TINJAUAN PUSTAKA
A. Pemgertian Apotek
Appotek adalah sarana pelayana kefarmasiantempat dilakukan ptaktek
kefarmasian oleh Apoteker. Pelayanan Kefarmasian yaitu suatu pelayanan langsung
dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan
maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien
(Anomin, 2002).
1. Apoteker adalah sarjana farmsi yang telah lulus pendidikan profesi dan telah
mengucapsumpah berdasarkan peraturan perundang-undang yang berlaku dan
berhak melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia sebagai apoteker.
2. Sediaan farmasi dalah obat, bahan obat, obat trdisional an kosmetik.
3. Perbekalan kesehatan adalah semua bahan selain obat dan peralatan yang
diperlukan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan.
4. Alat kesehatan adalah bahan, Instrument, apparatus, mesin, implant yang tidak
mengandung obatdan meringankan penyakit, merawat orang sakit serta
menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat orang sakit serta
memulihkan kesehatan pada manusia dan atau untuk membentuk stuktur dan
memperbaiki fungsi tubuh.
5. Resep adaah permintaab tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter hewan kepada
apoteker untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi psiensesuai peraturan
perudangan yang berlaku.
6. Perlengkapan apotek adalah semua peralatan yang digunakan untuk melaksanakan
kegiatan pelayanan kefarmasian di Apotek.
7. Pelayanan kefarmasian adalah (Pharmceutical Care) adalah bentuk pelayanan dan
tanggung jawab langsung profesi apoteker dalam pekerjaan kefarmasian untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien.
8. Medication Record adalah catatan pengobatan setiap pasien
9. Medication error adalah kejadiaan yang merugikan pasien akibat pemakaian obat
selama dalam penanganan tenaga kesehatan, sebetulnya dapat dicegah
10. Konseling adalah suatu proses komunikasi dua arah yang sistematik antara
apoteker dan pasien untuk mengidentifikasi dan memecahkan masalah yang
berkaitan dengan obat dan pengobatan.
11. Pelayanan residensial (Home Care) adalah pelayanan apoteker sebagai care giver
dalam pelayanan kefarmasian di rumah-rumah khususnya untuk kelompok lansia
dan pasien dengan pengobatan terapi kronis lainya.
(anonym,2004)
Ketentuan-ketentuan umum yang berlaku tentang perapotekan sesuai
keputusan Menteri Kesehatan No.1332/MENKES/SK/X/2002 adalah sebagai berikut:
a. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus dan telah mengungkapkan
sumpah jabatan apoteker, mereka yang berdasarkan peraturan perundang-
undang yang berlaku dan berhak melakukan pekerjaan kefarmasian di
Indonesia sebagai apoteker.
b. Surat Izin Apoteker (SIA) adalah surat izin yang diberikan oleh menteri
kepada apoteker atau apoteker bekerjasama dengan Pemilik Sarana Apotek
(PSA) untuk menyelenggarakan apotek disuatu tempat tertentu.
c. Apoteker Pengelola Apotek(APA) adalah apoteker yang telah diberikan Surat
Izin Apoteker.
d. Apoteker pendamping adalah apoteker yang bekerja di apotek disamping
Apoteker Pengelola Apotek dan atau menggantikanya pada jam-jam tertentu
pada hari buka apotek.
e. Apoteker pengganti adalah apoteker yang menggantikan apoteker pengelola
apotek selama apoteker apotek tersebut tidak berada ditempat lebih dari 3
bulan secara terus menerus, telah memiliki surat izin kerja dan tidak bertindak
sebagai apoteker pengelola apotek lain.
f. Asisten Apoteker adalah mereka yang berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku berhak melakukan pekerjaan kefarmasiaan sebagai
Asisten Apoteker.
g. Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dan dokter hewan
kepada apoteker pengelola apotek untuk menyediakan dan menyerahkan obat
bagin penderita sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.
h. Sedian farmasi adalah obat, bahan obat, obat asli Indonesia, alat kesehatan dan
kosmetika.
i. Alat kesehatan adalah instrument apparatus, mesin, iplant yang tidak
mengandung obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis,
menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat orang sakit serta
memulihkan kesehatan manusia dan membentuk struktur dan memperbaiki
fungsi tubuh.
j. Perbekalan kesehatan adalah semua bahan dan peralatan yang diperlukan
untuk menyelenggarakan semua peralatan yang dipergunakan untuk
melaksanakan pengelolaan apotek.
k. Dalam melakukan pekerjaan kefarmasian di Apotek dibantu oleh Asisten
Apoteker yang telah memiliki Surat Izin Kerja. Keputusan Menteri Kesehatan
No.679/Menkes/SK/2003, tentang peraturan registrasi n Izin kerja Asisten
Apoteker:
1) Asisten Apoteker dalah tenaga kesehatan yang berijazah sekolah
asisten apoteker, sekolah menengah farmasi, akademi farnasi, dan
jurusan farmasi politeknik kesehatan, akademi analisis farmasi dan
makanan, jurusan analis farmasi serta makanan politeknik kesehatan
sesuai dengan perundang-undang yang berlaku.
2) Surat Izin Apoteker adalah bukti tertulis atau kewenangan yang
diberikan kepada pemegang surat izin Asisten Apoteker untuk
melakukan pekerjaan kefarmasiaan.
3) Sarana kefarmasian adalah tempatyang digunakan untuk melakukan
pekerjaan kefarmasian antara lain Industri farmasi termasuk obat
tradisional, kosmetik, instalasi farmasi, apotek dan toko obat.
(Amino,2002)
Ketentuan-ketentuan umum yang berlaku tentang ketentuan dan tata cara
pemberian Izin Apotek menurut pasal 7 Kepmenkes No.1332/Menkes/SK/X/2002
adalah sebagai berikut:
1. Permohonan izin apotek ditujukan epada Kepal Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
dengan menggunakan conoh formulir model APT-1
2. Dengan menggunakan formulir APT-2, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
selambat-lambatnya 6 hari kerja setelah menerima permohonan, dapat meminta
bantuan teknis kepada Kepala Badan POM untuk melakukan pemeriksaan
setempat terhadap kesiapan apotek untuk melakukan kegiatan.
3. Selambat-lambatnya 6 hari setelah permintaan bantuan teknis dari Kepala Dinas
Badan POM melaporkan hasil pemeriksaan setempat dengan menggunakan
contoh formulir APT-3.
4. Dalam hal pemeriksaan sebagaimana dimaksudkan dalam ayat 2 dan 3 tidak
dilaksanakan, Apoteker mohon dapat membuat pernyataan siap melakukan
kegiatan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi menggunakan contoh formulir
APT-4.
5. Dalamjangka waktu 12 hari kerja setelah diterima laporan hasil pemeriksaan
sebagaimana dimaksud ayat 3, atau pernyataan yang dimaksud dalam ayat 4,
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat mengeluarkan Surat Izin
Apotek dengan menggunakan contoh
6. Dalam hal inipemeriksaan Tim Dinas KesehatanKabupaten/Kota atau Kepala
Badan POM dimaksud ayat 1 masih belum memenuhi syarat. Kepala Dinas
Kabupaten /Kota setempat dalam waktu 12 hari kerja akan mengeluarkan Surat
Penundaan dengan menggunakan contoh Formulir APT-6
7. Terhadap Surat Penundaan sebagaiman dimaksud dalam ayat 6. Apoteker diberi
kesempatan untuk melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi selambat-
lambatnya dalam jangka waktu 1 bulan sejak tanggal penundaan.
D. Persyaratan Apotek
Untu mendapatkan izin aotek, apotek bekerja sama dengan pemilik sarana
yang telah memenuhi persyaratan tiap dengan tempat, perlengkapan farmasi yang
merupakan milik sendiri atau milik pihak lain.
1. Saran apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan pelayanan kondisi
yang laindiluar sedian farmasi.
2. Apotek dapat melakukan kegiatan pelayanan kondisi yang lain diluar sedian
farmasi.
Beberapa persyaratan yang harus diperhatikan dalam pendirian Apotek adalah:
a. Lokasi dan Tempat
Jarak antara Apotk tidak lagi dipersyartan, namun sebaiknya tetap
mempertimbangkan segi beli penduduk di sekitar apotek, kesehatan
lingkungan, keamanan dan mudah dijangkau masyarakat dengan kendaran.
b. Bangunan
Bangunan Apotek harus mempunyai luas dan memenuhi persyaratan yang
cukup, serta memenuhi persyaratan teknis sehingga dapat menjamin
kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi apotek serta memelihra
mutuperbekalan kesehatan dibidag farmasi.
Bangunan di Apotek sekurang-kurangnya terdiri dari :
1. Ruang tunggu
2. Ruang administrasi dan ruang kerja Apoteker
3. Ruang penyimpanan obat
4. Ruang peracikan dan penyerahan obat
5. Tempat pencucian obat
6. Kamar mandi dan toilet
Bangunan apotek juga harus dilengkapi dengan sumber air yang memenuhi
syarat kesehatan, penerangan yang baik, alat pemadam kebakaran yang
berfungsi baik, ventilasi dan system sanitasi yang baik dan memenuhi syarat
higienis,papan nama yang memuat apotek, nama Apoteker yang mengelola
Apotek, nomor Surat Izin Apotek, nomor telepon Apotek.
c. Perlengkapan
F. Pengelolaan Apotek
Pengelolaan apotek adalah segala upaya dan kegiatan yang dilakukan
oleh Apoteker Pengelola Apotek dalam rangka tugas dan fungsi apotek yang
meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan dan
penilaian.
( Anonim, 1993 )
1. Pelayanan Apotek
a. Apotek wajib dibuka untuk melayani masyarakat.
b. Apotek wajib melayani resep dokter, dokter gigi, dan dokter hewan.
Pelayanan resep sepenuhnya atas tanggung jawab Apoteker Pengelola
Apotek.
c. Apoteker wajib melayani resep sesuai dengan tanggung jawab dan
keahlian profesinya yang dilandasi pada kepentingan masyarakat.
Apoteker tidak diizinkan untuk mengganti obat generic yang ditulis di
dalam resep dengan obat paten. Dalam hal pasien tidak mampu menembus
obat yang tertulis dalam resep, Apoteker wajib berkonsultasi dengan
Dokter untuk pemilihan obat yang lebih tepat.
PAA
1. Pengelolaan Obat
Pengelolaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya dilakukan
sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku meliputi perencanaan,
permintaan atau pengadaan, penyimpanan, jumlah persediaan obat dan
pelayanan. Pengeluaran obat memakai system FIFO ( First In First Out) dan
FEFO (First Expired First Out).
a) Perencanaan
Perencanaan adalah suatu proses kegiatan seleksi obat dan perbekalan
kesehatan menentukan jumlah obat dalam rangka pemenuhan kebutuhan.
Perencanaan obat di Apotek umumnya dibuat untuk mengadakan dan
mencukupi persediaan obat di Apotek, sehingga dapat mencukupi
permintaan obat melalui resep dokter ataupun penjualan secara bebas.
Perencanaan obat didasarkan atas beberapa factor, antara lain :
1. Obat yang paling banyak dipakai.
2. Persediaan terakhir stok barang.
3. Berdasarkan jenis penyakit yang sedang mewabah.
4. Berdasarkan musim dan cuaca.
Metode yang lazim digunakan untuk menyusun perkiraan kebutuhan obat
di tiap unit pelayanan kesehatan adalah :
1) Metode konsumsi
Yaitu dengan menganalisis data konsumsi obat tahun sebelumnya. Hal
yang perlu diperhatikan adalah pengumpulan data dan pengolahan data,
analisis data untuk informasi dan evaluasi, dan perhitungan perkiraan
kebutuhan obat.
2) Metode epidemiologi
Yaitu dengan menganalisis kebutuhan obat berdasarkan pola penyakit.
Langkah yang perlu dilakukan adalah menentukan jumlah penduduk yang
akan dilayani, menentukan jumlah kunjungan kasus berdasarkan
frekuensi penyakit, menyediakan pedoman pengobatan, menghitung
perkiraan kebutuhan obat, dan penyesuaian dengan alokasi dana yang
tersedia.
3) Metode campuran
Yaitu merupakan gabungan dari metode konsumsi dan metode
epidemiologi.
P no. 1 P no. 4
Awas! Obat Keras
Bacalah aturan Awas! Obat Keras
memakainya Hanya untuk dibakar
P no. 2 P no. 5
Awas! Obat Keras Awas! Obat Keras
Hanya untuk kumur, jangan Tidak boleh ditelan
ditelan
P no. 3 P no. 6
Awas! Obat Keras Awas! Obat Keras
Hanya untuk bagian luar
badan Obat wasir, jangan ditelan
(Anonim, 1983)
3. Obat keras daftar G
Obat keras atau obat daftar G menurut bahasa Belanda “G”
singkatan dari “Gevaarlijk” artinya berbahaya, maksudnya obat dalam
golongan ini berbahaya jika pemakaiannya tidak berdasarkan resep
dokter.
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI yang
menetapkan/memasukkan obat-obat yang ditetapkan sebagai berikut :
1) Semua obat yang pada bungkus luarnya oleh si pembungkus
disebutkan bahwa obat itu hanya boleh diserahkan dengan resep
dokter.
2) Semua obat yang dibungkus sedemikian rupa yang nyata untuk
dipergunakan secara parenteral, baik dengan cara suntukan maupun
dengan cara pemakaian lain dengan jalan merobek rangkaian asli
dan jaringan.
3) Semua obat yang tercantum dalam daftar obat keras : obat itu
sendiri dalam subtansi dan semua sediaan yang mengandung obat
itu, terkecuali apabila dibelakang nama obat disebutkan ketentuan
lain, atau ada pengecualian Daftar Obat Bebas Terbatas.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No. 02396/A/SK/VII/1986 tentang tanda khusus Obat keras daftar G
adalah lingkaran bulat berwarna merah dengan garis tepi berwarna
hitam dengan huruf K yang menyentuh garis tepi, seperti yang terlihat
pada gambar berikut :
4. Narkotika dan Psikotropika
Narkotika dan psikotropika adalah obat yang biasa
memperngaruhi keadaan psikis seseorang. Untuk mengelolanya
memerlukan cara khusus.
2. pengelolaan Resep
a) Pengertian Resep
Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, maupun
dokter hewan kepada apoteker untuk meyediakan dan menyerahkan
obat bagi pasien yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
b) Komponen Resep
Dalam resep harus memuat :
1) Nama, alamat, nomor izin praktek Dokter, Dokter gigi, Dokter
hewan.
2) Tanggal penulisan resep (inscription).
3) Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan resep (invocation)
4) Aturan pemakaian obat yang tertulis (Signatur)
5) Tanda tangan atau paraf Dokter penulis resep, sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku (Subsciptio)
6) Jenis hewan dan nama serta alamat pemiliknya untuk resep Dokter
hewan.
7) Tanda seru dan paraf Dokter untuk resep yang mengandung obat
yang jumlahnya melebihi dosis maksimal.
( Syamsuni. H, 2006)
a. Apoteker
Dalam Kepmenkes No. 1027 Tahun2004 tentang Standar
Pelayanan kefarmasian di Apotek, Apoteker di Apotek senantiasa harus
memiliki kemampuan menyediakan dan memberikan pelayanan yang
baik, mengambil keputusan yang tepat, kemampuan berkomunikasi antar
profesi, menempatkan diri sebagai pemimpin dalam situasi multidisiplin,
kemampuan mengelola SDm secara efektif, selalu belajar sepanjang
karier dan membantu memberi pendidikan dan memberi peluang untuk
meningkatkan pengetahuan.