Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

FARMASI KOMUNITAS

Peraturan Perapotekan

Disusun Oleh

Kelompok I

1. DEWI RESTIANA POPO


2. ELISHA AGUSTINA
3. FAHMI SUHENDRY
4. JULITA SUSANTI
5. NIVIA IRMAYA UTAMI
6. RIADATUL ELFANAWATI
7. YUYUN ERIKA

PROGRAM STUDI S1 FARMASI EXTENSI


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS QAMARUL HUDA BADARUDDIN
2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pelayanan kefarmasian berdasarkan Kepmenkes RI Nomor 1027/MENK
ES/SK/IX/2004 pada saat ini telah bergeser orientasinya dari obat ke pasien ya
ng mengacu kepada Pharmaceutical Care. Kegiatan pelayanan kefarmasian ya
ng semula hanya berfokus pada pengelolaan obat sebagai komoditi menjadi pe
layanan yang komprehensif yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidu
p dari pasien (Kepmenkes RI No. 1027/MENKES/SK/IX/2004). Menurut PP
RI Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian, pelayanan kefarma
sian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien y
ang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pas
ti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien (PP RI No 51 Tahun 2009).
Standar Pelayanan Kefarmasian adalah tolak ukur yang dipergunakan seb
agai pedoman bagi tenaga kefarmasian dalam menyelenggarakan pelayanan ke
farmasian.Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertan
ggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan ma
ksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.
(Permenkes RI No.73 Tahun 2016 ).
Apotek merupakan salah satu media pelayanan kesehatan dalam memban
tu mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. P
elayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan secara sendiri-s
endiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan menin
gkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan
kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan atau masyarakat.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1332/Menkes/SK/X/2
002 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek pasal 1 ayat (a),
Apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukan
pekerjaan kefarmasian dan penyaluran perbekalan farmasi, perbekalan kesehatan l
ainnya kepada masyarakat. Salah satu realisasi pembangunan dibidang farmasi ole
h pemerintah dan swasta adalah dengan menyediakan sarana pelayanan kesehatan
salah satunya apotek (Permenkes RI No.1332/Menkes/SK/X/2002). Jadi, apotek a
dalah suatu bisnis eceran/retail yang komoditinya terdiri atas: perbekalan farmasi
(obat dan bahan obat) dan perbekalan kesehatan (alat kesehatan). Sebagai perantar
a apotek dapat mendistribusikan perbekalan farmasi dan perbekalan kesehatan dar
i supplier kepada konsumen, memiliki beberapa fungsi kegiatan yaitu : pembelian,
gudang, pelayanan dan penjualan, keuangan dan pembukuan, sehingga dapat dikel
ola dengan baik. Apotek bukanlah suatu badan usaha yang semata-mata hanya me
ngejar keuntungan saja tetapi apotek mempunyai fungsi sosial yang menyediakan,
menyimpan, dan menyerahkan perbekalan farmasi yang bermutu baik dan terjami
n keabsahannya.

Apotek dibentuk dan didirikan untuk memperluas akses obat murah dan terja
min kepada masyarakat. Apotek bertujuan untuk menertibkan peredaran obat-obat
palsu dan illegal, serta memberikan kesempatan pada para apoteker untuk member
ikan pelayanan kefarmasian. Dalam upaya usaha untukmemajukan kesejahteraan
umum yang berarti mewujudkan suatu tingkat kehidupan secara optimal, yang me
menuhi kebutuhan manusia termasuk kesehatan, maka pendirian apotek ini dapat
menyebarkan obat secara merata sehingga dapat memudahkan masyarakat untuk
mendapatkan obat yang bermutu dengan harga terjangkau.

Apotek dipimpin oleh seorang Apoteker Pengelola Apotek(APA) yang telah diber
i ijin mengelola apotek. Dalam mengelola apotek, Apoteker dibantu oleh beberapa
Asisten Apoteker (AA) (Anonim, 2004 dalam Satubi dkk, 2007). Demikian Apote
ker Pengelola Apotek (APA) dalam menjalankan profesi apotekernya di apotek tid
ak hanya pandai sebagai penanggung jawab, melainkan juga dapat mengelola apot
ek sesuai dengan prinsip-prinsip bisnis tanpa memberikan keuntungan kepada pih
ak-pihak yang memiliki kepentingan/ stake holder semata melainkan juga memilik
i fungsi sosial di masyarakat.
1.2 Tujuan
Tujuan Bedasarkan latar belakang di atas maka tujuan makalah ini adalah:
a. Mengetahui alur, skema pendirian dan perizinan apotek bedasarkan Kepm
enkes
b. Mengetahui syarat, cara pendirian dan perizinan apotek yang baik.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian apotek


Apotek adalah tempat tertențu, tempat dilakukan pekerjạan kefarmasia
n dan penyaluran sediaañ farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada mas
yarakat (Kepmenkes RI No.1027/MENKES/SK/IX/2004).
Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan prakte
k kefarmasian oleh apoteker (PP RI No 51 Tahun 2009).
Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktik
kefarmasian oleh Apoteker. (Permenkes RI No.73 Tahun 2016).
Apotek merupakan salah satu media pelayanan kesehatan dalam mem
bantu mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyara
kat. Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan secara s
endiri-sendiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara
dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta
memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan atau masyaraka
t.
Pada apotek online point yang perlu diperhatikan adalah terkait hal-ha
l sebagai berikut:

Pengiriman Resep

Penggunaan yang dimaksudkan. Standar ini harus dipenuhi dalam setiap situ
asi di mana resep tangan atau surat-dikirim ke pasien atau agen pasien.

Pengiriman resep harus berlangsung sesuai dengan berikut:

a. Semua pertimbangan penyimpanan harus diperhitungkan termasuk kerus


akan dan pendinginan.
b. Kerahasiaan pasien harus dilindungi setiap saat dengan memastikan pak
et luar hanya berisi nama pasien dan alamat.
c. Pasien meminta pengiriman resep untuk orang lain selain diri mereka se
ndiri harus memberikan apotek dengan delegasi tertulis dari otoritas unt
uk orang tersebut untuk bertindak sebagai agen pasien. Delegasi tersebut
tertulis kewenangan untuk agen harus menyertakan nama agen yang ditu
njuk dan nama dan tanda tangan dari pasien, dan harus disimpan pada fil
e di apotek dan dicatat dalam profil pasien
d. Setiap pasien kepada siapa resep disampaikan masih harus diberi konseli
ng yang tepat dan memadai.
e. Sebuah didokumentasikan “kertas” jejak (baik fisik atau elektronik) dari
semua resep yang disampaikan, termasuk pasien atau tanda tangan agen
yang ditunjuk harus dipertahankan di apotek.
2.2 Tugas dan fungsi apotek
Berdasarkan PP No 51 Tahun 2009, tugas dan fungsi apotek yaitu:
a. Tempat pengabdian tenaga kefarmasian yaitu Apoteker dan Tenaga Tekni
s Kefarmasian
b. Sarana yang digunakan untuk melakukan Pekerjaan Kefarmasian oleh ten
aga kefarmasian
c. Sarana yang digunakan untuk memproduksi dan distribusi sediaan farmasi
antara lain obat, bahan baku obat, obat tradisional, dan kosmetika
d. Sarana pembuatan dan pengendalian mutu Sediaan Farmasi, pengamanan,
pengadaan, penyimpanan dan pendistribusi atau penyaluranan obat, penge
lolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, s
erta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional
2.3 Persyaratan apotek
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 922/MENKES/PER/X/1993 p
asal 6:
a. Untuk mendapatkan izin apotek, apoteker atau apoteker yang bekerjasama
dengan pemilik sarana yang telah memenuhi persyaratan harus siap denga
n tempat, perlengkapan termasuk sediaan farmasi dan perbekalan lainnya
yang merupakan milik sendiri atau milik pihak lain
b. Sarana apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan kegiatan pel
ayanan komoditi lainnya diluar sediaan farmasi
c. . Apotek dapat melakukan kegiatan pelayanan komoditi lainnya diluar sed
iaan farmasi
2.4 Pendirian apotek
Sesuai Keputusan Menteri Kesehatan No.1332/Menkes/SK/X/2002 pasal 4:
a. Izin Apotek diberikan oleh Menteri;
b. Menteri melimpahkan wewenang pemberian izin Apotek kepada Kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota;
c. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota wajib melaporkan pelaksanaan
pemberian izin, pembekuan izin, pencairan izin, dan pencabutan izin apoti
k sekali setahun kepada Menteri dan tembusan disampaikan kepada Kepal
a Dinas Kesehatan Propinsi;
2.5 Perizinan apotek
2.5.1 Tata cara pengurusan izin apotek
Tata cara mengurus izin Apotek berdasarkan Kepmenkes No.1332/Menke
s/SK/X/2002 yaitu:
a. Yang berwenang member izin SIA:Kadinkes Kabupaten/Kota Surat Iz
in Apotek atau SIA adalah Surat izin yang diberikan oleh Menteri kep
ada Apoteker atau Apoteker bekerjasama dengan pemilik sarana untuk
menyelenggarakan Apotekdi suatu tempat tertentu.
b. Yang berhak memperoleh izin:Apoteker
Apoteker adalah Sarjana Farmasi yang telah lulus dan telah mengucap
kan sumpah jabatan apoteker, mereka yang berdasarkan peraturan per
undang-undangan yang berlaku berhak melakukan pekerjaan kefarmas
ian di Indonesia sebagai Apoteker.
2.5.2 Mekanisme Pengajuan Pendirian Apotek
a) Mengajukan berkas permohonan di loket pelayanan
b) Pemeriksaan berkas (lengkap)
c) Survey ke lapangan (apabila perlu)
d) Penetapan SKRD
e) Proses Izin
f) Pembayaran di Kasir
g) Penyerahan Izin Pendirian Apotek.
2.5.3 Ketentuan Pemberian Izin Apotek
Ketentuan pemberian izin apotek adalah sebagai berikut (Kepmenkes No.
1332/Menkes/SK/X/2002):
a. Permohonan Izin Apotek diajukan kepada Kepala Dinas Kesehatan K
abupaten/Kota
b. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota selambat-lambatnya 6 (ena
m) hari kerja setelah menerima permohonan dapat meminta bantuan te
knis kepada Kepala Balai POM untuk melakukan pemeriksaan setemp
at terhadap kesiapan Apotek untuk melakukan kegiatan;
c. Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POMselamb
at-lambatnya 6 (enam) hari kerja setelah permintaan bantuan teknis da
riKepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melaporkan hasil pemeriks
aan setempat
d. Dalam hal pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan(3)
tidakdilaksanakan, Apoteker Pemohon dapat membuat surat pernyataa
n siapmelakukan kegiatan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten
/Kota setempat
e. Dalam jangka waktu 12 (dua belas) hari kerja setelah diterima laporan
hasilpemeriksaan sebagaimana dimaksud ayat (3), atau pernyataan di
maksud ayat (4)Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat m
engeluarkan Surat IzinApotek
f. Dalam hal hasil pemeriksaan Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota at
au KepalaBalai POM dimaksud ayat (3) masih belum memenuhi syara
t Kepala DinasKesehatan Kabupaten/Kota setempat dalam waktu 12
(dua belas) hari kerjamengeluarkan Surat Penundaan
g. Terhadap Surat Penundaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (6), Ap
oteker diberi kesempatan untuk melengkapi persyaratan yang belum d
ipenuhi selambat-lambatnyadalam jangka waktu 1 (satu) bulan sejak t
anggal Surat Penundaan.
2.5.4 Prosedur dan Administrasi Pemberian Izin Apotek
Prosedur dan administrasi pemberian izin apotek (Hartono, Rudi. 2008:1
6-17): Apoteker mengajukan surat permohonan SIA kepada Kepala Dinas
Kesehatan (Kadinkes) Kabupaten/Kota setempat, dengan lampiran:
a. Fotokopi SP (Surat Penugasan) / Surat Izin Kerja Apoteker
b. Fotokopi denah bangunan dan keterangan kondisi bangunan
c. Surat keterangan status bangunan (hak milik atau sewa)
d. Daftar tenaga kesehatan (Asisten Apoteker)
e. Daftar alat perlengkapan Apotek (Alat pengolahan/peracikan, alat perl
engkapan farmasi/lemari, dan buku-buku standard)
f. Surat pernyataan tidak bekerja di perusahaan farmasi lain atau tidak m
enjadi APA di Apotek lain
g. Surat izin atasan (untuk pegawai negeri dan ABRI)
h. Akte perjanjian kerja sama dengan Pemilik Sarana Apotek (PSA)
i. Surat keterangan PSA tidak terlibat pelanggaran peraturan perundang-
undangan di bidang obat
j. Apotek kemudian akan diberikan Surat Izin Apotek (SIA) yang merup
akan izin untuk penyelenggaraan apotik di suatu tempat tertentu.

Izin Apotek berlaku untuk seterusnya selama apotik yang bersangkutan m


asih aktif melakukan kegiatan dan Apoteker Pengelola Apotek dapat mela
ksanakan pekerjaannya dan masih memenuhi persyaratan. Untuk memper
oleh izin apotek tidak dipungut biaya dalam bentuk apapun (Peraturan Me
nteri Kesehatan No.922/MENKES/PER/X/1993 pasal 2).

2.5.5 Pencabutan Surat Izin Apotek


Apabila Apoteker Pengelola Apotek berhalangan melakukan tugasny
a lebih dari 2 (dua) tahun secara terus menerus, Surat Izin Apotek atas na
ma Apoteker bersangkutan dicabut (Keputusan Menteri Kesehatan No.13
32/Menkes/SK/X/2002 pasal 19 ayat 5).
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No.1332/Menkes/SK/X/
2002 pasal 25 ayat 1, yaitu Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapa
t mencabut surat izin apotek apabila:
a. Apoteker sudah tidak lagi memenuhi ketentuan yang dimaksud p
asal 5 dan atau;
b. Apoteker tidak memenuhi kewajiban dimaksud dalam Pasal 12
(1) Apoteker berkewajiban menyediakan, menyimpan dan menye
rahkan Sediaan Farmasi yang bermutu baik dan yang keabsahann
ya terjamin; (2) Sediaan Farmasi yang karena sesuatu hal tidak d
apat digunakan lagi atau dilarang digunakan, harus dimusnahkan
dengan cara dibakar atau ditanam atau dengan cara lain yang dite
tapkan oleh Menteri) dan Pasal 15 ayat (2) (apoteker tidak diizin
kan untuk menganti obat generic yang ditulis didalam resep deng
an obat paten) dan atau;
c. Apoteker Pengelola Apotek terkena ketentuan dimaksud dalam p
asal 19 ayat(5) dan atau;
d. Terjadi pelanggaran terhadap ketentuan peraturan perundang-und
angan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 (Pelanggaran terh
adap Undang-undang obat keras Nomor. St. 1937 No. 541, Unda
ngundang No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan,Undang-undang
No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika, Undang-undang No. 22 t
ahun 1997 tentang Narkotika,serta ketentuan peraturan perundan
g-undangan lain yang berlaku) dan atau;
e. Surat Izin Kerja Apoteker Pengelola Apotek dicabut dan atau;
f. Pemilik sarana Apotek terbukti terlibat dalam pelanggaran Perun
dang-undangandi bidang obat, dan atau;
g. Apotek tidak lagi memenuhi persyaratan dimaksud dalam pasal 6.
2.5.6 Perpanjang izin apotek
a. Surat Permohonan Perpanjangan Izin Apotek yang ditujukan kepada
Kepala Dinas Kesehatan
b. SIA lama(asli)
c. Foto copy Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA).
d. Foto copy Kartu Tanda Penduduk.
e. Rekomendasi organisasi profesi
2.5.7 Pergantian apoteker
a. Surat permohonan izin Apotek karena pergantian APA yang dituju ke
pada kepala Dinas Kesehatan
b. Foto copy SIPA Apoteker Baru/Pengganti
c. Foto copy Kartu Tanda Penduduk Apoteker pengganti.
d. Berita Acara serah terima obat dari apoteker lama kepada apoteker bar
u
e. Surat Pernyataan dari Apoteker Pengelola Apotek pengganti bahwa ti
dak bekerja tetap pada perusahaan farmasi lain dan tidak menjadi apot
eker pengelola apotek di apotek lain
f. Asli dan foto copy surat izin atasan bagi pemohon PNS , ABRI
g. Akte Perjanjian Kerja Sama APA dengan PSA
h. Rekomendasi dari organisasi profesi
i. SIA lama asli (PermenkesNo.922/MENKES/PER/X/1993).
2.5.8 Pergantian pemilik
a. Surat Permohonan Izin Apotek karena Pergantian PSA kepada Kepala
Dinas Kesehatan
b. Surat yang menyatakan status bangunan dalam bentuk Akte Hak Mili
k/ Sewa/Kontrak.
c. Akte perjanjian kerja sama APA dan PSA
d. Surat pernyataan PSA tidak terlibat pelanggaran peraturan perundang-
undangan bidang obat (bermaterai)
e. Menyerahkan SIA lama asli.
2.5.9 Apotek pindah lokasi
a. Data Apoteker Pendamping (untuk apotek yang belum punya Aping)
b. Data Ketenagaan terakhir
c. Foto Copy Izin Gangguan(HO)
d. Foto Copy KTP Pemohon/Pemilik
e. Foto Copy KTP pemegang kuasa (jika dikuasakan)
f. Foto Copy Surat Izin Apotek lama
g. Foto Copy Surat Penugasan/Surat Izin Kerja Apoteker
h. Hasil pemeriksaan kualitas air dari Laboratorium Dinas Kesehatan
i. Salinan/Foto Copy Denah Bangunan dan Peta lokasi
j. Surat Permohonan
k. Surat Permohonan Surat Izin Apotek karena pindah lokasi
l. Surat kuasa bermaterai Rp 6.000,- atau Surat Tugas bila tidak bisa me
ngurus sendiri
m. Surat pernyataan APA/Aping tidak bekerja tetap pada perusahaan far
masi lain dan tidak menjadi APA di apotek lain (bermaterai Rp 6.00
0,-)
n. Surat yang menyatakan status bangunan dalam bentuk akte hak milik/
sewa/kontrak
2.5.10 Apotek ganti nama
a. Data Ketenagaan terakhir
b. Foto Copy Izin Gangguan(HO)
c. Foto Copy KTP Pemohon/Pemilik
d. Foto Copy KTP pemegang kuasa (jika dikuasakan
e. Foto Copy Surat Izin Apotek lama
f. Foto Copy Surat Penugasan/Surat Izin Kerja Apoteker Pendamping
g. Foto Copy Surat Penugasan/Surat Izin Kerja Apoteker Pengelola Apot
ek
h. Hasil pemeriksaan kualitas air dari Laboratorium Dinas Kesehatan Ka
b.Sleman
i. Surat Permohonan
j. Surat Permohonan Surat Izin Apotek karena pergantian Nama
k. Surat kuasa bermaterai Rp 6.000,- atau Surat Tugas bila tidak bisa me
ngurus sendiri
l. Surat pernyataan APA/Aping tidak bekerja tetap pada perusahaan far
masi lain dan tidak menjadi APA di apotek lain (bermaterai Rp 6.00
0,-)
2.6 Apoteker
Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai Apoteker dan tel
ah mengucapkan sumpah jabatan Apoteker (PP 51 Tahun 2009).Apoteker Pen
anggung Jawab dapat dibantu oleh Apoteker pendamping dan/atau Tenaga Te
knis Kefarmasian. Apoteker dapat mendirikan apotek dengan modal sendiri da
n/atau modal dari pemilik modal baik perorangan maupun perusahaan
Dalam hal Apoteker yang mendirikan Apotek bekerja sama dengan pemili
k modal maka pekerjaan kefarmasian harus tetap dilakukan sepenuhnya oleh
Apoteker yang bersangkutan. Apoteker yang menjalankan Pekerjaan Kefarma
sian harus memiliki sertifikat kompetensi profesi (PP 51 Tahun 2009).
Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan tela
h mengucapkan sumpah jabatan apoteker (Permenkes RI No.73 Tahun 2016
2.6.1 Persyaratan apoteker penglola apotek
Untuk menjadi Apoteker Pengelola Apotek harus memenuhi persyarata
n sebagai berikut (Keputusan Menteri Kesehatan No.1332/Menkes/SK/
X/2002 pasal 5):
a. Ijazahnya telah terdaftar pada Departemen Kesehatan
b. Telah mengucapkan sumpah/janji sebagai apoteker
c. Memiliki Surat Izin Kerja dari Menteri
d. Memenuhi syarat-syarat kesehatan fisik dan mental untuk melaksan
akan tugasnya sebagai apoteker
e. Tidak bekerja di suatu perusahaan farmasi dan tidak menjadi Apote
ker Pengelola Apotek di apotek lain.

BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hal-hal yang telah dimuat pada bab pembahasan, maka dapat disi
mpulkan hal-hal sebagai berikut:
Tata cara mengurus izin apotek berdasarkan kepmenkes No.1332/Menkes/SK/
X/2002 yaitu:
a. Yang berwenang member izin SIA:Kadinkes Kabupaten/Kota
Surat Izin Apotek atau SIA adalah Surat izin yang diberikan oleh Menteri
kepada Apoteker atau Apoteker bekerjasama dengan pemilik sarana untuk
menyelenggarakan Apotekdi suatu tempat tertentu.
b. Yang berhak memperoleh izin:Apoteker
Apoteker adalah Sarjana Farmasi yang telah lulus dan telah mengucapkan
sumpah jabatan apoteker, mereka yang berdasarkan peraturan perundang-u
ndangan yang berlaku berhak melakukan pekerjaan kefarmasian di Indone
sia sebagai Apoteker

Daftar Pustaka
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 73 Tahun 2016 Tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek

Hartono,Rudi.2008.Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Komunitas/Apotek.


Medan:Fak Farmasi USU

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang Standar


Pelayanan Kefarmasian di Apotek.

Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 922/MENKES/PER/X/1993 tentang Keten


tuan dan Tata cara Pemberian Izin Apotik

Satubi,Nova Hasani Furdiyanti dan Maya Rahmawati, 2007. Evaluasi kinerja suat
u
apotek X di Yogyakarta dengan pendekatan Balanced Scorecard, Majalah Farmasi
Indonesia, 18(2),71 -80,2007. Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Yogyak
arta

Anda mungkin juga menyukai