TINJAUAN PUSTAKA
Atur lagi font dan formatnya, harus rata kiri-kanan dan dirapikan
Pencabutan Izin Apotek dapat dilakukan apabila sesuai dengan hal-hal
di bawah ini yaitu :
a. Apoteker sudah tidak lagi memenuhi ketentuan yang telah ditetapkan
seperti ijazah yang terdaftar pada Departemen Kesehatan, melanggar
sumpah atau janji sebagai apotek, tidak lagi memenuhi persyaratan fisik
dan mental dalam menjalankan tugasnya, bekerja sebagai penanggung
jawab pada apotek atau industri Farmasi lainnya.
b. Apoteker tidak menyediakan, menyimpan dan menyerahkan perbekalan
farmasi yaitu bermutu dan terjamin keabsahannya.
c. Apoteker tidak menjalankan tugasnya dengan baik seperti dalam hal
melayani resep, memberikan informasi yang berkaitan dengan penggunaan
obat secara tepat, aman dan rasional.
d. Apabila Apoteker berhalangan melakukan tugasnya lebih 2 tahun berturut-
turut.
e. Apoteker melanggar perundang-undangan obat keras, psikotropika,
Narkotika atau ketentuan lainnya.
f. Apabila Surat Izin Apotek (SIA) dicabut, APA atau apoteker pengganti
wajib mengamankan perbekalan farmasi sesuai dengan peraturan
perundang-undangan berlaku PSA terbukti terlibat dalam pelanggaran
perundang-undangan dibidang obat.
g. Apotek tidak lagi memenuhi persyaratan yang ditetapkan narkotika (Yasa,
2010).
Berdasarkan Kepmenkes No. 1332/MENKES/SK/X/2002 pengganti
Permenkes No. 992/MENKES/PER/1993. Pelaksanaan pencabutan izin
dilakukan dengan cara:
b. Pengadaan
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
1027/Menkes/SK/2004 untuk menjamin kualitas pelayanan
kefarmasian maka pengadaan sediaan farmasi harus melalui jalur
resmi. Pengadaan barang dapat melalui 2 cara yaitu pembelian dsn
koniyasi. Pembelian barang di apotek sebaiknya disesuaikan dengan
kebutuhan pelayanan setempat (Kepmenkes RI, 2004).
1. Persiapan
Pengumpulan data obat dan perbekalan farmasi yang akan
dipesan berdasarkan buku dafecta (buku barang habis) baik dari
bagian penerimaan resep, obat bebas maupun dari gudang (Hartini
& Sulasmono, 2007).
2. Pemesanan
Pemesanan dilakukan dengan menggunakan Surat
Pemesanan (SP) untuk setiap supplier. Surat pemesanan di apotek
ada tiga macam yaitu surat pesanan narkotika, surat pesanan
psikotropika, dan surat pesanan untuk obat selain narkotika dan
psikotropika, SP minimal dibuat 2 rangkap (untuk supplier dan
arsip apotek) dan ditanda tangani oleh APA dengan mencantumkan
nama dan nomor SP serta cap apotek. SP pembelian Narkotika
dibuat 5 rangkap, 1 lembar merupakan arsip untuk administrasi
apotek dan 4 lembar dikirim ke PBF Kimia Farma menyalurkan
kepada Kepala Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten, BPOM dan
penanggung jawab Narkotika Depot Kimia Farma Pusat. Satu
lembar surat pesanan untuk memesan satu jenis narkotika SP untuk
psikotropika, format telah ditetapkan oleh Dinas Kesehatan, dibuat
rangkap 3, satu lembar (asli) untuk PBF dan dua lembar (tembusan)
untuk arsip apotek dan pengecekan barang datang. Dalam satu SP
Dapat memuat lebih dari satu item obat,pemesanan bisa dilakukan
selain PT. Kimia Farma (Hartini & Sulasmono, 2007).