A. ETIKOLEGAL
Apotek WIPA didirikan pada tanggal 12 November 1979 yang bertepatan dengan
hari Kesehatan Nasional. Apotek WIPA merupakan apotek berbentuk CV yang terletak di
Jalan Mantrigawen Lor Yogyakarta. Arti kata dari Apotek WIPA yaitu berasal dari kata
Wiraswasta Para Apoteker dan Wilayah Panembahan karena lokasi Apotek WIPA berada
pada daerah Panembahan 1.
Modal awal Pendirian Apotek WIPA bersumber dari 9 orang yang termasuk
diantaranya yaitu Dra. Hj. Endang Sutantiningsih, Apt yang juga ditunjuk sebagai
Apoteker Pengelola Apotek (APA) sekaligus sebagai direktur CV WIPA. Apotek WIPA
bekerja sama dengan prakter dokter gigi dimana resep yang diberikan oleh dokter gigi
tersebut akan di tebus oleh pasien di Apotek WIPA.
1. Sumpah Apoteker
Aspek etikolegal terkait sumpah Apoteker di Apotek WIPA, telah dijalankan sesuai
ketentuan pada PP No. 20 tahun 1962 tentang Sumpah Apoteker. Pengamalan Sumpah
Apoteker, yakni (Peraturan Pemerintah RI, 1962):
a. Poin pertama yang berbunyi “Saya akan membaktikan hidup saya guna kepentingan
perikemanusiaan, terutama dalam bidang kesehatan” telah direalisasikan oleh
Apoteker di Apotek WIPA, setiap pengamalannya selalu mementingkan kepentingan
pasien dengan memberikan kualitas terbaik dan tidak hanya melihat sisi keuntungan
semata.
b. Poin kedua yang berbunyi “Saya akan merahasiakan segala sesuatu yang saya ketahui
karena pekerjaan saya dan keilmuan saya sebagai Apoteker” dilaksanakan oleh
Apoteker Apotek WIPA, terlihat dari segala sesuatu mengenai kerahasiaan pasien,
seperti resep dan medication record tidak digunakan untuk kepentingan pribadi dengan
tujuan menguntungkan diri semata.
c. Poin ketiga yang berbunyi “Sekalipun diancam saya tidak akan mempergunakan
pengetahuan kefarmasian saya untuk segala sesuatu yang bertentangan dengan hukum
kemanusiaan” terwujud pada tindakan yang dilakukan oleh Apoteker di Apotek
WIPAuntuk berusaha tidak menggunakan pengetahuan kefarmasian untuk hal-hal yang
bertentangan dengan perikemanusiaan, diantaranya tidak melayani pasien yang
bermaksud menyalahgunakan obat atau drug abuse, namun tetap memberikan
penjelasan yang sopan dan dapat diterima oleh pasien.
d. Poin ke empat yaitu “Saya akan menjalankan tugas saya dengan sebaik-baiknya sesuai
dengan martabat dan tradisiluhur jabatan kefarmasian” terwujud pada Apotekerdi
Apotek WIPAsenantiasa berada di Apotek selama jam buka Apotek dan melakukan
pelayanan kefarmasian sesuai kompetensinya.
e. Poin ke lima yang berbunyi “Dalam menunaikan kewajiban saya, saya akan berikhtiar
sungguh-sungguh supaya tidak terpengaruh pertimbangan, keagamaan, kebangsaan,
kesukuan, politik kepartaian atau kedudukan sosial” juga sudah diwujudkan dalam
tindakan Apoteker yang memperlakukan semua pasien secara baik dan menghormati
hak pasien tanpa membedakan serta sesuai dengan Standar Operasional Prosedur yang
ada.
b. Tenaga Kefarmasian
Beberapa ketentuan perundang-undangan tentang registrasi dan ijin yang harus
dimiliki tenaga kefarmasian yang ada di Apotek WIPAdi antaranya adalah:
1) Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
Apoteker di Apotek WIPAtelah melakukan pelayanan kesehatan sesuai dengan
bidang yang dimiliki, telah memiliki izin dari pemerintah berupa SIPA untuk Apoteker,
hal ini telah memenuhi Pasal 23 serta pasal 34 ayat 2. Di Apotek WIPAterlebih dahulu
melakukan training terhadap Apoteker yang akan bekerja dansetelah training terpenuhi
selanjutnya Apoteker melakukan pengurusan SIPA atau SIKA (Presiden RI, 2009).
2) Peraturan Pemerintah Nomor 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian (MenKes
RI, 2009)
a) Pekerjaan kefarmasian di apotek WIPAdilakukan oleh Apoteker Pengelola Apotek
(APA) dibantu satu apoteker pendamping (Aping).
b) Apoteker di Apotek WIPAtelah menetapkan Standar Prosedur Operasional dalam
menjalankan pelayanan kefarmasian. Hal ini telah sesuai dengan Pasal 23.
c) Apoteker yang melakukan pekerjaan kefarmasian di Apotek WIPAtelah memiliki
sertifikat uji kompetensi, sesuai dengan Pasal 37.
3) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 889 Tahun 2011 tentang Registrasi, Izin Praktek,
dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian (Kemenkes RI, 2011) :
a) Apoteker Pengelola Apotek (APA) hanya bekerja di Apotek WIPAsaja dan
Apoteker pendamping (Aping) tidak bekerja lebih dari 3 apotek. Hal ini telah sesuai
dengan Pasal 18.
b) Surat izin maupun surat registrasi yang dimiliki tenaga kefarmasian di Apotek
WIPAmasih berada dalam status masa berlaku dan selalu dilakukan perpanjangan
jika masa berlakunya akan habis. Hal ini telah sesuai dengan Pasal 20.
c) Tenaga kefarmasian di Apotek WIPAtelah memiliki surat izin berupa SIPA untuk
Apoteker. Hal ini telah sesuai dengan Pasal 52 dan 53.Di Apotek WIPA
menggunakan SIPA Dra. Hj. Endang Sutantiningsih, Apt1 Hal ini telah sesuai
dengan Pasal 52 dan 53.
c. Perizinan Apotek
Apotek WIPA telah memenuhi ketentuan izin apotek sesuai Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 1332 Tahun 2002 tentang Tata Cara Pemberian Izin Apotek.
Implementasi yang telah dilakukan Apotek WIPAdi antaranya adalah sebagai berikut
(Kemenkes RI, 2002):
1) Apoteker Pengelola Apotek (APA) telah memenuhi persyaratan sesuai Pasal 5 sebagai
APA yaitu Ijazah telah terdaftar di Dinas Kesehatan; Telah mengucapkan sumpah/janji
sebagai apoteker; Memiliki Surat Ijin Praktek dari Menteri Kesehatan; Memenuhi
syarat-syarat kesehatan fisik dan mental untuk melaksanakan tugasnya sebagai
apoteker; Tidak bekerja di suatu perusahaan farmasi dan tidak menjadi APA di apotek
lain.
2) Pendirian dan proses perijinan apotek WIPAsudah memenuhi ketentuan dan tata cara
yang berlaku. Hal ini telah sesuai dengan Pasal 7 yaitu: Apotek WIPA didirikan pada
lokasi yang sesuai dengan yang tercantum dalam SIA. Hal ini telah sesuai dengan
Pasal 9; telah melakukan pengelolaan apotek sesuai dengan ketentuan peraturan yang
berlaku, sesuai dengan Pasal 11; Apoteker apotek WIPAtelah menyediakan,
menyimpan, dan menyerahkan sediaan farmasi yang bermutu yang dibuktikan dengan
meningkatnya kepercayaan pelanggan terhadap apotek WIPA, telah sesuai dengan
Pasal 12.
3) Apotek WIPAtelah melayani resep baik resep dokter umum ataupun dokter gigi. Hal
ini telah sesuai dengan Pasal 14.
B. PELAYANAN KEFARMASIAN
1. Pelayanan Resep
Pada pelayanan resep di Apotek WIPA dimulai dengan melakukan skrining
resep (adminitratif, farmasetis, dan klinis) dan care plan. Jika dalam skrining
ditemui permasalahan (DRP) maka dikonsultasikan kepada dokter (jika
memungkinkan) atau pasien. Setelah masalah terselesaikan, obat yang tercantum
dalam resep akandientry ke dalam komputer untuk dinota dan pasien melakukan
pembayaran.Ketika sesi pembayaran petugas kasir meminta persetujuan apakah
pasien bersedia membayar sejumlah tertentu. Jika pasien keberatan, maka pasien
berhak mengurangi atau menghilangkan obat yang dirasa belum dibutuhkan
kemudian dibuatkan copy resep. Setelah pasien setuju, Apoteker atau AA
melakukan penyiapan atau peracikan obat, penulisan etiket (biru untuk obat luar,
putih untuk obat dalam dengan bentuk sediaan liquid, etiket plastik untuk obat
solid). Lalu dilakukan pemeriksaan akhir atau double checkoleh Apoteker,
kemudian dilakukan penyerahan resep kepada pasien yang disertai dengan KIE.
Dalam memberikan informasi obat serta konseling dilakukan oleh apoteker
yang selalu hadir di apotek pada jam-jam kerja untuk memberikan pelayanan di
area penyerahan obat. Ketika penyerahan obat, Apoteker sebisa mungkin meminta
nomor pasien untuk memudahkan Apoteker atau dokter jika sewaktu-waktu hendak
memonitoring pengobatan pasien.
Alur pelayanan resep di apotek Wipa sebagai berikut :
Penerimaan resep dari pasien
2.Swamedikasi
Swamedikasi yaitu suatu sistem pengobatan di Apotek berupa kegiatan atau
tindakan yang dilakukan untuk mengatasi masalah kesehatan pasien dengan
menggunakan obat-obatan yang dapat dikonsumsi tanpa pengawasan dari dokter. Pada
dasarnya swamedikasi, seperti obat bebas, obat bebas terbatas, obat tradisional dan
obat wajib apotek.
Kegiatan swamedikasi di Apotek Wipa dilayani oleh Aping maupun asisten
apoteker (AA) dengan melakukan komunikasi atau penggalian informasi terhadap
pasien terkait keluhan dan kebutuhan pasien berkaitan dengan penyakit yang
dideritanya, memastikan pemahaman pasien mengenai faktor yang harus diperhatikan
dalam penggunaan obat seperti cara pakai aturan pakai dan tempat penyimpanan,
menilai kelayakan permintaan obat dari pasien dnegan memperhatikan sistuasi dan
kondisi yang ada serta peraturan yang berlaku, dan melakukan dokumentasi atas
penyerahan obat wajib apotek yang didalamnya meliputi nama pasien, alamat pasien,
keluhan, obat yang diserahkan dan jumlahnya.
Pelayanan obat tanpa resep biasanya terdiri dari keluhan yang umum banyak
dirasakan oleh masyarakat, seperti batuk, diare, sakit kepala, flu, dan lain-lain,
sehingga pemilihan obat didasarkan pada pilihan dari pasien itu sendiri ataupun
dengan bantuan Apoteker. Untuk pelayanan seperti obat obat bebas, obat bebas
terbatas, obat tradisional, kosmetika dapat dilakuan tanpa resep dokter, sehingga dapat
langsung dilayani oleh Apoteker, Asisten Apoteker, ataupun petugas lain dengan
pengawasan dari apoteker.
Bantuan apoteker dalam Pemilihan terapi di apotek dilakukan sesuai dengan
kerasionalan penggunaan obat, kemampuan ekonomi pasien. Kemudian apoteker
menyerahkan obat dan memberikan informasi terkait terapi yang akan djalankan oleh
pasien meliputi; nama obat, dosis, komposisi obat, indikasi, cara penggunaan, lama
penggunaan, efek samping yang mungkin timbul, penyimpanan, dan terapi non
farmakologi atau non pengobatan yang dapat dilakukan oleh pasien untuk menunjang
keberhasilan terapi penggobatan. Pelayanan swamedikasi di Apotek Wipa sudah
dilakukan dan berjalan dengan baik sehingga mendukung pengobatan yang rasional
untuk tujuan terapi dari setiap pasien dapat dicapai dan dapat meningkatkan kualitas
hidup pasien.
4. Promosi Kesehatan
Dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan di masyarakat, maka
Apoteker dituntut untuk dapat memberikan edukasi kepada pasien terkait dengan
penyakit dan pengobatannya. Kegiatan tersebut merupakan partisipasi secara aktif
Apoteker dalam memberikan promosi kesehatan.
Pelaksanaan promosi kesehatan belum sepenuhnya dilakukan oleh Apoteker
di apotek Wipa, adapun informasi yang tersedia di apotek Wipa adalah leaflet/brosur,
poster, penyuluhan dan sebagainya secara rutin di dapat dari PIOGAMA. Selain itu
juga apotek WIPA berkerja sama dengan PBF dengan membuat design layout dan
tataletak obat di apotek menjadi menarik. Dengan adanya design layout dan poster
juga dapat tersampaikan informasi kepada pasien sehingga pasien tetap mendapat
informasi terkait obat.
C. MANAJEMEN KEFARMASIAN
1. Drug Management cycle
Peraturan Menteri Kesehatan nomor 35 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan
Kearmasian di Apotek menyebutkan bahwa pengelolaan sediaan faramsi, alat
kesehatan, dan bahan medis pakai dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Pengelolaan tersebut meliputi perencanaan, pengadaan,
penerimaan, penyimpanan, pemusnahan pengendalian, dan pencatatan. Berikut ini
merupakan kegiatan pengelolaan persediaan yang dilakukan di Apotek WIPA:
a. Selection
Pembuatan perencanaan obat di Apotek WIPA secara umum menggunakan
metode konsumsi. Metode tersebut didasarkan pada banyaknya penggunaan atau
pengeluaran barang pada periode sebelumnya. Penggunaan metode ini
mengharuskan apoteker untuk selalu memantau sediaan farmasi yang paling
banyak keluar pada periode sebelumnya dalam menentukan obat apa yang akan
dibeli untuk periode sekarang. Selain itu, perencanaan juga didasarkan pada pola
peresepan dan pola penyakit yang diderita pasien dikarenakan adanya praktik
dokter di ApotekWIPA.Berikut merupakan pertimbangan Apotek WIPA dalam
merencanakan kebutuhan obat:
1) Defecta : Perencanaan kebutuhan obat disesuaikan dengan daftar obat yang
segera diisi karena barang kosong atau hamperhabis.
2) Letak PBF; jika letak PBF dekat berada dalam kota yang sama perencanaan
pembelian dilakukan untuk 1-2hari, sedangkan apabila letak PBF berada di
luar kota maka perencanaan pembelian dilakukan untuk satu bulan sudah
termasuk lead time.
3) Sercvice PBF; pemilihan PBF berdasarakn diskon yang ditawarkan, bonus,
jangka waktu pembayaran, pelyanan yang baik dan cepat serta kualitas dan
kuantitas barangnyaterjamin.
b. Procurement
Untuk menjamin kualitas pelayanan kefarmasian, pengadaan sediaan
farmasi harus melalui jalur resmi. Proses pengadaan barang disesuaikan dengan
perencanaan yang sudah disusun dan mempertimbangkan pula anggaran dan
kebutuhan. Pengadaan perbekalan farmasi menjadi tugas dan wewenang Apoteker
Penanggung jawab Apotek (APA), dan dalam pelaksanaannya APA dibantu oleh
apoteker pendamping dan asisten apoteker.
Pemesanan di Apotek WIPA dilakukan menggunakan surat pesanan (SP) via
telepon ataupun langung kepada salesman PBF yang datang ke apotek. Terdapat
beberapa SP yang ada di apotek WIPA,yaitu:
1) SP Umum (obat bebas, obat bebas terbatas, dan obatkeras)
SP Umum digunakan untuk obat-obat geerik berlogo dan over the
counter (OTC) dibuat rangkap dua yaitu satu lembar untuk PBF dan satu
lembar lagi untuk apotek sebagai arsip. SP umum memuat beberapa item
obat dan bahan medis habis pakai yang dipesan.
2) SPNarkotika
SP Narkotika dibuat dalam lima rangkap, dimana satu lembar
diserahkan unttuk apotek sebagai arsip dan empat lainnya untuk PBF,
manajer pusat PBF, Dinas Kesehatan Propinsi dan BPOM. SP Narkotika
hanya memuat satu item pelembar SP.
3) SPPsikotropik
SP Psikotropik dibuat dalam tiga rangkap, satu lembar SP yang asli
untuk PBF, copy pertama untuk apotek sebagai arsip, copy kedua untuk
administrasi pembelian obat yang kemudian disatukan dengan faktur PBF.
Satu lembar SP dapat memuat beberapa itemobat.
4) SPPrekursor
Satu SP diperbolehkan memuat lebih dari satu item obat dan dosis
lazim sediaan. SP terdiri dari dua rangkap, satu lembar untuk PBF dan satu
lembar untuk arsip apotek. Contoh obat yang termasuk dalam prekursor
adalah ephedrine, pseudoephedrine, metilergometrin, ergotamine (golongan
1) serta acetone, piperidine, hydrochloric acid, KMnO4 (golongan 2).
5) SP Obat-obatTertentu
Satu SP berlaku untuk satu distributor. Satu SP memuat lebih dari
satu jenis dan sediaan lazim Obat-Obat tertentu. Menurut Peraturan Kepala
BPOM No.7 tahun 2016, yang termasuk obat-obat tertentu antara
laintramadol, triheksifenidil, klorpromazin, amitriptilin, dan haloperidol.
Untuk sistem pembayaran yang diterapkan di WIPA terdapat tiga
cara yaitu, cash on delivery (COD), cash dan kredit. Dalam pemilihan
metode mana yag dipilih tergantung modal yang dimiliki apotek dan diskon
yang diberikan PBF. Jika modal cukup maka pembayaran COD lebih dipilih
karena diskon yang didapat lebih besar dibandingkan dengan cash ataupun
kredit. Jika pembayaran cash dan kredit keduanya tidak mendapat diskon
makan yang dipilih adalah sistem kredit. Terdapat pula pembayaran setelah
barang/obat terjual yaitu konsinasi. Inkaso atau pembayaran dilakukan pada
hari Senin-Jumat pukul 09.00-12.00 WIB sebelum jatuh tempo pembayaran
pada PBF bersangkutan, namun terdapat PBF yang harus dibayar tunai.
Pembayaran atau pelunasan tagihan untuk barang-barang yang sudah
diterima dilakukan dengan cara memberi uang tunai untuk pembayaran
kurang dari satu juta. Pembayaran dengan bilyet giro atau cek untuk
transaksi lebih dari satu juta. Sedangkan untuk jenis obat narkotik dan
psikotropik dibayar secara tunai.
c. Distribution
Kegiatan distribusi obat di Apotek Wipa dimulai dari barang datang yang
dikirim oleh PBF, kemudian barang tersebut dicek kesesuaiannya antara surat
pesanan (SP) dengan faktur pembelian barang untuk menghindari kesalahan dalam
pengiriman. Tahap selanjutnya adalah dengan memasukkan data obat yang ada di
faktur ke dalam komputer. Barang yang datang kemudian disusun di etalase
apotek dengan sistem penyusunan kombinasi berdasarkan alfabetis, bentuk
sediaan dan kelas terapi. Obat OTC dan obat keras disimpan dalam lemari obat.
Obat OTC diletakkan di lemari obat, sedangkan obat keras diletakkan di bagian
dalam apotek, sehingga pasien tidak dapat melihat obat tersebut secara langsung.
Namun untuk obat narkotik disimpan dalam lemari khusus yang tergantung
dengan 2 pintu dan kuncinya yang disimpan di bagian dalam (belakang) apotek
yang tidak dapat dilihatoleh pasien secara langsung. Secara khusus apotek WIPA
belum mempunyai ruangan gudang namun untuk penyimpan persediaan, apotek
WIPA menggunakan lemari etalase dibagian dalam karena jumlah persediaanya
belum terlalu banyak. Khusus narkotika dan psikotropika disertai dengan
pencatatan manual di buku pencatatan dan kartu stok. Kartu stok ini digunakan
sebagai control sehingga harus diisi setiap obat masuk dan keluar sehingga
mempermudah untuk mengetahui tanggal dan jumlah pemasukan dan pengeluaran
barang. Untuk memudahkan pengelolaan dan pengawasan, terdapat 5 jenis kartu
stok obat-obat dengan bentuk sediaan yang berbeda,yaitu:
1) Warna kuning untuk sediaanpadat
2) Warna biru untuk sediaan semi padat dan bahanbaku
3) Warna merah untuk sediaan narkotika dan sediaancair
4) Warna hijau untuk obatbebas
5) Warna putih untuk obat luar dan alat kesehatan
Penyimpanan obat di Apotek WIPAdilakukanberdasakan:
1) Bentuk sediaan (tablet, sirup, salep, tetes mata, tetes telingadll.)
2) Jenis obat (obat paten dan obat generik dipisahkan, narkotika dan
psikotropik di simpan dalam lemarikhusus)
3) Alfabetis dan farmakoterapi, seperti vitamin, obat flu dan batuk, gangguan
pencernaan, nyeri otot, antialergi, analgesik-antiinflamasi, dan lain-lain.
4) Berdasarkan suhu penyimpanan. Obat-obatan yang dipersyaratkan disimpan
pada suhu dingin yaitu 0-8°C disimpan dalam lemari es. Hal ini bertujuan
untuk mempertahankan stabilitas sediaan obat hingga ke tangan pasien yang
pada akhirnya mempengaruhi efektivitas obat tersebut. Contoh obat yang
disimpan di lemari es seperti suppositoria, Lacto-B, insulin dll.
Pengeluaran barang di Apotek WIPA dilakukan berdasarkan First in first out
(FIFO) dan First Expired First Out (FEFO). FIFO adalah barang yang pertama
datang ditempatkan paling depan sehingga terjual lebih dulu, sedangkan FEFO
adalah obat dengan kadaluwarsa lebih awal di jual terlebih dahulu. Sistem FIFO
dan FEFO diterapkan dalam Apotek Wipa sebagai upaya untuk mengurangi obat-
obat kadaluwarsa sehingga kerugian akibat obat ED bisa berkurang. Bila
ditemukan obat yang mendekati ED atau telah ED, maka APA harus membuat
laporan untuk mengembalikan, menukar, atau memusnahkan obat tersebut pada
PBF yang bersangkutan. Setiap distributor atau PBF mempunyai
aturan/kebijaksanaan masing-masing dalam menentukan jangka waktu dan kondisi
barang yang masih bisa dikembalikan atau ditukar. Namun jika dianggap lewat
ED dan tidak dapat di-retur ataupun ditukar, maka obat atau barang tersebut harus
segeradimusnahkan.
Apotek WIPAjuga melakukan distribusi kepada apotek cabang yaitu Apotek
Umbulharjo dan Apotek Mentari. Distribusi dilakukan setiap hari. Setiap pagi
apoteker menyiapkan obat-obat yang akan di didistribusi ke apotek cabang sesuai
dengan SP. Kemudian obat akan diantar ke apotek cabang, khusus untuk Apotek
Mentari, obat akan diambil oleh pegawai dari ApotekMentari.
Pemusnahan dilakukan apabila obat-obat sudah rusak baik karena
kadaluwarsa atau karena rusak fisik, misalnya tablet pecah, wadah rusak, salep
atau krim sudah berubah warna atau baunya, salah penyimpanan, dan lain-lain.
Pemusnahan dilakukan oleh Apoteker dibantu oleh karyawan apotek. Berita acara
pemusnahan ditulis dalam formulir yang ditentukan. Di dalam formulir tersebut
dicantumkan cara pemusnahan, kondisi obat non narkotik yang dimusnahkan
(rusak atau kadaluwarsa) serta jumlah obat yang dimusnahkan. Berita acara
pemusnahan dibuat rangkap tiga, satu lembar diserahkan kepada Dinas Kesehatan
dengan tembusan ke Balai POM dan satu lembar lagi untuk arsipapotek.
2. SupportingManagement
a. Organisasi
Struktur organisasi memiliki peran penting dalam pengelolaan suatu Apotek
agar Apotek tersebut dapat berjalan dengan baik dan efisien. Adanya struktur
organisasi yang baik, wewenang dan tanggung jawab, kewajiban serta job
description yang jelas akan memperlancar pengelolaan Apotek serta dapat
menghindari terjadinya over lap pekerjaan oleh masing-masing staff. Apotek WIPA
berbentuk CV yang dipimpin oleh seorang direktur. Pemegang saham menduduki
posisi tertinggi dan memberikan kuasa pada direktur untuk menjalankan CV.
Direktur apotek WIPA merangkap sebagai APA. Struktur organisasi Apotek WIPA,
Apotek Mentari dan Apotek Umbulharjo dapat dilihat pada gambar di bawahini:
b. SDM
Tugas, kewajiban, tanggung jawab, dan wewenang dari masing-masing
bagian pekerjaan di Apotek WIPA adalah sebagai berikut:
1. Direktur ApotekWIPA
Kewajiban direktur apoteker WIPA :
a. Mewakili CV. WIPA di dalam dan di luarpengadilan.
b. Wajib mengawasi bagian keuangan dengan membuat neraca dan
perhitungan rugi laba yang disahkan oleh para penanam modal dan
selambat-lambatnya dalam waktu 3 bulan sebelum tutuppembukuan.
c. Bersama dengan APA menetapkan anggaran biaya bagi keperluan apotek,
mengelola keuangan, serta berhak dan berkewajiban mengadakan kontrol
jalannya apotek.
d. Mengadakan penilaian kembali sistem pengelolaan apotek tiap akhir tahun
untuk mengetahui kemajuanapotek.
Hak direktur apotek WIPA adalah mendapatkan dividen.
3. ApotekerPendamping
Kewajiban APING ApotekWIPA:
a. Wajib Menggantikan APA pada jam-jam kerja yang telah disepakati apabila
APA tidak berada di apotek pada saat jampelayanan.
b. Melakukan koreksi stok untuk item yang ada di Apotek, khususnya obat fast
moving. Jika terjadi ketidaksesuaian, bertugas untuk menelusuri penyebab
ketidakcocokan atau dapat melakukan deviasi(penyesuaian).
Hak APING Apotek WIPA:
a. Mendapatkangaji
b. Mendapatkan kesejahteraan dantunjangan
4. Asisten Apoteker (AA) Kewajiban AA ApotekWIPA:
a. Mengerjakan pekerjaan sesuai denganprofesinya
b. Dalam hal tertentu dapat menggantikan pekerjaan sebagai penjual obat
bebas dan jururesep
c. Bertanggung jawab kepada APA sesuai dengan tugas yang diserahkan
oleh APAkepadanya.
Hak AA Apotek WIPA:
a. Mendapatkangaji
b. Mendapatkan kesejahteraan dantunjangan
5. BagianAdministrasi
Kewajiban Bagian Administrasi Apotek WIPA:
a. Membuat laporan harian, pencatatan, penjualan, pembelian dan
penerimaan barang.
b. Membuat laporan bulanan, realisasi data untuk pimpinan apotek, daftar
gaji, upah danpajak.
c. Membuat laporan tahunan (neraca akhir tahun dan laporanlaba-rugi).
6. BagianKeuangan
Kewajiban Bagian Keuangan Apotek WIPA:
a. Melakukan pencatatan pada kegiatan penerimaan, pengeluaran uang yang
harus dilengkapi kwitansi, nota dan tanda setoran yang sudah diparaf oleh
APA
b. Menyetor atau mengambil uang baik dari kasir atau daribank.
c. Bertanggung jawab atas kebenaran jumlah uang yang
dipercayakan kepadanya dan bertanggung jawab langsung
kepadaAPA.
Hak Bagian Keuangan Apotek WIPA adalah :
a. Mendapatkangaji
b. Mendapatkan kesejahteraan dantunjangan
7. Reseptir
Kewajiban Reseptir Apotek WIPA:
a. Membantu AA dalam menyelesaikan resep racikan dengan petunjuk AA
atau APA sesuaiSOP.
b. Melakukan peracikan dalam jumlah besar untuk memenuhi kebutuhan
obat-obatan dengan formula standar sediaan sesuai persetujuanAPA.
c. Melakukan pencatatan barang habis pada bukudefekta.
8. Gudang
Kewajiban Bagian Gudang Apotek WIPA:
a. Melakukan pencatatan terhadap pemasukan barang ke gudang di buku
penerimaangudang
b. Melakukan pencatatan pengeluaran barang HV maupun stok belakang
darigudang
c. Mencatat tanggal ED setiap barang yangdijual
d. Melakukan dokumentasi Surat Pesanan (kesesuaian faktur dengan SP dan
SPkeluar).
e. Melakukan pengecekan stok manual pada tiap item obat yang ada di
gudang maupun etalase dan disesuaikan dengan stok dikomputer.
f. Melakukan pencatatan jatuh tempotagihan
9. PembantuUmum
Kewajiban Pembantu Umum Apotek WIPA:
a. Menjaga kebersihan apotek (ruang apotek, ruang praktek dokter, dan
kamarmandi)
b. Menyiapkan perlengkapan-perlengkapan yang diperluka
c. Menyiapkan uang kecil (uang pecahan) danplastik
d. Membantu penataan obat
e. Foto copy arsip-arsipApotek
f. Memberi label hargaobat.
10. Kasir
Kewajiban Kasir Apotek WIPA:
a. Menerima pembayaran dan memberikan pengembalian uang dari dan
kepada pasien.
b. Melakukan pencatatan terhadap penjualanHV
c. Melakukan pengecekan harga di komputer dan melakukan pencetakan nota
untuk penjualanResep
d. Membuat laporan koreksi penjualanHV
e. Membuat slip bukti penyetoran uang yang dilengkapi dengan print mesin
kasir.
f. Mencatat pengeluaran obat OWA danResep.
Seluruh karyawan di Apotek WIPA memiliki hak yang sama, yakni
mendapatkan gaji, mendapatkan tunjangan, dan dana kesejahteraan. Hak gaji
karyawan Apotek WIPA diatur dengan ketentuan sebagaiberikut:
1) Besarnya gaji pokok ditentukan oleh APA sesuai dengan standar gaji
masing-masing karyawan. Pembayaran gaji dilakukan tiap tanggal 1 bulan
berikutnya.
2) Besar gaji disesuaikan dengan tingkat pendidikan, jumlah jam kerja,
pengalaman dan besarnya tanggungjawab.
3) Pembayaran gaji karyawan meliputi gaji pokok, toeslag yang besarnya
tergantung dari jumlah resep yang masuk dan jumlah jam kerja serta
tunjangan lain termasuk kesejahteraan.
c. AdministrasiWIPA
Administrasi di Apotek WIPA, terbagi atas 6 bagian, yaitu:
1. AdministrasiUmum,
2. AdministrasiPengadaan,
3. Administrasi Pelayanan danPenjualan,
4. AdministrasiLaporan,
5. AdministrasiKeuangan,
6. AdministrasiKepegawaian.
Ruang lingkup pencatatan pada masing-masing bagian administrasi di atas
secara spesifik akan dijelaskan berdasarkan fungsi dan komponen pencatatan
administrasi.
1) Administrasiumum
Meliputi perihal kegiatan surat-menyurat dengan menggunakan buku
ekspedisi mengenai pencatatan surat masuk dan surat keluar.
a) Surat masuk, contohnya antaralain:
Surat dari Dinas KesehatanKota
Surat dari BPOM (daftar obat yang tidak memenuhi syarat baik per
No Batch ataukeseluruhan).
Surat dari Pedagang Besar Farmasi (PBF) sehubungan denganpindah
tempat/alamat, pengumuman tutup ataulibur.
Surat dari instansi perihal kerjasama.
b) Surat keluar, contohnya antara lain laporan dan balasan suratmenyurat.
2) AdministrasiPengadaan/Pembelian
a) Buku Defekta (Bukuhabis)
Buku defekta atau buku habis merupakan buku yang berfungsi untuk
mencatat daftar nama barang-barang habis maupun yang akan habis. Catatan
dari buku tersebut digunakan untuk petunjuk dalam pemesanan barang,
barang-barang yang tercatat dalam buku tersebut akan segera dipesan untuk
menghindari kekosongan stok obat di apotek. Jumlah barang yang akan
dipesan didasarkan pada pergerakan barang tersebut apakah slow moving
atau fast moving. Untuk barang yang dipesan namun barang tersebut tidak
datang maka barang dituliskan lagi di buku defecta namun dibedakan nama
PBF Komponen yang dicatat di dalam buku defekta antara lain tanggal dan
nama barang.
Cek stok, kegiatan ini dilakukan untuk melihat kesesuaian jumlah
barang yanga ada di komputer dengan fisik, apabila terjadi ketidaksesuaian
jumlah barang maka akan dilakukan koreksi. Ketidaksesuaian jumlah barang
antara komputer dengan fisik dapat mengakibatkan kerugian bagi apotek.
Pencatatan penjualan obat bebas dilakukan untuk mengurangi kejadian
ketidaksesuaian antara jumlah fisik barang dan data di komputer. Berikut
merupakan format pencatatan penjualan obat bebas.
Tabel 3.1. Catatan Penjualan Obat Bebas Apotek WIPA
∑ barang
Nama Barang Sisa Stok Komputer Sisa stok Fisik Harga Barang
Dijual
b) Buku PenerimaanBarang
Barang yang masuk diterima oleh APSIA dan Apoteker Pedamping,
kemudian dilakukan pengecekan mengenai nama obat, nomor batch, jumlah
harga, diskon dan tanggal ED. Buku yang digunakan untuk mencatat barang
atau faktur yang masuk atau dibeli dalam rangka pengadaan barang
termasuk di dalamnya adalah obat konsinyasi. Buku penerimaan barang
berisi catatan mengenai barang yang telah diorder dengan menggunakan
surat pesanan (SP) ke PBF dan telah diterima oleh apotek. Setiap
penerimaan barang akan dicatat oleh petugas bagian gudang. Pencatatan
pada Buku Penerimaan Barang Apotek WIPA dapat dilihat pada tabel di
bawah ini,
Tabel 3.2. Catatan Penerimaan Barang Apotek WIPA
No. PBF & No. Faktur & Harga
Jumlah Batch Diskon ED
Gudang No. SP Nama Barang Satuan
25/4 137 0413 21/3 MJS - 108 21/3 545.059 5.450 545.059
Nomor Tanggal
Tanggal Faktur PBF Nomor SP Gudang
15/02/19 4464 BSP 775 67/04/18
Keterangan : Bulan/tahun (April2018)
No.
i) B Tanggal Gudang PBF Jumlah
u 26/04/2018 229 UGM Rp 138.555
k
u Catatan Expired Date(ED)
Buku catatan ED berfungsi untuk mencatat expired date (ED) setiap
barang yang datang ke apotek. Waktu ED barang terdapat di dalam faktur
barang. Pencatatan ED dilakukan untuk memudahkan petugas mengendalikan
jumlah barang ED di apotek. Dengan demikian apotek dapat menghindari
kerugian yang ditimbulkan akibat adanya barang yang ED. Tabel catatan ED
Apotek WIPA dapat dilihat di bawahini.
Tabel 3.8. Buku Catatan Expired Date
Tangal Nama Barang Asal PBF Jumlah
28/04/2016 Paracetamol MDS 4
Kode G/P menyatakan keterangan generik atau paten obat.. Toeslag resep
dihitung untuk tiap 1 R/. Pada resep yang mengandung obat psikotropik, diberi
penandaan dengan garis biru dibawah nama obat psikotropik. Sedangakan untuk
resep yang mengandung obat narkotik ditandai dengan
garismerahdibawahnamaobatnarkotik.Kolom-kolomyangterdapatdi dalam catatan
obat Psikotropik Apotek WIPA dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 3.10. Catatan Psikotropik Apotek WIPA
Paraceta
1 20 20 2000 2000
mol
Barang yang telah dikeluarkan dari gudang akan masuk pada bagian stok
depan untuk pelayanan. Pada bagian pelayanan, juga terdapat kartu kontrol stok
untuk tiap item obat. Kartu stelling berfungsi untuk melakukan pencatatan stok
masuk dan keluar jenis obat generik (tablet, kapsul, sirup, salep) dan obat paten
(tablet, kapsul, sirup, salep). Pada jenis obat bebas yang dipajang pada counter
depan apotek, pencatatan penjualan hanya didasarkan pada kesesuaian sisa stok
fisik dan stok database komputer tanpa mencatat di kartu stelling untuk
memastikan tidak terjadi selisih jumlah barang. Contoh kartu stelling Apotek
WIPA dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
13/02/18 5 10 -
19/03/18 MDS 50 50
23/04/15 MT 30 20
b. Kwitansi
Kwitansi berfungsi sebagai bukti pembayaran untuk penjualan obat resep
apabila ada permintaan dari pasien untuk meminta bukti pembelian obat
dari resep dokter.
Gambar 3.10 Surat Pesanan (SP) obat Non Psikotropika dan Non Narkotika
5) SalinanResep
Blanko slainan resep di Apotek WIPA memuat keterangan identitas apotek
pada bagian paling atas, kemudian, keterangan tanggal, tulisan “Salinan
Resep” atau “Apograph”, keterangan resep yang dilayani meliputi nama
dokter, nama pasien, tanggal dan nomor resep, keterangan avocatio atau
tanda R/, dan pada bagian bawah tertera tulisan “PCC” yang merupakan
singkatan dari “pro copy conform” yang berarti “sesuai dengan aslinya”.
6) Administrasi Laporan
Modal/ekuitas dapat diperoleh dari modal usaha, laba berjalan dan laba
ditahan. Laporan rugi-laba dan neraca sangat berkaitan. Laba yang diterima dari
laporan laba rugi, nantinya akan menjadi salah satu komponen modal pada
kolom aktiva modal/ekuitas. Neraca keuangan disebut juga dengan balance
sheet. Karena neraca digunakan untuk melihat kondisi keuangan suatu
perusahaan, maka nilai total aktiva dan passiva harus seimbang. Hanya saja, pada
kenyataannya, neraca keuangan susah balance. Jika kesalahan perhitungan
balancingaktiva-passiva <10% maka diubah nilai pembelian, dikarenakan
pengurangan dari nilai pembelian tidak merugikan pihak manapun. Tetapi, jika
nilai kesalahan balancing aktiva-passiva >10% maka penggung jawab harus
melakukan perhitungan ulang dari persediaaan stok barang, stok barang harus
sama anatra total fisik barang dan total data barang, serta peninjauan ulang
hutang pembelian atau faktur yang belum diam.
f. Laporan ekstern
Laporan ekstern merupakan laporan yang tidak memiliki hubungan
dengan keuangan apotek. Beberapa laporan eksternal sebagai berikut:
a. Laporan Narkotika dan psikotropika
Laporan narkotika dan psikotropika; digunakan untuk mengetahui rincian
pemasukan dan pengeluaran jenis obat psikotropika dan obat narkotika, baik
yang dibeli oleh apotek maupun yang digunakan oleh pasien. Buku register
ini memuat nama obat, pemasukan (tanggal, nama PBF, jumlah), tanggal,
pengeluaran (nama pasien, alamat, jumlah keluar, jumlah total keluar) dan
stok akhir. Register diakses (komputer) melalui laporan narkotik/psikotropik
yang dapat dicetak untuk mempermudah pengontrolan saat ada pemeriksa
dari Dinas Kesehatan/Balai POM.
Pelaporan penggunaan Narkotika dan Psikotropika (SIPNAP)
dikembangkan dan dikelola oleh Direktorat Bina Produksi dan Distribusi
Kefarmasian, Ditjen Binfar dan Alkes, Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia. Laporan narkotik dibuat secara manual yang selanjutnya akan
diunduh di SIM berisi pengeluran (nama dan alamat pasien, nama dan
alamat dokter penulis resep, nomor resep, nama sediaan, satuan, persediaan
awal), asal jumlah pemasukan (nama PBF/ Apotek dan jumlah Obat), sisa
akhir bulan dan keterangan lain. Laporan ini dilaporkan selambat-lambatnya
tanggal 10 setiap bulannya melalui website http://sipnap.kemenkes.go.id dan
dilaporkan ke KEMENKES RI di Jakarta dan tembusan dinkes kab/kota,
BPOMsetempat.
Tabel 3.17. Rekapan Register Narkotika
Penambahan Pengurangan
b. LaporanStatistika
Laporan yang berisi penggunaan obat generik berlogo (OGB) dalam
resep setiap bulannya. Laporan obat generik ditujukan kepada Kepala Dinas
Kesehatan Yogyakarta dengan tembusan Kepala Dinas Kesehatan
Yogyakarta, Kepala BPOM, dan Arsip. Beberapa hal yang dilaporkan
meliputi jumlah lembar resep per hari, total resep OGB perhari, dan
persentase OGB dalam resep per hari.
c. Laporan Tenaga KerjaKefarmasian
Laporan tenaga kerja kefarmasian di Apotek berisi 4 rangkap dan
dilaporkan setiap 3 bulan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, BPOM,
Dinas Kesehatan Propinsi dan sebagai arsip apotek. Tenaga kefarmasian
yang harus dilaporkan adalah tenaga kerja kefarmasian yan memiliki Surat
Ijin Kerja bagi APA dan APING, STRTTK beserta SIK bagi S1 Farmasi
dan STRTTK bagi D3Farmasi.
d. Laporan Tenaga Kerja Keseluruhan
Apotek yang berbentuk badan usaha yang wajib lapor ke Departemen
Tenaga Kerja jika memiliki karyawan lebih dari 20 orang. Laporan tenaga
kerja keseluruhan dilaporkan ke Depnaker setiap tahun, dengan
melampirkan identitas perusahaan, macam-macam buruh yang bekerja
sebagai pegawai (buruh harian atau bulanan), bentuk kesejahteraan bagi
karyawan, waktu/jam kerja tenaga kerja keseluruhan, tingkat pendidikan
tenaga kerja dan dokumen lain yang dibutuhkan pihak Depnaker.
e. Laporan Kontrasepsi
Apotek yang bersedia untuk melaksanakan program KB yang ditunjuk oleh
BKKBN maka wajib untuk membuat laporan kontrasepsi. Apotek akan
mendapatkan insentif sebesar Rp 150.000/ 3 bulan atau dapat diganti dengan
SKP (Satuan Kredit Partisipasi) yang dikumpulkan untuk mendapatkan
sertifikat kompetensi. Pada pelaksanaan program ini, BKKBN bekerja sama
dengan pihak IAI (Ikatan Apoteker Indonesia). Laporan kontrasepsi terdiri
dari 1) Laporan Hasil Pelayanan Alat dan Obat Kontrasepsi Melalui Apotek.
Laporan ini berisi jenis alat kontrasepsi, jumlah awal, sisa jumlah, nama dan
alamat pasien, keterangan pasien dan sisa stok. Laporan Hasil Pelayanan
Alat dan Obat Kontrasepsi Melalui Apotek. 2) Laporan yang berisi Catatan
Hasil Pelayanan Kondom Melalui Apotek Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta. Laporan ini ditujukan untuk apotek yang hanya menyalurkan
alat kontrasepsi berupa kondom. Apotek WIPA wajib melaporkan catatan
hasil pelayanan kondom, karena alat kontrasepsi yang tersedia hanya
kondom.
f. Laporan Monitoring Efek Samping Obat(MESO)
Laporan kejadian MESO jarang terjadi sehingga bersifat insidentil. Blanko
laporan MESO terdiri dari 4 macam, yaitu 1) Warna hijau digunakan untuk
kejadian efek samping yang disebabkan oleh suplemen atau makanan. 2)
Warna merah muda digunakan untuk kejadian efek samping yang
disebabkan oleh penggunaan kosmetika. 3) Warna hijau muda digunakan
untuk kejadian efek samping yang disebabkan oleh obat tradisional. 4)
Warna kuning digunakan untuk kejadian efek samping yang disebabkan
oleh obat nasional. Laporan kejadian MESO akan dikirim ke Direktorat
Penilaian Obat Tradisional dan PanitiaMESO.
g. Laporan Monitoring KerusakanObat
Obat yang termasuk dalam kriteria kerusakan obat yaitu jika obat dalam
kemasan utuh tetapi menunjukkan kerusakan secara fisik. Contohnya
gelembung pada kemasan strip, obat dalam botol sukar tercampur atau
adanya kerak di dinding botol. Laporan ini hanya dibuat jika ada penemuan
kerusakan obat. laporan monitoring kerusakan obat berisi nama obat, bentuk
sediaan, asal PBF yang memproduksi dan bentuk kerusakan yang dimaksud.
Form laporan dikirim ke Pemerintah untuk dilakukan inspeksi dan memberi
teguran kepada PBF mengenai adanya laporan kerusakan obat.
h. Laporan Pemusnahan Obat
Laporan pemusnahan obat dibedakan menjadi pemusnahan obat golongan
narkotika dan golongan selain narkotika (daftar G dan Psikotropik).
Pemusnahan obat dilakukan apabila terdapat obat-obat yang telah mencapai
massa kadaluara ataupun mengalami kerusakan. Kerusakan atau ED obat
minimal sebesar 1% dari persediaan obat, hindari jika kerusakan atau ED
obat mencapai 3% karena akan menrugikan apotek. Pemusnahan golongan
narkotika, akan dibuat berita acara sendiri jika dilakukan bersamaan dengan
pemusnahan golongan lainnya. Pada pelaksanaan pemusnahan obat
narkotik, harus disaksikan oleh Pejabat Setempat (contohnya Kepala
BPOM). Berbeda dengan pemusnahan pada golongan non-narkotik yang
boleh hanya dihadiri oleh APA, APING dan pelaksanan Pemusnahan. Berita
acara pemusnahan obat berisi keterangan nama obat, jenis sediaan obat,
jumlah obat, dan keterangan tempat, waktu serta metode pemusnahan yang
digunakan.
i. Laporan Pemusnahan Resep
Pemusnahan resep dilakukan untuk resep-resep dalam jangka waktu 3
tahun. Pemusnahan resep narkotika dan psikotropika dilakukan dnegan cara
yang sama. Sebelum dilakukan pemusnahan, resep ditimbang, dicatat
keterangan resep yang akan dimusnahkan (kurun waktu 3 tahun, ex 2003-
2006), cara pemusnahan, saksi dan pelaksana pemusnahan untuk dilaporkan
sebagai berita acara pemusnahan. Berita acara pemusnahan ditanda tangani
oleh para saksi (APA dan APING), dibuat 4 rangkap yang akan ditujukan
bagi Dinas kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Propinsi, BPOM
dan Arsip Apotek.
j. LaporanPajak
Setiap apotek memiliki kewajiban untuk membayar pajak dengan melakukan
perhitungan, pelaporan, dan penyetoran. Penyetoran pajak pribadi dilakukan
setiap tanggal 30 Maret sedangnyak pajak badan dilakukan setiap tanggal 30
April. Laporan pajak ada dua jenis yaitu SPT tahunan dan SPT massa. Apotek
WIPA berbentuk badan usaha sehingga wajib melakukan SPT PPh 23, dengan
tarif 15% dari penghasilan bruto per tahun. Selain itu dikenai pajak badan
dengan omset kurang dari Rp. 4.800.000.000,- sehingga tarif pajaknya adalah
1% dari omset. PPn dikenakan saat pembelian obat dari PBF sebesar 10%. PBF
melampirkan PPn dalam faktur sebagai bukti bahwa Apotek sudahmembayar
PPn. PPh 25 adalah angsuran pajak sebesar 1/12 dari keuntungan bersih tahun
sebelumnya. PPh 25 dibayarkan melalui STP massa/bulan.
k. Laporan kefarmasian
Laporan kefarmasian di apotek meliputi berapa banyak pelayanan resep,
pelayanan OWA, jumlah Apoteker melaksanakan PIO, kekosongan obat
generik maupun obat paten.
5. Administrasi Keuangan
Buku kas digunakan untuk mengelola keluar masuknya uang di Apotek
WIPA. Jenis pengeluaran meliputi kegiatan pembelian dan pelunasan. Buku kas
berisi tanggal, nama barang yang ditransaksikan, debet, kredit, dan saldo. Jika
jumlah uang yang dimiliki apotek ada dalam jumlah besar biasanya APA dengan
persetujuan PSA akan membuat rekening koran dengan syarat minimal uang Rp
1.000.000 dan ada rekomendasi dari nasabah lain. Jika membuka rekening koran,
kita akan mendapatkan 2 bukti pembayaran yang berupa: a) Cek, yaitu bukti
pembayaran yang dapat dicairkan oleh pihak kolektor dari rekening nasabah yang
memiliki rekening koran. b) Bilyet Giro merupakan bukti pembayaran yang tidak
bisa diuangkan secara tunai. Bilyet giro hanya bisa disetor pada rekening giro pihak
penagih. Waktu pencairan bilyet girodan cek dapat disesuaikan dengan waktu
penerimaan barang. Hanya saja, untuk membuka rekening koran, apotek harus
mengeluarkan biaya administrasi lainnya berupa biaya buku cek atau giro dan
biaya materai.
6. Administrasi Kepegawaian
Pengelolaan gaji pegawai di Apotek WIPA disesuaikan dengan jabatannya. Gaji
Apoteker Pendamping dihitung per jam, tuslah, dan kesejahteraan. Gaji TTK
meliputi gaji pokok, jam kerja, dan lembur (1,5 kaligaji).
7. Pajak
Apotek WIPA perhitungan Pajak dilakukan sendiri, karena pemerintah telah
menetapkan metode self assesment bagi wajib pajak dengan mendaftar,
menghitung dan membayar sendiri pajak yang akan dibayarkan dengan
menggunakan Surat Pemberitahuan (SPT). Pajak yang dibayarkan oleh Apotek
WIPA yaitu pajak badan (final) yaitu 1% dari omset.
Apotek WIPA melakukan pembayaran pajak yang sudah sesuai dengan peraturan
pajak yang dipungut oleh Daerah maupun Pusat, dimana terbagi atas pajak tidak
langsung dan langsung. Perhitungan pajak di Apotek WIPA dilakukan dengan cara
pembukuan dimana pajak yang dihitung dari laba bersih yang terdapat dalam
neraca rugi laba.
a. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Pajak Bumi dan Bangunan
dibayarkan setiap akhir tahunnya kepada pemerintah tergantung dari luas
tanah, bangunan dan letaknya. Apotek WIPA membayar PBB sudah sesuai
dengan SPT yang sudah dikirimkan oleh pemerintah.
b. Pajak Pertambahan Nilai(PPN)
Ada dua jenis PPN, yaitu PPN masuk dan PPN keluar. PPN masuk adalah
PPN berasal dari barang-barang yang dibeli dari PBF yang merupakan
Pengusaha Kena Pajak. PPN dipungut oleh PBF dari apotek yang membeli
obat dan PBF akan melaporkan serta membayarkan pajaknya. Sedangkan PPN
keluar adalah sejumlah nilai yang ditambahkan pada harga barang yang dijual
ke konsumen apotek. Nilai PPN adalah 10%.
c. PPh pasal 21 (Pajak PenghasilanPerorangan)
PPH 21 adalah pajak yang mengatur pajak pribadi atau perorangan yang
pendapatannya telah melebihi penghasilan tidak kena pajak atau PTKP (lebih
dari Rp. 54.000.000,- per tahun). Di Apotek WIPA penghasilan karyawannya di
bawah PTKP sehingga tidak dikenakan PPh 21.
d. PPh pasal23
Untuk PPh 23 di Apotek WIPA dihitung dari deviden yang berasal dari jumlah
omset yang akan dibagikan ke pemegang saham dikalikan 15% karena apotek
WIPA berbentuk CV.
e. Pajak Reklame
Pajak reklame dikenakan pada pemasangan nama apotek tergantung dari jenis
papan reklame, ukuran/luas papan reklame, dan tempat/lokai pemasangan
papan reklame. Apotek WIPA memiliki papan arah bertuliskan “Apotek” di
depan Jl. Mantrigawen. Informasi papan ini hanya bertuliskan “Apotek” tanpa
keterangan nama apotek, maka Apotek WIPA tidak dikenai tagihan pajak
reklame.
8. Analisis Administrasi
Apotek WIPA dikelola oleh seorang APA dan memiliki kurang lebih 9
pegawai, dengan rincian 1 orang Aping, 1 orang kasir, 1 orang staf administrasi,
2 orang staf gudang dan 1 orang PU, 3 orang TTK. Dilihat dari jumlah karyawan
dan beban pekerjaan yang ada di Apotek WIPA hal tersebut sudah sesuai.
Namun, jika dilihat dari efisiensi apotek jumlah pegawai tersebut terlalu banyak
karena TTK dapat merangkap pekerjaan yanglain.
Administrasi pencatatan atau dokumentasi Apotek WIPA dilihat sudah
baik, hal tersebut terlihat dalam pencatatab terhadap obat resep, OWA, maupun
psikotropika yang dilakukan secara teratur. Pencatatan tersebut sudah sesuai
dengan ketentuan yang berlaku. Akan tetapi untuk pendokumentasian pelayanan
kefarmasian seperti PIO, konseling, pemantauan terapi obat ataupun monitoring
efek samping obat belum bisa dilakukan dengan maksimal. PIO dilakukan secara
aktif melalui media cetak yaitu dengan memberikan leaflet kepada pasien.
Sedangkan untuk monitoring efek samping obat berupa pesan dalam banner
Apotek yakni menghimbau pasien untuk melapor jika mengalami efek samping
akibat penggunaan obat. Pemantauan efek samping pasien dilakukan apabila aada
keluhan pasien terhadap obat tertentu. Sedangkan untuk pelaporan pemantauan
terapi obat susah dilakukan di Apotek sebab tidak semua pasien secara rutin
membeli obat di Apotek tersebut, selain itu untuk penyakit tertentu biasnya
pasien akan berganti-ganti dokter sehingga terapi yang diberikan berbeda, hal
tersebut yang mengakibatkan pemantauan terapi obat susah dilakukan di Apotek.
Manajemen pengelolaan Apotek WIPA sudah cukup bagus, kegiatanan
manajemen pengelolaan Apotek dilakukan dengan rapi dan teliti, sehingga jika
terjadi kesalahan dapat segera diketahui letak kesalahannya. Misalnya seperti
kesesuaian antara uang hasil penjualan, struk di kasir, serta data di komputer.
Setiap harinya selalu dilakukan cek stok obat di etalase dengan data di komputer.
Sehingga hal tersebut dapat meminimalisir kesalahan.
a. Strenght
- Lokasi strategis yang banyak dilalui oleh pejalan kaki, pengendara motor
dan pengendara mobil karena jalan ini merupakan akses menuju alun-
alun kidul serta berada di daerah pemukiman padat penduduk
- Persediaan obat yang cukup lengkap
b. Weakness
- Fasilitas minilab seperti pengecekkan guladarah, asam urat dan tekanan
darah belum dioptimalkan
c. Opportunity
- Bekerja sama dengan BNN dalam menyediakan tes kit narkoba dan kerja
sama dengan instansi lain seperti mitra medika
d. Threat
- Apotek pesaing yaitu K24