1. DEFINISI
pengertian Apotek dalam PP 51 tahun 2009, menyatakan bahwa Apotek adalah
sarana pelayanan kefarmasian, dimana tempat dilakukannya praktek kefarmasian oleh
Apoteker. Menurut PP 51 tahun 2009 pelayanan kefarmasian dilakukan oleh seorang
apoteker, apoteker adalaha sarjana farmasi yang telah lulus sebagai Apoteker dan telah
mengucapkan sumpah jabatan Apoteker. Menurut Kepmenkes No. 1027/Menkes/SK/IX/2004
pengertian Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus pendidikan profesi dan telah
mengucapkan sumpah berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku dan berhak
melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia sebagai apoteker. Apoteker adalah sarjana
farmasi yang telah lulus dan telah mengucap sumpah jabatan apoteker mereka yang
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku berhak melakukan pekerjaan
kefarmasian di Indonesia sebagai Apoteker (Kampenkes No. 1332 tahun 2002 tentang
perubahan atas permenkes no. 992 tahun 1993 tentang ketentuan dan tata cara pemberian izin
Apotek). Apoteker adalah mereka yang sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku
mempunyai wewenang untuk menjalankan praktek prasikan obat di Indonesia sebagai
Apoteker sambil memimpin apotek (UU obat Keras/St. No. 419 tanggal 22 Desember 1949).
KODE ETIK APOTEKER/FARMASIS INDONESIA
Kode etik adalah panduan sikap dan perilaku tenaga profesional dalam menjalankan
profesinya, sebagai aturan-aturan norma yang menjadi ikatan moral profesi. Kode etik
farmasi merupakan salah satu pedoman untuk membatasi, mengatur, dan sebagai bentuk
petunjuk bagi farmasis dalam menjalankan profesinya secara baik dan benar serta tidak
melakukan perbuatan tercela. Menuru parmenkes No. 184 tahun1995 pasal 18 disebutkan
bahwa Apoteker dilarang melakukan perbuatan yang melanggar kode etik Apoteker. Kode
etik Apoteker yang terbaru adalah nomor 007/2005 tanggal 18 juni 2005. Kode etik farmasis
dibagi menjadi tiga bagian yaitu kewajiban farmasis terhadap masyarakat, rekan sejawat, dan
rekan profesi kesehatan. MUKADIMAH No. 007/2005 adalah sebagai berikut:
Menurut Kapmenkes no. 1197/ MENKES/ SK/ X/ 2004 dalam bab 8 tujuan umum
mengatakan agar setiap pelayanan farmasi memenuhi standar pelayanan yang ditetapkan dan
dapat memuaskan pelanggan. Tujuan khusus menyebutkan :
yang
tertulis
dalam
peraturan
apoteker
perundang-undangan,
d. Berwenang menjadi penanggung jawab pengawas mutu pada industri Farmasi Obat
Jadi dan Bahan Baku Obat
e. Berwenang menjadi penanggung jawab Pedagang Besar Farmasi penyalur obat dan
atau bahan baku obat
f. Berwenang menyalurkan dan menerima obat keras melalui PBF atau Apoteker
g. Berwenang menjadi penanggung jawab usaha industri obat Tradisional
h. Berwenang menyelenggarakan apotek di suatu tempat tertentu setelah mendapat Surat
Izin Apotek dari Menteri
i. Melakukan masa bakti apoteker pada sarana kesehatan pemerintahan maupun sarana
kesehatan lainnya
j. Mendapat surat penugasan bila telah melengkapi persyaratan administrasi.
KEWAJIBAN APOTEKER
Berdasarkan yang tertulis dalam peraturan dalam peraturan perundang-undangan,
kewajiban apoteker adalah sebagai berikut:
a. Sebelum seorang apoteker melakukan jabatannya, maka ia harus mengucapkan
sumpah menurut cara agama yang dipeluknya, atau mengucapkan janji.
b. Apoteker selama menjalankan tugas profesinya wajib mentaati semua peraturan
perundang-undangan dan kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah
c. Apoteker selama menjalankan tugas profesinya wajib meningkatkan pengetahuan
profesionalnya
d. Apoteker wajib menjalankan masa bakti sekurang-kurangnya 3 tahun dan selamalamanya 5 tahun, yang penetapnya dilakukan oleh menteri
e. Apoteker yang baru lulus dan telah dilaporkan oleh Pimpinan PT tempat lulusnya,
wajib melengkapi persyaratan administrasi yang disampaikan melalui kanwil
setempat dimana institusi pendidikan berada, selambat-lambatnya 1 bulan setelah
menerima ijazah asli
f. Memiliki Surat Izin Kerja bagi apoteker yang bekerja pada sarana kesehatan milik
swasta
Bentuk izin kerja:
1. Surat Izin Apotek (SIA) bagi APA
2. Visum bagi apoteker yang melakukan pekerjaan kefarmasian sebagai Apoteker
Pendamping atau Apoteker Pengganti selama maupun selesai masa bakti
3. Visum bagi apoteker yang melakukan pekerjaan kefarmasian pada sarana
kesehatan swasta setelah selesai melaksanakan masa bakti.
g. Apoteker yang telah memiliki izin kerja dan bekerja di sarana kesehatan milik swasta
wajib melaporkan diri kepada Menteri atau pejabat yang ditunjuk
h. Untuk memperoleh SIA, apoteker harus memiliki Surat Penugasan dan persyaratan
lainya sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
LARANGAN APOTEKER
a. Apoteker dilarang, melakukan perbuatan yang bertentangan dengan profesi apoteker
b. Melakukan perbuatan yang bertentangan dengan kode etik apoteker
c. Menjalankan profesinya diluar tempat yang tercantum dalam visum atau Surat Izin
Apotek (SIA)
d. Menjalankan profesinya dalam keadaan jasmani dan rohani terganggu
e. Melakukan perbuatan lain yang bertentangn dengan profesi apoteker.
KEWAJIBAN APOTEKER di APOTEK
a. Memenuhi persyaratan pasal 5 Permenkes No. 922 tahun 1993
b. Menyediakan, menyimpan, dan menerahkan perbekalan farmasi yang bermutu baik
dan yang keabsahannya terjamin
c. Melayani resep sesuai dengan tanggung jawab dan keahlian profesinya yang dilandasi
pada kepentingan masyarakat
d. Berkomunikasi dengan dokter untuk pemilihan obat yang lebih tepat
e. Memberikan informasi yang berkaitan dengan penggunaan obat yang diserahkan
kepada pasien, penggunaan obat secara tepat, aman, rasional atas permintaan
masyarakat
f. Memberitahukan kepada dokter penulis resep apabila dalam resep dianggap terdapat
kekeliruan atau penulisan resep yang tidak tepat
g. Menunjuk Apoteker Pendamping ataupun Apoteker Pengganti apabila berhalangan
melaksanakan tugasnya
h. Bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh Apoteker
Pendamping, Apoteker Pengganti di dalam pengelolaan apotek
i. Menyerahkan resep, narkotika, obat dan perbekalan kefarmasian lainnya serta kuncikunci tempat penyimpanan narkotika dan psikotropika serta berita acaranya apabila
menyerahkan tanggung jawab pengelolaan kefarmasian
j. Kewajiban sebagai pelaku usaha menurut UU No. 8 tahun 1999 tentang perlindungan
konsumen yakni:
1. Beritikat baik dalam melakukankegiatan usahanya
2. Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan
jaminan barang dan/atau jasa serta memberikan penjelasan penggunaan,
perbaikan dan pemeliharaan
3. Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif
4. Menjamin
mutu
barang
dan/atau
jasa
yang
diproduksi
dan/atau
yang berlaku