Paracetamol 250 : mengatasi demam
3. Codeine 10 mg : mengatasi batuk tidak berdahak
4. Loratadine 5mg : mengatasi alergi
5. Guaifenesin 50 mg : mengatasi batuk berdahak

Bentuk Sediaan Kapsul

Dosis : 3 kali sehari 1 kapsul

Perhitungan : -
Dosis

Cara : Oral. Dikonsumsi pagi, siang, dan malam sesudah makan.


Pemberian

Kontraindikasi : Hipersensitivitas terhadap kandungan atau komponen formulasi


lainnya.

Efek Samping : Sembelit dan mengantuk

Penyimpanan : Simpan pada suhu kamar 15°C hingga 30°C (59°F hingga 86°F).
Jauhkan dari sinar matahahari dan jangkauan anak-anak (Lacy et
al., 2009).

BUD : 180 hari

Harga : Rp 50.000,00,-

Gambar Obat

PENETAPAN HARGA
- Cefadroxil : Rp 1.000,- @12 tablet = Rp 24.000,-
- Parasetamol : Rp 400,- @6 tablet = Rp 2.400,-
- Codeine : Rp 10,- @12 tablet = Rp 12.000,-
- Loratadine : Rp 1.000,- @6 tablet = Rp 6.000,-
- Guaifenesin : Rp 200,- @6 tablet = Rp 1.200,-

8
- Biaya peracikan dan cangkang kapsul = Rp. 5.000
Total Harga : Rp 50.000,-

IV. PATIENT ASSESSMENT


No Pertanyaan Alasan Hasil
1 W(Who) Untuk mengetahui Resep diterima dari : Fandi
● Siapa nama anda? identitas pengunjung ● Nama pasien : Fandi
● Siapa pasien yang apotek. Kemudian untuk ● Umur :
mendapatkan resep mengetahui hubungan ● TB/BB :
ini? pengunjung penyakit ● Alamat :
● Berapakah umur dengan pasien yang ● No. Telp :
pasien? mendapatkan resep. ● Gol. Darah :
● Berapakah TB/BB Sehingga mengetahui ● Pekerjaan :
pasien? apakah pengambilan
● Dimanakah alamat resepini dilakukan oleh
pasien? pasien itu sendiri atau
● Berapakah No. Telp. keluarga/kerabat pasien
Pasien?
● Apa golongan darah
pasien?
● Apakah pasien
sudah bekerja?
2 W(What) dan H(How) Untuk mengetahui ● Riwayat Alergi Makanan :
● Apakah pasien adanya alergi makanan ● Riwayat Alergi Obat :
memiliki alergi dan obat pasien, ● Riwayat penyakit :
makanan atau obat? mengetahui gejala yang ● Riwayat pengobatan :
● Reaksi alergi apa dialami pasien, ● Riwayat penyakit keluarga:
yang muncul jika mengetahui riwayat ● Gejala yang dialami :
mengkonsumsinya? penyakit pasien dan ● Awal mula gejala muncul :
● Apakah pasien keluarga pasien, dan ● Berapa lama gejala muncul :
memiliki riwayat mengetahui keparahan
penyakit 2 tahun penyakit yang dialami
terakhir? pasien. sehingga
● Apakah dari membantu apoteker

9
keluarga pasien dalam mengambil
memiliki riwayat keputusan pengobatan
penyakit? atau dari pasien dengan meninjau
keluarga ibu apakah apakah terdapat DRP
ada yang merasakan pada obat yang sudah
keluhan yang sama? diresepkan oleh dokter.
● Apakah keluhan
yang dirasakan
pasien ketika
kambuh?
● Sudah sejak kapan
keluhan tersebut
muncul?
● Seberapa sering
gejala kambuh?
● Apa yang memicu
kekambuhan? (debu,
bulu binatang, udara
dingin)

3 A (Action taken) Untuk mengetahui


● Tindakan apa yang tindakan pasien dalam
dilakukan pasien mengatasi gejala
untuk mengatasi tersebut, sehingga
gejala yang dialami? apoteker mengetahui
● Berapa lama pasien riwayat pengobatan yang
melakukan tindakan dilakukan pasien
tersebut? sebelumnya
4 M (Medication being Untuk mengetahui
taken) riwayat pengobatan
● Apakah pasien pasien, sehingga apoteker
mengkonsumsi dapat memberikan
beberapa obat- keputusan yang tepat

10
obatan untuk dalam pemberian obat
mengatasi gejala kepada pasien.
tersebut?
● Tindakan tersebut
apakah rekomendasi
dari dokter
sebelumnya atau
pengobatan mandiri
tanpa resep dokter
(swamedikasi)?
● Berapa lama pasien
mengkonsumsi obat
tersebut?
5 Three Prime Question Untuk mengetahui
● Apa saja penjelasan pengetahuan pasien
dokter mengenai mengenai penyakit,
penyakit pasien? pengobatan pasien, dan
● Apakah dokter harapan terapi untuk
sudah menjelaskan pasien.
cara memakai obat
pada resep ini?
● Seperti apa
penjelasan dokter
terkait harapan
pengobatan pasien?
● Apakah sebelumnya
pernah
mengkonsumsi obat
yang diresepkan?

V. PROBLEM TERKAIT OBAT & PENYELESAIANNYA


DRP Permasalahan Penyelesaian
Kepatuhan
Efek Samping Codeine: - Diberikan KIE untuk
- Sembelit banyak mengonsumsi

11
- Mengantuk makanan berserat.
- Diberikan KIE untuk
tidak mengendarai
kendaraan atau
mengoperasikan alat
berat setelah minum
obat.
Interaksi Tidak terdapat interaksi
Konsistensi sediaan
Dosis

VI. KEPUTUSAN PELAYANAN RESEP OLEH APOTEKER


Dilayani / Tidak Dilayani
Penjelasan : Resep yang diberikan terdapat kelengkapan yang sesuai dan obat yang
diresepkan sesuai dengan gejala yang dialami pasien sehingga resep dapat dilayani.

VII. PROSEDUR KERJA


1. Menerima resep
2. Menganalisis kelengkapan resep
3. Mengecek ketersediaan obat
4. Mengerjakan jurnal
5. Melakukan assessment pada pasien
6. Menulis PMR
7. Mengonfirmasi permasalah pemilihan terapi kepada dokter pembuat resep
8. Menyelesaikan jurnal
9. Menyiapkan obat dan mengisi kartu stok
10. Menyiapkan etiket, lembar informasi obat, materi konseling, dan kwitansi
11. Melakukan KIE

VIII. KIE
Penjelasan Terkait Penyakit
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut yang melibatkan organ
saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah. Infeksi ini disebabkan
oleh virus, jamur dan bakteri. ISPA akan menyerang host apabila ketahanan tubuh
(immunologi) menurun. Penyakit ISPA dibagi atas dua jenis yaitu ISPA pneumonia dan

12
ISPA bukan pneumonia. Ciri-ciri dari ISPA pneumonia dapat dilihat melalui derajat beratnya
penyakit sedangkan penyakit yang menyerang jalan napas bagian atas lainnya merupakan
ciri-ciri penyakit ISPA bukan pneumonia seperti penyakit batuk dan pilek. Semua jenis
penyakit ISPA disebabkan oleh dua jenis mikroorganisme yakni infeksi bakteri dan virus.
Oleh karena itu, penderita ISPA sering mengalami kekambuhan. ISPA terjadi karena partikel
udara (droplet) yang mengandung mikroorganisme terhirup dan masuk ke dalam tubuh
manusia. Mikroorganisme tersebut masuk ke dalam saluran pernapasan dan menimbulkan
gejala infeksi saluran pernafasan seperti batu, pilek, demam dan lain-lain (de Fretes,
Messakh, and Saogo, 2020)

TERAPI NON FARMAKOLOGI


1. Minum banyak air putih
2. Menjalankan pola hidup sehat seperti melaksanakan olahraga ringan secara teratur
seperti jalan pagi, makan makanan yang bergizi seperti buah dan sayur
3. Perbanyak istirahat
4. Atur suhu dan kelembaban udara di ruangan
(Maula dan Rusdiana, 2016)
5. Memberikan edukasi kepada pasien untuk menghindari kontak langsung dengan
alergen yaitu spora jamur, apabila akan kontak langsung dapat menggunakan APD
(alat perlindungan diri) seperti mengenakan masker untuk mengurangi resiko
terjadinya alergi.
6. Untuk meredakan flu dan batuk dapat meminum air hangat, bila perlu dengan perasan
lemon atau jeruk nipis
7. Menghindari penyebab allergen, dengan cara mengurangi adanya pertumbuhan jamur,
menjaga kelembaban rumah dibawah 50% dan menghilangkan pertumbuhannya
dengan disinfektan. Mencegah allergen lain (seperti bulu hewan), lakukan
pembersihan ruangan dari jamur.
8. Memberikan informasi mengenai penggunaan obat yang benar seperti khasiat obat,
efek samping obat, cara pemakaian obat, dosis obat, waktu pemakaian obat, lama
pemakaian obat, kontra indikasi obat, hal yang harus diperhatikan sewaktu minum
obat, hal yang harus dilakukan jika lupa meminum obat, cara penyimpanan obat yang
baik, cara memperlakukan obat yang masih tersisa dan cara membedakan obat yang
masih baik dan yang sudah rusak.
9. Meminum obat secara rutin agar efek terapi yang didapatkan maksimal

13
10. Memberikan informasi terkait akan munculnya efek samping ketika penggunaan obat
tersebut
LEAFLET

CARA PENGGUNAAN OBAT

IX. PUSTAKA
de Fretes, F., Messakh, S.T. and Saogo, I.D.M., 2020. Manajemen Keluarga Terhadap
Penanganan ISPA Berulang Pada Balita di Puskesmas Mangunsari Salatiga.

14
Jurnal Sains dan Kesehatan, 2(4), pp.275-281.
Lacy, C. F. et al. 2009. Drug Information Handbook 2008-2009. 17th edn. Ohio: Lexi-
Comp.
Maula, E.R. and Rusdiana, T., 2016. Terapi Herbal dan Alternatif pada Flu Ringan atau ISPA
non-spesifik. Majalah Farmasetika, 1(2), pp.7-10.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1023/MENKES/SK/XI/2008
Tentang Pedoman Pengendalian Penyakit asma.
Wells, Barbara G., DiPiro, Joseph T., Terry L. Schwinghammer Cecily V. 2015.
Pharmacotherapy Handbook Ninth Edition. McGraw-Hill Education

ACC DOSEN

15
LAMPIRAN

Kopi Resep

Kartu Stok dan Kuitansi


1. Kartu Stok

16
Tgl No Resep/ Pemasukan Pengeluaran Sisa ED Paraf
Nama Obat
4/11/21 Novomix 1 Dus - 1 Dus 3/24

4/11/21 Glucophage 1 Dus - 1 Dus 10/24


500 mg
4/11/21 Amaryl 2 1 Dus - 1 Dus 5/24
mg
11/11/21 Symbicort 10 Pcs - 10 Pcs 9/23
Turbuhaler
(160/45)
mcg
11/11/21 Ventolin 10 Pcs - 10 Pcs 01/23
Inhaler
11/11/21 Cetirizine 1 Dus - 1 Dus 10/24

12/11/21 Symbicort - 1 Pcs 9 Pcs 9/23


Turbuhaler
(160/45)
mcg
12/11/21 Ventolin - 1 Pcs 9 Pcs 01/23
Inhaler
12/11/21 Cetirizine - 1 Strip 1 Strip 10/24

2. Kuitansi

Patient Medication Record (PMR)

17
PATIENT MEDICATION RECORD (PMR)
Catatan Pengobatan Pasien

Nama : Ny. Gea


Jenis Kelamin : ❒ Laki-laki ❒ Perempuan
Tanggal Lahir : 10 Juni 1986
Alamat : Jalan Merkurius No. 30 Kota Malang
No. Telp. / HP : 081xx-xxxx-xxxx
Pekerjaan : Pegawai Workshop Furniture
Golongan Darah : AB
Riwayat Alergi : ❒ Ada ❒ Tidak ada
● Makanan : Seafood
● Obat : Pasien tidak mengetahui
● Lain-lain : Pasien tidak mengetahui
Riwayat Efek Samping Obat :
Riwayat Alergi Reaksi
Seafood Gatal-gatal
Penyakit yang Pernah Diderita :
❒Asma

18
PROFIL PENGOBATAN

Nama Obat,
No Aturan
Tanggal Kekuatan Drug Related Problem (DRP) dan Penyelesaian Paraf
Resep Pakai
dan Jumlah
12/11/21 1 Symbicort, 2 kali
160/4,5 sehari 1 DRP Permasalahan Penyelesaian
Kepatuhan Penggunaannya memiliki Edukasi kepada pasien
mcg, 1 1cs hirup
beberapa tahap dan pasien mengenai pentingnya
baru pertama kali kepatuhan minum obat.
menggunakan sediaan
turbuhaler. Hal ini dapat
mengurangi penggunaan
obat pada pasien
Efek Samping Mulut kering, infeksi saluran Edukasi kepada pasien
pernapasan atas, dan mengenai efek samping
candidiasis oral yang mungkin timbul.
Interaksi Terdapat interaksi dengan Penggunaan diberi jarak
Ventolin karena dapat 2 bulan
meningkatkan efek samping
vaskuler, insomnia, dan
peningkatan curah jantung
Konsistensi Sediaan tubuhaler berupa Pasien diedukasi untuk

19
sediaan serbuk, hal ini dapat memicu berkumur setelah
terjadinya candidiasis oral pemakaian obat
symbicort
Dosis Pasien baru pertama kali Apoteker dapat
menggunakan Symbicort, merekomendasikan
dan dokter meresepkan Symbicort dengan
sediaan Symbicort kandungan 60 dosis
mengandung 160 dosis. terlebih dahulu.
Namun pasien perlu Kemudian disarankan
dilakukan monitoring terkait untuk control kepada
efektifitas dari penggunaan dokter untuk rencana
obat Symbicort. terapi selanjutnya apakah
dilanjutkan atau tidak.
Ventolin 1-3 kali
Inhaler, 100 sehari, DRP Permasalahan Penyelesaian
Efek Samping Mulut kering, iritasi pada Edukasi kepada pasien
mcg, 1 pcs jika
tenggorokan mengenai efek samping
sesak
yang mungkin timbul
saja Dosis Ventolin mengandung 200 Pasien diedukasi bahwa
dosis, dan cara BUD dari Ventolin
penggunaannya ketika adalah 3 bulan setelah
mengalami sesak saja. Hal obat pertama kali dibuka.
ini dapat berpengaruh pada Maka setelah masa BUD

20
penggunaan terapi yang habis, obat segera
tidak menentu dan dibuang sesuai aturan
dikhawatirkan setelah 3 pembuangan inhaler.
bulan obat dibuka, sediaan
didalam inhaler belum
habis.
Cetirizine, 1 kali
10 mg, 10 sehari 1
tablet tablet
setelah DRP Permasalahan Penyelesaian
makan Efek Samping Terapi ini dapat memicu Obat dapat diberikan

pada efek samping mengantuk pada malam hari.

malam
hari

KEGIATAN KONSELING
Tanggal Materi Konseling Paraf
05/11/2021 Penjelasan Terkait Penyakit
Asma merupakan penyakit inflamasi (peradangan) kronik saluran napas yang ditandai adanya mengi
episodik, batuk, dan rasa sesak di dada akibat penyumbatan saluran napas, termasuk dalam kelompok penyakit
saluran pernafasan kronik (Kepmenkes RI, 2008).
Faktor Risiko Asma, secara umum faktor risiko asma dibedakan menjadi 2 kelompok faktor genetik dan faktor

21
lingkungan.
1. Faktor genetik
● Hiperaktivitas
● Atopik/alergi bronkus
● Faktor yang memodifikasi penyakit genetik
● Jenis kelamin
● Ras Etnik
2. Faktor lingkungan
● Alergen di dalam ruangan (tungau debu rumah kucing, alternaria/jamur dll)
● Alergen diluar ruangan (altemaria, tepung sari)
● Makanan (bahan penyedap pengawet pewarna makanan, kacang makanan laut, susu sapi telur
● Obat-obatan tertentu (misalnya golongan aspirin NSAID B-blocker dll)
● Bahan yang mengiritasi (misalnya parfum household spray dan lain-lain)
● ekspresi emosi berlebih (stress)
● Asap rokok dan perokok aktif dan pasif
● Polusi udara di luar dan di dalam ruangan
● Exercise induced asthma mereka yang kambuh asmanya ketika melakukan aktifitas tertentu
● Perubahan cuaca

TERAPI NON FARMAKOLOGI


● Meningkatkan kepatuhan pengobatan, keterampilan manajemen diri, dan penggunaan layanan kesehatan.
● Menghindari pemicu alergi yang diketahui dapat memperbaiki gejala, mengurangi penggunaan obat, dan

22
menurunkan BHR. Pemicu lingkungan (misalnya, hewan) harus dihindari pada pasien yang sensitif, dan
perokok harus didorong untuk berhenti.
● Pasien dengan asma berat akut harus menerima oksigen untuk mempertahankan PaO2 lebih besar dari 90%
(>95% pada kehamilan dan penyakit jantung). Dehidrasi harus diperbaiki;
(Wells et al., 2015).

CARA PENGGUNAAN OBAT


Symbicort Turbuhaler
Turbuhaler adalah salah satu jenis inhaler berbentuk tabung yang didalamnya terdapat obat dalam bentuk bubuk
kering. Perangkat ini digunakan dengan cara menghisap obat melalui mulut, kemudian diteruskan ke paru-paru.
(RSUD Banjar, 2021)
Cara Penggunaan Turbuhaler
a. Pegang inhaler tegak, jangan memegang turbuhaler terbalik dan jangan digoyang. Lepaskan tutup Turbuhaler
dengan menarik Inhaler ke atas.

23
b. Putar Turbuhaler ke kanan selanjutnya ke kiri dengan cepat, kemudian akan terdengar suara “Klik”

c. Keluarkan / buang nafas

24
d. Letakan alat di antara mulut dan bibir, condongkan kepala ke belakang sedikit.

e. Hisap obat dengan menarik nafas kuat dan dalam

25
f. Keluarkan alat dari mulut
g. Tahan napas 5-10 detik, kemudian bernafaslah secara perlahan
h. Tutup kembali Turbuhaler dan berkumur dengan air hangat

i. Bersihkan corong inhaler dengan mengeringkannya dan pasang kembali tutupnya.

26
Cara Pemeliharaan Turbuler :
Secara teratur bersihkan bagian luar corong dengan kain/tisu kering. Terutama setelah pemakaian. Jangan gunakan
air atau cairan lainnya untuk membersihkan corong.
Cara Penggunaan Ventolin Inhaler

27
a. Duduk tegak atau berdiri dengan dagu terangkat.
b. Buka tutup inhaler dan kocok dengan teratur.

28
c. Untuk penggunaan pertama, sebelum digunakan semprotkan inhaler ke telapak tangan untuk mengecek
apakah inhaler berfungsi.
d. Tarik nafas dalam dan buang perlahan.

e. Masukkan inhaler ke dalam mulut (di antara gigi atas dan bawah), kemudian tutup mulut dengan merapatkan
bibir (jangan digigit).

29
f. Sambil menarik nafas, secara bersamaan tekan bagian tombol inhaler untuk melepaskan obat.

g. Lanjutkan untuk bernapas dalam untuk memastikan obat dapat mencapai paru-paru.
h. Tahan napas selama kurang lebih 10 detik (atau selama kondisi senyaman yang terasa) lalu buang napas

30
perlahan.

i. Jika membutuhkan semprotan berikutnya, tunggu sampai 30 detik, dan kocok kembali inhaler, ulangi langkah
d sampai h.
j. Gunakan sesuai dosis.
k. Tutup kembali mulut inhaler dan simpan di tempat yang kering.
l. Setelah selesai, berkumur-kumur, dan catat dosis yang sudah terpakai

31
LEMBAR INFORMASI OBAT

Indikasi : Pengobatan asma pada pasien 12 tahun dengan kombinasi

Kandungan : Setiap dosis mengandung Budesonide 160 mcg/Formoterol 4,5 mcg

Dosis : Symbicort® 80/4.5, Symbicort® 160/4.5: 2 inhalasi dua kali sehari. Pasien yang saat ini menerima inhalasi dosis rendah
hingga menengah kortikosteroid dapat dimulai pada kombinasi kekuatan yang lebih rendah; mereka yang menerima
kortikosteroid inhalasi dosis sedang hingga tinggi dapat dimulai dengan kombinasi kekuatan yang lebih tinggi.
Pertimbangkan kombinasi dosis yang lebih tinggi untuk pasien yang tidak cukup terkontrol pada kombinasi yang lebih
rendah setelah 1-2 minggu terapi. Jangan gunakan lebih dari 2 inhalasi dua kali sehari dari kedua kekuatan.

Cara Pemberian : 1-2 kali inhalasi 2 kali sehari. Maksimal 8 kali inhalasi/hari.

Kontraindikasi : Hipersensitivitas terhadap amina adrenergik, formoterol, budesonide, atau komponen apa pun dari formulasi; kebutuhan
bronkodilatasi akut (termasuk status asmatikus)

Efek Samping : Pusing (7-10%), infeksi saluran nafas atas (8-11%), mual (1-3%)

Penyimpanan : Simpan pada suhu kamar 20°C hingga 25°C dengan corong menghadap ke bawah. Buang inhaler setelah digunakan atau
dalam waktu 3 bulan setelah dikeluarkan dari kantong foil.

BUD 3 bulan setelah pemakaian pertama

Harga : Rp 300.000,-

32
Gambar Obat dan :
Etiket

Indikasi : sebagai bronkodilator untuk asma atau PPOK

Kandungan : Albuterol 100 mcg

Dosis : Bronchospasm :
● Dewasa : 2 semprot setiap 4-6 jam
● Anak- anak < 4 tahun : 1-2 semprot setiap 4-6 jam
● Anak-anak 5-11 tahun : 2 semprot setiap 4-6 jam
● Anak-anak > 12 tahun : 2 semprot setiap 4-6 jam
Eksaserbasi pada asma (akut dan kronis)
● Dewasa : 4-8 semprot setiap 20 menit sampai 4 jam, dapat dilanjut 1-4 jam sesuai kondisi pasien
● Anak-anak <12 tahun : 4-8 semprot tiap 20 menit untuk 3 dosis kemudian diberikan tiap 1-4 jam jika diperlukan
● Anak-anak ≥12 tahun: 4-8 semprot tiap 20 menit selama 4 jam kemudian diberikan tiap
1-4 jam jika diperlukan

Cara Pemberian : Sebelum digunakan kocok perlahan, pertama kali penggunaan harus dalam kondisi prima, dan inhaler tidak boleh digunakan
lebih dari 2 minggu atau ketika sudah jatuh. Sebelum pemakaian, menyemprotkan 3-4 tes dosis ke udara (jauh dari wajah).
Perangkat spacer atau ruang penampung berklep direkomendasikan untuk digunakan dengan inhaler dosis terukur.

33
Kontraindikasi : Hipersensitivitas terhadap albuterol, adrenergik amina, atau komponen formulasi lainnya.

Efek Samping : Nyeri dada, pusing, insomnia, batuk.

Penyimpanan : Simpan pada 15-25°C. Dapat disimpan selama 3 bulan

BUD : Dapat disimpan selama 3 bulan

Harga : Rp 155.000

Gambar Obat

Indikasi : untuk pengobatan rhinitis alergi


Kandungan : Cetirizine 10 mg untuk pengobatan rhinitis alergi
Dosis : Rinitis alergi tahunan, urtikaria kronis:
● 6-12 bulan : Per-oral 2,5 mg sekali sehari
● 12 bulan hingga <2 tahun : Per-oral 2,5 mg sekali sehari; dapat meningkat menjadi 2,5 mg setiap 12 jam jika diperlukan
● 2-5 tahun: Dosis awal: 2,5 mg sekali sehari; dapat ditingkatkan menjadi 2,5 mg setiap 12 jam atau 5 mg sekali sehari
● 6 tahun -dewasa : Per-oral 5-10 mg sekali sehari, tergantung pada tingkat keparahan gejala
● Lansia : Per-oral Awal: 5 mg sekali sehari; dapat meningkat menjadi 10 mg/hari
Cara Pemberian : Dapat diberikan dengan atau tanpa makanan
Kontraindikasi : Hipersensitivitas terhadap cetirizine, hydroxyzine, atau komponen formulasi lainnya
Efek Samping : Sakit kepala, mengantuk, insomnia, kelelahan, malaise, pusing, sakit perut, mulut kering, diare, mual, muntah, epistaksis,
faringitis, bronkospasme

34
Penyimpanan : Simpan pada suhu kamar 15°C hingga 30°C (59°F hingga 86°F). Jauhkan dari sinar matahahari dan jangkauan anak-anak
BUD : -
Harga : Rp 5.000,-/strip
Gambar Obat

35

Anda mungkin juga menyukai