Anda di halaman 1dari 15

ISTN UAS PER UU AN DAN ETIKA

JAWABLAH DEGAN HATI-HATI, BERI TANDA PADA BULATAN DIDEPAN PILIHAN


ANDA, INGAT, KESEMPATAN SUBMIT HANYA 1(SATU) KALI

1. Setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi
kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak
untuk diperdagangkan. Orang yang dimaksud disini adalah :
a. Pelanggan
b. Apoteker
c. Konsumen
d. Dokter
e. Petugas lain
2. Pelaksanaan praktik profesi oleh Apoteker diharapkan agar melaksanakan kode etik
aptoeker. Salah satu nilai yang diindahkan dalam melaksanakan praktik termuat dalam
Kode Etik Apoteker Indonesia adalah ::
a. Kesehatan
b. Kesejawatan
c. Kompetensi
d. Komunikasi
e. Kewenangan
3. Perlindungan bagi konsumen bidang kefarmasian dalam praktik kefarmasian dapat
diberikan melalui pemberian pelayanan yang telah dijanjikan dengan segera dan
memberikan kepuasan kepada pelanggan. Keadaan terbut menunjukkan upaya Apoteker
untuk memenuhi karakter pelayanan bersifat :
a. Reliability / Kehandalan
b. Responsiveness / Daya Tanggap
c. Assurance / Jaminan
d. Emphaty / Empati
e. Satisfaction

Pembahasan :

Kehandalan (reliability), yaitu kemampuan untuk memberikan pelayanan sesuai


dengan yang dijanjikan secara akurat dan terpercaya.Kinerja harus sesuai dengan
harapan pelanggan yangberarti ketepatan waktu, pelayanan yang
sama untuk semua pelanggan tanpa kesalahan,sikap simpatik,dan akurasi yang
tinggi.
4. Setiap obat yang akan diedarkan di Indonesia diharuskan melaksanakan pembuatan di
sarana yang telah memiliki sertifikat CPOB. Pemberian sertifikat CPOB dilaksanakan
berdasarkan :
a. Produsen
b. Izin usaha
c. Bentuk Sediaan
d. Izin edar
e. Izin operasional

Pembahasan :

5. Apoteker senantiasa mengikuti proses yang sistematis dalam mengumpulkan bukti-bukti


telah melaksanakan pengembangan diri dan praktik , kemudian membandingkan bukti-
bukti tersebut dengan standar kompetensi yang ada untuk menilai apakah telah mencapai
kompetensi. Proses yang dimaksud disebut :
a. Resertifikasi
b. Kredensialisasi
c. Sertifikasi
d. Akreditasi
e. Evaluasi
Pembahasan : AKREDITASI DIRI ADALAH SEBUAH PROSES YANG
SISTEMATIS DALAM MENGUMPULKAN BUKTI-BUKTI, KEMUDIAN
MEMBANDINGKAN BUKTI-BUKTI TERSEBUT DENGAN STANDAR
KOMPETENSI DAN MEMBUAT KEPUTUSAN APAKAH TELAH MENCAPAI
KOMPETENSI.

6. Dimanapun Apoteker berpraktik, dia selalu harus memainkan perannya di lingkungan


tempat praktik kefarmasian melalui pelayanan kepada pelanggan internal maupun
eksternal. Peran itu disebut sebagai : .

1. Manajer
2. Teacher
3. Communicator
4. Caregiver
5. Leader

7. Pemerintah melaksanakan fungsi pembinaan dan pengawasan terhadap sediaan farmasi


yang beredar di Indoneia melalui kegiatan pengawasan pre dan post market.. Pelaksanaan
pengawasan post market terhadap obat tradisional yang beredar di Indonesia, dilakukan
oleh :

1. BPOM
2. Kemenkes
3. Dinkes Proipinsi
4. Dinkes Kabupaten
5. Dinkes Kota

8. Institusi pemerintah ditingkat pusat-propinsi maupun kabuaten/kota diwajibkan


menyusun norma, standar, prosedur dan kriteria dalam melaksanakan pelayanan
kesehatan.

Kegiatan tersebut merupakan pelaksanaan dari peran pemerintah sebagai :

1. Pemberi biaya
2. Pelaksana Pelayananan
3. Pengawas
4. Pembina
5. Regulator
9. Menurut Permenkes 49/2016, dinas kesehatan propinsi maupun kabupaten / kota
dikelompokkan berdasarkan tipe dinkes tertentu berdasarkan variabel umum dan variabel
teknis. Variabel teknis yang dipakai adalah :

1. Jenis penyakit
2. Jumlah penderita
3. Kepadatan penduduk
4. Luas wilayah
5. Jumlah anggaran daerah

Kriteria variable teknis terdiri atas indikator:

a. jumlah penduduk; dan

b. kepadatan penduduk.

10. Penggolongan obat narkotika dan / atau psikoropika ditetapkan melalui peraturan
perundang-undangan. Untuk pertama kalinya, peraturan perundang-undangan yang
menetapkan golongan dan jenis obat psikoropika adalah :

1. OOK 419/1949 :obat keras


2. UU 5/1997 : Psikotropika
3. UU 35/2009 : Narkotika
4. PP 40/2013 :Pelaksanaan UU 35/2009
5. PMK 3/2015 : P4 Narkotika dan psikotriopika

UU NOMOR 5 TAHUN 1997 TENTANG PSIKOTROPIKA

Psikotropika yang mempunyai potensi mengakibatkan sindroma ketergantungan


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digo-longkan menjadi :a.psikotropika golongan
I;b.psikotropika golongan II;c.psikotropika golongan III;d.psikotropika golongan IV.

11. Dalam melaksanakan praktik kefarmasian, Apoteker seringkali berpraktik sendirian,


tanpa ada yang membantu. Terkait kesendiriannya, agar praktiknya berjalan sesuai
dengan kaidah praktik kefarmasian yang baik maka Apoteker dituntut untuk melakukan
praktik dengan cara :

1. Adil
2. Berbudi luhur
3. Jujur
4. Ramah
5. Sopan
Butir 13 tentang Disiplin Apoteker

Melakukan pemeriksaan atau pengobatan dalam pelaksanaan praktik pengobatan sendiri


( self medication ) yang sesuai dengan kaidah pelayanan kefarmasian

12. Apoteker dapat mengikuti proses penilaian dari suatu instansi terhadap seorang profesinal
pemberi pelayanan untuk menentukan apakah yang bersangkutan layak diberi penugasan
dan kewenangan untuk menjalankan asuhan/tindakan tertentu dalam lingkungan instansi
tersebut untuk periode tertentu.

Proses ini disebut sebagai :

1. Resertifikasi
2. Kredensialisasi
3. Sertifikasi
4. Akreditasi
5. Evaluasi

Menurut Herkutanto , 2009

Proses Kredensial adalah proses evaluasi suatu RS terhadap seorang Profeional Pemberi
Asuhan ( PPA ) untuk menentukan apakah yang bersangkutan layak diberi penugasan
klinis dan kewenangan klinis untuk menjalankan asuhan/tindakan medis tertentu dalam
lingkungan RS tersebut untuk periode tertentu.

13. Apoteker adalah sebuah profesi yang memiliki ciri tersendiri. Jika seseorang yang telah
lulus dalam pendidikan profesi, maka dapat menyandang jabatan profesi jika : memiliki
pengetahuan, ketrampilan dan sikap yag sesuai dengan ciri proesi Aptoeker.

Ciri khusus dibandingkan dengan lulusan bidang ilmu diluar kefarmasian adalah :

1. Memiliki pengetahuan khusus


2. Memliki ketrampilan khssus
3. Memiliki sikap yang profeional
4. Melaksanakan praktik
5. Memiliki sifat altruisme

14. Menurut Permenkes 26/2018, rumah sakit diharuskan memiliki izin dari instansi sesuai
dengan tipe rumah sakitnya. Instansi pemerinah yang megeluarkan izin untuk rumah

1. Kemenkes (RS TIPE A)


2. Dirjen Pelayanan Kesehatan
3. Dinkes Propinsi /
4. Dinkes Kab/ Kota
5. Pemda Kab/Kota

15. Apoteker yang bekerja sebagai Medical Representative di industri farmasi tertentu, diam-
diam menjadi Apoteker Pengelola Apotek Swasta di kota yang sama. Apakah ini
merupakan pelanggaran ?

1. TIdak melanggar
2. Ya, pelanggaran Kode Etik Apoteker
3. Ya, pelanggaran Pedoman Disiplin Apoteker
4. Ya, pelanggaran PMK 31/2016
5. Ya, pelanggaran PP 51/2009

16. Banyak aspek yang dijadikan objek pengawasan post market dalam pengawasan dstribusi
obat yang beredar yang dilakukan oleh BPOM / Kemenkes. .Aspek tersebut adalah :

1. Pemenuhan CPOB
2. Efikasi produk
3. Keamanan produk
4. Konsistensi mutu
5. Stabiltas produk

17. Pada saat melayani seorang pasien, karena alasan ekonomi pasien tersebut meminta agar
Apoteker mengganti obat paten/nama dagang yang tertulis dalam resep dokter dan
menyerahkan obat generik dengan kandungan yang sama kepada pasien. Peraturan
perundang-undangan apa yang dapat dijadikan dasar ketentuan oleh Apoteker sehingga
tidak melanggar ?

1. Permenkes ttg Obat Wajib Apotik


2. Permenkes ttg Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotik
3. Permenkes ttg Apotik
4. PP 72/1998 ttg Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alkes
5. PP 51/ 2009 ttg Pekerjaan Kefarmasian

Pembahasan :Peraturan Pemerintah nomor 51 tahun 2009 tentang pekerjaan kefarmasian


pasal 24 poin b, dalam melakukan pekerjaan kefarmasian pada fasilitas pelayanan
kefarmasian , apoteker dapat mengganti obat merk dagang dengan obat generik yang
sama komponen aktifnya atau obat merk dagang lain atas persetujuan dokter dan atau
pasien.
18. Penyelenggaraan koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan
administrasi kepada seluruh unit organisasi di lingkungan BPOM dilakukan oleh Instansi
yang berada dilingkungan BPOM sendiri.

Instansi tersebut adalah :

1. Kepala BPOM
2. Sekretariat Utama
3. Deputi
4. Inspektorat
5. Kepala Pusat,

19. Apoteker di PBF tidak mau melayani pesanan obat bebas terbatas dari sebuah Apotik,
karena Surat Pesanan tidak ditandatangani oleh Apoteker Pengelola Apotik tesebut.
Apakah Apoteker PBF ini melenggar kentutan ?

1. Tidak melanggar
2. Ya, pelanggaran Kode Etik Apoteker
3. Ya, pelanggaran pedoman Disiplin Apoteker
4. Ya, pelanggaran PP 51/2009
5. Ya, pelanggaran UU 36/2009

Pembahasan: Tindakan Apoteker PBF sudah benar untuk tidak melayani surat pesanan
yang tidak ditandatangani oleh Apoteker Pengelola apotik tsb

20. Apoteker yang bekerja di Balai POM suatu daerah bertugas sebagai pengawas farmasi
dan makanan yang ada di wilayah kerjanya. Pada saat yang sama, yang bersangkutan
juga menjadi Apoteker Pengelola Apotik X yang masuk dalam wilayah pengawasannya .
Apakah Apoteker ini melanggar ketentuan ?

1. TIdak melanggar
2. Ya, pelanggaran Kode Etik Apoteker
3. Ya, pelanggaran pedoman Disiplin Apoteker
4. Ya, pelaggaran PMK 31/2016
5. Ya, pelanggaran PP 51/2009

Pembahasan: Peraturan Pemerintah no 51 tahun 2009 tentang pekerjaan kefarmasian


Pasal 18 yaitu SIPA dan SIKA hanya diberikan 1 tempat fasilitas Kefarmasian
21. Upaya untuk memelihara dan meningkatkan kompetensi biasanya dibuat dalam bentuk
“plan of Action” yang memiliki sifat sifat SMART. Singkatan yang menunjukkan bahwa
rencana kerja yang dibuat tersebut realistic adalah terkait dengan :

1. Simple
2. Measurable
3. Achievable
4. Reasonable
5. Timely

22. Walaupun sudah banyak per-uu-an yang ditetapkan dan diberlakukan untuk pengaturan
obat di Indonesia, masih tetap diperlukan peraturan perundangan yang mengatur
narkotika dan psikoropika. Tujuan spesifik terkait narkotika dan psikotropika
dibandingkan dengan tujuan pengaturan obat lainnya adalah :

1. Menjamin ketersediaan
2. Melindungi masyarakat
3. Menjamin upaya rehabilitasi
4. Menjamin keamanan, mutu dan khasiat/kemanfaatan
5. Memberikan kepastian hukum

23. Menurut Per Ka BPOM 34 tahun 2018, cangkang kapsul adalah bagian tak terpisahkan
dari obat. Agar Apoteker tidak dikategorikan sebagai pelanggaran dalam pembuatan obat
yang baik, maka cangkang kapsul hendaklah dianggap sebagai :

1. Bahan awal
2. Bahan kemas
3. Bahan Aktif
4. Produk ruahan
5. Produk jadi

24. Pejabat atau pegawai BPOM / Kemenkes dikategorikan dalam jabatan fungsional yang
berisi fungsi dan tugas berkaitan dengan pelayanan fungsional yang berdasarkan pada
keahlian dan keterampilan tertentu. Jabatan dengan urutan tertinggi yang dapat diraih
oleh Apoteker diantara jabatan fungsonal beriut adalah Pengawas Farmasi dan Makanan:

1. Madya
2. Muda
3. Pelaksana
4. Penyelia
5. Pertama
25. Jika seorang Apoteker di Industri manufaktur obat yang telah memiliki sertifikat CPOB
untuk sediaan krim non antibiotik, diam-diam membuat(berarti sengaja) dan
mengedarkan kosmetika krim pelembut, maka akan dikenakan sanksi. Sanksi paling berat
yang akan dikenakan sesuai UU 36/2009 adalah :

1. Pidana denda Rp. 100 juta.


2. Pidana denda Rp. 100 juta dan penjara 3 tahun
3. Pidana denda Rp. 1 Miliar dan penjara 10 tahun
4. Pidana denda Rp. 1,5 Miliar dan penjara 15 tahun (arum)
5. Pidana denda Rp. 5 Miliar dan penjara 5 tahun

26. Apoteker diminta bertanggung jawab dan melaksanakan kegiatan untuk menjamin
kompetensinya melalui pemeliharaan & pengembangan pengetahuan, ketrampilan dan
perilaku secara sistematis selama berkarir atau berpraktek.

Tindakan paling tepat untuk itu adalah :

1. Pendidikan kefarmasian berkelanjutan


2. Pengembangan profesionalitas berkelajutan
3. Mengikuti seminar kefarmasian (arum)
4. Melaksanakan praktik kefarmasian
5. Mengikuti stud lanjut kefarmasian

27. Menurut Permenkes 3/2015, mutasi obat yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh
selektif pada susunan sistem saraf pusat, dan dapat menimbulkan ketergantungan atau
ketagihan wajib dilaporkan kepda pihak yang berwenang. Laporan disampaikan sebagai
obat :

1. Obat keras
2. Obat obat tertentu
3. Obat bius
4. Obat psikotropik
5. Obat precursor
28. Apoteker yang memiliki surat izin praktik di Klinik Pratama, kemudian juga bekerja
sebagai medical represemative di sebuah industri farmasi. Apakah ini merpuakan sebuah
pelanggaran ?.:

1. TIdak melanggar
2. Ya, pelanggaran Kode Etik Apoteker
3. Ya, pelanggaran pedoman Disiplin Apoteker
4. Ya, pelanggaran PP 51/2009
5. Ya, pelanggaran UU 36/2009

29. Apoteker yang tidak membuat dan/ atau tidak melaksanakan Standar Prosedur
Operasional sebagai Pedoman Kerja bagi seluruh personil di sarana pekerjaan/pelayanan
kefarmasian,sesuai dengan kewenangannya.

Pelanggaran yang dilakukan oleh Apoeker tesebut adalah

1. Pelanggaran hukum saja


2. Pelanggaran pedoman disiplin atau kode etik saja
3. Pelanggaran hukum dan kode etik
4. Pelanggaran hukum, pedoman disiplin
5. Pelanggaran hukum, pedoman disiplin dan kode etik

30. Dalam rangka pengawasan obat yang akan diedarkan di Indonesia diperlukan suatu
proses evaluasi terhadap obat yang akan diedarkan. Produsen yang berminat dapat berupa

1. Contoh produk
2. Informasi produk
3. Dosier
4. Sertifikat produk
5. Izin produksi

31. Banyak obat yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya
rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan
ketergantungan. Contoh obat yang termasuk dalam kategori tersebut adalah :

1. Diazepam
2. Alprazolam
3. Fentanyl
4. Triheksifenidil
5. Dekstrometorfan

32. Praktik kefarmasian diharapkan agar dapat dilakanakan untuk memelihara partisipasi
seluruh masyarakat melalui pemberian kesempatan kepada konsumen dan pelaksana
praktik kefarmasian untuk memperoleh haknya dan melaksanakan kewajibannya. Azas
ini disebut sebagai :

1. Keadilan
2. Keseimbangan
3. Manfaat
4. Keamanan dan keselamatan
5. Kepastian Hukum

33. Setiap sarana praktik kefarmasian diharuskan menyediakan produk yang bermutu, aman
dan berkhasiat. Persyaratan tersebut dapat saja dilanggar oleh pelaku usaha dalam
berbagai bentuk, misalnya obat palsu. Upaya untuk menghindari adanya obat palsu dalam
sarana pelayanan kefarmasian, dapat dilakukan denga cara:

1. Membeli langsung ke produsen


2. Membeli ke PBF berizin
3. Membeli ke sarana pelayanan yang lain
4. Memeriksa mutu obat
5. Meminta faktur

34. Mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara pengobatan risiko dan
komplikasi yang mungkin terjadi dan perkiraan biaya pengobatan adalah hak pasien yang
harus diberikan sebelm pengobatan dilakukan. Pemberian informasi semacam ini perlu
dilakukan untuk memenuhi kewajiban tenaga kesehatan untuk melakukan tindaan

1. Informed consent
2. Reliability
3. Responsiveness
4. Assurance
5. Emphaty

35. Menurut UU 36/2009, setiap orang berhak memperoleh informasi tentang data kesehatan
dirinya termasuk tindakan dan pengobatan yang akan diterimanya, dan UU yang sama
menyatakan setiap orang berhak atas rahasia kondisi kesehatan pribadinya yang telah
dikemukakan. Apa alasan untuk membuka rahasia tersebut ?

1. Permintaan keluarga pasien


2. Permintaan dokter
3. Permintaan Apoteker
4. Permintaan pasien
5. Permintaan masyarakat
36. Sekalipun banyak disalahgunakan, namun psikotropika dapat dipakai untuk kepentingan
pengobatan dan ilmu pengetahuan. Psikotropika yang dikelompokkan dalam bahan yang
boleh dipakai untuk terapi namun memiliki potensi sedang dalam

1. Diazepam (Potensi Ringan)


2. Nitrazepam (Potensi Ringan)
3. Lexotan (Potensi Ringan)
4. Fenobarbital
5. Amobarbital

37. Menurut PP 51/ 2009, Apoteker dapat memperpanjang sertifikat kometensinya mendekati
5 tahun melalui proses pembuktian kompetensi. Bentuk proses yang harus diikuti adalah
melalui :

1. Resertifikasi
2. Uji kompetensi (PASAL 37)
3. Sertifikasi
4. Akreditasi
5. Evaluasi

38. Apoteker sedang melaksanakan pelayanan swamedikasi dengan memberikan obat untuk
TBC di Apotik tempat dia berpraktik. Kegiatan pelayanan ini memerlukan kompetensi
sebagai seorang Apoteker.

Area kompetensi yang paling relevan dengan kegiatan ini adalah :

1. Praktik kefarmasian secara professional dan etik


2. Optimalisasi penggunaan sediaan farmasi
3. Dispensing sediaan farmasi dan alat kesehatan
4. Pemberian informasi sediaan farmasi dan alat kesehatan
5. Pengelolaan sediaan farmasi dan alat kesehatan

39. Banyak hal yang harus disediakan oleh Apoteker untuk membuktikan bahwa Apoeker
disebut brpraktik bertanggung jawab. Bukti apa yang harus disediakan untuk
menunjukkan bahwa Apoeker berpraktik bertanggung jawab ?

1. Mengikuti perkembangan per-UU-an & IPTEK


2. Menyediakan dan membina kompetensi TTK
3. Melaksanakan praktik sesuai SPO/IK
4. Memelihara catatan praktik
5. Mendelegasikan tugas kepada TTK yang kompeten
40. Komite Farmasi Nasional menetapkan proses untuk memperpanjang sertifikat kompetensi
dapat dilakukan melalui pembuktian bahwa Apoteker melaksanaan / mengikuti kegiatan
terkait praktik kefarmasian. Kegiatan yang terkait dengan perolehan SKP berupa kajian
kasus terkait praktik kefarmasian adalah:

1. Kegiatan Praktik Profesi


2. Kegiatan Pembelajaran
3. Kegiatan Pengabdian Masyarakat
4. Kegiatan Publikasi Ilmiah atau popular di bidang kefarmasian
5. Kegiatan Pengembangan Ilmu dan Pendidikan

Penelitian, review Jurna / Case Review, Memberikan Cceramah sesama Apoteker,


Menjadi pengajar, Penguji Komperhensif, Menjadi Preseptor PKPA / MAGANG

41. Sistem pengawasan obat dan makanan yang digunakan dalam pengawasan produk yang
beredar di Indonesia dilakukan oleh berbagai pihak terkait. Pihak pertama dan utama
yang bertanggung jawab dalam hal mutu, keamanan dan khaistat / manfaat obat dan
makanan adalah :

1. BPOM
2. Kemenkes
3. Dinkes
4. Produsen
5. Masyarakat

42. Bentuk akuntabilitas dalam praktik profesi oleh Apoteker, organisasi IAI memanggil,
menyidangkan dan memberikan sanksi kepada Apoteker yang melanggar naskah
organisasi.. Prinsip yang dipakai dalam akuntabilitas ini adalah bentuk penerapan :

1. Pendisiplinan anggota
2. Menjaga wibawa profesi
3. Sarana control
4. Meningkatkan mutu profesi
5. Mencegah damur tangan pihak luar

43. Perlindungan yang diberikan oleh Apoteker kepada pasien pada saat pasien tersebut akan
memperoleh obat melalui resep yang dibawanya atau akan menggunakan obatnya. Jenis
prlidungan ini adalah :

1. Preemtif
2. Preventif
3. Promotif
4. Kuratif
5. Rehabilitatif

44. Proses periizinan pangan industri rumah tangga dilakukan oleh pemilik pangan industri
rumah tangga dengan cara mengikuti proses yang dilayani oleh instansi pemerintah.
Instansi pemerinah yang melaksanakan fungsi pengawasan melalui perizinan pangan
industri rumah tangga tersebut adalah:

1. BPOM
2. Kemenkes
3. Ditjen Farmalkes
4. Dinkes Proipinsi
5. Dinkes Kabupaten/ Kota

45. Pedoman Disiplin Apoteker Indonesia merupakan pedoman yang dipakai Apoteker dalam
berpraktik agar praktiknberjalan sesuai dengan ketentuan. Pada Pedoman Disiplin
Apoteker Indonesia adalah bentuk pelanggaran yang tidak boleh dilakukan oleh
Apoteker. Bentuk pelanggaran tersebut terkait dengan :

1. Moral baik dan buruk


2. Norma sopan santun
3. Penerapan keilmuan
4. Penerapan kewenangan
5. Penerapan keperdataan

46. Pelaporan narkotika dan psikotropika dapat dilakukan menggunakan cara elektronik,
melalui SIPNAP. Aspek yang perlu dilaporkan melalui SINPAP adalah ::

1. Stok Awal
2. Penerimaan
3. Pengeluaran
4. Mutasi
5. Stok Akhir

47. Apoteker dituntut untuk selalu meningkatkan praktik kefarmasian dimanapun berpraktik.
Upaya terkait dirinya sendiri untuk selalu memelihara kompetensinya sehngga setiap saat
dapat menerapkan pengetahuan dan ketrampilannya ditempat praktik. Upaya yang
dilakukan untuk hal ini adalah :

1. Mengikuti Standar Prosedur Operasional


2. Mengikuti perkembangan per-uu-an
3. Mengindahkan Kode Etik
4. Mengindahkan Pedoman Disiplin
5. Melaksanakan pengembangan diri

48. Perbedaan obat dan barang konsumsi lain dalam hal proses jual beli bidang kefarmasian ,
antara lain terletak pada kondisi masyarakat yang umumnya tidak memehami mutu dan /
atau khasiat obat, sehingga diperlukan pemberian informasi yang baiikdan benar terkait
obat. Dalam hal perlindungan konsumen, keadaan masyarakat seperti ini disebut :

1. Ignorance
2. Supply induce demand
3. Heterogen
4. Kompeteitif
5. Homogen

49. Apoteker Kepala Instalasi Farmasi sebuah Rumah Sakit memproduksi obat yang tidak
memiliki izin edar, tetapi hanya digunakan untuk lingkungan rumah sakitnya saja.
Apakah Apoteker RS ini melanggar ketentuan ?

1. Opsi 1
2. Ya, pelanggaran Kode Etik Apoteker
3. Ya, pelanggaran pedoman Disiplin Apoteker
4. Ya, pelanggaran PMK 1799/2010
5. Ya, pelanggaran PP 51/2009
6. Ya, pelanggaran UU 36/2009

50. Perbandingan antara tingkatan dari manfaat yang dirasakan terhadap manfaat yang
diharapkan oleh pelanggan merupakan salah satu hal yang mejadi indikator kesuksesan
dalam pelayanan kefarmasian bagi pasien. Perbandingan ini disebut sebagai :

6. Reliability / Kehandalan
7. Responsiveness / Daya Tanggap
8. Assurance / Jaminan
9. Emphaty / Empati
10. Satisfaction

Anda mungkin juga menyukai