Anda di halaman 1dari 29

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pemgertian Apotek
Appotek adalah sarana pelayana kefarmasiantempat dilakukan ptaktek
kefarmasian oleh Apoteker. Pelayanan Kefarmasian yaitu suatu pelayanan langsung
dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan
maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien
(Anomin, 2002).

B. Tugas dan Fungsi Apotek


Menurut Peraturan Pemerintah nomor 25 tahun 1980 tentang perubahan atas
peraturan Pemerintah nomor 26 Tahun 1965, tentang apotek pasal 2, tugas dan fungsi
Apotek yaitu:
1. Tempat pengabdian Profesi seorang Apoteker yang telah mengucapkan sumpah
jabatan.
2. Sarana farmasi yang melakukan peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran dan
penyerahan bahan obat.
3. Sarana penyaluran perbekalan farmasi yang harus mendistribusikan obat yang
diperlukan masyarakat serta yang meluas dan merata.

Sebagai Perantara, funsi Apotek dalam mendistribusikan pertbekalan farmasi


dan perbekalan Kesehatan dari supplier kepada konsumen, memiliki 5 fungsi
kegiatan, yaitu kegiatan: Pembelian, Gudang, Pelayanan, Penjualan, Keuangan dan
Pembukuan, sehingga dapat dikelola dengan baik, maka seorang Apoteker Pengelola
Apotek (APA), disamping ilmu kefarmasian yang telah di kuasai, juga di perlukan
ilmu lainya harus dimiliki seperti ilmu Pemasaran (marketing)dan ilmu akuntasi
(Acounting).

C. Ketentuan Umum dan Peraturan Perundang-undang Tentang Apotek


Ketentuan-ketentuan umum yang berlaku tentang perapotekan sesuai
Peraturan Pemerintah nomor 51 Tahun 2009 adalah sebagai Berikut:

1) Pekerjaan Kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu sedian


farmasi, Penagamanan, Pengadaan, Penyimpanan, Pendistribusian obat,
Pengelolaan Obat, Pelayanan Obat atas Resep dokter, Pelayanan Informasi obat,
serta Pengembangan obat, Bahan Obat dan obat Tradisional.
2) Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradosional, dan kosmetika.
3) Tenaga kefarmasian adalah tenaga yang melakukan pekerjaan kefarmasian, yang
terdir dari Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian.
4) Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab
kepada Psien yang berkaitan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang
pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.
5) Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai Apoteker telah
mengucapkan sumpah Jabatan.
6) Tenaga Teknis Kefarmasian adalah Tenaga yang membantu Apoteker dalam
menjalani pekerjaan Kefarmasiaan, yang terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli Madya
Farmasi, Analis Farmasis, dan Tenaga Menengah Farmasi/Asisten Apoteker.
7) Fasilitas Kesehatan adalah sarana yang digunakan untuk menyelenggarakan
pelayanan kesehatan.
8) Fasilitas Kefarmasian adalah sarana yang digunakan untuk melakukan pekerjaan
kefarmasian
9) Fasilitas Produksi Sedian Farmasi adalah sarana yang digunakan untuk
memproduksi Obat, bahan obat, obat tradisional, dan kosmetika.
10) Fasilitas Distribusi atau Penyaluran Sediaan Farmasi adalah sarana yang
digunakan untuk mendistribusikan sediaan farmasi, yaitu Pedagang Besar Farmasi
dan Instalasi Farmasi.
11) Fasilitas Pelayanan Kefarmasian adalah sarana yang digunakan untuk
menyelenggarakan pelyanan kefarmasian yaitu, Apotek ,Instalasi Farmasi rumah
sakit, puskesmas, klinik, toko Obat, ataupun Praktek bersama.
12) Pedagang Besar farmasi adalah perusahaan berbentuk badan hukum yang
memiliki izin untuk pengadaan, penyimpanan, penyaluran, perbekalan farmasi
dalamjumlah besar sesuai ketentuan undang-undang.
13) Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasi
dilakukanoleh Apoteker.
14) Toko Obat adalah sarana yang memiliki izin untuk menyimpan obat-obat bebas
dan bebas terbatas yang dijual secara eceran.
15) Standar Profesi adalah pedoman untuk menjalankan praktk profesi kefarmasian
secara baik
16) Standar Prosuder Operasional adalah prosuder tertulis berupa petunjuk
operasional tentang pekerjaan efarmasiaan.
17) Standar kefarmasiaan adalh pedoman untuk melakukan pekerjaan kefarmasiaan
kepada fasilitas produksi, distribusi, dan pelayanan kefarmasian.
18) Asosiasi adalah perhimpunan dari perguruan tinggi farmasi yang ada di Indonesia.
19) Organisasi Profesi adalah organisasi tempat berhimpunan para Apoteker di
Indonesia .
20) Surat Tanda Registrasi Apoteker selanjutnya disingkat STRA adalah bukti tertulis
yang diberikan oleh Menteri kepada Apotekerbyang telah diregistrasi.
21) Surat Tanda Registrasi Tenaga Teknis Kefarmasian selanjutnya disingkat
STRTTK adalah bukti tertulis yang diberikan menteri kepada Tenaga Teknis
Kefarmasian yang telah diregitrasi.
22) Surat Izin Praktek Apoteker selanjutnya disingkat SIPA aalah surat izin yang
diberikan kepaada Apoteker untuk dapat melaksanakan pekerjaan Kefarmasian
pada Apotek atau Instalasi Farmasi Rumah Sakit.
23) Surat Izin Kerja selanjutnya SIK adalah surat izin yang diberikan kepada
Apoteker dan Tenaga Teknis Kefrmsian untuk dapat melaksanakan pekerjaan
kefarmasian pada fasilitas Produksi dan fasilitas Distribusi.
24) Rahasia Kedokteran adalah sesuatu yang berkaitan dengan praktekkedokteran
yang tidak boleh diketahui oleh umum sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undang.
25) Rahasia Kefarmasian adalah pekerjaan kefarmasian yang menyangkut proses
produksi, proses penyaluran dan proses pelayanan dari sediaan farmasi yag tidak
boleh diketahui oleh umum sesuai dengan peraturan perundang-udangan.
26) Menteri Kesehatan adalah Menteri yang bertugas dan tanggung jawabnya di
bidang kesehatan.
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No.1027/Menkes/SK/X/2004 Tanggal
14 September 2004 bahwa:

1. Apoteker adalah sarjana farmsi yang telah lulus pendidikan profesi dan telah
mengucapsumpah berdasarkan peraturan perundang-undang yang berlaku dan
berhak melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia sebagai apoteker.
2. Sediaan farmasi dalah obat, bahan obat, obat trdisional an kosmetik.
3. Perbekalan kesehatan adalah semua bahan selain obat dan peralatan yang
diperlukan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan.
4. Alat kesehatan adalah bahan, Instrument, apparatus, mesin, implant yang tidak
mengandung obatdan meringankan penyakit, merawat orang sakit serta
menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat orang sakit serta
memulihkan kesehatan pada manusia dan atau untuk membentuk stuktur dan
memperbaiki fungsi tubuh.
5. Resep adaah permintaab tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter hewan kepada
apoteker untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi psiensesuai peraturan
perudangan yang berlaku.
6. Perlengkapan apotek adalah semua peralatan yang digunakan untuk melaksanakan
kegiatan pelayanan kefarmasian di Apotek.
7. Pelayanan kefarmasian adalah (Pharmceutical Care) adalah bentuk pelayanan dan
tanggung jawab langsung profesi apoteker dalam pekerjaan kefarmasian untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien.
8. Medication Record adalah catatan pengobatan setiap pasien
9. Medication error adalah kejadiaan yang merugikan pasien akibat pemakaian obat
selama dalam penanganan tenaga kesehatan, sebetulnya dapat dicegah
10. Konseling adalah suatu proses komunikasi dua arah yang sistematik antara
apoteker dan pasien untuk mengidentifikasi dan memecahkan masalah yang
berkaitan dengan obat dan pengobatan.
11. Pelayanan residensial (Home Care) adalah pelayanan apoteker sebagai care giver
dalam pelayanan kefarmasian di rumah-rumah khususnya untuk kelompok lansia
dan pasien dengan pengobatan terapi kronis lainya.

(anonym,2004)
Ketentuan-ketentuan umum yang berlaku tentang perapotekan sesuai
keputusan Menteri Kesehatan No.1332/MENKES/SK/X/2002 adalah sebagai berikut:

a. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus dan telah mengungkapkan
sumpah jabatan apoteker, mereka yang berdasarkan peraturan perundang-
undang yang berlaku dan berhak melakukan pekerjaan kefarmasian di
Indonesia sebagai apoteker.
b. Surat Izin Apoteker (SIA) adalah surat izin yang diberikan oleh menteri
kepada apoteker atau apoteker bekerjasama dengan Pemilik Sarana Apotek
(PSA) untuk menyelenggarakan apotek disuatu tempat tertentu.
c. Apoteker Pengelola Apotek(APA) adalah apoteker yang telah diberikan Surat
Izin Apoteker.
d. Apoteker pendamping adalah apoteker yang bekerja di apotek disamping
Apoteker Pengelola Apotek dan atau menggantikanya pada jam-jam tertentu
pada hari buka apotek.
e. Apoteker pengganti adalah apoteker yang menggantikan apoteker pengelola
apotek selama apoteker apotek tersebut tidak berada ditempat lebih dari 3
bulan secara terus menerus, telah memiliki surat izin kerja dan tidak bertindak
sebagai apoteker pengelola apotek lain.
f. Asisten Apoteker adalah mereka yang berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku berhak melakukan pekerjaan kefarmasiaan sebagai
Asisten Apoteker.
g. Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dan dokter hewan
kepada apoteker pengelola apotek untuk menyediakan dan menyerahkan obat
bagin penderita sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.
h. Sedian farmasi adalah obat, bahan obat, obat asli Indonesia, alat kesehatan dan
kosmetika.
i. Alat kesehatan adalah instrument apparatus, mesin, iplant yang tidak
mengandung obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis,
menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat orang sakit serta
memulihkan kesehatan manusia dan membentuk struktur dan memperbaiki
fungsi tubuh.
j. Perbekalan kesehatan adalah semua bahan dan peralatan yang diperlukan
untuk menyelenggarakan semua peralatan yang dipergunakan untuk
melaksanakan pengelolaan apotek.
k. Dalam melakukan pekerjaan kefarmasian di Apotek dibantu oleh Asisten
Apoteker yang telah memiliki Surat Izin Kerja. Keputusan Menteri Kesehatan
No.679/Menkes/SK/2003, tentang peraturan registrasi n Izin kerja Asisten
Apoteker:
1) Asisten Apoteker dalah tenaga kesehatan yang berijazah sekolah
asisten apoteker, sekolah menengah farmasi, akademi farnasi, dan
jurusan farmasi politeknik kesehatan, akademi analisis farmasi dan
makanan, jurusan analis farmasi serta makanan politeknik kesehatan
sesuai dengan perundang-undang yang berlaku.
2) Surat Izin Apoteker adalah bukti tertulis atau kewenangan yang
diberikan kepada pemegang surat izin Asisten Apoteker untuk
melakukan pekerjaan kefarmasiaan.
3) Sarana kefarmasian adalah tempatyang digunakan untuk melakukan
pekerjaan kefarmasian antara lain Industri farmasi termasuk obat
tradisional, kosmetik, instalasi farmasi, apotek dan toko obat.
(Amino,2002)
Ketentuan-ketentuan umum yang berlaku tentang ketentuan dan tata cara
pemberian Izin Apotek menurut pasal 7 Kepmenkes No.1332/Menkes/SK/X/2002
adalah sebagai berikut:
1. Permohonan izin apotek ditujukan epada Kepal Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
dengan menggunakan conoh formulir model APT-1
2. Dengan menggunakan formulir APT-2, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
selambat-lambatnya 6 hari kerja setelah menerima permohonan, dapat meminta
bantuan teknis kepada Kepala Badan POM untuk melakukan pemeriksaan
setempat terhadap kesiapan apotek untuk melakukan kegiatan.
3. Selambat-lambatnya 6 hari setelah permintaan bantuan teknis dari Kepala Dinas
Badan POM melaporkan hasil pemeriksaan setempat dengan menggunakan
contoh formulir APT-3.
4. Dalam hal pemeriksaan sebagaimana dimaksudkan dalam ayat 2 dan 3 tidak
dilaksanakan, Apoteker mohon dapat membuat pernyataan siap melakukan
kegiatan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi menggunakan contoh formulir
APT-4.
5. Dalamjangka waktu 12 hari kerja setelah diterima laporan hasil pemeriksaan
sebagaimana dimaksud ayat 3, atau pernyataan yang dimaksud dalam ayat 4,
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat mengeluarkan Surat Izin
Apotek dengan menggunakan contoh
6. Dalam hal inipemeriksaan Tim Dinas KesehatanKabupaten/Kota atau Kepala
Badan POM dimaksud ayat 1 masih belum memenuhi syarat. Kepala Dinas
Kabupaten /Kota setempat dalam waktu 12 hari kerja akan mengeluarkan Surat
Penundaan dengan menggunakan contoh Formulir APT-6
7. Terhadap Surat Penundaan sebagaiman dimaksud dalam ayat 6. Apoteker diberi
kesempatan untuk melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi selambat-
lambatnya dalam jangka waktu 1 bulan sejak tanggal penundaan.

D. Persyaratan Apotek

Menurut KepMenkes RI No.1332/MENKES/SK/X/2002, disebutkan bahwa


persyaratan Apotek yait:

Untu mendapatkan izin aotek, apotek bekerja sama dengan pemilik sarana
yang telah memenuhi persyaratan tiap dengan tempat, perlengkapan farmasi yang
merupakan milik sendiri atau milik pihak lain.

1. Saran apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan pelayanan kondisi
yang laindiluar sedian farmasi.
2. Apotek dapat melakukan kegiatan pelayanan kondisi yang lain diluar sedian
farmasi.
Beberapa persyaratan yang harus diperhatikan dalam pendirian Apotek adalah:
a. Lokasi dan Tempat
Jarak antara Apotk tidak lagi dipersyartan, namun sebaiknya tetap
mempertimbangkan segi beli penduduk di sekitar apotek, kesehatan
lingkungan, keamanan dan mudah dijangkau masyarakat dengan kendaran.

b. Bangunan
Bangunan Apotek harus mempunyai luas dan memenuhi persyaratan yang
cukup, serta memenuhi persyaratan teknis sehingga dapat menjamin
kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi apotek serta memelihra
mutuperbekalan kesehatan dibidag farmasi.
Bangunan di Apotek sekurang-kurangnya terdiri dari :
1. Ruang tunggu
2. Ruang administrasi dan ruang kerja Apoteker
3. Ruang penyimpanan obat
4. Ruang peracikan dan penyerahan obat
5. Tempat pencucian obat
6. Kamar mandi dan toilet

Bangunan apotek juga harus dilengkapi dengan sumber air yang memenuhi
syarat kesehatan, penerangan yang baik, alat pemadam kebakaran yang
berfungsi baik, ventilasi dan system sanitasi yang baik dan memenuhi syarat
higienis,papan nama yang memuat apotek, nama Apoteker yang mengelola
Apotek, nomor Surat Izin Apotek, nomor telepon Apotek.

c. Perlengkapan

Perlengkapan Apotek yang harus dimiliki yaitu :

1. Alat pembuangan, pengelolaan dan peracikan seperti timbangan, mortar,


gelas ukur dan alat lainnya.
2. Perlengkapan dan alat penyimpanan, dan perbekalan farmasi, seperti
lemari obat dan lemari pendingin.
3. Wadah pengemas dan pembungkus, etiket dan plastic pengemas.
4. Tempat penyimpanan khusus narkotikaa, psikotropika dan bahan beracun.
5. Buku standar farmakope Indonesi, Informasi Spesialite Obat Indonesia,
Daftar Pelaporan Harga Obat, serta kumpulan peraturan perundang-
undangan yang berhubungan engan apotek
6. Alat Administrasi, seperti blanko pesanan obat, factor, kwitansi, salinan
resep, dan lain-lain.
d. Tugas dan tanggung jawab Apoteker pengelola Apotek
1. Ikhtisar isi jabatan
Memimpin dan melakukan pengawasan atas seluruh aktivitas apotek
sesuai dengan peraturan perundang-undangan pemerintah dibidang
farmasi.
2. Luasnya seluruh aktivitas apotek keluar dan kedalam
3. Fungsi melakukan tugas-tugas sebagai berikut ;
1) Di bidang pengabdian profesi
a. Melakukan penelitian seperlunya tehadap semua obat dan bahan
obat secara kualitatif/kuantitatif yang dibeli.
b. Mengadakan pengontrolan terhadap bagian pembuatan.
c. Mengadakan pengontrolan serta pengecekan terhadap pelayanan
atas resep yang telah dibuat dan diserahkan kepada pasien.
d. Menyelenggarakan sterlisasi jika diperlukan
e. Menyelenggarakan informasi tentang obat pada pasien, dokter dan
sebagainya.
f. Menyelenggarakan komunikasi gengan mengusahakan segala
sesuatunya agar melancarkan hubungan keluar antara lain dengan
dokter masalah survey pasar, promosi dan publisitas, dan
sebagainya
3. Di Bidang Administrasi
a. Memimpin, mengatur dsn mengawasi pekerjaan tata usaha,
keuangan, perdagangan dan statistic.
b. Membuat laporan-laporan.
c. Menyelenggarakan surat-menyurat
d. Mengadakan pengawasan penggunaan dan pemeliharaan aktiva
perusahaan.
4. Di Bidang Komersil
a. merencanakan dan mengatur kebutuhan barang yaitu obat, alur
kesehatan dan sebagainnya untuk satu periode tertentu.
b. Mengatur dan mengawasi penjualan dalam bentuk resep maupun
penjualan bebas, langganan dan sebagainya.
c. Menentukan kalkulasi harga dan kebijakan harga.
d. Berusah meningkatkan permintaan.
e. Menumpuk hubungan baik dengan para pelanggan.
f. Mencari langganan baru.
g. Menentukan kepada siapa dapat diberi kredit atas pembelian obat.
h. Mengadakan efisiensi dalam segala bidang.
5. Tanggung jawab dan wwenang meliputi :
a. Bertanggung jawab mengenai segala aktivitas perusahaan kepada
pemilik sarana dan keluar dibidang farmasi kepada Departemen
Kesehatan RI.
b. Mememimpin, mengelola sejumlah orang dalam melakukan
pengabdian profesi kefarmasian.
c. Penambahan, memberhentikam dan mutasi pegawai

b. Mengatur dan mengawasi penjualan dalam bentuk resep maupun

penjualan bebas, langganan dan sebagainya.

c. Menentukan kalkulasi harga dan kebijakan harga.

d. Berusaha meningkatkan permintaan.

e. Memupuk hubungan baik dengan para pelanggan.

f. Mencari langganan baru.

g. Menentukan kepada siapa dapat diberi kredit atas pembelian obat.

h. Mengadakan efisiensi dalam segala bidang.

4. Tanggung jawab dan wewenang meliputi :

a. Bertanggung jawab mengenai segala aktivitas perusahaan kepada pemilik


sarana dan keluar dibidang farmasi kepada Departemen Kesehatan RI.
b. Memimpin, mengelola sejumlah orang dalam melakukan pengabdian
profesi kefarmasian.
c. Penambahan, memberhentikan dan mutasi pegawai serta pemberian dan
kenaikan gaji.

F. Pengelolaan Apotek
Pengelolaan apotek adalah segala upaya dan kegiatan yang dilakukan
oleh Apoteker Pengelola Apotek dalam rangka tugas dan fungsi apotek yang
meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan dan
penilaian.

Pengelolaan Apotek menurut Permenkes No.922/Menkes/Per/XI/1993


meliputi :

1. Pembuatan, pengolahan, peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran,


penyimpanan dan penyerahan obat atau bahan obat.
2. Pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan penyerahan perbekalan farmasi
lainnya.

3. Pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi, yang meliputi :


a. Pelayanan informasi tentang obat dan perbekalan farmasi diberikan baik
kepada dokter dan tenaga kesehatan lainnya maupun kepada masyarakat.
b. Pengamatan dan pelaporan informasi mengenai khasiat, keamanan,
bahaya atau mutu suatu obat dan perbekalan farmasi lainnya. Pelayanan
informasi tersebut diatas wajib didasarkan pada kepentingan masyarakat.

( Anonim, 1993 )

Apoteker berkewajiban untuk menyediakan, menyimpan dan


menyerahkan perbekalan farmasi yang bermutu baik dalam keabsahannya
terjamin. Obat dan perbekalan farmasi karena sesuatu hal tidak digunakan lagi
atau dilarang digunakan harus dimusnahkan dengan cara dibakar atau ditanam
atau dengan cara lain yang ditetapkan oleh Dirjen POM. Pemusnahan dilakukan
oleh Apoteker Pengelola Apotek atau Apoteker Pengganti dibantu sekurang-
kurangnya seorang karyawan apotek. Pada pemusnahan wajib dibuat Berita
Acara Pemusnahan. Pemusnahan narkotika wajib mengikuti ketentuan
perundang-undangan yang berlaku.

1. Pelayanan Apotek
a. Apotek wajib dibuka untuk melayani masyarakat.
b. Apotek wajib melayani resep dokter, dokter gigi, dan dokter hewan.
Pelayanan resep sepenuhnya atas tanggung jawab Apoteker Pengelola
Apotek.
c. Apoteker wajib melayani resep sesuai dengan tanggung jawab dan
keahlian profesinya yang dilandasi pada kepentingan masyarakat.
Apoteker tidak diizinkan untuk mengganti obat generic yang ditulis di
dalam resep dengan obat paten. Dalam hal pasien tidak mampu menembus
obat yang tertulis dalam resep, Apoteker wajib berkonsultasi dengan
Dokter untuk pemilihan obat yang lebih tepat.

d. Apoteker wajib memberikan informasi :


1) Yang berkaitan dengan penggunaaan obat yang diserahkan kepada
pasien.
2) Penggunaan obat secara tepat, aman, rasional kepada pasien atas
permintaan masyarakat.
e. Apabila Apoteker menganggap bahwa dalam resep ada kekeliruan atau
penulisan resep yang tidak tepat, Apoteker harus memberitahukan kepada
Dokter penulis resep. Bila Dokter penulis resep tetap pada pendiriannya,
Dokter wajib membubuhkan tanda tangan yang lazim di atas resep atau
menyatakan secara tertulis.
f. Salinan resep harus ditanda tangani oleh Apoteker.
g. Resep harus dirahasiakan dan disimpan di Apotek dengan baik dalam
jangka waktu 3 tahun. Resep atau salinan resep hanya boleh diperlihatkan
kepada Dokter penulis resep atau yang merawat penderita, penderita yang
bersangkutan, petugas kesehatan atau petugas lain yang berwenang
menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.
h. Apoteker Pengelola Apotek, Apoteker Pendamping atau Apoteker
Pengganti diizinkan menjual obat keras tanpa resep yang dinyatakan
sebagai Daftar Obat Wajib Apotek ( Daftar OWA ). Daftar Obat Wajib
Apotek yang ditetapkan oleh Menkes.
2. Struktur Organisasi Apotek Yang Ideal

PAA

Fungsi Fungsi Fungsi Fungsi Fungsi


Pembelian Guda- Penjua- Keuangan Pembuku-
(APA) (AA) lan an
(AA)

AA Juru Adm Adm Adm Adm


Dari bagan organisasi apotek, yang
R/
sangat
Pemb
diperlukan
Penj
secara umum adalah
K/B Pajak
:

a. Tenaga ahli dibidang farmasi (professional) : Apoteker, Asisten Apoteker.


b. Tenaga Administrasi.
c. Tenaga Pembantu.

Tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban untuk mematuhi


standar profesi dan menghormati pasien, harus berbudi luhur dan
memberikan contoh yang baik didalam lingkungan kerjanya, bersedia
menyumbangkan keahlian dan pengetahuannya, harus aktif mengikuti
perkembangan perundang-undangan, juga menjadi sumber informasi sesuai
dengan profesinya dan hendaknya menjauhkan diri dan usaha mencari
keuntungan dirinya yang bertentangan degan martabat dan tradisi luhur
jabatan kefarmasian. Sikap karyawan apotek yang baik, ramah dan cepat
melayani terhadap pembelian dapat membangkitkan kesan baik, jadi sikap
karyawan merupakan Pharmachy Public Image. Untuk mencapai laba yang
direncanakan peranan karyawan sangat penting. Kegiatan yang perlu
dilakukan adalah :

a. Mengadakan pendidikan dan pelatihan bagi karyawan.


b. Mendorong para karyawan untuk bekerja giat.
c. Memilih dan menempatkan mereka sesuai dengan pendidikannya.
d. Merekrut calon karyawan dan mendidik sebagai calon pengganti yang
tua.

1. Pengelolaan Obat
Pengelolaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya dilakukan
sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku meliputi perencanaan,
permintaan atau pengadaan, penyimpanan, jumlah persediaan obat dan
pelayanan. Pengeluaran obat memakai system FIFO ( First In First Out) dan
FEFO (First Expired First Out).

a) Perencanaan
Perencanaan adalah suatu proses kegiatan seleksi obat dan perbekalan
kesehatan menentukan jumlah obat dalam rangka pemenuhan kebutuhan.
Perencanaan obat di Apotek umumnya dibuat untuk mengadakan dan
mencukupi persediaan obat di Apotek, sehingga dapat mencukupi
permintaan obat melalui resep dokter ataupun penjualan secara bebas.
Perencanaan obat didasarkan atas beberapa factor, antara lain :
1. Obat yang paling banyak dipakai.
2. Persediaan terakhir stok barang.
3. Berdasarkan jenis penyakit yang sedang mewabah.
4. Berdasarkan musim dan cuaca.
Metode yang lazim digunakan untuk menyusun perkiraan kebutuhan obat
di tiap unit pelayanan kesehatan adalah :
1) Metode konsumsi
Yaitu dengan menganalisis data konsumsi obat tahun sebelumnya. Hal
yang perlu diperhatikan adalah pengumpulan data dan pengolahan data,
analisis data untuk informasi dan evaluasi, dan perhitungan perkiraan
kebutuhan obat.
2) Metode epidemiologi
Yaitu dengan menganalisis kebutuhan obat berdasarkan pola penyakit.
Langkah yang perlu dilakukan adalah menentukan jumlah penduduk yang
akan dilayani, menentukan jumlah kunjungan kasus berdasarkan
frekuensi penyakit, menyediakan pedoman pengobatan, menghitung
perkiraan kebutuhan obat, dan penyesuaian dengan alokasi dana yang
tersedia.
3) Metode campuran
Yaitu merupakan gabungan dari metode konsumsi dan metode
epidemiologi.

( Amiruddin Ridwan, 2006 )

b) Permintaan obat atau pengadaan


Permintaan atau pengadaan obat adalah suatu proses pengumpulan dalam
rangka menyediakan obat dan alat kesehatan untuk memenuhi kebutuhan
pelayanan di Apotek.
Pengadaan obat ini dilakukan dengan cara pembelian. Berhasil atau
tidaknya usaha banyak tergantung pada kebijakan pembelian. Cara
melakukan pembelian dapat dilakukan antara lain sebagai berikut :
1) Pembelian Secara Kredit
Pembelian yang dilakukan kepada PBF (Pedagang Besar Farmasi) pada
umumnya dilakukan secara kredit, dengan lamanya pembayaran berkisar
antara 14-30 hari.
2) Kontan
Pembelian dilakukan secara kontan atau tunai. Biasanya untuk transaksi
obat golongan narkotika dan barang-barang COD(Cash On
Delivery/dibayar langsung saat barang dating), contohnya injeksi.
3) Konsinyasi/titipan
Dimana apotek menerima titipan barang yang akan dijual dalam waktu
maksimal 3 bulan.
c) Penyimpanan
Dalam penyimpanan obat digolongkan menurut :
1. Disimpan dalam wadah tertutup rapat, untuk obat yang mudah menguap
seperti aether, anaestheticus.
2. Disimpan terlindung dari cahaya untuk obat seperti tablet, kaplet, dan
sirup.
3. Disimpan bersama zat pengering, penyerap lembab (kapur tohor) seperti
kapsul.
4. Disimpan pada suhu kamar (pada suhu 150-300 C) untuk obat seperti
tablet, kaplet, dan sirup.
5. Disimpan pada tempat sejuk (pada suhu 50-150 C) untuk obat seperti salep
mata, cream, ovula, dan suppositoria.
6. Disimpan di tempat dingin (pada suhu 00-50 C) seperti vaksin.
7. Penyimpanan obat narkotika dilakukan dalam lemari khusus sesuai
persyaratan peraturan Menkes No. 28/Menkes/Per/I/1978. Khusus untuk
lemari tepat penyimpanan obat narkotika peraturan, mensyaratkan sebagai
berikut :
a. Ukuran lemari : 40x80x100
b. Bahan : kayu atau bahan lain yang kuat.
c. Lemari dibagi menjadi dua fungsi dengan kunci yang berlainan. Fungsi
yang pertama untuk perbekalan dan bahan baku morfin, petihidin, dan
garam-garamnya.
d. Lemari khusus narkotika ditempatkan pada dinding tembok atau lantai,
tidak boleh digunakan untuk keperluan lain, tidak boleh dilihat oleh
umum, dan kunci dikuasai oleh penanggung jawab atau pegawai
apotek yang dikuasakan.
8. Penyusunan obat dalam persediaan diatur menurut golongan secara system
alfabetis. Dapat pula diatur menurut pabrik. Obat antibiotic perlu
diperhatikan mengenai tanggal kadaluarsa. Setiap terjadi mutasi obat
segera di catat dalam kartu stok.
d) Jumlah Persediaan Obat
Tujuan persediaan obat adalah menjaga agar pelayanan obat oleh
apotek dapat berjalan dengan lancar yaitu dengan :
1. Menjaga kemungkinan keterlambatan pemesanan.
2. Menambah penjualan, bila ada tambahan pemesanan secara mendadak.
Biasanya jumlah stok obat untuk persediaan 1 sampai 2 bulan
sesuai kebijakan apotek masing-masing.
e) Perhitungan Nilai (Harga Obat) Persediaan
Harga obat dalam persediaan dapat ditentukan dengan bermacam-
macam metode, yaitu :
1. Metode harga standar yaitu merupakan suatu harga yang ditetapkan lebih
dahulu untuk jangka pendek atau bukan untuk jangka waktu panjang.
2. Metode FIFO (First In First Out), yaitu menurut harga pertama dibeli, jadi
meskipun harga sudah naik, tetap digunakan harga lama pada waktu obat
dibeli.
3. Metode LIFO (Last In First Out), yaitu menurut harga pembelian terakhir.
f) Gambaran umum penggolongan obat
(1) Golongan obat
Obat yang ada di Apotek telah ditetapkan oleh pemerintah menjadi
beberapa golongan. Hal ini dimaksudkan agar dapat mempermudah APA
dalam memperoleh, menyimpan dan menyerahkannya, sehingga
penggunaan menjadi tepat. Penggolongan obat tersebut terdiri dari :
1. Obat bebas
Obat bebas adalah obat yang dapt dijual bebas kepada umum tanpa
resep dokter, tidak termasuk dalam daftar narkotika, psikotropika, obat
keras, ataupun obat bebas terbatas dan sudah terdaftar di Dep Kes RI
Contoh : Minyak kayu putih, Obat batuk hitam, obat batuk putih,
Tablet parasetamol, Tablet vitamin C,B Kompleks, vitamin E dan lain-
lain. Penandaan obat bebas diatur berdasarkan SK Menkes RI Nomor
2380/A/SK/1983 tentang tanda khusus untuk obat bebas dan obat
bebas terbatas. Tanda khusus untuk obat bebas yaitu lingkaran bulat
warna hijau dengan garis tepi berwarna hitam, seperti terlihat pada
gambar berikut :

2. Obat Bebas Terbatas


Obat bebas terbatas adalah obat keras yang dapat diserahkan
kepada pemakainya tanpa resep dokter. Obat keras terbatas adalah obat
yang masuk dalam daftar W singkatan dari

“Waarschuwing” artinya peringatan. Maksudnya obat yang pada


penjualannya disertai dengan peringatan.
Syarat-syarat penyerahan obat bebas terbatas adalah sebagai
berikut :
1) Obat tersebut hanya boleh dijual dalam bungkusan asli dari
pabriknya atau pembuatnya.
2) Pada penyerahannya oleh pembuat atau penjual harus dicantumkan
tanda.
3) Tanda tersebut berwarna hitam, berukuran panjang 5 cm, lebar 2 cm
dan memuat pemberian berwarna putih.
4) Tanda peringat

P no. 1 P no. 4
Awas! Obat Keras
Bacalah aturan Awas! Obat Keras
memakainya Hanya untuk dibakar

P no. 2 P no. 5
Awas! Obat Keras Awas! Obat Keras
Hanya untuk kumur, jangan Tidak boleh ditelan
ditelan

P no. 3 P no. 6
Awas! Obat Keras Awas! Obat Keras
Hanya untuk bagian luar
badan Obat wasir, jangan ditelan

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No.


2380/A/AK/VI/1983 tanda khusus untuk obat bebas terbatas berupa lingkaran
berwarna biru dengan garis tepi berwarna hitam. Seperti terlihat pada gambar
berikut ini :

(Anonim, 1983)
3. Obat keras daftar G
Obat keras atau obat daftar G menurut bahasa Belanda “G”
singkatan dari “Gevaarlijk” artinya berbahaya, maksudnya obat dalam
golongan ini berbahaya jika pemakaiannya tidak berdasarkan resep
dokter.
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI yang
menetapkan/memasukkan obat-obat yang ditetapkan sebagai berikut :
1) Semua obat yang pada bungkus luarnya oleh si pembungkus
disebutkan bahwa obat itu hanya boleh diserahkan dengan resep
dokter.
2) Semua obat yang dibungkus sedemikian rupa yang nyata untuk
dipergunakan secara parenteral, baik dengan cara suntukan maupun
dengan cara pemakaian lain dengan jalan merobek rangkaian asli
dan jaringan.
3) Semua obat yang tercantum dalam daftar obat keras : obat itu
sendiri dalam subtansi dan semua sediaan yang mengandung obat
itu, terkecuali apabila dibelakang nama obat disebutkan ketentuan
lain, atau ada pengecualian Daftar Obat Bebas Terbatas.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No. 02396/A/SK/VII/1986 tentang tanda khusus Obat keras daftar G
adalah lingkaran bulat berwarna merah dengan garis tepi berwarna
hitam dengan huruf K yang menyentuh garis tepi, seperti yang terlihat
pada gambar berikut :
4. Narkotika dan Psikotropika
Narkotika dan psikotropika adalah obat yang biasa
memperngaruhi keadaan psikis seseorang. Untuk mengelolanya
memerlukan cara khusus.

Penandaan untuk narkotika dan psikotropika adalah sebagai


berikut :

Penegrtian narkotika menurut undang-undang Nomor 22 Tahun


1997 tentang Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman
atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat
menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa,
mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan
ketergantungan. Sedangkan pengertian Psikotropika menurut undang-
undang Nomor 5 Tahun 1977 adalah zat atau obat baik alamiah
maupun sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikaktif melalui
pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan
perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.
g) Cara pengelolaan Obat Non Narkotika, Narkotika dan Psikotropika
Perbedaan cara pengelolaan obat bebas, bebas terbatas, obat keras
daftar G dengan pengelolaan obat narkotika dan psikotropika, yaitu
pada :
1. Cara pemesanan : SP untuk obat narkotika dan psikotropika harus
menggunakan SP khusus yang ditangani oleh APA
2. Cara penyimpanan : lemari untuk obat narkotika dan psikotropika
disimpan pada lemari khusus terpisah dengan obat lainnya, yang
bentuk dan ukuran lemarinya sesuai dengan peraturan yang
berlaku.
3. Cara penyerahan : penyerahan untuk obat narkotika dan
psikotropika harus sesuai dengan persyaratan yang telah diatur :
a. Apotek, RS, Puskesmas, Balai pengobatan dengan SP khusus
narkotika.
b. Dokter, pasien dengan resep asli, lengkap dengan nama alamat
pasien dengan dokternya.
4. Cara pelaporan : Laporan obat narkotika dan psikotropika selain
digunakan untuk kepentingan analisis bisnis internal, tetapi juga
dilaporkan kepada pihak eksternal (Sudin Yankes Dati II/Kodya
dengan tembusan kepada Dinkes Propinsi, Kepala Balai POM,
PBF Kimia Farma).
Persamaan cara pengelolaan obat bebas, obat bebas terbatas,
obat keras dafG dengan pengelolaan narkotika dan psikotropika
yaitu pada cara pemusnahan. Cara pemusnahan obat bebas, obat
bebas terbatas, obat keras daftar G, narkotika dan psikotropika ,
yaitu harus :
1) Ada berita acaranya, yang ditandatangani oleh saksi dari
pemerintah (Badan POM atau Dinkes).
2) Dilaporkan kepada Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan
makanan, tembusan kepala DInas Kesehatan Dati
II/Kodya/Provinsi.
3) Menggunakan formulir model AP-8.
h) Cara pemesanan
1) APA membuat pesanan melalui SP narkotika atau SP psikotropika (untuk
narkotika model N 9 rangkap 4, psikotropika model khusus rangkap 3)
2) Berdasarkan surat pesanan tersebut, PBF mengirimkan obat narkotika
beserta faktur ke apotek.
3) Surat pesanan narkotika yang berwarna putih, kuning dan biru untuk PBF
dan 1 lembar salinan berwarna merah sebagai arsip.
i) Prosedur pelaporan
Khusus narkotika dan psikotropika dilakukan pelaporan sebagai berikut :
1. Apotek membuat laporan mutasi narkotika psikotropika berdasarkan
dokumen penerimaan dan pengeluaran setiap bulan.
2. Laporan mutasi narkotika dan psikotropika di tandatangani oleh APA,
dibuat rangkap 5, ditujukan kepada Subdinas Pelayanan Kesehatan Daerah
Tingkat II/Kota Madya dengan tembusan kepala Dinas Kesehatan
Provinsi, Kepala Balai POM, PBF Kimia Farma dan salinan 1 arsip.
Untuk obat-obat non narkotika psikotropika tidak dilakukan
pelaporan sebagaimana obat narkotika psikotropika.

2. pengelolaan Resep

a) Pengertian Resep
Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, maupun
dokter hewan kepada apoteker untuk meyediakan dan menyerahkan
obat bagi pasien yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
b) Komponen Resep
Dalam resep harus memuat :
1) Nama, alamat, nomor izin praktek Dokter, Dokter gigi, Dokter
hewan.
2) Tanggal penulisan resep (inscription).
3) Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan resep (invocation)
4) Aturan pemakaian obat yang tertulis (Signatur)
5) Tanda tangan atau paraf Dokter penulis resep, sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku (Subsciptio)
6) Jenis hewan dan nama serta alamat pemiliknya untuk resep Dokter
hewan.
7) Tanda seru dan paraf Dokter untuk resep yang mengandung obat
yang jumlahnya melebihi dosis maksimal.

( Syamsuni. H, 2006)

c) Pelayanan resep meliputi :


Setelah menerima resep dari pasien, dilakukan hal-hal sebagai berikut
:
1. Memeriksa kelengkapan Resep meliputi : nama dokter, surat izin
praktek (SIP), alamat praktek dokter, tanggal penulisan resep, nama
obat, jumlah obat, cara penggunaan, nama pasien, umur pasien, dan
jenis kelamin pasien.
2. Pemeriksaan kesesuaian farmasetika meliputi : bentuk sediaan,
dosis, potensi, stabilitas, cara dan lama penggunaan obat.
3. Pertimbangan klinik seperti halnya pada efek samping, interaksi,
dan kesesuaian dosis suatu obat.
4. Konsultasi dengan dokter apabila ditemukan keraguan pada resep
atau obatnya tidak tersedia.
Jika resep diterima berupa racikan maka hal-hal yang harus
diperhatikan yaitu sebagai berikut :
1. Pengambilan obat yang dibutuhkan pada rak penyimpanan
dengan memperhatikan nama obat, tanggal kadaluwarsa dan
keadaan fisik.
2. Peracikan obat.
3. Pemberian etiket warna putih untuk penggunaan oral atau dalam
dan etiket warna biru untuk pemakaian luar.
4. Memasukkan obat kedalam wadah yang sesuai dan terpisah
untuk obat yang berbeda untuk menjaga mutu obat dan
penggunaan yang salah. Setelah obat sudah disiapkan maka obat
tersebut siap untuk diserahkan ke pasien, namun sebelum obat
diserahkan kepada pasien harus dilakukan pemeriksaan kembali
mengenai penulisan nama pasien pada etiket, cara penggunaan
serta jenis dan jumlah obat. Hal ini sangat diperlukan dalam
upaya penggunaan obat yang rasional oleh pasien.
d) Penyimpanan Resep
Resep yang telah dibuat, disimpan menurut urutan tanggal dan
nomor penerimaan atau pembuatan resep. Resep yang mengandung
narkotik harus terlebih dahulu dipisahkan dari resep lainnya, tandai
dengan garis merah di bawah nama obatnya. Resep yang telah
disimpan selama lebih dari 3 tahun dapat dimusnahkan dengan cara
dibakar atau cara lain yang memadai. Pemusnahan resep dilakukan
oleh Apoteker Pengelola Apotek (APA) bersama dengan sekurang-
kurangnya seorang petugas apotek.
e) Pemusnahan resep
Pada pemusnahan resep harus dibuat Berita Acara Pemusnahan
(BAP) sesuai dengan bentuk yang telah ditentukan, rangkap 4
ditandatangani oleh APA bersama dengan sekurang-kurangnya seorang
petugas apotek.
Berita acara pemusnahan itu berisi :
1. Tanggal pemusnahan resep,
2. Cara pemusnahan resep,
3. Jumlah bobot resep yang dimusnahkan dalam satuan kilogram(Kg),
4. Tanggal resep yang terlama dan terbaru oleh Badan POM.
Pemusnahan obat dan perbekalan kesehatan dibidang farmasi
karena rusak, dilarang, dan kadaluwarsa dilakukan dengan cara
dibakar,ditanam, atau dengan cara lain yang ditetapkan oleh Badan
POM.
Pemusnahan tersebut harus dilaporkan oleh APA secara tertulis
kepada Subdinkes/DInkes setempat dengan mencantumkan :
1. Nama dan alamat apotek.
a. Nama Apoteker Pengelola APotek
2. Perincian obat dan perbekalan kesehatan di bidang farmasi yang
akan dimusnahkan.
3. Rencana tanggal dan tempat pemusnahan.
4. Cara pemusnahan.
3. Administratif
Administrative, kegiatannya meliputi : Agenda atau pengarsipan
ataupun pencatatan, dimana pengaplikasiannya sebagai berikut :
a) Aliran barang masuk berasal dari pembelian (kontan atau kredit)
Pembelian disesuaikan dengan kebutuhan pelayanan setempat. Jenis
obat yang diperlukan dapat dilihat dari buku data-data obat yang mau
dipesan (defecta untuk pesanan membeli barang serta pengendalian
persediaan), baik dari bagian penerimaan resep atau obat bebas di
counter muka maupun dari petugas gudang.
b) Aliran barang keluar
Setiap barang yang keluar dari gudang, disediakan buku permintaan
barang, yang ditulis oleh seorang asisten apoteker dari peracikan. Buku
tersebut memuat kolom nama barang jumlah yang diminta, jumlah
yang diberikan, sisa persediaan dan keterangan. Dari kolom sisa
persediaan dapat dipakai sebagai alat bantu untuk pengadaan barang
(defecta untuk pesanan membeli barang serta pengendalian
persediaan).
c) Stock Opname
Biasanya diadakan setiap sekali pada akhir tahun. Maksudnya agar
mengetahui untung rugi perusahaan pada tahun tersebut. Untuk obat
narkotika, diadakan stock opname tiap bulan sekali dan dilaporkan
kepada Dinas Kesehatan Provinsi. Perlengkapan administrasi terdiri
dari blanko surat pesanan, blanko faktur penjualan, blanko surat
penjualan, blanko salinan resep, blanko laporan narkotika dan
psikotropika, buku catatan pembelian, buku catatan penjualan, buku
catatan keuangan, dan kartu stok obat.
4. Sumber Daya MAnusia (SDM)
Menurut PerMenKes No. 922/MenKes/Per/X/1992, Bab III tentang
persyaratan Apoteker Pengelola Apotek untuk menjadi Apoteker
Pengelola Apotek harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. Ijazahnya telah terdaftar pada Departemen Kesehatan.
b. Telah mengucapkan sumpah/janji sebagai Apoteker.
c. Memiliki Surat Izin Kerja dari Menteri.
d. Memenuhi syarat-syarat kesehatan fisik dan mental untuk
melaksanakan tugasnya sebagai Apoteker.
e. Tidak bekerja di suatu perusahaan farmasi dan tidak menjadi Apoteker
Pengelola Apotek di Apotek lain.

Adapun tahapan dalam menerima pegawai adalah sebagai berikut :

a. Pencarian melalui iklan, relasi


b. Seleksi melalui persyaratan pendidikan, wawncara, tes kesehatan, tes
lainnya.
c. Perjanjian kerja

Dalam memimpin sebuah apotek, diperlukan :

a. Struktur organisasi, dimana garis-garis wewenang dan tanggung jawab


saling mengisi (formasi)
b. Job Discrition (Uraian Tugas), dimana setiap pegawai yang bekerja
mengetahui apa tugasnya, tanggung jawabnya, siapa atasan
langsungnya, dan wewenangnya.
c. hubungan antar manusia (human relation)
d. pembinaan secara periodic, termasuk adanya insentif agar timbul
kegairahan, ketenangan kerja dan kepastian masa depan.

Sumber daya manusia di apotek yaitu :

a. Apoteker
Dalam Kepmenkes No. 1027 Tahun2004 tentang Standar
Pelayanan kefarmasian di Apotek, Apoteker di Apotek senantiasa harus
memiliki kemampuan menyediakan dan memberikan pelayanan yang
baik, mengambil keputusan yang tepat, kemampuan berkomunikasi antar
profesi, menempatkan diri sebagai pemimpin dalam situasi multidisiplin,
kemampuan mengelola SDm secara efektif, selalu belajar sepanjang
karier dan membantu memberi pendidikan dan memberi peluang untuk
meningkatkan pengetahuan.

Di Apotek, Apoteker bertugas sebagai :

1. Apoteker Pengelola Apotek (APA).


2. Apoteker Pendamping.
3. Apoteker Pengganti.
Menurut PerMenKes No. 26 Tahun 1981 Pasal 18, menyatakan bahwa
selama apotek tersebut buka maka apoteker pengelola apotek harus
berada di Apotek. Bila APA sedang berhalangan hadir untuk melakukan
tugasnya pada hari-hari buka apotek, maka ia dapat digantikan oleh
apoteker pendamping. Hal ini ditegaskan kembali dalam KepMenKes No.
1332 Tahun 2002 bahwa apabila APA berhalangan melakukan tugasnya
pada jam buka apotek, maka APA harus menunjuk seorang Apoteker
Pendamping. Apabila APA dan Apoteker Pendamping berhalangan juga
dalam melakukan tugasnya maka APA menunjuk seorang Apoteker
Pengganti. APA bertanggung jawab penuh dalam menjalankan tugasnya
di apotek serta mengawasi kinerja Asisten Apoteker dan karyawan lain.
b. Asisten Apoteker
Menurut kepmenkes no. 679 Tahun2003 tentang registrasi dan izin
kerja Asisten Apoteker, Asisten Apoteker adalah tenaga kesehatan yang
berijazah Sekolah Asisten Apoteker/Sekolah Menengah Farmasi,
Akademi Analis Farmasi dan politeknik Kesehatan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. AA tidak harus di apotek,
yang harus adalah APA.
Pada pasal 22 ayat 2 PerMenKes no 922 Tahun 1993, Asisten
Apoteker melakukan pekerjaan kefarmasian di apotek di bawah
pengawasan Apoteker.
c. Pemilik Sarana Apotek
Pemilik sarana apotek tidak harus ada. Apoteker Pengelola Apotek
dapat sekaligus menjadi pemilik sarana apotek. APA dapat bekerjasama
dengan PSA apabila diperlukan saja, misalnya karena APA belum
mempunyai cukup modal untuk pengadaan sarana apotek.
d. Juru resep (reseptir), kasir, akuntan, petugas kebersihan dan karyawan
lain tidak diatur dalam perundang-undangan. Tidak harus ada, sesuai
dengan kebutuhan apotek.
( Yustina Sri Hartini Dan Sulasmono, 2007)

Anda mungkin juga menyukai