Anda di halaman 1dari 12

Layanan Kefarmasian

Komunitas Kel.3  Sofia Salsabila


ETIKA & UU  Intan Rahmadhani
 Indah Wahyu Nur Diana
 Kevin Diagonsa Anandhy
 Elfania Septia Salsabillah
 Sonia Maskurotin Ratna Intani
 Andrea Kristia Viany
 Siti Jannatul Husnah
 Siendyarta Prasetya Tjahyono
 Maula Michelia Champaka Putri
 Hanif Syafa`Atur Rahman
 Natalie Dhera Dwi Krisdenti
 Anggun Jesica
 Era Wiloka
 Gita Kurnia Ardiani
 Lisa Tri Damayanti
 Cindy Aulia Kuscahyanti
 Weliyatul Auli Sasmita
 Tuntun Parwati
 Maulidyah Indriawati
 Lailita Fahrin Nisa
 Hafida Fiyan Insani
Pendahuluan
KASUS 5 – ETIKA & UU Manusia  Perilaku  Etika

Keberadaan manusia sebagai makhluk individu dan sosial mengandung pengertian bahwa
manusia merupakan makhluk unik, dan merupakan perpaduan antara aspek individu sebagai
perwujudan dirinya sendiri dan makhluk sosial sebagai anggota kelompok atau masyarakat.
Dalam melaksanakan peran sebagai manusia itu dimana diharapkan agar berjalan dengan
baik dan lancar maka harus mematuhi etika yang ada dan berlaku.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Apotek menjelaskan bahwa Pelayanan Kefarmasian adalah suatu
pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan
farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan
pasien.

Terdapat beberapa pelanggaran yang mungkin terjadi (Apoteker/tenaga medis lain)


sehingga tidak dapat meningkatkan mutu kehidupan pasien.

Solusi 
 Etika profesi adalah salah satu hal penting bagi seseorang yang bekerja di bidang
kefarmasian karena akan berperan dalam membantunya untuk melayani masyarakat di
bidang Kesehatan.

• Penekanan dalam berjalannya kode etik dalam dunia profesi sangatlah tinggi. Kode etik
sangat diperlukan dan menjadi suatu tuntutan yakni keharusan menjalankan profesinya
secara bertanggung jawab dan keharusan untuk tidak melanggar hak-hak orang lain.
Serta dalam melaksanakan kewenangan harus didasarkan pada Standar Kefarmasian,
dan Standar Prosedur Operasional yang berlaku sesuai fasilitas kesehatan dimana
Pekerjaan Kefarmasian dilakukan.
1. Bagaimana regulasi peraturan yang mengatur praktik dokter mandiri dan bidan praktik
mandiri
Analisis Rumusan Masalah
2. Apa saja kode etik apoteker yang dilanggar dalam kasus serta sanksi yang mengatur?
a. Adanya pelanggaran kode etik dimana konsumen membeli obat dalam jumlah yang tidak diizinkan,
tidak menggunakan surat pesanan kebutuhan obat dalam pembeliannya, melakukan
selfdispencing obat yang nantinya akan dijawab dengan penyelesaiannya nanti.
b. Adapun sanksi dalam pelangaran kode etik antara lain sanksi moral dan sanksi dikeluarkan dari
organisasi.
c. RI No 36 tahun 2009 pasal 198 terdapat sanksi :’’ Setiap orang yang tidak memiliki keahlian dan
kewenangan untuk melakukan praktik kefarmasian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 108
dipidana dengan pidana denda paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).’’

Bagi apoteker juga terdapat aturan yang mengatur kode etik :


- Pasal 3 Seorang Apoteker harus senantiasa menjalankan profesinya sesuai kompetensi Apoteker Indonesia serta selalu
mengutamakan dan berpegang teguh pada prinsip kemanusiaan dalam melaksanakan kewajiban  Setiap Apoteker
Indonesia harus mengerti, menghayati dan mengamalkan kompetensi sesuai dengan
Standar Kompetensi Apoteker Indonesia. Kompetensi yang dimaksud adalah ketrampilan dan attitude yang berdasarkan
pada ilmu, Hukum dan Etik .
- PASAL 7 Seorang Apoteker harus menjadi sumber informasi sesuai dengan profesinya  Sebelum memberikan
informasi, Apoteker harus menggali informasi yang dibutuhkan dari pasien ataupun orang yang datang menemui Apoteker
mengenai pasien serta penyakitnya.
Analisis Rumusan Masalah
3. Bagaimana penyelesaian untuk kasus A , kasus B, dan Kasus C
KASUS A
1) Asam Mefenamat dan Antasida DOEN
Asam Mefenamat dan Antasida DOEN keduanya termasuk kedalam obat wajib apotek (DOWA) terdapat dalam
Keputusan Menteri Kesehatan nomor 347/ MenKes/SK/VII/1990 sehingga dapat dibeli tanpa menggunakan resep
dokter. Namun pada kasus T.A ini, permintaan pasien yang melebihi batas wajar (2 box Asam Mefenamat dan 1 box
Antasida DOEN) patut diwaspadai, oleh sebab itu pemberian obat harus dipertimbangkan kembali setelah
melakukan assessment lebih lanjut terhadap pasien. Apabila dari hasil assessment pasien harus dilayani, maka
dapat diberikan obat tersebut masing-masing maksimal 20 tablet.

2) Dexametasone
Merupakan obat golongan Steroid dan termasuk golongan obat keras. Berdasarkan Peraturan BPOM No. 4
Tahun 2018, penyerahan golongan obat keras kepada pasien hanya dapat dilakukan berdasarkan resep dokter,
sehingga pada permintaan Tn. A untuk membeli Dexametason 0,5 mg sebanyak 2 box tidak dapat dilayani.
3) CTM
CTM di indonesia terdapat 2 jenis dalam bentuk strip tablet yang
termasuk obat bebas terbatas dan tablet dalam botol yang termasuk
obat keras. Pembelian CTM sejumlah 100 tablet pada kasus ini tidak
dapat layani karena CTM 100 tablet termasuk golongan obat keras,
dimana berdasarkan Peraturan BPOM No. 4 Tahun 2018, penyerahan
golongan obat keras kepada pasien hanya dapat dilakukan berdasarkan
resep dokter. CTM/ chlorpheniramine maleat tidak terdapat dalam
daftar OWA sehingga, Pasien dapat dilayani dengan disarankan
untuk membeli dalam bentuk strip dan dalam jumlah terbatas.
Selain itu, pemberian CTM perlu disesuaikan dengan hasil assessment
dan diberikan KIE oleh apoteker meliputi ketepatan penentuan
indikasi/penyakit, ketepatan pemilihan obat (efektif, aman, ekonomis),
serta ketepatan dosis dan cara penggunaan obat.

Sehingga untuk kasus Tn. A harus dilakukan assessment lebih lanjut terhadap pasien. Obat yang
dapat diberikan yaitu Asam Mefenamat dengan maksimal 20 tablet dan Antasida DOEN dengan
maksimal 20 tablet. Obat CTM dapat dilayani dengan disarankan untuk membeli dalam bentuk strip
dan dalam jumlah terbatas. Serta Obat dexamethasone tidak dapat diberikan karena merupakan obat
keras dan memerlukan resep dokter. Selain itu, perlu adanya KIE oleh apoteker terkait pembelian dan
penggunaan obat agar keamanan pasien terjamin.
KASU
SB

Berdasarkan PerBPOM nomor 4 tahun 2018 bahwa


penyerahan obat kepada Bidan Praktik Mandiri hanya yang
diperlukan untuk pelayanan antenatal, persalinan normal,
penatalaksanaan bayi baru lahir, nifas, keluarga
berencana, dan penanganan awal kasus kedaruratan
kebidanan dan bayi baru lahir berdasarkan surat pesanan
kebutuhan obat dengan menggunakan formulir dan
ditanda tangani oleh Bidan yang bersangkutan dan dalam
jumlah yang terbatas sesuai peruntukan.
Dapat Diberikan Tidak Diberikan
5 box Pil Andalan 10 tube salep kulit
gentamisin
10 tube salep mata 10 ampul vitamin C
Gentamisin injeksi
10 ampul vitamin K 100 tablet diazepam
Apabila Ny. D telah kembali dan membawa surat
pesanan tersebut, selanjutnya Apoteker 10 ampul injeksi oksitosin 10 tablet kotrimoksazol
melakukan skrining terhadap keaslian surat
dengan cara saat memesan obat, surat pesanan 10 botol parasetamol
tersebut disertai dengan copy Surat Izin Praktik
10 tablet Fe
Bidan (SIPB). Selanjutnya Apoteker melakukan
pemilihan obat yang dapat diserahkan atau tidak. 100 tablet methyldopa
Berdasarkan kasus di atas, maka obat-obatan
yang dapat diserahkan, antara lain : 100 tablet nifedipine

20 box konsom

10 botol antasida

10 botol alcohol 100%


Dalam KEPMENKES No. HK.01.07/Menkes/263/2018
KASUS C tentang daftar obat keadaan darurat medis pada dokter
praktek mandiri, menyebutkan bahwa dokter memiliki
kewenangan untuk menyimpan obat dalam jumlah dan
jenis yang diizinkan.
 Pada kasus tersebut hanya 2 obat yang dapat diberikan yakni RL dan lidokain 2% yang sesuai dengan ada daftar obat pada
KEPMENKES No. HK.01.07/Menkes/263/2018.
 Haloperidol 1,5 mg tidak dapat diberikan tapi dapat diberikan Cholrpromazine inj 5 mg/ml (i.m.) karena keduanya
termasuk golongan antipsikotik
 Ibuprofen tidak dapat diberikan, meskipun di dalam daftar obat pada Kepmenkes No. HK.01.07/Menkes/263/2018 terdapat
obat yang mempunyai golongan yang sama NSAID yaitu Ketoprofen suppositoria 100mg , namun ibuprofen yang dirasa
tidak begitu darurat penggunaannya sehingga dapat disarankan pada dokter harus menyerahkan resep pada pasien untuk ditebus
di apotek. Selain itu, untuk kenyamanan pasien dapat diberikan obat secara per oral terlebih dahulu dibangingkan suppositoria.
 Alprazolam tidak dapat diberikan sehingga dapat diganti dengan Diazepam inj 5mg/enema 5mg/2,5 mL karena
keduanya golongan benzodiapin
 Pada obat antibiotikAmoxicillin tidak dapat diberikan karena tidak terdaftar dalam obat keadaan darurat medis sesuai
KEPMENKES No. HK.01.07/Menkes/263/2018. Pengunaan antibiotik yang tidak rasional dapat menyebabkan resistensi,
sehingga dokter harus menyerahkan resep pada pasien untuk ditebus di apotek

UU RI No. 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran:


 Ps 35 ayat 1 juga disebutkan bahwa dokter/dokter gigi yang telah memiliki STR dapat menyimpan obat dalam jumlah dan
jenis terbatas dan dapat melakukan dispensing obat. Sehingga perlu kejelasan dan kepastian Assesment dari seorang apoteker
untuk meyakinkan adanya SIP Dokter dan STR, sehingga bisa menjadi bukti bila suatu saat nanti muncul permasalahan
terkait dengan penjualan obat.
 Ps 35 ayat 1 poin j: dokter dapat melakukan dispensing obat apabila praktik di daerah terpencil yang tidak ada
apotek/apoteker dalam radius sekitar 10 km
Analisis Rumusan Masalah
4. Bagaimana peraturan jual beli antar tenaga kesehatan dan peran apoteker dalam masalah ini
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran pasal 35 ayat (1) huruf I yaitu :
“Ketentuan itu dimaksud untuk memberikan kewenangan bagi dokter atau dokter gigi untuk menyimpan obat selain obat suntik sebagai upaya untuk
menyelamatkan pasien. Obat tersebut diperoleh dokter atau dokter gigi dari apoteker yang memiliki izin untuk mengelola apotek. Jumlah obat yang disediakan
terbatas pada kebutuhan pelayanan.”
Menurut peraturan yang sudah dipaparkan diatas, diperbolehkan adanya penyerahan obat – obatan kepada praktik dokter mandiri dan bidan
mandiri namun harus karena syarat dan ketentuan yang berlaku dan harus mengisi formulir. Obat obatan yang diberikan pun dalam jumlah
terbatas dan sesuai peruntukannya.
2. Peraturan Badan Pengawas Obat Dan Makanan Nomor 4 Tahun 2018 :

Penyerahan obat kepada dokter sebagaimana dimaksud harus berdasarkan surat permintaan yang ditandatangani oleh Dokter dan dalam
jumlah yang terbatas sesuai peruntukan.
Penyerahan Obat kepada Bidan Praktik Mandiri sebagaimana dimaksud pada angka 4.9 huruf f hanya yang diperlukan untuk pelayanan
antenatal, persalinan normal, penatalaksanaan bayi baru lahir, nifas, keluarga berencana, dan penanganan awal kasus kedaruratan kebidanan
dan bayi baru lahir. Penyerahan obat kepada bidan praktek mandiri harus berdasarkan surat pesanan kebutuhan obat yang ditandatangani oleh
Bidan yang bersangkutan dan dalam jumlah yang terbatas sesuai peruntukan.
Surat Permintaan Tertulis yang diterima dalam rangka penyerahan Obat wajib dilakukan skrining.
3. Peran Apoteker :
Melakukan skrining terhadap resep dan surat pemesanan yang diterima, Melakukan assesment , Memberikan informasi terkait obat yang
diberikan (Terutama kepada pasien terkait cara penggunaan, efek samping, dan cara penyimpanan obat), Memberikan edukasi terkait
penyerahan obat yang baik dan benar kepada tenaga kesehatan (Cara penyimpanan)
KESIMPULAN
Kode etik profesi adalah suatu sistem norma, nilai serta aturan profesional tertulis yang dengan secara tegas menyatakan apa yang benar
serta baik, dan juga apa yang tidak benar serta tidak baik bagi professional. Dalam setiap profesi memiliki kode etik yang telah diatur
dalam sebuah peraturan dan perundang – undangan. Dimana akan menjelaskan setiap tanggung jawab profesi tersebut, baik tugas dan
kewajiban.

Pada peraturan BPOM No. 4 tahun 2018 telah diatur tentang penyerahan obat, sebagaimana dapat dilakukan apabila terjadi adanya kelangkaan di
fasilitas distribusi dan kekosongan stok di Fasilitas pelayanan kefarmasiaan, poin tersebut terdapat pada huruf a sampai dengan huruf f. Untuk penyerahan
permintaan obat dari suatu apotek, sebagaimana yang dimaksud harus berdasarkan surat permintaan tertulis sesuai dengan ketentuan yang telah diatur.
Dalam penyerahan jumlah obat yang diminta oleh pasien atau tenaga kesehatan lain diberikan sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan pada : Obat
wajib apotek terdapat dalam Permenkes No. 917/MENKES/PER/X/1993, Keputusan Menteri Kesehatan nomor 347/ MenKes/SK/VII/1990,
Peraturan BPOM No. 4 Tahun 2018 golongan obat yang dapat dilayani oleh apotek, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.01.07/MENKES/263/2018 Tentang Daftar Obat Keadaan Darurat Medis Pada Praktik Mandiri Dokter, Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 2406/MENKES/PER/ XII/2011 tentang pedoman penggunaan antibiotika, dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29
Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran . Dari peraturan – peraturan tersebut yang telah ditetapkan dan penjelasan mengenai ketiga kasus
tersebut. Maka pelayanan penyerahan obat tersebut, dapat dilayani akan tetapi sesuai dengan ketetapan yang telah diatur dalam perturan
tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
BPOM RI. 2018. Peraturan Badan Pengawas Obat Dan Makanan Nomor 4 Tahun 2018 Tentang Pengawasan Pengelolaan Obat, Bahan Obat, Narkotika, Psikotropika, Dan Prekursor
Farmasi Di Fasilitas Pelayanan Kefarmasian
KEPMENKES. UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN
http://www.hiredtoday.com/tips-karir/articles/sanksi-pelanggaran-kode-etik
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07/MENKES/263/2018 Tentang Daftar Obat Keadaan Darurat Medis Pada Praktik Mandiri Dokter.
 kode etik profesi yang terbaru.nomor 006/2009. BAB I pasal 3 dan pasal 7. 08 Desember 2009
Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2406/MENKES /PER/XII/2011 tentang Pedoman Umum Penggunaan Antibiotika.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek
Thamaria, Netty. 2016. Ilmu Prilaku dan Etika Farmasi. Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran.

Anda mungkin juga menyukai