TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PENGERTIAN APOTEK
Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 1965 tentang Apotek pada Pasal 1
menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan apotek adalah suatu tempat tertentu
dimana
dilakukan
usaha-usaha
dalam
Bidang
Farmasi
dan
Pekerjaan
Kefarmasian.
Peraturan Pemerintah (PP) tersebut kemudian dirubah dengan keluarnya PP
No. 25 Tahun 1980 tentang perubahan atas PP No. 26 Tahun 1965 tentang Apotek
menjadi Apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan
kefarmasian dan penyaluran obat kepada masyarakat.
Permenkes No. 922 Tahun 1993 menyebutkan tentang ketentuan dan tatacara
pemberian izin apotik.
Pasal 1 ayat (a) :
Apotek adalah tempat tertentu tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan
penyaluran
perbekalan
farmasi,
perbekalan
kesehatan
lainnya
kepada
masyarakat.
Pasal1 ayat (i) :
Perbekalan farmasi adalah obat, bahan obat, obat asli Indonesia (obat
tradisional), bahan obat asli Indoneia (bahan obat tradisional), alat kesehatan dan
kosmetik.
Keputusan Menteri Kesehatan No. 1332 Tahun 2002 maupun KepMenKes
No. 1027 Tahun 2004 merupakan tentang perubahan dari peraturan sebelumnya
yaitu PerMenKes No. 922/ MenKes/ Per/ X/ 1993 Apotek adalah tempat tertentu
tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi,
perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat.
Menurut Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia No. 51 Tahun 2009
Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktik
kefarmasian oleh Apoteker.
antara
kedudukan
seseorang
dengan
kewajibannya
untuk
Farmasi,
pengamanan,
pengadaan,
penyimpanan,
dan
10
Apoteker
dan
Tenaga
Teknis
Kefarmasian
untuk
dapat
11
2.
3.
melakukan kegiatan.
Selambat-lambatnya 6 hari setelah permintaan bantuan teknis dari
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota atau Kepala Badan POM
melaporkan hasil pemeriksaan setempat dengan menggunakan contoh
4.
formulir APT-3.
Dalam hal pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 dan 3 tidak
dilaksanakan, Apoteker. Permohon dapat membuat pernyataan siap
melakukan kegiatan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota
setempat dengan tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
5.
6.
formulir APT-5.
Dalam hal pemeriksaan Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota atau
Kepala Badan POM dimaksud ayat 3 masih belum memenuhi syarat
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota setempat dalam waktu 12 hari
kerja mengeluarkan Surat Penundaan dengan menggunakan contoh
7.
12
keamanan
dan mudah
dijangkau
masyarakat
dengan
kendaraan.
2. Bangunan
Bangunan Apotek harus mempunyai luas dan memenuhi persyaratan yang
cukup, serta memenuhi persyaratan teknis sehingga dapat menjamin
kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi apotek serta memelihara mutu
perbekalan kesehatan dibidang farmasi.
Bangunan di apotek sekurang-kurangnya terdiri dari :
a. Ruang tunggu
b. Ruang Administrasi dan ruang kerja apoteker
c. Ruang penyimpanan obat
d. Ruang peracikan dan penyerahan obat
e. Tempat pencucian obat
f. Kamar mandi dan toilet.
Bangunan apotek harus dilengkapi dengan sumber air yang memenuhi
syarat kesehatan, penerangan yang baik, ventilasi dan sistem sanitasi yang
baik dan memenuhi syarat hygenies, papan nama yang memuat nama
apotek, nama Apoteker Pengelola Apotek, nomor Surat Izin Apoteker,
nomor telpon apotek.
3. Perlengkapan
Perlengkapan apotek yang harus dimiliki yaitu:
a. Alat pembuangan, pengolahan dan peracikan seperti timbangan, mortir,
gelas ukur dan alat lainnya.
13
14
P No.1
Contoh
15
P No.2
Contoh
3.
P No.3
Contoh
yang:
1. Mempunyai takaran/ dosis maksimum (DM) atau yang tercantum dalam
daftar obat keras yang ditetapkan pemerintah.
2. Diberi tanda khusus lingkaran bulat berwarna merah dengan garis tepi
hitam dan huruf K yang menyentuh garis tepinya.
3. Semua obat baru, kecuali dinyatakan oleh pemerintah (DepKes RI) tidak
membahayakan.
4. Semua sediaan parenteral/ injeksi/ infus intravena.
Contoh: Comtusi, Epexol, Lapifed DM, dan lain-lain.
Berdasarkan Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia No.
02396/ A/ SK/ VII/ 1986 tentang tanda khusus Obat Keras daftar G adalah
lingkaran bulat berwarna merah dengan garis tepi berwarna hitam dengan
huruf K yang menyentuh garis tepi, seperti yang terlihat pada gambar
berikut :
16
a. Obat Psikotropika
Obat psikotropika adalah obat keras baik alamiah maupun sintetis bukan
narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada
susunan saraf pusat yang mempengaruhi proses mental, merangsang atau
menenangkan, mengubah pikiran, perasaan, atau kelakuan orang.
Contoh: Phenobarbital 30 mg, Diazepam, Carbamazepin, Amitriptyline,
Alprazolam, Trihexypenidil, Haloperidol, Analsik, Potensik, dan lain-lain.
Sedangkan lambang psikotropika yaitu :
3) Golongan III
17
mempunyai
potensi
ringan
yang
mengakibatkan
sindroma
perubahan
kesadaran,
hilangnya
rasa,
mengurangi
sampai
serta
mempunyai
potensi
yang
sangat
tinggi
berkhasiat
untuk
pengobatan
18
ranitidin,
kloramfenikol,
piroxicam,
dexamentason,
albendazol, dll.
5. Obat Tradisional
Obat Tradisional adalah obat-obatan yang diolah secara tradisional,
turun-temurun,
kepercayaan,atau
berdasarkan
kebiasaan
resep
nenek
setempat,
moyang,
baik
adat-istiadat,
19
leluhur.
Bentuk
jamu
tidak
memerlukan
20
21
dokter hewan.
Tanggal penulisan resep (inscriptio).
Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan resep (invocatio).
Nama setiap obat dan komposisinya (prescriptio/ ordonatio).
Aturan pemakaian obat yang tertulis (signatura).
Tanda tangan atau paraf dokter penulis resep, sesuai dengan
resep,
kemudian
resep
diperiksa
keaslian
resep
dan
22
23
resep
sepenuhnya
menjadi
tanggung
jawab
24
resep dicatat dalam buku register psikotropika dan narkotika. Resep yang
telah disimpan lebih dari 3 tahun dapat dimusnahkan dengan cara dibakar
atau dengan cara lain yang memadai. Pemusnahan dilakukan oleh
Apoteker Pengelola Apotek (APA) dan seorang petugas apotek yang ikut
dalam pemusnahan. Berita acara memuat hari dan tanggal pemusnahan,
tanggal yang terawal dan terakhir resep, berat resep yang dimusnahkan
dalam kilogram.
7. Pemusnahan Resep
Pada pemusnahan resep harus dibuat Berita Acara Pemusnahan
(BAP) sesuai dengan bentuk yang telah ditetapkan atau ditentukan,
rangkap 4 ditandatangani oleh APA bersama dengan sekurang-kurangnya
seorang petugas apotek. Berita acara pemusnahan itu berisi :
1) Tanggal pemusnahan resep.
2) Cara pemusnahan resep.
3) Jumlah bobot resep yang dimusnahkan dalam satuan
kilogram (kg).
4) Tanggal resep yang terlama dan terbaru yang dimusnahkan.
Pemusnahan obat dan perbekalan kesehatan dibidang
farmasi karena rusak, dilarang, dan kadaluwarsa dilakukan dengan
cara dibakar, ditanam, atau dengan cara lain yang ditetapkan oleh
Badan POM.
Pemusnahan tersebut harus dilaporkan oleh APA secara
tertulis
kepada
Subdiknas/
Dinkes
setempat
dengan
mencantumkan:
1) Nama dan alamat apotek
2) Nama Apoteker Pengelola Apotek
3) Perincian obat dan perbekalan kesehatan di bidang
farmasi yang akan dimusnahkan.
4) Rencana tanggal dan tempat pemusnahan.
5) Cara pemusnahan
2.7 PENYIMPANAN OBAT
Salah satu syarat penunjang yang digunakan untuk penyimpanan
obat atau perbekalan farmasi adalah gudang. Peranan gudang sangat
diperlukan mengingat barang yang sudah dibeli tidak semuanya dapat
25
langsung dijual. Oleh karena itu harus disimpan dahulu dalam gudang
dengan tujuan :
1. Memudahkan pengawasan jumlah persediaan, khususnya bagi obat yang
mempunyai kadaluwarsa.
2. Supaya persediaan aman dan tidak mudah hilang.
3. Menjaga stabilitas obat.
4. Memudahkan dan mempercepat pelayanan karena penyimpanan dilakukan
menurut sistem tertentu.
Item barang sebaiknya diatur dalam beberapa daerah penyimpanan
untuk memudahkan dalam kontrol stock, meletakkan dan pengambilan
sediaan. Item barang dapat disusun berdasarkan kategori terapeutik,
alfabetis, bentuk sediaan, dan pabrik obat. Tempat penyimpanan
hendaknya dapat dipertanggung jawabkan dari segi keamanannya, tidak
terkena cahaya matahari langsung, kering dan tidak kotor.
Ruang dalam gudang sebaiknya dibagi-bagi dalam bagian-bagian
kecil untuk penyimpanan obat tiap kelompok misalnya ruang obat jadi,
ruang bahan baku dan ruang alat kesehatan dengan persyaratan tertentu
sesuai dengan persyaratan penyimpanan spesifikasi jenis obat (suhu,
kekuatan cahaya, kelembaban, dan bebas dari kontaminasi baik dari obat
lain maupun kontaminan yang berasal dari serangga).
Sebaiknya dalam penyimpanan obat digolongkan menurut :
1) Disimpan dalam wadah tertutup rapat, untuk obat yang mudah
menguap seperti aether, anaestheticus.
2) Disimpan terlindung dari cahaya untuk obat seperti tablet, kaplet, dan
sirup.
3) Disimpan bersama zat pengering, penyerap lembab (kapur tohor)
seperti kapsul.
4) Disimpan pada suhu kamar (pada suhu 15-30oC) untuk obat seperti
tablet, kaplet, dan sirup.
5) Disimpan pada tempat sejuk (pada suhu 5-15oC) untuk obat seperti
salep mata, cream, ovula, dan suppositoria.
6) Disimpan pada tempat dingin (pada suhu 0-5oC) seperti vaksin.
7) Penyimpanan obat narkotika dilakukan dalam lemari khusus sesuai
persyaratan peraturan Menkes No.35 Tahun 2009 khusus untuk lemari
26
27
Penjualan obat tanpa resep dokter dapat berupa obat bebas, obat
bebas terbatas, Obat Wajib Apotek (OWA), kosmetika, alat kesehatan, dan
barang-barang lain yang dijual di apotek. Penjualan umum ini perlu
pemberian informasi atau penjelasan secara profesional mengenai cara
penggunaan obatnya. Kriteria obat keras yang dapat diserahkan tanpa
resep dokter menurut PerMenKes No. 919/ MenKes/ Per/ X/ 1993 adalah :
a) Tidak dikontraindikasikan untuk wanita hamil, anak dibawah 2 tahun dan
orang tua diatas 65 tahun.
b) Tidak memberikan resiko pada kelanjutan penyakit.
c) Penggunaan tidak memerlukan cara/ alat khusus yang harus dilakukan oleh
bantuan tenaga kesehatan.
d) Untuk penyakit yang prevalensinya tinggi di Indonesia.
e) Memiliki rasio khasiat dan keamanan yang dapat dipertanggungjawabkan.
Obat-obat yang dapat diserahkan tanpa resep dokter terdiri dari :
1) Obat Bebas
Obat bebas adalah obat yang boleh dijual bebas dan tidak terlalu
berbahaya, masyarakat dapat menggunakan sendiri tanpa pengawasan dari
dokter. Obat bebas pada kemasannya terdapat tanda lingkaran hijau dengan
garis tepi berwarna hitam.
2) Obat Bebas Terbatas
Obat bebas terbatas adalah obat keras yang dapat diserahkan kepada
pemakainya tanpa resep dokter, bila penyerahannya memenuhi persyaratan.
Obat ini penggunaannya tidak perlu dibawah pengawasan dokter, namun
penggunaannya terbatas sesuai dengan aturan yang tertera dalam kemasan.
Obat bebas terbatas pada kemasannya terdapat tanda lingkaran biru dengan
garis tepi berwarna hitam.
3) Obat Wajib Apotek (OWA)
Obat wajib apotek adalah obat dari golongan obat keras yang dapat
diserahkan Apoteker kepada pasien di apotek tanpa resep dokter dengan
persyaratan memenuhi ketentuan dan batasan tiap jenis obat perpasien yang
disebutkan dalam OWA yang bersangkutan, membuat catatan pasien serta
obat yang telah diserahkan dan memberikan informasi yang meliputi dosis
28
dan aturan pakainya, kontra indikasi, efek samping, dan lain-lain yang perlu
diperhatikan oleh pasien.
Selain kedua tipe penjualan tersebut, dilakukan juga penjualan khusus pada
dokter (untuk keperluan sendiri), rumah sakit, balai pengobatan dan lain-lain.
Penjualan pada rumah sakit biasanya diberikan diskon khusus karena dilakukan
dalam jumlah atau partai besar. Penjualan pada rumah sakit harus didasarkan pada
Surat Pemesanan (SP) yang ditandatangani oleh Apoteker penanggung jawab di
rumah sakit.
Obat yang kadaluwarsa, ada yang dapat dikembalikan ke PBF yang
bersangkutan namun ada juga yang tidak, sesuai dengan perjanjian sebelumnya.
Beberapa PBF menetapkan batas waktu pengembalian selama 3 atau 4 bulan
sebelum masa kadaluwarsa, tapi ada pula yang bertepatan dengan waktu
kadaluwarsa.
Berdasarkan Peraturan Menteri
MenKes/ Per/ X/ 1993 Pasal 12 ayat (2), menyebutkan bahwa obat dan perbekalan
farmasi lainnya yang karena sesuatu hal tidak dapat digunakan lagi atau dilarang
digunakan, harus dimusnahkan dengan cara dibakar atau ditanam atau dengan cara
lain yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal. Pada Pasal 13 menyebutkan bahwa
pemusnahan yang dimaksud dilakukan oleh Apoteker Pengelola Apotek atau
Apoteker Pengganti, dibantu oleh sekurang kurangnya seorang karyawan apotek
yang bersangkutan, disaksikan oleh petugas yang ditunjuk Kepala Balai
Pemerikasaan Obat dan Makanan setempat. Pada pemusnahan dibuat berita acara
pemusnahan dengan bentuk yang telah ditentukan dalam rangkap lima yang
ditandatangani oleh Apoteker Pengelola Apotek atau Apoteker Pengganti dan
Petugas Balai Pemeriksaan Obat dan Makanan setempat. Sedangkan untuk
pemusnahan narkotika dan psikotropika dilakukan di Dinas Kesehatan.
Dalam alur ditribusi suatu obat harus memperhatikan :
1) Perencanaan
Perencanaan adalah suatu proses kegiatan seleksi obat dan
perbekalan kesehatan menentukan jumlah obat dalam rangka
pemenuhan kebutuhan. Perencanaan obat di apotek umumnya dibuat
29
obat
pengobatan,
menghitung
perkiraan
30
31
32
b) Laporan
mutasi
narkotika
dan
psikotropika
33
34
35
36
37
mengalami
decubitus.
k. Pressure Garment: yaitu adalah sejenis kain elastis yang bersifat
menekan/ mengepres bagian tubuh yang memang dikehendaki, seperti
knee-dekker yang dipakai untuk mengencangkan sendi lutut.Contoh
pressure garment antara lain : Tubigrip, Tubiton & Tubinette.
3. Alat-alat Penampung
Yaitu alat untuk menampung darah, urine dan feces, antara lain:
a. Blood Bag (kantong plastik penampung darah pendonor)
b. Urine Bag/ Uro Gard/ Drainage Bag. Tersedia khusus untuk
menampung urine pada bayi yang disebut pediatric urine collector.
c. Colostomy Bag penampung feces pada penderita yang terpasang anus
praeter.
4. Hospital Wares (Utensils)
Yaitu alat yang dipakai sebagai alat penunjang pelayanan kepada
penderita. Alat yang langsung digunakan melayani penderita, antara lain :
a. Urinal: tempat (wadah) BAK untuk pasien laki-laki.
b. Pispot/ Steekpan: tempat BAK/ BAB untuk penderita wanita.
c. Sputum pot: tempat menampung air ludah.
d. Nier-bbeken/ Kidney Tray/ Bengkok: tempat untuk membuang kasa
bekas pakai, penampung muntahan.
e. Gali pot: mangkuk/ cangkir tak bertangkai/ berpegangan
f. Wash basin (baskom): tempat untuk menampung/ membawa air untuk
memandikan penderita atau untuk merendam sesuatu.
g. Thermometer Jar: tempat meletakan thermometer.
h. Forceps Jar: tempat/ rumah korentang steril.
i. Dressing jar: tempat menyimpan perban, kain kassa atau kapas steril.
Nama lain dressing jar ini antara lain : Dressing Sterilizing Drum
(berupa drum), (Dressing Sterilizing Case berupa kotak), Verband
Trommel.
5. Catethers
38
Yaitu : Alat berupa pipa kosong yang terbuat dari logam, gelas atau
plastik yang penggunaannya dimasukkan ke dalam tubuh melalui kanal/
saluran tubuh.Jenis catether ada 2, antara lain :
a. Intra Venous (IV) Catethers, contohnya :
1) Abbocath
2) Surflo I.V.
3) Intravenous Cannula
4) Central Venous Pressure (C.V.P.), digunakan di ICU/OK
b. Non-Intra Venous Catethers, contohnya antara lain :
1) Metal catether
2) Foley catether
3) Nelaton catether
4) Rectal tube (scoorsten)
5) Oxygen catether/ canula O2
6) Suction catether
7) NGT (Nazo Gastric Tube)
8) Kondom catether dll.
6. Jarum Suntik atau injection needles
a.
b.
c.
d.
39
Alat untuk mengambil darah dari donor: Taking Set/ Blood Donor Set.
Alat untuk/ mengambil darah untuk pemeriksaan: Venoject
Alat untuk mengambil darah dari arteri (BGA): Preza-Pak.
Alat untuk memberikan darah kepada pasien : Giving Se/ Blood
40
penggunaan
obat
oleh
pasien
dengan
tujuan
menghindari
penyalahgunaan obat dan penggunaan obat yang salah, serta demi tercapainya
penggunaan obat yang rasional.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 992/ Menkes/ Per/ X/ 1995
dijelaskan bahwa apoteker wajib memberikan informasi yang berkaitan dengan
penggunaan obat yang diserahkan kepada pasien dan informasi mengenai
penggunaan obat secara tepat, aman dan rasional, untuk itu apoteker harus
memberikan pelayanan informasi yang baik yaitu dengan cara berinteraksi atau
komunikasi langsung dengan pasien yang bertujuan untuk menjamin keamanan,
efektivitas, ketepatan dan kerasionalan penggunaan obat, serta penerapan ilmu
pengetahuan dan fungsi dalam perawatan pada pasien.
Untuk dapat memberikan pelayanan farmasi yang baik, apoteker harus
mempunyai bekal ilmu pengetahuan yang cukup baik mengenai penyakit maupun
obat dan pengobatannya serta diwajibkan menyediakan waktu untuk konsultasi
obat di apotek. Pelayanan informasi obat yang akurat dan obyektif merupakan
salah satu bentuk peningkatan mutu pelayanan kesehatan karena dapat menunjang
pengelolaan obat secara rasional agar efektif, aman, bermutu, murah dan mudah
didapat.
41
perundang-undangan
yang
menjadi
landasan
hukum
42
sosial
tersedianya
berdasarkan
pelayanan
prinsip managed
kesehatan
yang
care yaitu
bermutu
dengan