Anda di halaman 1dari 2

BLOK 1 / PROFESIONALISME

FAJAR HANDAYANI / KELOMPOK C / 17811207

Tujuan Belajar :

1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan mengenai profesionalisme


Apoteker berdasarkan landasan huku, etika dan sumpah yang berlaku.
2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan pelayanan kefarmasian
psikotropikan di apotek.
3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan Standar Kompetensi Apoteker
Indonesia.
4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan mengenai syariat islam yang
terkait dengan rezeki yang halal dan berkah.

SUMMARY
Pada skenario 1 ini terdapat kasus, seorang suami istri kedapatan memiliki obat
dengan merek dagang Dumolid yang dibeli di Apotek tanpan resep dokter. Dimana
kandungan zat aktif Dumolid adalah nitrazepam yang termasuk psikotropika golongan
IV(1). Apoteker Penanggungjawab Apotek (APA) di Apotek tersebut, yang juga sebagai
pemilik Apotek sedang berlibur ke Eropa sejak satu bulan yang lalu. Asisten Apoteker
juga manuturkan kalau APA hanya sebulan sekali mendatangi Apotek, dan juga tidak
memiliki Apoteker Pendamping (Aping). Menurut salah seorang mantan Aping di Apotek
tersebut, APA selalu memerintahkan untuk tetap melayani pasien yang ingin menebus
obat tanpa resep dokter karena untuk menambah keuntungan penjualan obat di
Apotek. Undang-undang No. 5 Tahun 1997, pada pasal 14 yaitu penyerahan
psikotropika oleh apotek, RS, puskesmas, balai pengobatan dilaksanakan berdasarkan
resep dokter(1).
Kode etik yang dilanggar yaitu, pasal 5 yaitu seorang Apoteker harus
menjauhkan diri dari usaha mencari keuntungan dan pasal 9 yaitu seorang Apoteker
harus mengutamakan kepentingan masyarakat, menghormati hak azasi pasien dan
melindungi makhluk hidup insani(2). Kode Etik Apoteker Indonesia sendiri terdiri dari 8
pasal tentang kewajiban umum, 1 pasal tentang kewajiban terhadap pasien, 2 pasal
terhadap petugas kesehatan lain, 3 pasal tentang kewajiban terhadap teman sejawat
dan penutup(2).
Apoteker juga melanggar PP 51 tahun 2009, pasal 1 yaitu pekerjaan kefarmasian adalah
pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan,
penyimpanan dan pendistribusi atau penyaluranan obat, pengelolaan obat, pelayanan
obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan
obat dan obat tradisional, pasal 24 yaitu apoteker dapat menyerahkan obat keras,
narkotika dan psikotropika kepada masyarakat atas resep dokter sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan(3).
Permenkes No 73 Tahun 2016 yang mengatur tentang standar pelayanan di
Apotek, yaitu pada pasal 2 yaitu melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan
Obat yang tidak rasional dalam rangka keselamatan pasien (patient safety)(4). Apoteker
tersebut telah lalai dengan melayani pembeli obat psikotropik tanpa resep dokter yang
dapat membahayakan pasien.
Dalam melaksanakan keahlian kefarmasiannya Apoteker telah lalai dengan tidak
mampu memenuhi dua poin dari sembilan Standar Kompetensi Apoteker yaitu
melakukan praktik kefarmasian secara profesional dan etik, menyelesaikan masalah
BLOK 1 / PROFESIONALISME
FAJAR HANDAYANI / KELOMPOK C / 17811207

terkait dengan penggunaan sediaan farmasi, komunikasi dalam pemberian informasi


kesehatan masyarakat(5).
Dalam syariat islam yang terkait dengan rezeki yang halal dan berkah. Tentu
mencari rezeki yang halal merupakan kewajiban atas setiap muslim, sebagaimana
diperintah Allah dalam surah Al-Baqarah: 168 yang artinya “Hai sekalian manusia,
makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu
mengikuti langkah-langkah setan; karena sesungguhnya setan itu adalah musuh yang
nyata bagimu”(6).

Profesi Apoteker itu telah diberika amanah dengan mengikrarkan sumpah


Apoteker dan amanah tersebut harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Apoteker
tersebut seharusnya untuk mendapatkan rezeki yang halal dan sesuai dengan undang-
undang yang berlaku di Indonesia terkait profesi Apoteker dan sumpahnya, seharusnya
Apoteker tersebut dalam melakukan praktik kefarmasiannya harus wajib hadir di Apotek
guna mengaplikasikan keilmuan Apoteker dalam komunikasi, informasi, edukasi dan
penyerahan obat terhadap pasien terutama bagi pasien/pembeli yang membeli obat
psikotropik. Apabila Apoteker melanggar undang-undang yang berlaku di Indonesia dan
sumpah apoteker yang mengakibatkan kerugian pada masyarakat, perlu diberikan sanksi
tegas berupa pertama pemberian peringatan tertulis, selanjutnya rekomendasi
pembekuan dan/atau pencabutan Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA), Surat Izin
Praktik Apoteker (SIPA), atau Surat Izin Kerja Apoteker (SIKA)(1).

1. Anonim, 1997, Undang-Undang Republik Indonesia No. 5: Tentang Psikotropika,


Direktorat jendral Pelayanan Kefarmasian Dan Alat Kesehatan, Jakarta.
2. Anonim, 2009, Kode Etik Apoteker, Kongres Nasional XVIII, Ikatan Sarjana
Farmasi Indonesia, Jakarta.
3. Anonim, 2009, Peraturan Pemerintah No. 51: Tentang Pekerjaan Kefarmasian,
Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
4. Anonim, 2016, Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia No 73 Tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
5. Anonim, 2011, Standar Kompetensi Apoteker Indonesia, Pengurus Pusat Ikatan
Apoteker Indonesia, Jakarta.
6. Al Quran: Surah Al Baqarah 158

Anda mungkin juga menyukai