Keberadaan manusia sebagai makhluk individu dan sosial mengandung pengertian bahwa
manusia merupakan makhluk unik, dan merupakan perpaduan antara aspek individu sebagai
perwujudan dirinya sendiri dan makhluk sosial sebagai anggota kelompok atau masyarakat.
Dalam melaksanakan peran sebagai manusia itu dimana diharapkan agar berjalan dengan
baik dan lancar maka harus mematuhi etika yang ada dan berlaku.
↓
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Apotek menjelaskan bahwa Pelayanan Kefarmasian adalah suatu
pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan
farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan
pasien.
Solusi
Etika profesi adalah salah satu hal penting bagi seseorang yang bekerja di bidang
kefarmasian karena akan berperan dalam membantunya untuk melayani masyarakat di
bidang Kesehatan.
• Penekanan dalam berjalannya kode etik dalam dunia profesi sangatlah tinggi. Kode etik
sangat diperlukan dan menjadi suatu tuntutan yakni keharusan menjalankan profesinya
secara bertanggung jawab dan keharusan untuk tidak melanggar hak-hak orang lain.
Serta dalam melaksanakan kewenangan harus didasarkan pada Standar Kefarmasian,
dan Standar Prosedur Operasional yang berlaku sesuai fasilitas kesehatan dimana
Pekerjaan Kefarmasian dilakukan.
1. Bagaimana regulasi peraturan yang mengatur praktik dokter mandiri dan bidan praktik
mandiri
Analisis Rumusan Masalah
2. Apa saja kode etik apoteker yang dilanggar dalam kasus serta sanksi yang mengatur?
a. Adanya pelanggaran kode etik dimana konsumen membeli obat dalam jumlah yang tidak diizinkan,
tidak menggunakan surat pesanan kebutuhan obat dalam pembeliannya, melakukan
selfdispencing obat yang nantinya akan dijawab dengan penyelesaiannya nanti.
b. Adapun sanksi dalam pelangaran kode etik antara lain sanksi moral dan sanksi dikeluarkan dari
organisasi.
c. RI No 36 tahun 2009 pasal 198 terdapat sanksi :’’ Setiap orang yang tidak memiliki keahlian dan
kewenangan untuk melakukan praktik kefarmasian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 108
dipidana dengan pidana denda paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).’’
2) Dexametasone
Merupakan obat golongan Steroid dan termasuk golongan obat keras. Berdasarkan Peraturan BPOM No. 4
Tahun 2018, penyerahan golongan obat keras kepada pasien hanya dapat dilakukan berdasarkan resep dokter,
sehingga pada permintaan Tn. A untuk membeli Dexametason 0,5 mg sebanyak 2 box tidak dapat dilayani.
3) CTM
CTM di indonesia terdapat 2 jenis dalam bentuk strip tablet yang
termasuk obat bebas terbatas dan tablet dalam botol yang termasuk
obat keras. Pembelian CTM sejumlah 100 tablet pada kasus ini tidak
dapat layani karena CTM 100 tablet termasuk golongan obat keras,
dimana berdasarkan Peraturan BPOM No. 4 Tahun 2018, penyerahan
golongan obat keras kepada pasien hanya dapat dilakukan berdasarkan
resep dokter. CTM/ chlorpheniramine maleat tidak terdapat dalam
daftar OWA sehingga, Pasien dapat dilayani dengan disarankan
untuk membeli dalam bentuk strip dan dalam jumlah terbatas.
Selain itu, pemberian CTM perlu disesuaikan dengan hasil assessment
dan diberikan KIE oleh apoteker meliputi ketepatan penentuan
indikasi/penyakit, ketepatan pemilihan obat (efektif, aman, ekonomis),
serta ketepatan dosis dan cara penggunaan obat.
Sehingga untuk kasus Tn. A harus dilakukan assessment lebih lanjut terhadap pasien. Obat yang
dapat diberikan yaitu Asam Mefenamat dengan maksimal 20 tablet dan Antasida DOEN dengan
maksimal 20 tablet. Obat CTM dapat dilayani dengan disarankan untuk membeli dalam bentuk strip
dan dalam jumlah terbatas. Serta Obat dexamethasone tidak dapat diberikan karena merupakan obat
keras dan memerlukan resep dokter. Selain itu, perlu adanya KIE oleh apoteker terkait pembelian dan
penggunaan obat agar keamanan pasien terjamin.
KASU
SB
20 box konsom
10 botol antasida
Penyerahan obat kepada dokter sebagaimana dimaksud harus berdasarkan surat permintaan yang ditandatangani oleh Dokter dan dalam
jumlah yang terbatas sesuai peruntukan.
Penyerahan Obat kepada Bidan Praktik Mandiri sebagaimana dimaksud pada angka 4.9 huruf f hanya yang diperlukan untuk pelayanan
antenatal, persalinan normal, penatalaksanaan bayi baru lahir, nifas, keluarga berencana, dan penanganan awal kasus kedaruratan kebidanan
dan bayi baru lahir. Penyerahan obat kepada bidan praktek mandiri harus berdasarkan surat pesanan kebutuhan obat yang ditandatangani oleh
Bidan yang bersangkutan dan dalam jumlah yang terbatas sesuai peruntukan.
Surat Permintaan Tertulis yang diterima dalam rangka penyerahan Obat wajib dilakukan skrining.
3. Peran Apoteker :
Melakukan skrining terhadap resep dan surat pemesanan yang diterima, Melakukan assesment , Memberikan informasi terkait obat yang
diberikan (Terutama kepada pasien terkait cara penggunaan, efek samping, dan cara penyimpanan obat), Memberikan edukasi terkait
penyerahan obat yang baik dan benar kepada tenaga kesehatan (Cara penyimpanan)
KESIMPULAN
Kode etik profesi adalah suatu sistem norma, nilai serta aturan profesional tertulis yang dengan secara tegas menyatakan apa yang benar
serta baik, dan juga apa yang tidak benar serta tidak baik bagi professional. Dalam setiap profesi memiliki kode etik yang telah diatur
dalam sebuah peraturan dan perundang – undangan. Dimana akan menjelaskan setiap tanggung jawab profesi tersebut, baik tugas dan
kewajiban.
Pada peraturan BPOM No. 4 tahun 2018 telah diatur tentang penyerahan obat, sebagaimana dapat dilakukan apabila terjadi adanya kelangkaan di
fasilitas distribusi dan kekosongan stok di Fasilitas pelayanan kefarmasiaan, poin tersebut terdapat pada huruf a sampai dengan huruf f. Untuk penyerahan
permintaan obat dari suatu apotek, sebagaimana yang dimaksud harus berdasarkan surat permintaan tertulis sesuai dengan ketentuan yang telah diatur.
Dalam penyerahan jumlah obat yang diminta oleh pasien atau tenaga kesehatan lain diberikan sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan pada : Obat
wajib apotek terdapat dalam Permenkes No. 917/MENKES/PER/X/1993, Keputusan Menteri Kesehatan nomor 347/ MenKes/SK/VII/1990,
Peraturan BPOM No. 4 Tahun 2018 golongan obat yang dapat dilayani oleh apotek, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.01.07/MENKES/263/2018 Tentang Daftar Obat Keadaan Darurat Medis Pada Praktik Mandiri Dokter, Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 2406/MENKES/PER/ XII/2011 tentang pedoman penggunaan antibiotika, dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29
Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran . Dari peraturan – peraturan tersebut yang telah ditetapkan dan penjelasan mengenai ketiga kasus
tersebut. Maka pelayanan penyerahan obat tersebut, dapat dilayani akan tetapi sesuai dengan ketetapan yang telah diatur dalam perturan
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
BPOM RI. 2018. Peraturan Badan Pengawas Obat Dan Makanan Nomor 4 Tahun 2018 Tentang Pengawasan Pengelolaan Obat, Bahan Obat, Narkotika, Psikotropika, Dan Prekursor
Farmasi Di Fasilitas Pelayanan Kefarmasian
KEPMENKES. UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN
http://www.hiredtoday.com/tips-karir/articles/sanksi-pelanggaran-kode-etik
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07/MENKES/263/2018 Tentang Daftar Obat Keadaan Darurat Medis Pada Praktik Mandiri Dokter.
kode etik profesi yang terbaru.nomor 006/2009. BAB I pasal 3 dan pasal 7. 08 Desember 2009
Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2406/MENKES /PER/XII/2011 tentang Pedoman Umum Penggunaan Antibiotika.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek
Thamaria, Netty. 2016. Ilmu Prilaku dan Etika Farmasi. Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran.