BAB II
PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK
pendapatan atau penjualan sama dengan total biaya. Pada titik impas
Apotek tidak mendapat laba maupun menderita kerugian. Fungsi
analisis BEP adalah untuk merencanakan jumlah penjualan yaitu
pada jumlah penjualan berapa yang dapat menghasilkan laba atau
untuk menutup biaya variabel dan biaya tetap yang dikeluarkan
Apotek. Selain itu untuk merencanakan jumlah laba yaitu berapa
banyak jumlah keuntungan atau kerugian yang akan diperoleh
Apotek, ketika total penjualan dan biayanya mencapai tingkat
tertentu. Adapun cara perhitungan analisis BEP adalah sebagai
berikut:
Biaya tetap
Titik empas (BEP) = Biaya Variabel atau
1−( )
Volume Penjualan
Biaya tetap
Titik empas (BEP) = HPP
1−( )
Omzet
BMHP.
d. Untuk menjamin stok sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP
agar tidak berlebih.
e. Efisiensi biaya.
f. Untuk memberikan dukungan data bagi estimasi pengadaan,
penyimpanan dan biaya distribusi sediaan farmasi, alat kesehatan
dan BMHP (Kemenkes RI, 2019).
Tahapan perencanaan kebutuhan sediaan farmasi, alat kesehatan
dan BMHP dimulai dari persiapan sebelum menyusun rencana
kebutuhan lalu dilanjutkan dengan pengumpulan data yang berdasarkan
pada data penggunaan periode sebelumnya (data konsumsi), sisa stok
dan morbiditas. Kemudian, dilakukan penetapan jenis dan jumlah
sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP yang direncanakan
menggunakan metode perhitungan kebutuhan. Setelah itu, dilakukan
evaluasi dari perencanaan yang telah dilakukan dan jika diperlukan
dilakukan revisi dari rencana kebutuhan tersebut (Kemenkes RI, 2019).
Metode dan strategi perencanaan dapat ditujukan untuk
penggunaan, menyiapkan dan menyesuaikan biaya, perencanaan, serta
pengembangan pelayanan. Pemilihan metode perhitungan kebutuhan
berdasarkan pada penggunaan sumber daya dan data yang ada
(Kemenkes RI, 2019). Berikut ini merupakan beberapa metode
perencanaan:
a. Metode Konsumsi
Pada metode konsumsi, perhitungan dilakukan berdasarkan analisa
data konsumsi sediaan farmasi periode sebelumnya ditambah stok
penyangga (buffer stock), stok waktu tunggu (lead time stock) dan
memperhatikan sisa stok. Buffer stock mempertimbangkan
kemungkinan adanya perubahan pola penyakit dan kenaikan jumlah
kunjungan. Jumlah buffer stock bervariasi antara 10% sampai 20%
dari kebutuhan atau tergantung kebijakan Apotek. Sedangkan, lead
time stock adalah stok sediaan farmasi yang dibutuhkan selama
24
pencatatan pada kartu stok, yang meliputi: nama, bentuk dan kekuatan
sediaan obat, jumlah persediaan, tanggal, nomor dokumen dan sumber
penerimaan, nomor bets dan kadaluarsa setiap penerimaan, jumlah yang
diterima, nomor dokumen dan tujuan penyerahan, jumlah yang
diserahkan, serta paraf petugas Apotek yang mengerjakannya.
Pencatatan dapat dilakukan secara manual maupun elektronik dengan
sistem tervalidasi yang dapat ditelusuri dan dicetak (Kemenkes RI,
2019). Penyimpanan harus memperhatikan beberapa hal berikut
(Menkes RI, 2016):
a. Obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik dan apabila isi
dipindahkan pada wadah lain dalam hal pengecualian atau darurat,
maka harus dapat mencegah terjadinya kontaminasi dan harus ditulis
informasi yang jelas pada wadah baru. Wadah minimal berisi nama
obat, nomor bets dan tanggal kadaluarsa.
b. Semua obat harus disimpan pada kondisi yang sesuai agar keamanan
dan stabilitasnya terjamin.
c. Tempat penyimpanan obat tidak boleh digunakan untuk menyimpan
barang lain yang menyebabkan kontaminasi.
d. Sistem penyimpanan dilakukan dengan memperhatikan bentuk
sediaan dan kelas terapi obat, serta disusun secara alfabetis.
e. Pengeluaran obat menggunakan sistem FEFO (First Expired First
Out) dan FIFO (First In First Out).
Aspek khusus yang perlu diperhatikan pada penyimpanan adalah
sebagai berikut (Kemenkes RI, 2019):
a. Obat farmasi High Alert
Obat High Alert merupakan obat yang harus diwaspadai karena
dapat mengakibatkan terjadinya kesalahan dan beresiko tinggi
menyebabkan dampak yang tidak diinginkan, obat tersebut
diantaranya:
1) Obat resiko tinggi, yaitu obat yang bila terjadi kesalahan dapat
mengakibatkan kecacatan atau bahkan kematian, seperti insulin,
31
7. Pencatatan
Pencatatan merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk
memonitor keluar masuknya sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP
di Apotek. Pencatatan dilakukan pada setiap proses pengelolaan,
meliputi: pengadaan (surat pesanan dan faktur), penyimpanan (kartu
stok), penyerahan (nota atau struk penjualan), pemusnahan (berita
acara), dan pencatatan lain yang disesuaikan dengan kebutuhan.
Pencatatan akan memudahkan dalam melakukan penelusuran apabila
terdapat mutu sediaan farmasi yang di bawah standar dan harus ditarik
dari peredaran (Kemenkes RI, 2019).
8. Pelaporan
Pelaporan merupakan kumpulan catatan dan pendataan kegiatan
administrasi sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP, ditujukan
kepada pihak yang berkepentingan. Pelaporan terdiri dari pelaporan
internal dan pelaporan eksternal. Dimana pelaporan internal merupakan
pelaporan yang digunakan untuk kebutuhan manajemen Apotek, seperti
pelaporan keuangan, pelaporan barang dan pelaporan lainnya.
Sedangkan, pelaporan eksternal merupakan pelaporan yang dibuat untuk
memenuhi kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku meliputi pelaporan narkotika, psikotropika dan
pelaporan lainnya (Kemenkes RI, 2019).
pemilihan obat yang tidak tepat, dosis terlalu tinggi, dosis terlalu
rendah, terjadinya ROTD, dan adanya interaksi obat.
d. Menentukan prioritas masalah sesuai kondisi pasien dan
menentukan apakah masalah tersebut sudah atau berpotensi akan
terjadi.
e. Memberikan rekomendasi atau rencana tindak lanjut yang berisi
rencana pemantauan dengan tujuan memastikan tercapainya efek
terapi dan meminimalkan efek yang tidak diinginkan.
f. Hasil identifikasi masalah terkait obat dan rekomendasi yang telah
dibuat oleh Apoteker harus dikomunikasikan dengan tenaga
kesehatan lain yang terkait untuk mengoptimalkan tujuan terapi.
g. Melakukan dokumentasi dari pelaksanaan PTO.
7. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
Monitoring efek samping obat merupakan kegiatan pemantauan
setiap respon terhadap obat yang merugikan atau tidak diharapkan
terjadi pada dosis normal yang digunakan pada manusia untuk tujuan
profilaksis, diagnosis dan terapi atau memodifikasi fungsi fisiologis.
Faktor yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan MESO, yaitu
kerjasama dengan tenaga kesehatan lain dan ketersediaan formulir
MESO (Kemenkes RI, 2019). Tujuan dari MESO, diantaranya
(Kemenkes RI, 2019):
a. Menemukan Efek Samping Obat (ESO) sedini mungkin,
terutama yang berat, tidak dikenal dan frekuensinya jarang.
b. Menentukan frekuensi dan insidensi ESO yang sudah dikenal dan
yang baru saja ditemukan.
c. Mengenal semua faktor yang mungkin dapat menimbulkan
atau mempengaruhi angka kejadian dan hebatnya ESO.
d. Meminimalisir dan mencegah terulangnya kejadian ROTD.
Kegiatan dari pelaksanaan MESO, antara lain (Menkes RI, 2016):
a. Mengidentifikasi obat dan pasien dengan resiko tinggi mengalami
ESO.
43
Pengusaha Kena Pajak (PKP), baik secara kredit maupun non kredit.
b. PPN Pajak Keluaran merupakan pajak yang dipungut oleh PKP.