Anda di halaman 1dari 37

BAB III

KEGIATAN PRAKTEK KERJA DAN PEMBAHASAN

A. ETIKOLEGAL
Apotek WIPA didirikan pada tanggal 12 November 1979 yang bertepatan dengan
hari Kesehatan Nasional. Apotek WIPA merupakan apotek berbentuk CV yang terletak di
Jalan Mantrigawen Lor Yogyakarta. Arti kata dari Apotek WIPA yaitu berasal dari kata
Wiraswasta Para Apoteker dan Wilayah Panembahan karena lokasi Apotek WIPA berada
pada daerah Panembahan 1.
Modal awal Pendirian Apotek WIPA bersumber dari 9 orang yang termasuk
diantaranya yaitu Dra. Hj. Endang Sutantiningsih, Apt yang juga ditunjuk sebagai
Apoteker Pengelola Apotek (APA) sekaligus sebagai direktur CV WIPA. Apotek WIPA
bekerja sama dengan prakter dokter gigi dimana resep yang diberikan oleh dokter gigi
tersebut akan di tebus oleh pasien di Apotek WIPA.
1. Sumpah Apoteker
Aspek etikolegal terkait sumpah Apoteker di Apotek WIPA, telah dijalankan sesuai
ketentuan pada PP No. 20 tahun 1962 tentang Sumpah Apoteker. Pengamalan Sumpah
Apoteker, yakni (Peraturan Pemerintah RI, 1962):
a. Poin pertama yang berbunyi “Saya akan membaktikan hidup saya guna kepentingan
perikemanusiaan, terutama dalam bidang kesehatan” telah direalisasikan oleh
Apoteker di Apotek WIPA, setiap pengamalannya selalu mementingkan kepentingan
pasien dengan memberikan kualitas terbaik dan tidak hanya melihat sisi keuntungan
semata.
b. Poin kedua yang berbunyi “Saya akan merahasiakan segala sesuatu yang saya ketahui
karena pekerjaan saya dan keilmuan saya sebagai Apoteker” dilaksanakan oleh
Apoteker Apotek WIPA, terlihat dari segala sesuatu mengenai kerahasiaan pasien,
seperti resep dan medication record tidak digunakan untuk kepentingan pribadi dengan
tujuan menguntungkan diri semata.
c. Poin ketiga yang berbunyi “Sekalipun diancam saya tidak akan mempergunakan
pengetahuan kefarmasian saya untuk segala sesuatu yang bertentangan dengan hukum
kemanusiaan” terwujud pada tindakan yang dilakukan oleh Apoteker di Apotek
WIPAuntuk berusaha tidak menggunakan pengetahuan kefarmasian untuk hal-hal yang
bertentangan dengan perikemanusiaan, diantaranya tidak melayani pasien yang
bermaksud menyalahgunakan obat atau drug abuse, namun tetap memberikan
penjelasan yang sopan dan dapat diterima oleh pasien.
d. Poin ke empat yaitu “Saya akan menjalankan tugas saya dengan sebaik-baiknya sesuai
dengan martabat dan tradisiluhur jabatan kefarmasian” terwujud pada Apotekerdi
Apotek WIPAsenantiasa berada di Apotek selama jam buka Apotek dan melakukan
pelayanan kefarmasian sesuai kompetensinya.
e. Poin ke lima yang berbunyi “Dalam menunaikan kewajiban saya, saya akan berikhtiar
sungguh-sungguh supaya tidak terpengaruh pertimbangan, keagamaan, kebangsaan,
kesukuan, politik kepartaian atau kedudukan sosial” juga sudah diwujudkan dalam
tindakan Apoteker yang memperlakukan semua pasien secara baik dan menghormati
hak pasien tanpa membedakan serta sesuai dengan Standar Operasional Prosedur yang
ada.

2. Kode Etik Apoteker Indonesia


Etika profesi mengatur suatu pekerjaan boleh atau tidaknya dilakukan oleh pelaku
profesi sewaktu menjalankan praktik profesinya, hal tersebut berdasarkan Undang-
Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 24. Berdasarkan
Peraturan Menteri Kesehatan No. 184 tahun 1995 pasal 18 tentang penyempurnaan
pelaksanaan masa bakti dan izin kerja Apoteker disebutkan bahwa “Apoteker dilarang
melakukan perbuatan yang melanggar Kode Etik Apoteker”, sehingga seorang Apoteker
perlu memahami isi dari Kode Etik Apoteker serta mengamalkannya.
Apoteker yang bekerja di Apotek WIPAdalam menjalankan praktik kefarmasian
menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah yang diucapkan sebagai
seorang Apoteker serta berlandaskan etika profesi yang berlaku. Adapun contoh
implementasi berdasarkan kode etik Apoteker di Apotek WIPA yaitu (IAI, 2009):
a. Kode Etik Apoteker Bab I Pasal 5: Apoteker di Apotek WIPAsenantiasa
mengutamakan kebutuhan pasien, tidak memberikan harga melebihi harga eceran
tertinggi (HET) serta memberikan diskon untuk pembelian obat paten juga alat
kesehatan sejumlah tertentu dalam rangka meningkatkan kepuasan pasien.
Mengarahkan penggunaan pada obat-obat generik untuk pasien yang kurang mampu.
Di Apotek WIPApenggantian obat bermerek kepada obat generik dilakukan dengan
meminta persetujuan pasien terlebih dahulu.
b. Kode Etik Apoteker Bab I Pasal 7: Apoteker di Apotek WIPAmampu memberikan
informasi terkait obat (indikasi, aturan pakai, cara penggunaan, efek samping dan cara
penanganannya serta informasi non-farmakologi) baik kepada pasien, karyawan dan
tenaga kesehatan lain secara langsung ataupun via telepon. Apoteker juga memberikan
informasi yang up to date melalui media leaflet atau poster, serta melayani konsultasi
seputar obat yang digunakan pasien.
c. Kode Etik Apoteker Bab II Pasal 9: Apoteker di Apotek WIPA senantiasa
mengutamakan kepentingan pasien dengan menjamin obat yang diserahkan adalah
obat dengan mutu, khasiat dan keamanan yang terjamin. Apoteker melibatkan pasien
dalam pemilihan terapi, menghormati keputusan pasien jika meminta penggantian obat
generik bermerk menjadi obat generik maupun sebaliknya. Apoteker di Apotek WIPA
senantiasa menjalin komunikasi dengan dokter penulis resep apabila terdapat resep
yang tidak sesuai. Apoteker juga senantiasa memperhatikan pasien khususnya janin,
bayi, anak-anak serta orang yang dalam kondisi lemah dengan mempertimbangkan
obat yang sesuai untuk kondisi-kondisi tersebut.
d. Kode Etik Apoteker Bab IV Pasal 12: Apoteker di Apotek WIPAsenantiasa
mempercayai dan membantu teman sejawatnya dalam melaksanakan praktik profesi.
Sebagai contoh kegiatan stock opname dilakukan oleh Apoteker yang ditugasi di rak-
rak tertentu. Jika Apoteker berhalangan atau kesusahan dalam melakukan tugasnya,
maka Apoteker lain membantu menyelesaikan tugas tersebut walaupun itu bukan
tanggung jawabnya.
e. Kode Etik Apoteker Bab IV Pasal 13:Apoteker di Apotek WIPAsenantiasa
menghormati, mempercayai dan menghargai kebijakan dokter dalam hal pemilihan
maupun penggantian terapi dengan menjalin komunikasi yang baik. Ketika ada DRP
dalam resep, Apoteker menanyakan pertimbangan dokter terkait alasan pemilihan
terapi tersebut disertai literatur pendukung. Jika dokter tetap pada pendiriannya, maka
tugas apoteker adalah mengedukasi pasien terkait hal-hal yang harus diwaspadai
dengan tetap menghormati tenaga kesehatan yang lain dan memberikan solusi jika
mengalami hal yang tidak diinginkan.

3. Undang – Undang Perapotekan


Dalam menjalankan prakteknya, apotek WIPA telah memenuhi aturan perundang-
undangan yang berlaku tentang perapotekan, yaitu:
a. Pelayanan Kefarmasian di Apotek
1) Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 73 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Apotek
Dalam menjalankan pelayanan kefarmasian, apotek WIPAtelah memenuhi
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 73 tahun 2016 dimana standar pelayanan
kefarmasiannya telah mengikuti pharmaceutical care yaitu pasien sebagai orientasi
pelayanan. Pelayanan kefarmasian yang telah dilakukan yaitu pelayanan resep,
Pelayanan Informasi Obat (PIO), Pemantauan Terapi Obat (PTO), konseling,
swamedikasi, promosi kesehatan serta home care meskipun masih belum maksimal.
2) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 347 Tahun 1990 tentang Obat Wajib Apotek
Pelayanan Obat Wajib Apotek (OWA) dilakukan dalam rangka pengobatan
mandiri (swamedikasi). Tugas Apoteker yaitu mengarahkan dan memilihkan obat
yang paling tepat untuk kondisi pasien dengan pertimbangan efektivitas dan
keamanannya (Menkes RI, 1990). Pelayanan di Apotek WIPApada pasien
dilakukan secara langsung oleh Apoteker. Pelayanan OWA dimulai dari pasien
menanyakan jenis obat yang diminta ataupun keluhan yang dirasakan pasien. Peran
Apoteker di WIPAyaitu menanyakan keluhan secara rinci dan spesifik, riwayat
penyakit, riwayat pengobatan, ada tidaknya alergi terhadap obat tertentu serta
menawarkan bentuk sediaan yang diinginkan pasien. Selanjutnya, Apoteker
memilihkan obat yang paling tepat dan meminta persetujuan pasien. Jika pasien
setuju, Apoteker memberikan informasi yang lengkap dan jelas terkait obat
tersebut, meliputi nama obat, indikasi dan bentuk sediaan, aturan pakai, efek
samping serta cara penyimpanan termasuk beyond use date. Setelah itu, Apoteker
melakukan dokumentasi di buku pengeluaran OWA yang terdiri dari nama pasien,
alamat, no telepon, nama obat, indikasi, keluhan dan aturan pakai.
3) Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika dan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika
a) Pengadaan
Pengadaan narkotika di apotek WIPAdilakukan melalui PBF Kimia Farma
dan sudah dilakukan sesuai ketentuan yang berlaku mengenai narkotika, yaitu
dengan menggunakan blanko surat pesanan narkotika yang telah diberi tanda tangan
oleh Apoteker Pengelola Apotek (APA)/ Apoteker dan ditujukan kepada PBF
Kimia Farma selaku penyalur tunggal sediaan narkotika. Surat pesanan narkotika
dibuat dengan form N-9 dibuat rangkap 5, yaitu untuk PBF Kimia Farma, Kepala
Dinas Kesehatan Propinsi, Balai POM, Depo Kimia Farma Pusat, dan untuk arsip
Apotek. Setiap satu blanko Surat Pesanan narkotika hanya digunakan untuk
pemesanan satu item obat narkotika (Presiden RI, 1997; Presiden RI, 2009).
b) Penyimpanan
Penyimpanan narkotika di Apotek WIPA telah memenuhi persyaratan
Permenkes RI Nomor 28 tahun 1978 tentang Penyimpanan Narkotika pasal 5 yaitu
Narkotika disimpan pada lemari khusus narkotika yang terbuat dari kayu yang
mempunyai dua pintu yang terdiri dari dua bagian yang mempunyai kunci berlainan
dan melekat kuat di dinding. Satu bagian digunakan untuk menyimpan narkotika,
sedangkan pada satu bagian lain digunakan untuk menyimpan sediaan psikotropik.
Bagian depan lemari tidak tembus pandang serta tidak diberi tanda apapun,
ditempatkan ditempat yang aman dan tidak terlihat umum, hal tersebut untuk
menjaga keamanan dari pencurian (Presiden RI, 1997; Presiden RI, 2009).
c) Penyerahan
Penyerahan narkotika di Apotek WIPAkepada pasien hanya dengan resep
dokter (Presiden RI, 1997; Presiden RI, 2009).Setiap pengeluaran narkotika dicatat
oleh Apoteker pada kartu stok untuk masing-masing obat. Penyerahan narkotika di
Apotek WIPAdilakukan oleh Apoteker.
d) Pelaporan
Laporan narkotika Apotek WIPAdibuat oleh Apoteker, yang memuat nama,
satuan,saldoawal, pemasukan (sumber,jumlah), penggunaan (resep/permintaan
apotek lain, jumlah) dan saldo akhir pada formulir khusus dari Dinkes Kabupaten
berupa software yang di upload di SIPNAP. Laporan dibuat 1 bulan sekali dengan
batas waktu pengiriman antara tanggal 1 s/d 10 pada awal bulan. Untuk pelaporan
mulai bulan Oktober 2012 mulai menggunakan sistem web(Presiden RI, 1997;
Presiden RI, 2009).
e) Pemusnahan
Narkotika yang telah ditetapkan untuk dimusnahkan, wajib dimusnahkan
dalam waktu paling lama 7 hari, pemusnahan dibantu dan disaksikan oleh pihak
pemerintah yakni BPOM atau Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota (Presiden RI,
1997; Presiden RI, 2009).Penyerahan psikotropika kepada pasien di apotek
WIPAhanya dengan resepdokter dan setiap pengeluaran psikotropika dicatat dalam
kartu stok. Setiap bulan dilakukan pengecekan terhadap jumlah pengeluaran
psikotropika yang tertera pada resep berdasarkan kartu stok tersebut dan digunakan
untuk pelaporan tiap bulan.

b. Tenaga Kefarmasian
Beberapa ketentuan perundang-undangan tentang registrasi dan ijin yang harus
dimiliki tenaga kefarmasian yang ada di Apotek WIPAdi antaranya adalah:
1) Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
Apoteker di Apotek WIPAtelah melakukan pelayanan kesehatan sesuai dengan
bidang yang dimiliki, telah memiliki izin dari pemerintah berupa SIPA untuk Apoteker,
hal ini telah memenuhi Pasal 23 serta pasal 34 ayat 2. Di Apotek WIPAterlebih dahulu
melakukan training terhadap Apoteker yang akan bekerja dansetelah training terpenuhi
selanjutnya Apoteker melakukan pengurusan SIPA atau SIKA (Presiden RI, 2009).
2) Peraturan Pemerintah Nomor 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian (MenKes
RI, 2009)
a) Pekerjaan kefarmasian di apotek WIPAdilakukan oleh Apoteker Pengelola Apotek
(APA) dibantu satu apoteker pendamping (Aping).
b) Apoteker di Apotek WIPAtelah menetapkan Standar Prosedur Operasional dalam
menjalankan pelayanan kefarmasian. Hal ini telah sesuai dengan Pasal 23.
c) Apoteker yang melakukan pekerjaan kefarmasian di Apotek WIPAtelah memiliki
sertifikat uji kompetensi, sesuai dengan Pasal 37.
3) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 889 Tahun 2011 tentang Registrasi, Izin Praktek,
dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian (Kemenkes RI, 2011) :
a) Apoteker Pengelola Apotek (APA) hanya bekerja di Apotek WIPAsaja dan
Apoteker pendamping (Aping) tidak bekerja lebih dari 3 apotek. Hal ini telah sesuai
dengan Pasal 18.
b) Surat izin maupun surat registrasi yang dimiliki tenaga kefarmasian di Apotek
WIPAmasih berada dalam status masa berlaku dan selalu dilakukan perpanjangan
jika masa berlakunya akan habis. Hal ini telah sesuai dengan Pasal 20.
c) Tenaga kefarmasian di Apotek WIPAtelah memiliki surat izin berupa SIPA untuk
Apoteker. Hal ini telah sesuai dengan Pasal 52 dan 53.Di Apotek WIPA
menggunakan SIPA Dra. Hj. Endang Sutantiningsih, Apt1 Hal ini telah sesuai
dengan Pasal 52 dan 53.
c. Perizinan Apotek
Apotek WIPA telah memenuhi ketentuan izin apotek sesuai Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 1332 Tahun 2002 tentang Tata Cara Pemberian Izin Apotek.
Implementasi yang telah dilakukan Apotek WIPAdi antaranya adalah sebagai berikut
(Kemenkes RI, 2002):
1) Apoteker Pengelola Apotek (APA) telah memenuhi persyaratan sesuai Pasal 5 sebagai
APA yaitu Ijazah telah terdaftar di Dinas Kesehatan; Telah mengucapkan sumpah/janji
sebagai apoteker; Memiliki Surat Ijin Praktek dari Menteri Kesehatan; Memenuhi
syarat-syarat kesehatan fisik dan mental untuk melaksanakan tugasnya sebagai
apoteker; Tidak bekerja di suatu perusahaan farmasi dan tidak menjadi APA di apotek
lain.
2) Pendirian dan proses perijinan apotek WIPAsudah memenuhi ketentuan dan tata cara
yang berlaku. Hal ini telah sesuai dengan Pasal 7 yaitu: Apotek WIPA didirikan pada
lokasi yang sesuai dengan yang tercantum dalam SIA. Hal ini telah sesuai dengan
Pasal 9; telah melakukan pengelolaan apotek sesuai dengan ketentuan peraturan yang
berlaku, sesuai dengan Pasal 11; Apoteker apotek WIPAtelah menyediakan,
menyimpan, dan menyerahkan sediaan farmasi yang bermutu yang dibuktikan dengan
meningkatnya kepercayaan pelanggan terhadap apotek WIPA, telah sesuai dengan
Pasal 12.
3) Apotek WIPAtelah melayani resep baik resep dokter umum ataupun dokter gigi. Hal
ini telah sesuai dengan Pasal 14.
B. PELAYANAN KEFARMASIAN
1. Pelayanan Resep
Pada pelayanan resep di Apotek WIPA dimulai dengan melakukan skrining
resep (adminitratif, farmasetis, dan klinis) dan care plan. Jika dalam skrining
ditemui permasalahan (DRP) maka dikonsultasikan kepada dokter (jika
memungkinkan) atau pasien. Setelah masalah terselesaikan, obat yang tercantum
dalam resep akandientry ke dalam komputer untuk dinota dan pasien melakukan
pembayaran.Ketika sesi pembayaran petugas kasir meminta persetujuan apakah
pasien bersedia membayar sejumlah tertentu. Jika pasien keberatan, maka pasien
berhak mengurangi atau menghilangkan obat yang dirasa belum dibutuhkan
kemudian dibuatkan copy resep. Setelah pasien setuju, Apoteker atau AA
melakukan penyiapan atau peracikan obat, penulisan etiket (biru untuk obat luar,
putih untuk obat dalam dengan bentuk sediaan liquid, etiket plastik untuk obat
solid). Lalu dilakukan pemeriksaan akhir atau double checkoleh Apoteker,
kemudian dilakukan penyerahan resep kepada pasien yang disertai dengan KIE.
Dalam memberikan informasi obat serta konseling dilakukan oleh apoteker
yang selalu hadir di apotek pada jam-jam kerja untuk memberikan pelayanan di
area penyerahan obat. Ketika penyerahan obat, Apoteker sebisa mungkin meminta
nomor pasien untuk memudahkan Apoteker atau dokter jika sewaktu-waktu hendak
memonitoring pengobatan pasien.
Alur pelayanan resep di apotek Wipa sebagai berikut :
Penerimaan resep dari pasien

Pemeriksaan ketersediaan obat di komputer

Di entry obat yang tersedia ke komputer untuk


perhitungan harga

Dilakukan skrining resep, mempersiapkan obat,


pemberian etiket, pengecekan akhir dan pengemasan

Pembayaran oleh pasien dan penyerahan obat pada yang


Gambar 3.1 Alur Pelayanan Resep
disertai PIO

Resep diberi nomor urut setiap hari dan disimpan untuk


arsip
Apabila terdapat pasien(perbulan)
yang meminta resepnya diulang atau iter, maka akan
dibuatkan salinan resepnya. Resep yang mengandung narkotika dan psikotropika
dicatat dalam buku pelaporan tersendiri (khusus) dan dibandel terpisah dari resep
lainnya dan ditandai garis merah untuk obat narkotika dan warna bitu untuk obat
psikotropika dibawah nama obatnya. Pencatatan obat psikotropika dilakukan secara
rutin oleh asisten apoteker yang bertanggung jawab atas pencatatan obat
psikotropika agar memudahkan dalam pelaporan. Standar operasional prosedur
(SPO) di apotek Wipa telah dilakukan dengan baik oleh apoteker dan apoteker
pendamping yang bertugas di apotek tersebut.

2.Swamedikasi
Swamedikasi yaitu suatu sistem pengobatan di Apotek berupa kegiatan atau
tindakan yang dilakukan untuk mengatasi masalah kesehatan pasien dengan
menggunakan obat-obatan yang dapat dikonsumsi tanpa pengawasan dari dokter. Pada
dasarnya swamedikasi, seperti obat bebas, obat bebas terbatas, obat tradisional dan
obat wajib apotek.
Kegiatan swamedikasi di Apotek Wipa dilayani oleh Aping maupun asisten
apoteker (AA) dengan melakukan komunikasi atau penggalian informasi terhadap
pasien terkait keluhan dan kebutuhan pasien berkaitan dengan penyakit yang
dideritanya, memastikan pemahaman pasien mengenai faktor yang harus diperhatikan
dalam penggunaan obat seperti cara pakai aturan pakai dan tempat penyimpanan,
menilai kelayakan permintaan obat dari pasien dnegan memperhatikan sistuasi dan
kondisi yang ada serta peraturan yang berlaku, dan melakukan dokumentasi atas
penyerahan obat wajib apotek yang didalamnya meliputi nama pasien, alamat pasien,
keluhan, obat yang diserahkan dan jumlahnya.
Pelayanan obat tanpa resep biasanya terdiri dari keluhan yang umum banyak
dirasakan oleh masyarakat, seperti batuk, diare, sakit kepala, flu, dan lain-lain,
sehingga pemilihan obat didasarkan pada pilihan dari pasien itu sendiri ataupun
dengan bantuan Apoteker. Untuk pelayanan seperti obat obat bebas, obat bebas
terbatas, obat tradisional, kosmetika dapat dilakuan tanpa resep dokter, sehingga dapat
langsung dilayani oleh Apoteker, Asisten Apoteker, ataupun petugas lain dengan
pengawasan dari apoteker.
Bantuan apoteker dalam Pemilihan terapi di apotek dilakukan sesuai dengan
kerasionalan penggunaan obat, kemampuan ekonomi pasien. Kemudian apoteker
menyerahkan obat dan memberikan informasi terkait terapi yang akan djalankan oleh
pasien meliputi; nama obat, dosis, komposisi obat, indikasi, cara penggunaan, lama
penggunaan, efek samping yang mungkin timbul, penyimpanan, dan terapi non
farmakologi atau non pengobatan yang dapat dilakukan oleh pasien untuk menunjang
keberhasilan terapi penggobatan. Pelayanan swamedikasi di Apotek Wipa sudah
dilakukan dan berjalan dengan baik sehingga mendukung pengobatan yang rasional
untuk tujuan terapi dari setiap pasien dapat dicapai dan dapat meningkatkan kualitas
hidup pasien.

3. Pelayanan Informasi Obat (PIO)


Pelayanan infomsasi obat di Apotek WIPAdilayani setiap pada operasional
apotek, yaitu pukul 08.00-21.00 WIB. Pelayanan informasi obat dilakukan pada saat
penyerahan obat atau kapanpun saat pasien memerlukannya, baik melalui telepon
maupun media komunikasi lainnya. Apabila ada pergantian obat dalam resep yang
ditulis oleh dokter, apoteker akan melakukan komunikasi farmasi kepada pasien yang
bersangkutan tentang penggantian obat yang tercantum dalam resep dan
merekomendasikan obat pengganti dengan zat aktif dan khasiat yang sama. Informasi
yang diberikan bisa terkait identitas obat, aturan pemakaian dan durasi pengobatan,
terapi non farmakologi, harga obat dan informasi lainnya. Selain dilakukan pada saat
penyerahan obat atas resep dokter juga dilakukan untuk penyerahan obat tanpa resep
dokter terutama untuk pasien yang memang menghendaki dan dirasa perlu diberikan
PIO terkait denganpenyakitnya.Dalam memberikan pelayanan informasi obat,
Apoteker memerlukan literatur baik itu literatur primer, sekunder dan tersier yang
selalu up to date untuk memecahkan masalah terkait spesifik obat dan penyakit.
Literatur yang tersedia di Apotek WIPA adalah MIMS, ISO, DIH, dan akses internet
untuk mencari jurnal atau Evidence Based Medicine (EBM).

4. Promosi Kesehatan
Dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan di masyarakat, maka
Apoteker dituntut untuk dapat memberikan edukasi kepada pasien terkait dengan
penyakit dan pengobatannya. Kegiatan tersebut merupakan partisipasi secara aktif
Apoteker dalam memberikan promosi kesehatan.
Pelaksanaan promosi kesehatan belum sepenuhnya dilakukan oleh Apoteker
di apotek Wipa, adapun informasi yang tersedia di apotek Wipa adalah leaflet/brosur,
poster, penyuluhan dan sebagainya secara rutin di dapat dari PIOGAMA. Selain itu
juga apotek WIPA berkerja sama dengan PBF dengan membuat design layout dan
tataletak obat di apotek menjadi menarik. Dengan adanya design layout dan poster
juga dapat tersampaikan informasi kepada pasien sehingga pasien tetap mendapat
informasi terkait obat.

C. MANAJEMEN KEFARMASIAN
1. Drug Management cycle
Peraturan Menteri Kesehatan nomor 35 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan
Kearmasian di Apotek menyebutkan bahwa pengelolaan sediaan faramsi, alat
kesehatan, dan bahan medis pakai dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Pengelolaan tersebut meliputi perencanaan, pengadaan,
penerimaan, penyimpanan, pemusnahan pengendalian, dan pencatatan. Berikut ini
merupakan kegiatan pengelolaan persediaan yang dilakukan di Apotek WIPA:
a. Selection
Pembuatan perencanaan obat di Apotek WIPA secara umum menggunakan
metode konsumsi. Metode tersebut didasarkan pada banyaknya penggunaan atau
pengeluaran barang pada periode sebelumnya. Penggunaan metode ini
mengharuskan apoteker untuk selalu memantau sediaan farmasi yang paling
banyak keluar pada periode sebelumnya dalam menentukan obat apa yang akan
dibeli untuk periode sekarang. Selain itu, perencanaan juga didasarkan pada pola
peresepan dan pola penyakit yang diderita pasien dikarenakan adanya praktik
dokter di ApotekWIPA.Berikut merupakan pertimbangan Apotek WIPA dalam
merencanakan kebutuhan obat:
1) Defecta : Perencanaan kebutuhan obat disesuaikan dengan daftar obat yang
segera diisi karena barang kosong atau hamperhabis.
2) Letak PBF; jika letak PBF dekat berada dalam kota yang sama perencanaan
pembelian dilakukan untuk 1-2hari, sedangkan apabila letak PBF berada di
luar kota maka perencanaan pembelian dilakukan untuk satu bulan sudah
termasuk lead time.
3) Sercvice PBF; pemilihan PBF berdasarakn diskon yang ditawarkan, bonus,
jangka waktu pembayaran, pelyanan yang baik dan cepat serta kualitas dan
kuantitas barangnyaterjamin.
b. Procurement
Untuk menjamin kualitas pelayanan kefarmasian, pengadaan sediaan
farmasi harus melalui jalur resmi. Proses pengadaan barang disesuaikan dengan
perencanaan yang sudah disusun dan mempertimbangkan pula anggaran dan
kebutuhan. Pengadaan perbekalan farmasi menjadi tugas dan wewenang Apoteker
Penanggung jawab Apotek (APA), dan dalam pelaksanaannya APA dibantu oleh
apoteker pendamping dan asisten apoteker.
Pemesanan di Apotek WIPA dilakukan menggunakan surat pesanan (SP) via
telepon ataupun langung kepada salesman PBF yang datang ke apotek. Terdapat
beberapa SP yang ada di apotek WIPA,yaitu:
1) SP Umum (obat bebas, obat bebas terbatas, dan obatkeras)
SP Umum digunakan untuk obat-obat geerik berlogo dan over the
counter (OTC) dibuat rangkap dua yaitu satu lembar untuk PBF dan satu
lembar lagi untuk apotek sebagai arsip. SP umum memuat beberapa item
obat dan bahan medis habis pakai yang dipesan.
2) SPNarkotika
SP Narkotika dibuat dalam lima rangkap, dimana satu lembar
diserahkan unttuk apotek sebagai arsip dan empat lainnya untuk PBF,
manajer pusat PBF, Dinas Kesehatan Propinsi dan BPOM. SP Narkotika
hanya memuat satu item pelembar SP.
3) SPPsikotropik
SP Psikotropik dibuat dalam tiga rangkap, satu lembar SP yang asli
untuk PBF, copy pertama untuk apotek sebagai arsip, copy kedua untuk
administrasi pembelian obat yang kemudian disatukan dengan faktur PBF.
Satu lembar SP dapat memuat beberapa itemobat.
4) SPPrekursor
Satu SP diperbolehkan memuat lebih dari satu item obat dan dosis
lazim sediaan. SP terdiri dari dua rangkap, satu lembar untuk PBF dan satu
lembar untuk arsip apotek. Contoh obat yang termasuk dalam prekursor
adalah ephedrine, pseudoephedrine, metilergometrin, ergotamine (golongan
1) serta acetone, piperidine, hydrochloric acid, KMnO4 (golongan 2).
5) SP Obat-obatTertentu
Satu SP berlaku untuk satu distributor. Satu SP memuat lebih dari
satu jenis dan sediaan lazim Obat-Obat tertentu. Menurut Peraturan Kepala
BPOM No.7 tahun 2016, yang termasuk obat-obat tertentu antara
laintramadol, triheksifenidil, klorpromazin, amitriptilin, dan haloperidol.
Untuk sistem pembayaran yang diterapkan di WIPA terdapat tiga
cara yaitu, cash on delivery (COD), cash dan kredit. Dalam pemilihan
metode mana yag dipilih tergantung modal yang dimiliki apotek dan diskon
yang diberikan PBF. Jika modal cukup maka pembayaran COD lebih dipilih
karena diskon yang didapat lebih besar dibandingkan dengan cash ataupun
kredit. Jika pembayaran cash dan kredit keduanya tidak mendapat diskon
makan yang dipilih adalah sistem kredit. Terdapat pula pembayaran setelah
barang/obat terjual yaitu konsinasi. Inkaso atau pembayaran dilakukan pada
hari Senin-Jumat pukul 09.00-12.00 WIB sebelum jatuh tempo pembayaran
pada PBF bersangkutan, namun terdapat PBF yang harus dibayar tunai.
Pembayaran atau pelunasan tagihan untuk barang-barang yang sudah
diterima dilakukan dengan cara memberi uang tunai untuk pembayaran
kurang dari satu juta. Pembayaran dengan bilyet giro atau cek untuk
transaksi lebih dari satu juta. Sedangkan untuk jenis obat narkotik dan
psikotropik dibayar secara tunai.
c. Distribution
Kegiatan distribusi obat di Apotek Wipa dimulai dari barang datang yang
dikirim oleh PBF, kemudian barang tersebut dicek kesesuaiannya antara surat
pesanan (SP) dengan faktur pembelian barang untuk menghindari kesalahan dalam
pengiriman. Tahap selanjutnya adalah dengan memasukkan data obat yang ada di
faktur ke dalam komputer. Barang yang datang kemudian disusun di etalase
apotek dengan sistem penyusunan kombinasi berdasarkan alfabetis, bentuk
sediaan dan kelas terapi. Obat OTC dan obat keras disimpan dalam lemari obat.
Obat OTC diletakkan di lemari obat, sedangkan obat keras diletakkan di bagian
dalam apotek, sehingga pasien tidak dapat melihat obat tersebut secara langsung.
Namun untuk obat narkotik disimpan dalam lemari khusus yang tergantung
dengan 2 pintu dan kuncinya yang disimpan di bagian dalam (belakang) apotek
yang tidak dapat dilihatoleh pasien secara langsung. Secara khusus apotek WIPA
belum mempunyai ruangan gudang namun untuk penyimpan persediaan, apotek
WIPA menggunakan lemari etalase dibagian dalam karena jumlah persediaanya
belum terlalu banyak. Khusus narkotika dan psikotropika disertai dengan
pencatatan manual di buku pencatatan dan kartu stok. Kartu stok ini digunakan
sebagai control sehingga harus diisi setiap obat masuk dan keluar sehingga
mempermudah untuk mengetahui tanggal dan jumlah pemasukan dan pengeluaran
barang. Untuk memudahkan pengelolaan dan pengawasan, terdapat 5 jenis kartu
stok obat-obat dengan bentuk sediaan yang berbeda,yaitu:
1) Warna kuning untuk sediaanpadat
2) Warna biru untuk sediaan semi padat dan bahanbaku
3) Warna merah untuk sediaan narkotika dan sediaancair
4) Warna hijau untuk obatbebas
5) Warna putih untuk obat luar dan alat kesehatan
Penyimpanan obat di Apotek WIPAdilakukanberdasakan:
1) Bentuk sediaan (tablet, sirup, salep, tetes mata, tetes telingadll.)
2) Jenis obat (obat paten dan obat generik dipisahkan, narkotika dan
psikotropik di simpan dalam lemarikhusus)
3) Alfabetis dan farmakoterapi, seperti vitamin, obat flu dan batuk, gangguan
pencernaan, nyeri otot, antialergi, analgesik-antiinflamasi, dan lain-lain.
4) Berdasarkan suhu penyimpanan. Obat-obatan yang dipersyaratkan disimpan
pada suhu dingin yaitu 0-8°C disimpan dalam lemari es. Hal ini bertujuan
untuk mempertahankan stabilitas sediaan obat hingga ke tangan pasien yang
pada akhirnya mempengaruhi efektivitas obat tersebut. Contoh obat yang
disimpan di lemari es seperti suppositoria, Lacto-B, insulin dll.
Pengeluaran barang di Apotek WIPA dilakukan berdasarkan First in first out
(FIFO) dan First Expired First Out (FEFO). FIFO adalah barang yang pertama
datang ditempatkan paling depan sehingga terjual lebih dulu, sedangkan FEFO
adalah obat dengan kadaluwarsa lebih awal di jual terlebih dahulu. Sistem FIFO
dan FEFO diterapkan dalam Apotek Wipa sebagai upaya untuk mengurangi obat-
obat kadaluwarsa sehingga kerugian akibat obat ED bisa berkurang. Bila
ditemukan obat yang mendekati ED atau telah ED, maka APA harus membuat
laporan untuk mengembalikan, menukar, atau memusnahkan obat tersebut pada
PBF yang bersangkutan. Setiap distributor atau PBF mempunyai
aturan/kebijaksanaan masing-masing dalam menentukan jangka waktu dan kondisi
barang yang masih bisa dikembalikan atau ditukar. Namun jika dianggap lewat
ED dan tidak dapat di-retur ataupun ditukar, maka obat atau barang tersebut harus
segeradimusnahkan.
Apotek WIPAjuga melakukan distribusi kepada apotek cabang yaitu Apotek
Umbulharjo dan Apotek Mentari. Distribusi dilakukan setiap hari. Setiap pagi
apoteker menyiapkan obat-obat yang akan di didistribusi ke apotek cabang sesuai
dengan SP. Kemudian obat akan diantar ke apotek cabang, khusus untuk Apotek
Mentari, obat akan diambil oleh pegawai dari ApotekMentari.
Pemusnahan dilakukan apabila obat-obat sudah rusak baik karena
kadaluwarsa atau karena rusak fisik, misalnya tablet pecah, wadah rusak, salep
atau krim sudah berubah warna atau baunya, salah penyimpanan, dan lain-lain.
Pemusnahan dilakukan oleh Apoteker dibantu oleh karyawan apotek. Berita acara
pemusnahan ditulis dalam formulir yang ditentukan. Di dalam formulir tersebut
dicantumkan cara pemusnahan, kondisi obat non narkotik yang dimusnahkan
(rusak atau kadaluwarsa) serta jumlah obat yang dimusnahkan. Berita acara
pemusnahan dibuat rangkap tiga, satu lembar diserahkan kepada Dinas Kesehatan
dengan tembusan ke Balai POM dan satu lembar lagi untuk arsipapotek.

2. SupportingManagement
a. Organisasi
Struktur organisasi memiliki peran penting dalam pengelolaan suatu Apotek
agar Apotek tersebut dapat berjalan dengan baik dan efisien. Adanya struktur
organisasi yang baik, wewenang dan tanggung jawab, kewajiban serta job
description yang jelas akan memperlancar pengelolaan Apotek serta dapat
menghindari terjadinya over lap pekerjaan oleh masing-masing staff. Apotek WIPA
berbentuk CV yang dipimpin oleh seorang direktur. Pemegang saham menduduki
posisi tertinggi dan memberikan kuasa pada direktur untuk menjalankan CV.
Direktur apotek WIPA merangkap sebagai APA. Struktur organisasi Apotek WIPA,
Apotek Mentari dan Apotek Umbulharjo dapat dilihat pada gambar di bawahini:

Gambar 3.2 Struktur Organisasi Apotek WIPA

b. SDM
Tugas, kewajiban, tanggung jawab, dan wewenang dari masing-masing
bagian pekerjaan di Apotek WIPA adalah sebagai berikut:
1. Direktur ApotekWIPA
Kewajiban direktur apoteker WIPA :
a. Mewakili CV. WIPA di dalam dan di luarpengadilan.
b. Wajib mengawasi bagian keuangan dengan membuat neraca dan
perhitungan rugi laba yang disahkan oleh para penanam modal dan
selambat-lambatnya dalam waktu 3 bulan sebelum tutuppembukuan.
c. Bersama dengan APA menetapkan anggaran biaya bagi keperluan apotek,
mengelola keuangan, serta berhak dan berkewajiban mengadakan kontrol
jalannya apotek.
d. Mengadakan penilaian kembali sistem pengelolaan apotek tiap akhir tahun
untuk mengetahui kemajuanapotek.
Hak direktur apotek WIPA adalah mendapatkan dividen.

2. Apoteker Pengelola Apotek(APA)


Kewajiban Apoteker Pengelola Apotek (APA) Apotek WIPA:
a. Melakukan pengelolaan terhadap seluruh kegiatan apotek, termasuk
melakukan koordinasi dan pengawasan terhadap pekerjaan seluruh
karyawan.
b. Memenuhi jam kerja apoteker yang telahdisepakati.
c. Melakukan pembinaan dan pemberian petunjuk soal teknis farmasi kepada
karyawan, terutama dalam pemberian informasi kepadapasien.
d. Bersama dengan bagian administrasi menyusun laporan keuangan serta
laporan pertanggungjawaban.
e. Menyiapkaninkaso
f. Melayani konsultasi obat, mengontrol dan memonitoring pasien dokter
(pemakaian obat, kondisi kesehatan, dll) danswamedikasi.
g. Menjamin legalitas pengadaan, penyimpanan yang baik dan distribusi obat-
obatan.
Hak APA Apotek WIPA:
a. Mendapatkangaji
b. Mendapatkan tunjangan (THR, tunjangan kesehatan, transport,dll)
c. Mendapatkan premi atau dana kesejahteraan dari pembagian keuntungan
atas dasarpekerjaan.

3. ApotekerPendamping
Kewajiban APING ApotekWIPA:
a. Wajib Menggantikan APA pada jam-jam kerja yang telah disepakati apabila
APA tidak berada di apotek pada saat jampelayanan.
b. Melakukan koreksi stok untuk item yang ada di Apotek, khususnya obat fast
moving. Jika terjadi ketidaksesuaian, bertugas untuk menelusuri penyebab
ketidakcocokan atau dapat melakukan deviasi(penyesuaian).
Hak APING Apotek WIPA:
a. Mendapatkangaji
b. Mendapatkan kesejahteraan dantunjangan
4. Asisten Apoteker (AA) Kewajiban AA ApotekWIPA:
a. Mengerjakan pekerjaan sesuai denganprofesinya
b. Dalam hal tertentu dapat menggantikan pekerjaan sebagai penjual obat
bebas dan jururesep
c. Bertanggung jawab kepada APA sesuai dengan tugas yang diserahkan
oleh APAkepadanya.
Hak AA Apotek WIPA:
a. Mendapatkangaji
b. Mendapatkan kesejahteraan dantunjangan
5. BagianAdministrasi
Kewajiban Bagian Administrasi Apotek WIPA:
a. Membuat laporan harian, pencatatan, penjualan, pembelian dan
penerimaan barang.
b. Membuat laporan bulanan, realisasi data untuk pimpinan apotek, daftar
gaji, upah danpajak.
c. Membuat laporan tahunan (neraca akhir tahun dan laporanlaba-rugi).
6. BagianKeuangan
Kewajiban Bagian Keuangan Apotek WIPA:
a. Melakukan pencatatan pada kegiatan penerimaan, pengeluaran uang yang
harus dilengkapi kwitansi, nota dan tanda setoran yang sudah diparaf oleh
APA
b. Menyetor atau mengambil uang baik dari kasir atau daribank.
c. Bertanggung jawab atas kebenaran jumlah uang yang
dipercayakan kepadanya dan bertanggung jawab langsung
kepadaAPA.
Hak Bagian Keuangan Apotek WIPA adalah :
a. Mendapatkangaji
b. Mendapatkan kesejahteraan dantunjangan
7. Reseptir
Kewajiban Reseptir Apotek WIPA:
a. Membantu AA dalam menyelesaikan resep racikan dengan petunjuk AA
atau APA sesuaiSOP.
b. Melakukan peracikan dalam jumlah besar untuk memenuhi kebutuhan
obat-obatan dengan formula standar sediaan sesuai persetujuanAPA.
c. Melakukan pencatatan barang habis pada bukudefekta.
8. Gudang
Kewajiban Bagian Gudang Apotek WIPA:
a. Melakukan pencatatan terhadap pemasukan barang ke gudang di buku
penerimaangudang
b. Melakukan pencatatan pengeluaran barang HV maupun stok belakang
darigudang
c. Mencatat tanggal ED setiap barang yangdijual
d. Melakukan dokumentasi Surat Pesanan (kesesuaian faktur dengan SP dan
SPkeluar).
e. Melakukan pengecekan stok manual pada tiap item obat yang ada di
gudang maupun etalase dan disesuaikan dengan stok dikomputer.
f. Melakukan pencatatan jatuh tempotagihan

9. PembantuUmum
Kewajiban Pembantu Umum Apotek WIPA:
a. Menjaga kebersihan apotek (ruang apotek, ruang praktek dokter, dan
kamarmandi)
b. Menyiapkan perlengkapan-perlengkapan yang diperluka
c. Menyiapkan uang kecil (uang pecahan) danplastik
d. Membantu penataan obat
e. Foto copy arsip-arsipApotek
f. Memberi label hargaobat.
10. Kasir
Kewajiban Kasir Apotek WIPA:
a. Menerima pembayaran dan memberikan pengembalian uang dari dan
kepada pasien.
b. Melakukan pencatatan terhadap penjualanHV
c. Melakukan pengecekan harga di komputer dan melakukan pencetakan nota
untuk penjualanResep
d. Membuat laporan koreksi penjualanHV
e. Membuat slip bukti penyetoran uang yang dilengkapi dengan print mesin
kasir.
f. Mencatat pengeluaran obat OWA danResep.
Seluruh karyawan di Apotek WIPA memiliki hak yang sama, yakni
mendapatkan gaji, mendapatkan tunjangan, dan dana kesejahteraan. Hak gaji
karyawan Apotek WIPA diatur dengan ketentuan sebagaiberikut:
1) Besarnya gaji pokok ditentukan oleh APA sesuai dengan standar gaji
masing-masing karyawan. Pembayaran gaji dilakukan tiap tanggal 1 bulan
berikutnya.
2) Besar gaji disesuaikan dengan tingkat pendidikan, jumlah jam kerja,
pengalaman dan besarnya tanggungjawab.
3) Pembayaran gaji karyawan meliputi gaji pokok, toeslag yang besarnya
tergantung dari jumlah resep yang masuk dan jumlah jam kerja serta
tunjangan lain termasuk kesejahteraan.
c. AdministrasiWIPA
Administrasi di Apotek WIPA, terbagi atas 6 bagian, yaitu:
1. AdministrasiUmum,
2. AdministrasiPengadaan,
3. Administrasi Pelayanan danPenjualan,
4. AdministrasiLaporan,
5. AdministrasiKeuangan,
6. AdministrasiKepegawaian.
Ruang lingkup pencatatan pada masing-masing bagian administrasi di atas
secara spesifik akan dijelaskan berdasarkan fungsi dan komponen pencatatan
administrasi.
1) Administrasiumum
Meliputi perihal kegiatan surat-menyurat dengan menggunakan buku
ekspedisi mengenai pencatatan surat masuk dan surat keluar.
a) Surat masuk, contohnya antaralain:
 Surat dari Dinas KesehatanKota
 Surat dari BPOM (daftar obat yang tidak memenuhi syarat baik per
No Batch ataukeseluruhan).
 Surat dari Pedagang Besar Farmasi (PBF) sehubungan denganpindah
tempat/alamat, pengumuman tutup ataulibur.
 Surat dari instansi perihal kerjasama.
b) Surat keluar, contohnya antara lain laporan dan balasan suratmenyurat.
2) AdministrasiPengadaan/Pembelian
a) Buku Defekta (Bukuhabis)
Buku defekta atau buku habis merupakan buku yang berfungsi untuk
mencatat daftar nama barang-barang habis maupun yang akan habis. Catatan
dari buku tersebut digunakan untuk petunjuk dalam pemesanan barang,
barang-barang yang tercatat dalam buku tersebut akan segera dipesan untuk
menghindari kekosongan stok obat di apotek. Jumlah barang yang akan
dipesan didasarkan pada pergerakan barang tersebut apakah slow moving
atau fast moving. Untuk barang yang dipesan namun barang tersebut tidak
datang maka barang dituliskan lagi di buku defecta namun dibedakan nama
PBF Komponen yang dicatat di dalam buku defekta antara lain tanggal dan
nama barang.
Cek stok, kegiatan ini dilakukan untuk melihat kesesuaian jumlah
barang yanga ada di komputer dengan fisik, apabila terjadi ketidaksesuaian
jumlah barang maka akan dilakukan koreksi. Ketidaksesuaian jumlah barang
antara komputer dengan fisik dapat mengakibatkan kerugian bagi apotek.
Pencatatan penjualan obat bebas dilakukan untuk mengurangi kejadian
ketidaksesuaian antara jumlah fisik barang dan data di komputer. Berikut
merupakan format pencatatan penjualan obat bebas.
Tabel 3.1. Catatan Penjualan Obat Bebas Apotek WIPA
∑ barang
Nama Barang Sisa Stok Komputer Sisa stok Fisik Harga Barang
Dijual

10 Paracetamol 500 500 2000

b) Buku PenerimaanBarang
Barang yang masuk diterima oleh APSIA dan Apoteker Pedamping,
kemudian dilakukan pengecekan mengenai nama obat, nomor batch, jumlah
harga, diskon dan tanggal ED. Buku yang digunakan untuk mencatat barang
atau faktur yang masuk atau dibeli dalam rangka pengadaan barang
termasuk di dalamnya adalah obat konsinyasi. Buku penerimaan barang
berisi catatan mengenai barang yang telah diorder dengan menggunakan
surat pesanan (SP) ke PBF dan telah diterima oleh apotek. Setiap
penerimaan barang akan dicatat oleh petugas bagian gudang. Pencatatan
pada Buku Penerimaan Barang Apotek WIPA dapat dilihat pada tabel di
bawah ini,
Tabel 3.2. Catatan Penerimaan Barang Apotek WIPA
No. PBF & No. Faktur & Harga
Jumlah Batch Diskon ED
Gudang No. SP Nama Barang Satuan

c) Buku Pelunasan Barang


Buku pelunasan barang berisi catatan jumlah biaya terhutang dan terbayar
yang harus dilunasi oleh Apotek pada saat barang datang maupun pada saat telah
mencapai jatuh tempo, administrasi pelunasan barang untuk Apotek Mentari dan
Umbulharjo sama dengan Apotek WIPA. Dalam buku pelunasan barang
diberikan nomor urut pelunasan yang setiap awal bulan dimulai angka 1 hingga
akhir bulan. Berikut merupakan format pencatatan buku pelunasan barang. Pada
buku rekap penerimaan faktur, terdapat kode pada faktur dengan kode nomor
urut pelunasan – Bulan – Tahun. Nomer faktur di WIPA hanya berdasarkan 4
nomor terakhir faktur. Kolom terbayar dan tertagih menyatakan sejumlah uang
yang tertera di dalam faktur dan harus dibayarkan oleh apotek.
Pada barang-barang konsinyasi, jumlah pada kolom tertagih adalah total
dari semua barang yang dititipkan pada apotek. Ketika sudah mencapai masa
jatuh tempo, jumlah uang terbayar hanya berdasarkan jumlah barang yang laku
terjual.
Tabel 3.3. Buku Pelunasan barang
No. Urut No. No. Tgl
Tgl
Tgl Pelunasan Faktur Faktur PBF Retur Gudang gudang Terbayar Disc Tertagih

25/4 137 0413 21/3 MJS - 108 21/3 545.059 5.450 545.059

d) Buku Daftar Harga


Pemberian dan pengecekan harga di Apotek WIPA sudah menggunakan
sistem komputerisasi. Sejumlah data harga obat akan dimasukkan ke dalam
sistem data base komputer pada saat menerima faktur. Komputer akan secara
otomatis menjumlahkan harga netto dan %HJA apotek jika ada kenaikan harga
barang dari distributor atau subdistributor.
e) Buku Hutang
Buku hutang digunakan untuk mencatat seluruh pembelian yang
dilakukan Apotek WIPA baik cash atau pelunasan pada hari yang sama, harus
dicatat di buku hutang, namun, tanggal pelunasan ditulis pada hari dimana
dilakukan pelunasan. Buku ini mencantumkan tanggal, nomor faktur (4 digit
terakhir), nomor gudang, nama PBF, jumlah PPN, total tagihan, pelunasan
Pencatatan hutang Apotek WIPA dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Pencatatan buku hutang baik untuk Apotek Mentari dan Apotek Umbulharjo
sama dengan Apotek WIPA. Berikut merupakan format yang ditulis pada buku
catatan pelunasan Apotek WIPA.
Tabel 3.4. Catatan Hutang Apotek WIPA
No.
Tanggal No. Dok PBF PPN Jumlah Tagihan No Urut Pelunasan
Urut

222 25/04 4667 BSP 3.633 40.090 74/4/18

f) Buku Rekap Pembelian Apotek


Buku rekap pembelian apotek ditulis berdasarkan catatan
hutang/pembelian Apotek. Rekap pembelian Apotek WIPA dicatat setiap hari.
Total pembelian atau hutang pada 1 hari kerja ditotal dan dicatat pada buku ini.
Buku Rekap Peembelian Apotek Mentari dan Umbulharo sama dengan Apotek
WIPA. Catatan rekap pembelian Apotek WIPA dapat dilihat pada tebel di
bawah ini.

Tabel 3.5. Catatan Rekap Pembelian Apotek WIPA


Keterangan : Apotek-Tahun (WIPA-2018)

Tanggal Jan Feb ---- ---- Des

1 2.541.000 982.333 ---- ----

--- 987.000 1.452.000 ---- ----


31 6.989.217 ---- ----

Total/Bln 60.456.000 58.900.000 62.000.000 65.789.000

g) Buku Catatan Surat Pesanan(SP)


Buku catatan SP berisi catatan seluruh surat pesanan yang dikeluarkan ke
suatu PBF dan dicatat tanggal pemesanan barangnya. Ketika barang datang,
maka apotek akan menerima faktur. Pada faktur terdapat nomor faktur dan
tanggal barang masuk gudang. Barang-barang yang tercantum di dalam faktur
kemudian dicocokkan dengan SP-nya. Pencatatan surat pesanan Apotek WIPA
dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 3.6. Catatan Surat Pesanan Apotek WIPA

Nomor Tanggal
Tanggal Faktur PBF Nomor SP Gudang
15/02/19 4464 BSP 775 67/04/18
Keterangan : Bulan/tahun (April2018)

h) Buku Catatan JatuhTempo


Buku catatan jatuh tempo berfungsi untuk mempersiapkan dana untuk
melunasi barang inkaso. Tanggal jatuh tempo pelunasan barang terdapat di
dalam faktur pembelian. Berikut ini komponen dalam buku catatan jatuh
tempo.
Tabel 3.7. Buku Catatan Jatuh Temp

No.
i) B Tanggal Gudang PBF Jumlah
u 26/04/2018 229 UGM Rp 138.555
k
u Catatan Expired Date(ED)
Buku catatan ED berfungsi untuk mencatat expired date (ED) setiap
barang yang datang ke apotek. Waktu ED barang terdapat di dalam faktur
barang. Pencatatan ED dilakukan untuk memudahkan petugas mengendalikan
jumlah barang ED di apotek. Dengan demikian apotek dapat menghindari
kerugian yang ditimbulkan akibat adanya barang yang ED. Tabel catatan ED
Apotek WIPA dapat dilihat di bawahini.
Tabel 3.8. Buku Catatan Expired Date
Tangal Nama Barang Asal PBF Jumlah
28/04/2016 Paracetamol MDS 4

3) Administrasi Pelayanan danPenjualan


 Administrasi PelayananResep
Administrasi pelayanan resep di Apotek WIPA dibagi berdasarkan waktu
penerimaan yakni kode JB-002 untuk pagi dan JB-004 untuk malam.
Seluruh resep yang telah dilayani setiap harinya dicatat pada Buku
Penerimaan Resep Apotek WIPA. Komponen-komponen yang terdapat
dalam Buku Penerimaan Resep Apotek WIPA dapat dilihat pada tabel di
bawahini
Tabel 3.9. Buku Penerimaan Resep WIPA

No. Tuslah Tuslah


Nama Pasien G/P Harga
R/ Racik Non-Racik
1. Rina G - 1 10.000
2. Dwi G/P 1 - 30.400

Kode G/P menyatakan keterangan generik atau paten obat.. Toeslag resep
dihitung untuk tiap 1 R/. Pada resep yang mengandung obat psikotropik, diberi
penandaan dengan garis biru dibawah nama obat psikotropik. Sedangakan untuk
resep yang mengandung obat narkotik ditandai dengan
garismerahdibawahnamaobatnarkotik.Kolom-kolomyangterdapatdi dalam catatan
obat Psikotropik Apotek WIPA dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 3.10. Catatan Psikotropik Apotek WIPA

Nam Juml Sto Nam


No
a ah k a Alamat Nama
Sis Pasie Pasien Dokter Alamat Dokter
Tgl R/
Obat Obat a n
2/4/ Dr.Ny.S
oe
55 Analsi 10 13 Ratn Jl.Mantrigawen Jl.
18 k a Lor Dewi Langenastran

Pada penerimaan resep per hari, resep diklasifikasikan berdasarkan


golongan generik dan paten. Obat-obat generik dicatat di buku catatan khusus
yaitu buku catatan generik Apotek WIPA. Buku ini diisi berdasarkan resep yang
di dalamnya terdapat obat generik berlogo. Pengisian kolom harga dilakukan
dengan mengurangkan harga obat yang terdapat di struk harga obat dengan nilai
tuslah sebesar Rp 1500 dan embalase sebesar Rp 300. Untuk pembelian dengan
kelipatan 30, maka nilai tuslah dan embalasenya menjadi 2 kali. Catatan obat
generik Apotek WIPA dan catatan statistik OGB Apotek WIPA dapat dilihat pada
tabel 11 dan 12 di bawah ini.
Tabel 3.11. Catatan Obat Generik Apotek WIPA

No. R/ Nama Obat Jumlah Harga


1 Glibenklamid 10 1600
2 Kalium Diklofenak 10 5100

Tabel 3.12. Catatan Statistik Obat Generik Berlogo Apotek WIPA


Jumlah Jumlah Rata-
Tanggal Jumlah R/ Harga Lembar Resep rata

 Administrasi Pelayanan Penjualan Obat Wajib Apotek(OWA)


Pelayanan penjualan OWA di Apotek WIPA telah sesuai dengan
standar pelayanan yang di tetapkan oleh Menteri Kesehatan dalam
Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 347/ MenKes/SK/VII/1990 tentang
Obat Wajib Apotek. Proses penyerahan OWA telah memenuhi ketentuan
yang dicantumkan pada Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 347/
MenKes/SK/VII/1990.

Gambar 3.3 Blanko Penyerahan Obat Wajib Apotek


Apotek WIPA memberikan OWA dalam batasan jumlah yang
ditentukan di dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 347/
MenKes/SK/VII/1990. Pencatatan penyerahan OWA dilakukan dengan
blanko penyerahan OWA. Blanko penyerahan OWA di Apotek WIPA berisi
informasi berupa jenis obat dan jumlah yang diberikan, nama pasien, alamat
pasien dan keluhan pasien. Blanko pencatatan OWA dibedakan untuk shift
pagi dan malam. Untuk blanko OWA shift pagi bewarna kuning, dan malam
bewarna merah muda. Informasi yang terdapat di dalam blanko OWA antara
lain obat yang diberikan kepada pasien, dosis, aturan pakai, kontraindikasi,
efek samping obat, dicatat di balik blanko. Seluruh pelayanan penjualan
OWA dicatat dalam Buku Catatan OWA Apotek WIPA yang dapat dilihat
pada tabel dibawah ini
Tabel 3.13. Catatan OWA Apotek WIPA
Nama dan Alamat Nama
Shift Pasien Obat Jumlah Harga Keluhan
Bagas Asam Sakit
JB2 Jl. Kaliurang km 5 Mefenamat 10 2.000 Gigi

 Administrasi Pelayanan Penjualan Obat Bebas(HV)


Administrasi pelayanan HV ditujukan untuk melihat kesesuaian jumlah
penjualan, sisa stok fisik dan stok komputer dengan perolehan pendapatan
penjualan harian apotek WIPA. Selain pencatatan penjualan HV, setiap
hari dilakukan pencatatan pada Buku Catatan Rekap Koreksi HV Apotek
WIPA. Rekap koreksi HV Apotek WIPA dapat dilihat pada tabel di bawah
ini.

Tabel 3.14. Catatan Rekap Koreksi HV Apotek WIPA


Jumlah NamaBar Sisa Stok SisaStok HargaJual Harga
Barang ang Database Fisik Database Jual Fisik

Paraceta
1 20 20 2000 2000
mol

 Kelengkapan Administrasi Apotek WIPA


1) Kartu Stok
Kartu stok di Apotek WIPA terdiri dari dua kartu, yaitu kartu stok
gudang dan kartu stelling. Pengisian kartu stok bertujuan untuk
memudahkan penelusuran sisa barang di gudang. Pengisian kartu stok
gudang diisi berdasarkan informasi dari buku penerimaan barang dan
pengeluaran barang. Penggolongan kartu stok gudang Apotek WIPA
antara lain kartu stok golongan obat-obat paten, obat generik, sediaan
krim dan obat psikotropik/narkotik.
Tabel 3.15. Kartu Stok Gudang Apotek WIPA
Jumlah Barang – Harga
Tanggal Stok Keluar Sisa Stok
PBF Satuan

Barang yang telah dikeluarkan dari gudang akan masuk pada bagian stok
depan untuk pelayanan. Pada bagian pelayanan, juga terdapat kartu kontrol stok
untuk tiap item obat. Kartu stelling berfungsi untuk melakukan pencatatan stok
masuk dan keluar jenis obat generik (tablet, kapsul, sirup, salep) dan obat paten
(tablet, kapsul, sirup, salep). Pada jenis obat bebas yang dipajang pada counter
depan apotek, pencatatan penjualan hanya didasarkan pada kesesuaian sisa stok
fisik dan stok database komputer tanpa mencatat di kartu stelling untuk
memastikan tidak terjadi selisih jumlah barang. Contoh kartu stelling Apotek
WIPA dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.16. Kartu Steling Apotek WIPA

Tanggal Ket. - + Jumlah/Sisa Stok

13/02/18 5 10 -

19/03/18 MDS 50 50
23/04/15 MT 30 20

Jika pada kolom keterangan berisi nomor, maka nomor tersebut


menandakan nomor resep yang dilayani pada hari tersebut. Pencatatan nomor
resep pada kartu stelling dimaksudkan untuk memudahkan penelusuran
pencarian resep.
2) BuktiPenjualan
Apotek WIPA memiliki 3 macam bukti penjualan yaitu nota, kwitansi dan
faktur. Fungsi masing-masing bukti penjualan antara lain :
a. Nota
Nota merupakan bukti pembayaran yang ditujukan kepada seseorang atau
instansi yang melakukan pembelian obat bebas (HV). Nota terdiri dari
keterangan nama apotek, bagian tanggal, kolom jumlah barang, nama
barang, harga, dan total harga. Selain itu jika pembayaran dilakukan
secara cash maka akan diberi cap “Lunas” pada nota
Gambar 3.4 Nota

b. Kwitansi
Kwitansi berfungsi sebagai bukti pembayaran untuk penjualan obat resep
apabila ada permintaan dari pasien untuk meminta bukti pembelian obat
dari resep dokter.

Gambar 3.5 Kwitansi


c. Faktur
Faktur berfungsi sebagai bukti penjualan obat dalam jumlah
banyak ke apotek lain atau instansi yang digunakan bila ada surat
pesanan yang diterima Apotek WIPA dari apotek lain atau suatu instansi
untuk pembelian beberapa item barang. Blanko faktur apotek WIPA
terdiri dari 3 rangkap. Pada faktur copy pertama ditujukan untuk pembeli
sedangkan copy kedua dan faktur asli disimpan oleh apotek sebagai arsip
fakturpenjualan.
Gambar 3.6 Faktur
d. Etiket

Apotek WIPA memiliki 3 macam etiket yaitu etiket putih untuk


obat- obat penggunaan secara oral seperti tablet, kapsul, puyer dan sirup,
etiket biru untuk obat luar seperti salep kulit, tetes mata, salep mata,
injeksi, suppositoria dan ovula dan etiket peringatan “Kocok Dahulu”.
Selain itu juga terdapat etiket peringatan juga untuk antibiotik seperti
“Habiskan”, serta juga terdapat etiket untuk obat yang memiliki efek
kantuk seperti “Hindarkan dari mengendarai kendaraan”. Selain itu juga
terdapat peringatan waktu minum obat yang terdapat pada kemasan
plastik obat dengan keterangan “Diminum Sebelum/Saat/Sesudah
Makan”.

Gambar 3.7 Etiket


e. Surat Pesanan
Surat pesanan (SP) berfungsitanda bukti dan daftar pemesanan obat yang
ditujukan kepada distributor, subdistributor, maupun PBF. Di apotek
WIPA terdapat 3 macam Surat pesanan (SP), yaitu Surat pesanan (SP)
untuk golongan obat Narkotik, Surat pesanan (SP) untuk golongan obat
Psikotropik dan Surat pesanan (SP) untuk golongan obat Daftar G (Generik
Surat Pesanan (SP) Golongan Narkotik Pemesanan obat-obat narkotika
ditulis dengan menggunakan SP khusus sesuai dengan format yang sudah
ditentukan oleh peraturan perundang-undangan untuk seluruh apotek
dengan model N-9. Satu lembar SP hanya boleh memesan satu item
narkotika, dengan penanggung jawab Apoteker dan ditandatangani oleh
Apoteker, diberi nomor urut SP sesuai nomor apotek, serta cap apotek.
Surat pesanan terdiri dari 5 rangkap. Lembar SP asli ditujukan untuk PBF
pemasok obat narkotika. Lembar copy pertama ditujukan kepada pihak
Manajer PBF. Lembar copy kedua ditujukan kepada pihak Dinas
Kesehatan. Lembar copy ketiga ditujukan kepada pihak BPOM. Lembar
copy keempat ditujukan sebagai arsip apotek. Pemesanan golongan
narkotik dapat dilakukan oleh APA dan APING. Perbedaan pihak yang
memesan, dapat dilihat dari keterangan jabatan yang terdapat pada SP
Narkotik. Penerimaan obat golongan narkotik, dapat dilakukan oleh APA,
APING dan AA di apotek. Gambar 8 di bawah ini menunjukkan contoh
surat pesanan narkotik Apotek WIPA.

Gambar 3.8 Blanko Surat Pesanan Obat Narkotik

3) Surat Pesanan (SP) GolonganPsikotropik


Format dan bentuk sama dengan SP untuk narkotika yaitu sudah
ditentukan oleh Peraturan perundang-undangan. Untuk Apotek WIPA
menggunakan model N-6, untuk SP psikotropika tidak ada aturan jadi
satu lembar SP untuk satu distributor boleh memuat beberapa item obat,
diberi nomor SP, ditandatangani oleh APA dan cap apotek. Surat pesanan
psikotropik memuat nama dan jumlah barang yang dipesan. Selanjutnya
setelah menerima surat pesanan, PBF akan mengirimkan barang yang
dipesan disertai faktur. Blanko SP golongan Psikotropik dibuat 2
rangkap. Apotek WIPA membuat SP golongan psikotropik menjadi
rangkap 3 dimana SP asli akan ditujukan untuk PBF pemasok obat,
lembar copy pertama ditujukan untuk arsip apotek dan lembar copy
kedua ditujukan untuk kepentingan administrasi pembelian obat yang
akan disatukan dengan faktur pembelian obat dari PBF. Gambar 9
menunjukkan contoh blanko pemesanan obat psikotropik.
Gambar 3.9 Blanko Surat Pesanan Obat Psikotropik

4) Surat Pesanan Untuk Obat Non Psikotropika dan NonNarkotika

Format SP bebas mulai dari ukuran dan bentuk tergantung masing-


masing apotek, jumlah item obat dalam tiap SP bebas, diberi nomor urut SP
sesuai apotek, identitas apotek, tanggal, nama dan jumlah obat, tanda tangan
APA dan cap apotek. Surat pesanan dibuat rangkap 2 atau 3 sama seperti
untuk psikotropika. Gambar 10 menunjukkan contoh blanko surat pesanan
obat non narkotik dan non psikotropik.

Gambar 3.10 Surat Pesanan (SP) obat Non Psikotropika dan Non Narkotika
5) SalinanResep
Blanko slainan resep di Apotek WIPA memuat keterangan identitas apotek
pada bagian paling atas, kemudian, keterangan tanggal, tulisan “Salinan
Resep” atau “Apograph”, keterangan resep yang dilayani meliputi nama
dokter, nama pasien, tanggal dan nomor resep, keterangan avocatio atau
tanda R/, dan pada bagian bawah tertera tulisan “PCC” yang merupakan
singkatan dari “pro copy conform” yang berarti “sesuai dengan aslinya”.

Gambar 3.11 Salinan Resep

6) Administrasi Laporan

Ada 2 jenis administrasi laporan di Apotek WIPA, yaitu laporan intern


dan laporan ekstern. Berikut ini adalah penjelasannya.
a. Laporan intern
Laporan intern merupakan laporan keuangan yang ditujukan bagi
pemegang saham apotek (PSA). Laporan intern termasuk di dalamnya
adalah laporan keuangan bulanan dan laporan keuangan tahunan. Laporan
keuangan bulanan meliputi laporan pemasukan harian, laporan
pengeluaran, dan laporan sisa stok.
b. Laporan harian
Laporan harian berisi laporan keuangan saldo bulan lalu, pendapatan
harian dalam 1 bulan mulai dari pendapatan penjualan obat resep,
penjualan OWA, penjualan obat bebas (HV), retur pembelian,
pemasukan karena hutang (RA), piutang (CRT), selisih dan kelebihan
pemasukan. Pemasukan harian ditulis dalam blanko penjualan harian
yang dilaporkan berdasarkan pergantian shift. Semua pendapatan harian
ini direkap dan dilihat keseuaian antara hitungan dengan uang yang
diperoleh sehingga bisa diketahui jika terjadikesalahan.
c. Laporan pengeluaran
Laporan pengeluaran berasal dari biaya operasional yang terdiri dari gaji,
sewa apotek, biaya penyusutan, listrik, telepon, inventaris, kebutuhan
administrasi, pajak, kebersihan, iuran, kebutuhan rumah tangga, dan
sebagainya. Dari total pengeluaran tersebut serta pembayaran/pembelian
obat dapat diketahui sisa saldo atau sisa hutang dalam suatu bulan yang
belum dilunasi Apotek.
d. Laporan sisa stok
Laporan sisa stok berguna untuk melakukan kontrol kesesuaian
pengeluaran dan pemasukan obat yang dilakukan. Laporan sisa stok ini
dapat mengkoreksi jika ada perbedaan antara jumlah fisik obat dan sisa
obat di komputer. Karena jumlah pemasukan dan pengeluaran obat
berpengaruh terhadap pembuatan laporan pendapatan serta keuntungan
Apotek.
e. Laporan keuangan
Laporan keuangan tahunan terdiri atas laporan penyusutan dan laporan
rugi-laba. Laporan penyusutan dibuat berdasarkan harga perolehan atau
harga beli barang pada saat itu. Persen (%) penyusutan didasarkan pada
perkiraan penggunaan efektif suatu barang. Sedangkan laporan laba rugi
dalah laporan keuangan yang secara sistematis menyajikan hasil usaha
dalam rentang waktu tertentu. Laporan rugi-laba suatu apotek diperoleh
dari nilai pendapatan usaha yang dikurangi dengan nilai biaya
operasional.
Berikut ini adalah rumus perhitungan rugi-laba:
HPP=StokAwal+Pembelian-StokAkhir.................................... (1)
Laba Kotor = Pendapatan – HPP ...................................................... (2)
Laba Bersih = Laba Kotor – Biaya Operasional .............................. (3)
Neraca keuangan adalah laporan keuangan yang secara sistematis
menyajikan posisi keuangan entitas pada suatu tanggal tertentu. Neraca terdiri
dari dua bagian yakni aktiva (lancar dan tetap) dan pasiva (kewajiban/hutang dan
ekuitas/modal). Aktiva lancar meliputi kas, simpanan bank, surat berharga,
piutang dan persediaan barang. Sedangkan aktiva tetap merupakan investasi
jangka panjang yang bersifat tetap dan permanen, tidak dijual kembali dalam
kegiatan normal seperti tanah, bangunan, mesin, peralatan bangunan, alat
transportasi dan nilai akumulasi penyusutan terhadap aktivatetap.
Kewajiban / hutang terdiri dari hutang lancar (hutang jangka pendek)
seperti pinjaman bank, kewajiban jangka panjang yang akan jatuh tempo, hutang
dagang, uang muka penjualan, hutang pembelian aktiva tetap, penyisihan
kewajiban pajak dan hutang dividen.

Modal/ekuitas dapat diperoleh dari modal usaha, laba berjalan dan laba
ditahan. Laporan rugi-laba dan neraca sangat berkaitan. Laba yang diterima dari
laporan laba rugi, nantinya akan menjadi salah satu komponen modal pada
kolom aktiva modal/ekuitas. Neraca keuangan disebut juga dengan balance
sheet. Karena neraca digunakan untuk melihat kondisi keuangan suatu
perusahaan, maka nilai total aktiva dan passiva harus seimbang. Hanya saja, pada
kenyataannya, neraca keuangan susah balance. Jika kesalahan perhitungan
balancingaktiva-passiva <10% maka diubah nilai pembelian, dikarenakan
pengurangan dari nilai pembelian tidak merugikan pihak manapun. Tetapi, jika
nilai kesalahan balancing aktiva-passiva >10% maka penggung jawab harus
melakukan perhitungan ulang dari persediaaan stok barang, stok barang harus
sama anatra total fisik barang dan total data barang, serta peninjauan ulang
hutang pembelian atau faktur yang belum diam.

f. Laporan ekstern
Laporan ekstern merupakan laporan yang tidak memiliki hubungan
dengan keuangan apotek. Beberapa laporan eksternal sebagai berikut:
a. Laporan Narkotika dan psikotropika
Laporan narkotika dan psikotropika; digunakan untuk mengetahui rincian
pemasukan dan pengeluaran jenis obat psikotropika dan obat narkotika, baik
yang dibeli oleh apotek maupun yang digunakan oleh pasien. Buku register
ini memuat nama obat, pemasukan (tanggal, nama PBF, jumlah), tanggal,
pengeluaran (nama pasien, alamat, jumlah keluar, jumlah total keluar) dan
stok akhir. Register diakses (komputer) melalui laporan narkotik/psikotropik
yang dapat dicetak untuk mempermudah pengontrolan saat ada pemeriksa
dari Dinas Kesehatan/Balai POM.
Pelaporan penggunaan Narkotika dan Psikotropika (SIPNAP)
dikembangkan dan dikelola oleh Direktorat Bina Produksi dan Distribusi
Kefarmasian, Ditjen Binfar dan Alkes, Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia. Laporan narkotik dibuat secara manual yang selanjutnya akan
diunduh di SIM berisi pengeluran (nama dan alamat pasien, nama dan
alamat dokter penulis resep, nomor resep, nama sediaan, satuan, persediaan
awal), asal jumlah pemasukan (nama PBF/ Apotek dan jumlah Obat), sisa
akhir bulan dan keterangan lain. Laporan ini dilaporkan selambat-lambatnya
tanggal 10 setiap bulannya melalui website http://sipnap.kemenkes.go.id dan
dilaporkan ke KEMENKES RI di Jakarta dan tembusan dinkes kab/kota,
BPOMsetempat.
Tabel 3.17. Rekapan Register Narkotika
Penambahan Pengurangan

Saldo Tgl/ Pasien Saldo


Bulan Tgl/No. No. Nama
Tgl ∑ Asal Tgl ∑
Awal No. Akhir
Faktur R/ Nama Alamat dr.
SP

b. LaporanStatistika
Laporan yang berisi penggunaan obat generik berlogo (OGB) dalam
resep setiap bulannya. Laporan obat generik ditujukan kepada Kepala Dinas
Kesehatan Yogyakarta dengan tembusan Kepala Dinas Kesehatan
Yogyakarta, Kepala BPOM, dan Arsip. Beberapa hal yang dilaporkan
meliputi jumlah lembar resep per hari, total resep OGB perhari, dan
persentase OGB dalam resep per hari.
c. Laporan Tenaga KerjaKefarmasian
Laporan tenaga kerja kefarmasian di Apotek berisi 4 rangkap dan
dilaporkan setiap 3 bulan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, BPOM,
Dinas Kesehatan Propinsi dan sebagai arsip apotek. Tenaga kefarmasian
yang harus dilaporkan adalah tenaga kerja kefarmasian yan memiliki Surat
Ijin Kerja bagi APA dan APING, STRTTK beserta SIK bagi S1 Farmasi
dan STRTTK bagi D3Farmasi.
d. Laporan Tenaga Kerja Keseluruhan
Apotek yang berbentuk badan usaha yang wajib lapor ke Departemen
Tenaga Kerja jika memiliki karyawan lebih dari 20 orang. Laporan tenaga
kerja keseluruhan dilaporkan ke Depnaker setiap tahun, dengan
melampirkan identitas perusahaan, macam-macam buruh yang bekerja
sebagai pegawai (buruh harian atau bulanan), bentuk kesejahteraan bagi
karyawan, waktu/jam kerja tenaga kerja keseluruhan, tingkat pendidikan
tenaga kerja dan dokumen lain yang dibutuhkan pihak Depnaker.
e. Laporan Kontrasepsi
Apotek yang bersedia untuk melaksanakan program KB yang ditunjuk oleh
BKKBN maka wajib untuk membuat laporan kontrasepsi. Apotek akan
mendapatkan insentif sebesar Rp 150.000/ 3 bulan atau dapat diganti dengan
SKP (Satuan Kredit Partisipasi) yang dikumpulkan untuk mendapatkan
sertifikat kompetensi. Pada pelaksanaan program ini, BKKBN bekerja sama
dengan pihak IAI (Ikatan Apoteker Indonesia). Laporan kontrasepsi terdiri
dari 1) Laporan Hasil Pelayanan Alat dan Obat Kontrasepsi Melalui Apotek.
Laporan ini berisi jenis alat kontrasepsi, jumlah awal, sisa jumlah, nama dan
alamat pasien, keterangan pasien dan sisa stok. Laporan Hasil Pelayanan
Alat dan Obat Kontrasepsi Melalui Apotek. 2) Laporan yang berisi Catatan
Hasil Pelayanan Kondom Melalui Apotek Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta. Laporan ini ditujukan untuk apotek yang hanya menyalurkan
alat kontrasepsi berupa kondom. Apotek WIPA wajib melaporkan catatan
hasil pelayanan kondom, karena alat kontrasepsi yang tersedia hanya
kondom.
f. Laporan Monitoring Efek Samping Obat(MESO)
Laporan kejadian MESO jarang terjadi sehingga bersifat insidentil. Blanko
laporan MESO terdiri dari 4 macam, yaitu 1) Warna hijau digunakan untuk
kejadian efek samping yang disebabkan oleh suplemen atau makanan. 2)
Warna merah muda digunakan untuk kejadian efek samping yang
disebabkan oleh penggunaan kosmetika. 3) Warna hijau muda digunakan
untuk kejadian efek samping yang disebabkan oleh obat tradisional. 4)
Warna kuning digunakan untuk kejadian efek samping yang disebabkan
oleh obat nasional. Laporan kejadian MESO akan dikirim ke Direktorat
Penilaian Obat Tradisional dan PanitiaMESO.
g. Laporan Monitoring KerusakanObat
Obat yang termasuk dalam kriteria kerusakan obat yaitu jika obat dalam
kemasan utuh tetapi menunjukkan kerusakan secara fisik. Contohnya
gelembung pada kemasan strip, obat dalam botol sukar tercampur atau
adanya kerak di dinding botol. Laporan ini hanya dibuat jika ada penemuan
kerusakan obat. laporan monitoring kerusakan obat berisi nama obat, bentuk
sediaan, asal PBF yang memproduksi dan bentuk kerusakan yang dimaksud.
Form laporan dikirim ke Pemerintah untuk dilakukan inspeksi dan memberi
teguran kepada PBF mengenai adanya laporan kerusakan obat.
h. Laporan Pemusnahan Obat
Laporan pemusnahan obat dibedakan menjadi pemusnahan obat golongan
narkotika dan golongan selain narkotika (daftar G dan Psikotropik).
Pemusnahan obat dilakukan apabila terdapat obat-obat yang telah mencapai
massa kadaluara ataupun mengalami kerusakan. Kerusakan atau ED obat
minimal sebesar 1% dari persediaan obat, hindari jika kerusakan atau ED
obat mencapai 3% karena akan menrugikan apotek. Pemusnahan golongan
narkotika, akan dibuat berita acara sendiri jika dilakukan bersamaan dengan
pemusnahan golongan lainnya. Pada pelaksanaan pemusnahan obat
narkotik, harus disaksikan oleh Pejabat Setempat (contohnya Kepala
BPOM). Berbeda dengan pemusnahan pada golongan non-narkotik yang
boleh hanya dihadiri oleh APA, APING dan pelaksanan Pemusnahan. Berita
acara pemusnahan obat berisi keterangan nama obat, jenis sediaan obat,
jumlah obat, dan keterangan tempat, waktu serta metode pemusnahan yang
digunakan.
i. Laporan Pemusnahan Resep
Pemusnahan resep dilakukan untuk resep-resep dalam jangka waktu 3
tahun. Pemusnahan resep narkotika dan psikotropika dilakukan dnegan cara
yang sama. Sebelum dilakukan pemusnahan, resep ditimbang, dicatat
keterangan resep yang akan dimusnahkan (kurun waktu 3 tahun, ex 2003-
2006), cara pemusnahan, saksi dan pelaksana pemusnahan untuk dilaporkan
sebagai berita acara pemusnahan. Berita acara pemusnahan ditanda tangani
oleh para saksi (APA dan APING), dibuat 4 rangkap yang akan ditujukan
bagi Dinas kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Propinsi, BPOM
dan Arsip Apotek.
j. LaporanPajak
Setiap apotek memiliki kewajiban untuk membayar pajak dengan melakukan
perhitungan, pelaporan, dan penyetoran. Penyetoran pajak pribadi dilakukan
setiap tanggal 30 Maret sedangnyak pajak badan dilakukan setiap tanggal 30
April. Laporan pajak ada dua jenis yaitu SPT tahunan dan SPT massa. Apotek
WIPA berbentuk badan usaha sehingga wajib melakukan SPT PPh 23, dengan
tarif 15% dari penghasilan bruto per tahun. Selain itu dikenai pajak badan
dengan omset kurang dari Rp. 4.800.000.000,- sehingga tarif pajaknya adalah
1% dari omset. PPn dikenakan saat pembelian obat dari PBF sebesar 10%. PBF
melampirkan PPn dalam faktur sebagai bukti bahwa Apotek sudahmembayar
PPn. PPh 25 adalah angsuran pajak sebesar 1/12 dari keuntungan bersih tahun
sebelumnya. PPh 25 dibayarkan melalui STP massa/bulan.
k. Laporan kefarmasian
Laporan kefarmasian di apotek meliputi berapa banyak pelayanan resep,
pelayanan OWA, jumlah Apoteker melaksanakan PIO, kekosongan obat
generik maupun obat paten.
5. Administrasi Keuangan
Buku kas digunakan untuk mengelola keluar masuknya uang di Apotek
WIPA. Jenis pengeluaran meliputi kegiatan pembelian dan pelunasan. Buku kas
berisi tanggal, nama barang yang ditransaksikan, debet, kredit, dan saldo. Jika
jumlah uang yang dimiliki apotek ada dalam jumlah besar biasanya APA dengan
persetujuan PSA akan membuat rekening koran dengan syarat minimal uang Rp
1.000.000 dan ada rekomendasi dari nasabah lain. Jika membuka rekening koran,
kita akan mendapatkan 2 bukti pembayaran yang berupa: a) Cek, yaitu bukti
pembayaran yang dapat dicairkan oleh pihak kolektor dari rekening nasabah yang
memiliki rekening koran. b) Bilyet Giro merupakan bukti pembayaran yang tidak
bisa diuangkan secara tunai. Bilyet giro hanya bisa disetor pada rekening giro pihak
penagih. Waktu pencairan bilyet girodan cek dapat disesuaikan dengan waktu
penerimaan barang. Hanya saja, untuk membuka rekening koran, apotek harus
mengeluarkan biaya administrasi lainnya berupa biaya buku cek atau giro dan
biaya materai.
6. Administrasi Kepegawaian
Pengelolaan gaji pegawai di Apotek WIPA disesuaikan dengan jabatannya. Gaji
Apoteker Pendamping dihitung per jam, tuslah, dan kesejahteraan. Gaji TTK
meliputi gaji pokok, jam kerja, dan lembur (1,5 kaligaji).
7. Pajak
Apotek WIPA perhitungan Pajak dilakukan sendiri, karena pemerintah telah
menetapkan metode self assesment bagi wajib pajak dengan mendaftar,
menghitung dan membayar sendiri pajak yang akan dibayarkan dengan
menggunakan Surat Pemberitahuan (SPT). Pajak yang dibayarkan oleh Apotek
WIPA yaitu pajak badan (final) yaitu 1% dari omset.
Apotek WIPA melakukan pembayaran pajak yang sudah sesuai dengan peraturan
pajak yang dipungut oleh Daerah maupun Pusat, dimana terbagi atas pajak tidak
langsung dan langsung. Perhitungan pajak di Apotek WIPA dilakukan dengan cara
pembukuan dimana pajak yang dihitung dari laba bersih yang terdapat dalam
neraca rugi laba.
a. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Pajak Bumi dan Bangunan
dibayarkan setiap akhir tahunnya kepada pemerintah tergantung dari luas
tanah, bangunan dan letaknya. Apotek WIPA membayar PBB sudah sesuai
dengan SPT yang sudah dikirimkan oleh pemerintah.
b. Pajak Pertambahan Nilai(PPN)
Ada dua jenis PPN, yaitu PPN masuk dan PPN keluar. PPN masuk adalah
PPN berasal dari barang-barang yang dibeli dari PBF yang merupakan
Pengusaha Kena Pajak. PPN dipungut oleh PBF dari apotek yang membeli
obat dan PBF akan melaporkan serta membayarkan pajaknya. Sedangkan PPN
keluar adalah sejumlah nilai yang ditambahkan pada harga barang yang dijual
ke konsumen apotek. Nilai PPN adalah 10%.
c. PPh pasal 21 (Pajak PenghasilanPerorangan)
PPH 21 adalah pajak yang mengatur pajak pribadi atau perorangan yang
pendapatannya telah melebihi penghasilan tidak kena pajak atau PTKP (lebih
dari Rp. 54.000.000,- per tahun). Di Apotek WIPA penghasilan karyawannya di
bawah PTKP sehingga tidak dikenakan PPh 21.
d. PPh pasal23
Untuk PPh 23 di Apotek WIPA dihitung dari deviden yang berasal dari jumlah
omset yang akan dibagikan ke pemegang saham dikalikan 15% karena apotek
WIPA berbentuk CV.
e. Pajak Reklame
Pajak reklame dikenakan pada pemasangan nama apotek tergantung dari jenis
papan reklame, ukuran/luas papan reklame, dan tempat/lokai pemasangan
papan reklame. Apotek WIPA memiliki papan arah bertuliskan “Apotek” di
depan Jl. Mantrigawen. Informasi papan ini hanya bertuliskan “Apotek” tanpa
keterangan nama apotek, maka Apotek WIPA tidak dikenai tagihan pajak
reklame.
8. Analisis Administrasi
Apotek WIPA dikelola oleh seorang APA dan memiliki kurang lebih 9
pegawai, dengan rincian 1 orang Aping, 1 orang kasir, 1 orang staf administrasi,
2 orang staf gudang dan 1 orang PU, 3 orang TTK. Dilihat dari jumlah karyawan
dan beban pekerjaan yang ada di Apotek WIPA hal tersebut sudah sesuai.
Namun, jika dilihat dari efisiensi apotek jumlah pegawai tersebut terlalu banyak
karena TTK dapat merangkap pekerjaan yanglain.
Administrasi pencatatan atau dokumentasi Apotek WIPA dilihat sudah
baik, hal tersebut terlihat dalam pencatatab terhadap obat resep, OWA, maupun
psikotropika yang dilakukan secara teratur. Pencatatan tersebut sudah sesuai
dengan ketentuan yang berlaku. Akan tetapi untuk pendokumentasian pelayanan
kefarmasian seperti PIO, konseling, pemantauan terapi obat ataupun monitoring
efek samping obat belum bisa dilakukan dengan maksimal. PIO dilakukan secara
aktif melalui media cetak yaitu dengan memberikan leaflet kepada pasien.
Sedangkan untuk monitoring efek samping obat berupa pesan dalam banner
Apotek yakni menghimbau pasien untuk melapor jika mengalami efek samping
akibat penggunaan obat. Pemantauan efek samping pasien dilakukan apabila aada
keluhan pasien terhadap obat tertentu. Sedangkan untuk pelaporan pemantauan
terapi obat susah dilakukan di Apotek sebab tidak semua pasien secara rutin
membeli obat di Apotek tersebut, selain itu untuk penyakit tertentu biasnya
pasien akan berganti-ganti dokter sehingga terapi yang diberikan berbeda, hal
tersebut yang mengakibatkan pemantauan terapi obat susah dilakukan di Apotek.
Manajemen pengelolaan Apotek WIPA sudah cukup bagus, kegiatanan
manajemen pengelolaan Apotek dilakukan dengan rapi dan teliti, sehingga jika
terjadi kesalahan dapat segera diketahui letak kesalahannya. Misalnya seperti
kesesuaian antara uang hasil penjualan, struk di kasir, serta data di komputer.
Setiap harinya selalu dilakukan cek stok obat di etalase dengan data di komputer.
Sehingga hal tersebut dapat meminimalisir kesalahan.

3. Entrepreunership (Studi kelayakan)


Studi kelayakan ( Feasibility Study) Apotek adalah suatu rancangan
secara komprehensif mengenai rencana pendirian Apotek baru untuk
melihat kelayakan usaha baik dari pengabdian profesi maupun sisi bisnis
ekonominya. Rancangan ini memiliki tujuan untuk menghindari
penanaman modal yang tidak efektif dan berguna untuk mengetahui
apakah Apotek yang akan didirikan cukup layak atau dapat bertahan dan
memberi keuntungan secara bisnis. Dalam studi kelayakan diperlukan
perhitungan yang matang sehingga Apotek yang akan didirikan nanti tidak
mengalami kerugian.

Apotek WIPA berlokasi di daerah Panembahan, jalan Mantrigawen


Lor No.30 Yogyakarta. Lokasi Apotek WIPA merupakan daerah strategis
yang banyak dilalui oleh pejalan kaki, pengendara motor dan pengendara
mobil karena jalan ini merupakan akses menuju alun-alun kidul serta
berada di daerah pemukiman padat penduduk, dekat dengan beberapa
perkantoran misalnya BNN, dan SDN Panembahan.

Analisa SWOT ( strength, weakness, opportunity dan threat)


Digunakan untuk menganalisa mengenai kekuatan dan kelemahan yang
dimiliki suatu organisasi dalam melakukan usaha yang dilakukan melalui
telaah terhadap kondisi internal, serta analisa mengenai peluang dan
ancaman yang dihadapi yang dilakukan melalui telaah terhadap kondisi
eksternal. Berikut ini kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dari
Apotek WIPA :

a. Strenght
- Lokasi strategis yang banyak dilalui oleh pejalan kaki, pengendara motor
dan pengendara mobil karena jalan ini merupakan akses menuju alun-
alun kidul serta berada di daerah pemukiman padat penduduk
- Persediaan obat yang cukup lengkap
b. Weakness
- Fasilitas minilab seperti pengecekkan guladarah, asam urat dan tekanan
darah belum dioptimalkan
c. Opportunity
- Bekerja sama dengan BNN dalam menyediakan tes kit narkoba dan kerja
sama dengan instansi lain seperti mitra medika
d. Threat
- Apotek pesaing yaitu K24

Anda mungkin juga menyukai